Andaikan Part 12 *Ending



 Andaikan Part 12


Mrs. Mario

Ify lagi asyik menyiram tanaman bunga kesukaannya di halaman. Hari ini minggu. Saatnya menyibukan diri dengan kebun-kebun bunganya. Ify sejak pukul delapan pagi tadi telah asyik mengurus bunga-bunga cantik di halamannya. Ozy dan Deva mengepel rumah. Hari ini jadwal bersih-bersih.
          Lagi asyik-asyiknya memotong daun-daun bunga yang sudah layu, tiba-tiba bunyi klakson motor terdengar. Ify menoleh ke gerbang. Dilihatnya ada Ray datang bersama Rio. “DEVA…..OZY……ADA RAY TUH!” teriak Ify. Kemudian kembali sibuk dengan bunga-bunganya.
          “Hai Kak Ify,” sapa Ray.
          “Halo Ray. Ozy sama Deva di dalam tuh. Masuk aja. Tapi hati-hati, lantai itu baru dipel,” ucap Ify tanpa mengalihkan pandangannya dari pekerjaannya. Ray manggut-manggut dan berjalan masuk ke rumah. Ify dapat mendengar teriakan histeris ketiga bocah itu. Pasti mereka sedang bertos ria, pikir Ify.
          Rio yang tadi mengikuti Ray masuk berhenti di belakang Ify. Ia mengamati gadis itu yang lagi asyik dengan bunga-bunganya. Jemari lentik Ify dengan hati-hati memotong daun, batang dan bunga-bunga yang layu. Rio mengamatinya.
          Hmmm…Hmm…..Rio berdeham. Namun, Ify tidak bereaksi sedikitpun.
          “Pagi Ify,” sapa Rio lembut.
          Ify hanya terdiam sejenak untuk mengenal pemilik suara itu. kemudian kembali bekerja. “Pagi, Rio,” balas Ify tanpa menatap Rio. Rio jadi kesal sendiri, padahal ia sudah rapi-rapi dan keren gini untuk bertemu Ify. Tapi gadis itu tidak menoleh ke arahnya.
          “Asyik banget ngerawat bunga ya, Fy? Nyokap gue juga suka tuh,” ucap Rio.
          Ify mengangguk. “Pasti dong,” jawab Ify pendek dan tidak memperhatikan Rio. Rio semakin kesal dan ia mendekati Ify kemudian merebut paksa gunting bunga yang dipegang Ify.
          Ify cemberut. “Balikin dong,” pinta Ify dan kini ia menatap Rio. Ify terpesona. Rio lebih keren dari biasanya. Rambutnya di-spike, terus ia memakai jeans hitam dan kemeja panjang yng digulung hingga siku. Penampilannya sederhana, tapi begitu keren.
          “Nah lo liat gue juga. Kesal tahu dipunggungi gitu,” ujar Rio.
          “Maaf, Yo. Gue suka banget sama bunga sih,” balas Ify.
          Rio mengangguk maklum. “Jalan yuk, Fy,” ajak Rio.
          “Ke mana?”
          “Ikut aja deh. Mau ya?” pinta Rio.
          Ify berpikir kemudian mengangguk. “Gue perlu ganti baju nggak nih?” tanya Ify.
          Rio mengamati gadis di depannya itu. Gadis itu memakai celana jeans panjang dan baju kaos biru polos. Rambutnya dikuncir acak-acakan. Namun membuat gadis itu semakin terlihat manis saja. “Nggak usah, Fy. Udah cantik kok. Tapi, lo udah mandikan?”
          “Pasti dong. Gue ambil jaket sama handphone dulu ya,” ujar Ify dan melesat ke dalam rumah. Rio terkekeh pelan. Dulu yang ia tahu Ify itu gadis kutu buku dan cupu, ternyata tidak. Dia terlalu bodoh dulu.
          “Ayo berangkat! Gue udah pamit sama trio bocah itu,” ucap Ify. Rio mengangguk dan mereka berdua menaiki motor cagiva biru Rio. Semenjak sama Ify Rio selalu membawa motor, bukan lagi mobil. Ntahlah, Rio suka saat ia dan Ify sama-sama menerjang angin di atas motornya.

