Lovely Maid 4





Sekarang tiba saatnya demo eskul, berarti acara pensi udah selesai. Seluruh siswa-siswi kelas X bahkan pengurus OSIS tampak bosan. Dari tadi eskul yang demo tidak begitu menarik. PMR, PRAMUKA, VOLLY, RENANG(?), SC, dan terakhir cheers. Untuk yang terakhir ini mungkin hanya Ify, Via, Agni dan Shilla menganggap eskul ini tidak menarik, soalnya beberapa cewek yang sejenis dengan anggota cheers heboh sendri dan para kaum adam udah terhipnotis dengan anggota cheers yang hanya mengenakan rok minim dan baju kekurangan bahan. Gimana cowok-cowok tidak pada ngiler. Ck..  Suara MC disambung  sorakan siswi membuyarkan lamunan Ify, Via, Agni dan Shilla.
       "Ada apaan sih?" tanya Ify bingung.
       "Lo liat siapa yang ada di panggung, Fy." Via menjawab.
       Ify menoleh ke panggung. Matanya melebar, nafasnya tercekat dan dia ternganga. "HAH?? Si Ketos Mesum sama antek-anteknya manggung?? Ngeband?? What??" seru Ify tidak yakin. Dia mengucek kedua matanya dan semakin yakin siapa yang dia lihat. Ya benar, Rio sedang menyanyikan lagu Aku Mau. Gilee... suaranya bening banget (emang air??), lembut dan membuat nyaman pake banget. Lalu mata Ify menatap ke personil band yang lainnya, Cakka gitaris, Alvin bassist dan drummernya siapa lagi kalo bukan Gabriel. Ify mendengus.
       "Ck...mau pamer mereka." decak Agni pandangnya tidak lepas dari Cakka yang memetik gitar dengan gaya sok.
       "Sok Banget gayanya, apalagi yang main drum. Gile tebar pesona mulu. Senyum-senyum gaje gitu." Sahut Shilla tak mau kalah.
       "Kak Alvin itu, kedip-kedip mata. Idiih...genit so pasti." seru Via.
       Dia bergidik ngeri. Ify melihat lagi ke arah panggung. Astaga, Ify terkejut dan matanya melotot. “Si Ketos Mesum itu ternyata bisa genit juga.” Pasti yang dibilang keempat cewek gosip itu non sense kalo CRAG itu dingin pada cewek. Ini bukti nyatanya, Rio yang tengah tersenyum dan melirik cewek-cewek hingga membuat mereka mau pingsan seketika.
       Ify melirik sekilas lagi ke panggung, lagi-lagi dia menghembuskan nafas berat. “Cih…dasar playboy mesum.” Decak Ify. Lha, Fy. Kok bilang Rio playboy tiba-tiba?? Hihii….
       “Ok, semua. Sekian penampilan dari eskul music. Jika ada yang berminat, silakan minta formulirnya sama Laras, XI IPA A. Kita lanjut, demo eskul dari Dance Club.” Ujar sang MC. Lagi-lagi membuat Ify, Via, Agni dan Shilla kaget dan ujung-ujungnya melengos. Kali ini hanya Gabriel yang tampil, tapi tetap saja menjengkelkan. Kayak nggak ada yang lain aja. Untung aja penampilan Iel ini nggak terlalu lama, sehingga keempat gadis itu nggak perlu terlalu lama memasang tampang jengkel mereka.
       Kali ini benar, Ify, Via, Agni dan Shilla mau muntah mendadak seketika. Lagi-lagi-lagi-lagi CRAG tampil. Sekarang mereka dalam balutan seragam basket. Otomatis tuh cowok-cowok yang menurut cewek lain cakep dan perfect, tapi menurut Ify, Via, Agni dan Shilla ‘jelek dan sok’ akan menampilkan skill mereka dalam menaklukan si bulat orange.
       Begitu pluit berbunyi, keempat cowok itu mulai melantunkan si orange. Mendrible-nya, melakukan pass, lay up, shooting, etc. penulis juga kagak ngerti. Hehehehe… semua gerakan mereka luwes, lancar, keren dan ngebuktiin kalo mereka jago basket. Apalagi, tatapan mata mereka sungguh…sungguh…tajam dan menambah kesan keren yang mereka miliki. Cakka melakukan slam-dunk, dia melompat dan melempar bola itu kea rah papan ring dan menangkap kembali bola yang melantun itu dan meng-shootnya ke ring dan masuk dengan mulus. Dua detik berselang, pluit berbunyi yang menandakan bahwa permainan itu selesai.
       “Kyaaaaaaaa……..Kaaaaaaak Caaaaaaakkkkkkkaaaaa keren.”
       “Kaaaaaaaakkkk Riiiiiiiiiiiiiiooooooooooooooooooooooo…”
       “Kak Iiiiiiiiiiiiiiiiieeeeeeeeeeellllllll…”
       “Kak Aaalllvvvvvvvvvvvvviiiiiiiinnnnnnnnnnnnn….”
       Teriak para cewek. Ify, Via, Agni dan Shilla reflex menutup kedua telinga mereka dengan kedua tangan. Kiri- kanan. Yang bener aja, teriak asal. Gimana kalo orang serangan jantung, bisa dead mendadak tau nggak sih. Sayangnya orang yang pada histeris itu nggak perduli.
       “Kita berempat dari eskul basket. Seperti tradisi tahun  kamaren, kita mau milih empat orang buat tanding basket sama kita. Berhubung tim basket putri kita nggak jalan, maka kami akan memilih empat orang cewek untuk tanding bareng kami. Tujuannya, bukan untuk menang atau kalah, tapi untuk melihat ada apa tidak cewek kelas X yang bisa main basket dan berminat. Kalo ada, kita nanti bisa ngehidupin basket putri lagi.” ucap Cakka. Lalu, ia memberi kode kepada ketiga sohibnya.
       “Songong banget mereka, apa coba maksud bilang ‘tujuannya bukan untuk menang atau kalah’. Merasa menang terus gitu.” Ujar Agni keki dan mengutip kata-kata Cakka yang menurutnya sungguh sombong itu.
       “Iya kali, kasihan banget deh cewek yang terpilih nanti. Pasti dikerjain habis-habisan. Hahahaha….” Seru Shilla tertawa dan diikuti ketiga sohibnya.
       “Ok, kita udah memutuskan. Lo, elo, lo dan elo.” Ucap Cakka menunjuk cewek yang ada di barisan nomor dua bergantian dengan telunjuknya. “Maju ke depan. Sekarang.”
       Namun, keempat cewek yang ditunjuk nggak ngeh malah asyik tertawa terbahak-bahak. Alis mereka berempat terangkat sebelah. “Ck…” decak keempat cowok ganteng itu. Sementara orang-orang yang lainnya menatap keempat cewek itu tidak suka, ada yang sinis dan ada yang merasa kasihan. Nggak lihat apa kalo mereka udah ditunjuk dan si Penunjuk udah keki setengah mampus dan menatap mereka tajam.
       Rio, Alvin, Cakka dan Iel tetap diem, menatap keempat gadis yang tidak menyadari sosok mereka yang udah berdiri tepat di depan mereka, sementara barisan depan Ify, Via, Agni dan Shilla udah tergantikan dengan empat sosok cowok kece, tampan dan perfect itu.
       Rio menatap Ify lekat, Rio mencari jawaban dari pertanyaan yang berputar dalam pikirannya. Cewek ini memang nggak tahu atau pura-pura. Setelah cukup menatap wajah itu, Rio menarik tangan gadis itu. Ify tersentak dan lantas menatap sosok yang tidak sopan itu, menarik tangannya secara paksa.
       “Heh? Lo apa-apaan sih, narik-narik tangan gue. Lepas-lepas.” Protes Ify langsung. Namun Rio tak mengubrisnya. Tetap membawa cewek itu ke lapangan. Tak beda yang dilakukan oleh CAG, mereka menarik tangan SSA.
       “Woi ketos meeee……”Mulut Ify dibekep Rio dengan telapak tangannya hingga cewek itu diem.  “Lo jangan nyebar fitnah. Sekali lo bilang gue mesum, lo habis.” Desis Rio tepat di telinga Ify. Ify bergidik ngeri dan langsung koopratif. Dia mengangguk pasrah. Rio tersenyum yang membuat cewek pada klepek-klepek.
       “Yo, cepet sini. Pacaran terus.” Teriak Alvin seenak udelnya. Rio melengos dan menarik Ify dengan paksa menuju CAG berdiri. Di tengah-tengah lapangan basket. Setiba di sana, Rio langsung menoyor kepala Alvin.
       Dea yang berdiri di pojok kanan panggung merasa panas seketika, melihat pangerannya begitu dekat dengan anak udik itu. “Awas lo. Rio tetap milik gue.” Desis cewek itu dan menatap Ify -yang tidak sadar ditatap- dengan penuh kebencian.
       CRAG sudah berhadapan dengan SISA. “Kayaknya perlu gue ulang, apa yang Cakka bilang. Soalnya kalian berempat nggak denger.” Ucap Iel telak dan menatap sinis kepada SISA. “Lo berempat” Iel menunjuk keempat cewek itu, “tanding basket lawan kita.” Lanjutnya.
       SISA kontan kaget dan melotot. Mata mereka kompak melebar dan ternganga menatap CRAG. Cakka, Rio, Alvin dan Iel menikmati pandangan itu.
       “Jadi cewek yang kita ketawain tadi adalah kita sendiri?” seru Via dan menunjuk dirinya. Pernyataan Via ini membuat seisi sekolah tertawa-tawa. Apalagi tampang polosnya sangat mendukung.
       Shilla langsung tersadar dan menutup menepuk mulutnya pelan. “Astaga.” Gumam gadis itu. Lain lagi dengan Ify, cewek itu menatap Rio dengan matanya yang udah menyipit. Mencari arti dari semua ini. Sedangkan, Agni mendengar kata basket hanya nyengir doang.
       “Udah kagetnya? Kalo gitu kita mulai.” Tambah Alvin dan tersenyum setan.
       “Siapa takut.” Tandas Agni.

***************

Kedudukan sudah 20-27, Ify, Via, Agni dan Shilla sudah hampir pingsan. Hanya Agni yang kelihatan lebih lumayan. Nggak sia-sia pengorbanan Ify, Via dan Shilla akan waktu tidur siang mereka digantikan dengan menemani Agni bermain basket di sekitar tempat tinggal mereka. Kini, hasil itu diuji di depan umum untuk melawan Rio, Alvin, Cakka dan Iel.
       Agni mendrible bola dengan gesit, perhatiaannya ada pada Ify yang tengah kosong dan dekat dengan ring. Dia memberikan kode samar ke Ify dan Ify menangkap kode itu dengan mengatakan ‘ya’ melalui tatapan kedua bola matanya. Baru saja Ify mau berlari lebih mendekat dengan ring, kakinya tanpa sangaja tersandung sebuah batu yang entah datang dari mana.
       “Kyaaaaaaaa……..” teriak Ify. Dia sudah pasrah dan memejamkan matanya. Pasrah akan terjatuh dan merasakan rasa sakit di tulang punggungnya, pasrah menjadi bahan tontonan dan pasrah menanggung rasa malu. Ify yakin sekali kalo, dia harusnya sudah terjembab di lantai. Nggak mungkin gaya gravitasi menolak Ify terjatuh, ini bukan di bulan. Ify perlahan membuka matanya dan didapatinya sepasang bola mata coklat yang begitu menyejukan. Ify belum sadar siapa orang itu, dia diam. Orang yang dihadapannya juga diam dan menatap dirinya.
       “Via, lempar aja. Lempar ke arah ring.” Teriak Agni. Teriakan Agni membuat lamunan Ify terbuyar dan dia menyadari siapa di depannya itu. “Lo? Lepasin gue.” Ujar Ify. Rio langsung menegakkan tubuh Ify.
       “Lo harusnya berterima kasih sama gue. Kalo nggak gue tolong, pasti elo udah di UKS. Makanya hati-hati.” Ucap Rio.
       Ify tidak memperdulikan Rio, dia mengalihkan pandangannya kepada Via yang cemas sekaligus bingung. “VIA LEMPAR AJA.” Kali ini Shilla yang berteriak. Via memejamkan matanya dan melemparkan bola itu dari jarak three point tanpa teknik. Dia melempar dengan asal. Waktu tinggal lima detik lagi. wwwwuuuuuuuuuussssssssssssssshhhhhhhh………………..bola itu melayang dan mengenai bibir ring dan masuk ke ring.
       “Yeeeeeeeeeeee maaaaaaaaaaaaaaaaaaasssssssuuukkkkkkkkk………..” teriak Ify, Shilla dan Agni dari tempat yang berbeda dan mereka meloncat kegirangan.
       Prrrrriiiiiiiiiiittttttttttttttttttttt…………………bunyi pluit menandakan waktu habis. Ify, Shilla dan Agni berlari menghampiri Via yang berada di tengah lapangan. Via masih tidak yakin kalo bola yang dia lempar secara asal menghasilkan tiga point. Dia menatap ring terus bola orange itu. Bola-ring. Ring-bola. Sekarang dia yakin. “Yeeeeeeeeeeee……” teriak Via seketika. Orang-orang yang pada diam jadi tertawa melihat Via yang baru sadar. “Lemot banget dah.” Komentar salah satu dari orang-orang yang tertawa itu.
       “Via-Via. Telat kali, nyadarnya.” Ujar Ify dan memeluk Via.
       “Dasar lemot lo, tapi hebat.” Ucap Shilla dan bergabung memeluk Via dan Ify. Sedangkan Agni tersenyum dan juga memeluk ketiga sahabatnya itu.
      
*******

       Alvin baru saja mau merebut bola yang berada di tangan Sivia. Tetapi tidak dia urungkan niatnya itu. Alvin menangkap gelagat kebingungan Via dna Alvin yakin kalo bola itu akan sia-sia. Karena sepengamatannya, diantara keempat cewek itu hanya Via yang kurang bisa bermain basket. Ify dan Shilla kemampuannya lumayan dan Agni yang paling jago, dilihat dari semua pergerakannya yang lancer dan luwes itu.
       Alvin berdiri diam di tempatnya, memberikan kode kepada Iel yang tidak jauh berada di dekatnya untuk tidak mengambil bola itu. Biarkan saja. Sementara Cakka memiliki pemikiran yang sama dengan Alvin, untuk tidak menganggu acara Via mempermalukan dirinya di depan umum.
       Sementara Rio udah tenggelam dalam masalahnya sendiri. Ketika melihat gelagat Ify akan terjatuh, Rio segera berlari menuju cewek itu dan menangkap gadis itu agar tidak terjatuh. Dia tidak memperdulikan waktu yang terus berjalan, menurutnya kemenangan udah di tangan mereka walaupun lawan masih bisa menambah point.
       Kembali lagi ke Alvin, dia berusaha menahan tawanya melihat tampang Via yang begitu cemas, bingung dan takut. Teriakan dari teman-temannya masih belum diperdulikannya. Namun, akhirnya Via mengakat bola itu dan melemparkannya sekuat tenaga, lurus menuju ring namun tanpa teknik sedikitpun. Kemudian dirinya mengikuti pergerakan si bulat orange.
       Siapa sangka, bola itu berhasil masuk ke ring. Alis Alvin terangkat sebelah menandakan dirinya tidak percaya. Namun teriakan ketiga sohib Via berhasil menyadarkannya, kalo lemparan si Chubby memang menghasilkan tiga point.
       “Ck…beruntung lo.” Desis Alvin.
       Rio, Alvin, Cakka dan Iel mendekati keempat cewek itu. “Udah histerisnya? Kalah juga toh.” Ujar Gabriel dan tersenyum miring.
       Keempat gadis itu melepaskan pelukannya dan menatap empat sosok yang berada di depan mereka itu dengan garang.
       “Bukannya kalian sendiri yang bilang, ‘tujuannya bukan untuk menang atau kalah’. So, nggak masalahkan kalo kami kalah. Lagian Cuma empat point lagi bedanya.” Balas Shilla.
       “Selisih empat point melawan kalian dari eskul basket adalah hal yang membanggakan. Secara kita berempat cewek dan amatiran, sementara lo berempat anak basket. Dan elo, kaptennya.” Tunjuk Agni ke Cakka dan menatapnya sinis.
       “Hmmm..ok. kalian berempat hebat. Maka dari itu, kita mau lo berempat menjadi pendiri basket cewek.” Ujar Rio. Ify, Shilla dan Via menggeleng. Hanya Agni yang mengagguk.
       “Kenapa lo bertiga nggak mau ?” tanya Alvin langsung ketika melihat penolakan.
       “Kita nggak mau karena harus masuk eskul sesuai perjanjian dengan kepala sekolah.” Jawab Via. Alis keempat cowok kece itu terangkat sebelah.
       “Kenapa?” tanya Iel.
       “Karena kita berempat anak….” Ucapan Ify terpotong.
       “Beasiswa. Mereka berempat anak beasiswa.” Sambung suatu suara. Ify menoleh ke sumber suara. Di sana berdiri Dea si Jazz Merah yang menatap mereka berempat dengan tampang meremehkan.
       “Ya, gue sama ketiga sohib gue anak beasiswa. Ada yang salah? Nggak kan. Di antara kita berempat, Cuma gue yang masuk basket dan gue akan mendirikan basket cewek. Ify dan Via masuk eskul music dan Shilla dance. Gue rasa udah jelas. Permisi.” Ucap Agni dan kemudian meninggalkan lapangan dengan ketiga sohibnya.
       Dea mendengus kesal, semenara CRAG hanya menatap punggung keempat cewek itu yang semakin lama menghilang dan kemudian menatap kea rah Dea meminta penjelasan.
       “Nanti pulang gue jelasin.” Ucap Dea dan bersama CRAG meninggalkan lapangan.

******************
      
       Sekarang X-3 lagi berpesta pora di kantin. Pasalnya mereka memenangkan pensi tahun ini dan mendapatkan uang lumayan besar, dua ratus ribu rupiah tok. Kantin penuh dengan warga X-3, tak terkecuali Ify, Via, Agni dan Shilla. Mereka mengambil tempat duduk di bagian pojok kanan kantin dan tengah menikmati pesanan mereka. Ify dan Via menikmati bakso dengan pop ice coklat kesukaan kedua cewek itu. Sementara Shilla dan Agni menikmati pangsit dengan segelas orange juice. Keempat cewek itu merasa senang dan bahagia. Lumayan udah lama nggak makan enak. Hehehe….
       “Makasih banget ya, Fy, Vi, Ag dan Shill. Karena lo berempat kita jadi makan enak gini dan nggak perlu lari keliling lapangan.” Ujar Rizky tulus.
       “Sama-sama.” SISA mengagguk.
       “Tapi, lo berempat tadi keren main basketnya. Apalagi tadi ada telenovela di lapangan. Ciiiieeeeeee, Ify. Ditolongin Kak Rio.” Goda Rahmi sambil mengedipkan matanya.
       Ify keselek. “Apa?”
       “Nggak usah pura-pura lupa, Fy. Gue tadi ngeliat kok, makanya gue ganti oper bola sama Via bukan sama lo.” Agni mendukung Rahmi.
       “Telenovela apaan. Itu kecelakaan. Lagian gue nggak suka sama ketos meeeeee……….” Ify menutup mulutnya.
       “Cieeeeeeeeee, Ify. Me apa tuh. Mecintaiku selalu.” Seru Daud. Ify melotot tajam dan mendengus kesal.
       “Bukan. Tapi, Mesek. Manusia pesek. Ketos itu kan hidungnya pesek.” Ujar Ify dengan menyetel tampang menyakinkannya.
       Hahahahaha….tawa menggema di kantin. “Ada-ada aja lo, Fy. Ntar kedengaran baru tobat.” Acha memperingatkan. Ify melengos dan melanjutkan makannya.

****************************



BERSAMBUNG..........

Makin nggak jelas?? Ada kata-kata yang nggak nyambung?? Harap maklum, saya bukan penulis. Mungkin jika dianggap penulis masih sangat amatiran. Tulisan ini adalah sekumpulan ide-ide dan imajinasi saya yang aneh dan nggak "wow" dan sebagai hiburan untuk membendung dunia khayal saya yang terus memberontak di otak. Maaf sebesar-besarnya dan saya sangat berterima kasih sama yang udah baca :D.

When I Feel Missing


Ketika dia menghilang....

Mengapa waktu terasa berhenti dan bumi enggan berputar??

Mengapa langit biru enggan digantikan pekat malam??

Mengapa yang aku lakukan menjadi serba salah??

Ketika waktu mulai berjalan....

Mengapa kini bumi belum juga bergerak??

Mengapa langit biru belum menyambut langit hitam??

Mengapa mentari masih bertahta??

Kemanakah rembulan dan bintang??

Dan ketika orang yang kucintai menghilang...

Apa yang harus aku lakukan??

Mencari penggantinya??

Ataukah aku juga ikut menghilang seperti dirinya??

Cinta ????


Kata hati itu...
Tak bisa dipungkiri
Tak bisa dihianati
Sulit untuk dimengerti

Andai kita memahami,
bahwa kata hati adalah sesuatu tulus yang sebenarnya kita inginkan juga rasakan

Begitulah dengan cinta

Cinta adalah kata hati
Kata yang terpahat di dalam hati dan abadi di sana
Cinta timbul karena adanya ketulusan
Itulah cinta

Cinta yang sesungguhnya adalah cinta dari lubuk hati dan disampaikan oleh hati.
Cinta bukan sekedar bilang 'I Love You' atau 'Aku Cinta Kamu'

Tapi cinta itu kata hati terdalam, yang sulit untuk diucapkan namun selalu dirasakan.
Bahkan cinta, sulit untuk dipahami karena perlu adanya usaha untuk menemukan kata tulus di dalamnya.

Terjemahan Cerita Rakyat


Sesuai janji gue, gue post terjemahan dari cerita rakyat yang gue post.


Pak Pandir

            Pada zaman dahulu, di sebuah desa hiduplah seseorang yang bernama Pak Pandir. Di desa itu, Pak Pandir hanya tinggal bersama istrinya saja. Pak Pandir adalah orang yang pemalas dan sering membohongi istrinya. Di desa itu, Pak Pandir juga orang yang sok pinar ibaratnya seperti kerbau memukulkan ekornya sendiri ke badannya atau dengan kata lain seperi calak ekor kerbauan. Begitulah pribahasa untuk menggambarkan orang seperti Pak Pandir.
            Pada suatu hari, Pak Pandir berencana untuk menanam kacang tanah. Disuruhlah istrinya pergi ke pasar untuk membeli kacang tanah. Pergilah istri Pak Pandir ke pasar. Setelah pulang dari pasar, Pak Pandir menyuruh istrinya menggoreng kacang tanah itu dicampur dengan gula merah.
            “Untuk apa kacang itu digoreng dan dicampur dengan gula merah?” Tanya istri Pak Pandir.
            “Biar subur.” Jawab Pak Pandir sekenannya. Istri Pak Pandir langsung percaya dengan Pak Pandir. Lalu dia masaklah kacang tanah itu dicampur dengan gula merah.
            Setelah kacang itu masak, Pak Pandir berpamitan dengan istrinya untuk ke kebun dan membawa kacang tanah tadi. Setelah berjalan lumayan jauh dari rumahnya, Pak Pandir pun berhenti di bawah pohon yang besar dan rindang  untuk beristirahat. Sambil istirahat dimakannyaah kacang tanah tadi. Lalu, kacang tanah itu habis. Maka tidak jadilah Pak Pandir menanamnya. Dia pun  kembali ke rumah dan bilang kepada istirnya kalau dia telah menanamkan kacang-kacang tadi.
            Tiga bulan kemudian, istri Pak Pandir bertanya dengannya. “Bagaiamana kacang yang ditanam dulu ? Kapan bisa dipanennya?”
            Sambil melihat ke arah pelafon rumah, Pak Pandir menjawab. “Sekitar dua minggu lagi.” Istri Pak Pandir senang sekali. Suami istri itu berencana pergi ke kebun dua minggu lagi.
            Singkat cerita, dua minggu kemudian di pagi harinya Pak Pandir dan Istrinya pergi ke kebun untuk memanen kacang. Setelah beberapa jam berjalan, sampailah mereka berdua di sebuah kebun yang banyak kacang tanah dan jagungnya. Dengan bersemangat istri Pak Pandir memanen kacang-kacang tersebut. Pada saat itu juga, datanglah seseorang yang berteriak Maling kepada Pak Pandir dan Istrinya. Orang itu adalah sang Pemilik kebun. Berlarilah Pak Pandir dan istrinya sambil mencari kebun yang lain. Setelah tiba di kebun yang lain, mereka berdua memanen kacang yang ada di sana. Namun, tak lama kemudian datanglah pemilik kebun itu dan Pak Pandir serta istrinya lari tunggang langgang. Hal itu terus berlanjut hingga kebun ke empat. Di kebun keempat, karena lelah berlari terus Pak Pandir dan Istrinya beristirahat. Istri Pak Pandir bertanya, “Mengapa setiap kebun yang kita datangi,  selalu ada orang yang menjanggal kita? Bukankah itu kebun kita?
            “Kita tadi salah kebun, ini baru kebun kita yang sebenarnya.” Jawab Pak Pandir. Tak lama kemudian, datang lagi pemilik kebun itu. Pak Pandir segera berlari sambil menggandeng istrinya.
            Setelah sampai di tempat yang aman, istri Pak Pandir ini bertanya lagi, “Mengapa kita berlari dari kebun kita sendiri?”
            Dengan menyesal Pak Pandir menjawab. “Kita ini tidak punya kebun. Kacang kemarin yang mau ditanam itu tidak jadi aku tanamkan karena sudah dimasak dan dicampur dengan gula merah. Itulah salah kamu, kenapa dimasak dengan gula merah? Saya coba makan satu ternyata enak sekali dan semua habis oleh saya.”
            “Kamulah yang menyuruh aku.” Sela Istri Pak Pandir.
            “Mangkanya, apa yang aku bilang itu jangan langsung dilakukan. Kacang yang sudah dimasak itu tidak akan bisa tumbuh lagi. Bodoh sekali kamu ini.” Ujar Pak Pandir. Istri Pak Pandir hanya diam mendengar omongan Pak Pandir yang tidak merasa bersalah itu, malah menyalahkan istrinya.
            Demikianlah cerita Pak Pandir, Pak Pandir yang memang pandir dan sok pintar sedangkan istrinya yang bodoh dan tolol.

           

Cerita Rakyat Bengkulu (Seginim, Bengkulu Selatan)

Posting gue kali ini, gue mau sharing mengenai sebuah cerita rakyat yang berasal dari daerah asal gue sendiri. BENGKULU, tepatnya di SEGINIM BENGKULU SELATAN. Sebenarnya cerita rakyat ini berhasil gue susun dari penuturan Ayah gue sendiri yang sumbernya dari Nenek gue. Ribet ya?? Maksudnya, cerita rakyat ini dulunya Nenek gue ceritakan dengan Ayah saya dan sekarang Ayah saya yang menceritakannya kepada saya sendiri :D

Well, gue sebagai generasi bangsa awalnya tersindir saat guru gue memberikan tugas menceritakan cerita rakyat dari daerah asal. Tersindir di sini, bukan berarti nggak mau bercerita. Tapi ketika guru gue bilang 'masa sebagai generasi muda daerah asalnya, cerita rakyat saja nggak tahu. Malah cerita Cinderella tahu banget' kira-kira begitu. Hati gue langsung tertohok. Jujur gue nggak tahu cerita rakyat dari daerah gue sendiri. Gue tahunya cerita rakyat Provinsi Bengkulu ya cuma cerita rakyat dari kota Bengkulu. Well, kota Bengkulu memang tempat gue tinggal sekarang, tapi itu bukan daerah asal gue. Gue berasal dari Seginim, Bengkulu Selatan. Daerah terpencil gitu.

Karena gue nggak mau ngaku kalo gue nggak tahu sama sekali tentang cerita rakyat dari daerah gue, gue mau buktiin sama temen-temen gue yang udah menghina daerah gue sendiri walaupun dalam candaan. Masa mereka bilang, daerah gue nggak ada cerita rakyatnya. Kesel gue. So, pulang sekolah, gue search tuh di google. Sumpah, serius gue nggak nemu cerita rakyat dari Seginim. Adanya dari Lebong, Kota Bengkulu. Just it. Gue jadi bingung sendiri. Masa iya nggak ada.

So, malamnya gue tanya sama orang tua gue. Akhirnya gue dapatin itu cerita. Gue pun dengerin ortu gue bercerita sambil nyatet jalan ceritanya. Pake bahasa asli lho :). 

Kalau mau baca, read this!

Pak Pandir

Pada jaman jemo dulu, disebuah dusun hiduplah sorang jemo yang bernamo Pak Pandir. Dio hidup di situ ngan bininyo ajo. Pak Pandir nih jemonyao pemalas lagi pulo galak nipukah bininyau. Di dusun, Pak Pandir tuh jemo icak-icak pintar ibarat luk kebau babati ekor ke badannyau atau ngan katau lain calak iko kebauan. Itulah peribahasa yang cocok untuk ngambarkan jemo luk Pak Pandir.
            Pada suatu hari, kataunyo Pak Pandir berencanau ndak nanam kacang tanah di kebunnyau. Lalu, dio ajung bininyo beli kacang tanah di pekan. Pegilah bininyo ke pekan ntuk beli kacang tuh. Setibo istirnyo di rumah, Pak Pandir ngajung lagi bininyau, kali ko untuk nggoreng kacang tanah tuh dengan gulo abang.
            “Untuk tapau kacang tuh dikoreng undak gulo abang ?” tanyau bini Pak Pandir.
           “Biar alap tumbuhau.” Jawab Pak Pandir. Bininyau koh langsung percayo ajo dengan Pak Pandir. Langsunglah diau goreng kacang tanah tuh undak gulo abang.
            Setelah masak kacang tuh, dibataklah ngan Pak Pandir ke kebunnyau. Sementara biniau tetap di ghumah. Lah bejalan lumayan jauh dari ghumah nyau, Pak Pandir berenti untuk duduk di bawah pohon besak. Dimakan nyolah kacang bataan tadi. Jadi urung ditanamkah kacang tanah tuh. Kemudian, setelah kacang tuh abis dimakannyo, Pak Pandir koh balik ke rumah. Terus ngecek ngan bininyo, kalau kacang tuh lah udem ditanamakahnyo.
            Tiga bulan kemudian, bininyo nayokah ngan Pak Pandir, “Luk tapau kacang kitau empai nih? Kebilau pacak dicabut?”
            Dengan nginak-nginak ke atas, Pak Pandir menjawab, “Kiro-kiro duoau minggu lagi.” Lalu biniau nih ngangguk-ngangguk ngan riangau. Duo laki bini tuh berencanau ke kebun duoau minggu lagi.
            Singkat ceritau, setelah duoau minggu kemudian di pagi harinya, Pak Pandir ngan bininyau pegi ke kebun ngan mbatak kinjar dan kedharau. Setelah beberapoau jam bejalan, sampailah di sebuah kebun yang banyak kacang ngan jagungnyau. Lalu bini Pak Pandir nih ngan semangat cabuti kacang-kacang tuh. Seketika itu, datanglah jemo lain ngataukah Pak Pandir ngan bininyau tuh maling. Pak Pandir tau kalau jemo tuh yang punyo kebun hih. Pak Pandir ngan bininyau lari tunggang langgang sambil ndalak kebun kacang lain. Setibo di kebun kacang lain, Pak Pandir ngan bininyo cabuti kacang lagi. Datanglah lagi jemo pemilik kebun tuh, larilah lagu nyo duoau belaki bini tuh. Pak Pandir ngan bininyau tuh terus cak itu sampai kebun ke empat. Di kebun keempat nih, karnau capek belari manjang merekau beduoau koh istirahat. Bini Pak Pandir koh betanyo, “Ngapau tiap kebun yang kitau datangi tadi, adau jemo njanggal kitau manjang? Bukannyo itu kebun kitau?”
            “Kitau tadi tuh salah kebun. Ini baru kebun kitau nian.” Jawab Pak Pandir. Belum lamau tuh, datanglah lagi jemo yang neriaki nyo beduo tuh maling. Lari lagi laki bini tuh.
            Sampai di tempat yang aman, bini Pak Pandir koh betanyau lagi. “Ngapau kitau belaghi dari kebun kitau ?”
            Dengan menyesal Pak Pandir menjawab, “Kitau koh ndik punyau kebun. Kacang kamahgi yang ndak ditanam tuh ndik jadi aku tanam karnau lah dimasak undak gulo abang. Itulah salah kaba tuh, ngapau pulo kacang tuh digoreng undak gulo abang? Aku cubaukah sebutik, ternyatau lemak nian. Akhirnyo abis ngan aku sendiri.”
            “Kaba tulah yang ngajung aku.” Sela Bini Pak Pandir.
         “Mangkanyau, tapau kecek aku tuh pikirkan kudai jangan langsung kaba kerjaukan. Ndik tumbuh kacang yang udem dimasak tuh. Bigal nian kaba.” Ujar Pak Pandir. Bininyau diam sajo dengar kecekan Pak Pandir.
            Itulah ceritau Pak Pandir, diaunyo pandir. Ndik merasau bersalah ngan nyalahkan biniyau sajau. Sementara itu, bininyau sendiri bigal ngan buyan.


Gimana ceritanya?? Ngerti nggak bahasanya?? Bahasa daerah gue sih nggak susah-susah amat, gampang kok. Daripada ada yang bingung, ntar gue post deh terjemahannya. Cieeeee.........., terjemahan nian. Hehhehe.....