@Pantai
          Ternyata Rio membawa Ify ke pantai tempat yang waktu itu mereka kunjungi. Rio segera menarik tangan Ify dan membawa gadis itu berlari menuju tepi pantai. “Main air yuk, Fy,” ajak Rio. Ify mengangguk antusias. Dia segera melepaskan tangannya dari genggaman Rio dan segera berlari sedikit ke dalam pantai. Rio mengikuti Ify saat Rio mendekat Ify langsung nyipratin air ke Rio hingga Rio hampir menelan airnya.
          “Asin tahu, Fy!” seru Rio. Ify hanya tertawa lepas. Ia sungguh bahagia, padahal hanya bermain air sama Rio. Rio tak mau kalah dan membalas Ify hingga gadis itu berlari menjauh. Namun Ify hampir terpeleset dan nyemplung ke air. Untung saja Rio sigap dan menarik Ify segera, hingga kepala Ify menempel pada dadanya. Ify jadi deg-deg-an dan ia bisa mendengar dekat jantung Rio.
          “Hati-hati, Fy. Ntar benaran nyemplung,” nasihat Rio. Ify mengangguk.
          “Makasih udah nolongin,” ucap Ify.
          “Sama-sama. Berdiri di tepi aja yuk, Fy,” ajak Rio.
          “Ayo,” seru Ify dan menarik tangan Rio. Rio sendiri terkaget-kaget, pertama kalinya Ify mengenggam tangannya duluan. Biasanya juga Rio.
          Saat mereka sudah di tepi pantai. Keduanya menatap pantai hingga sejauh mana mata keduanya mampu memandang. Ify menikmati setiap pergerakan ombak-ombak pantai yang begitu indah. Bola matanya berkilat-kilat senang.
          “Fy….” Panggil Rio.
          “Hmm…kenapa, Yo?” tanya Ify. Ia memperhatikan Rio yang menatapnya begitu lekat. Ify sering menyadari kalau Rio menatapnya begitu dalam. Tetapi, tatapan Rio kali ini berbeda. Ify jadi bingung sendiri.
          “Gue ingin lo jadi orang pertama yang gue datengin waktu gue merasa kangen. Gue mau lo jadi orang yang bakal selalu ada buat gue. Selalu menemani gue dalam suka maupun duka. Selalu bersama gue dalam menjalani hidup ini. Gue ingin  menjalani hidup bukan dengan kata hidup gue. Tapi hidup kita. Gue ingin lo jadi bagian hidup gue hingga selamanya, Fy,” ucap Rio.
          Ify menatap Rio lekat. “Gue minta maaf sama tingkah gue yang dulu-dulu itu sama lo. Gue ingin lo tahu kalau lo pemilik seutuhnya hati gue. Setiap ruang hati gue untuk lo, Fy. Nggak ada ruang untuk yang lain. Gue sayang banget sama lo, Fy. Cinta sama lo.”
          “Yang dulu biarlah, Yo. Nggak usah diungkit-ungkit terus. Lo udah minta maaf, kenapa minta maaf lagi. Gue udah maafin lo kok, Yo,” ujar Ify dan tersenyum. Bagi Rio senyum Ify seperti senyum malaikat.
          “Gue ingin….pantai ini menjadi saksi kalau gue mencintai elo, Fy. Kalau gue pemilik hati elo dan lo pemilik hati gue. So, would yo be Mrs. Mario, Alyssa Saufika Umari?” ucap Rio.
          Mata Ify berkaca-kaca. Rio mengutarkan perasaan kepada dirinya. Dulu hal ini hanya mimpi Ify. Bunga tidur yang selalu menemani Ify. Namun sekarang semua menjadi nyata. Dulu semuanya hanya sekdar pengandaikan bagi Ify. Ify hanya bisa mengatakan semua yang ia inginkan terhadap Rio dimulai dengan kata andaikan. Andaikan Rio dekat dengannya. Andaikan Rio mempunyai rasa yang sama dengannya. Andaikan Rio menembaknya. Menyatakan perasaan kepada dirinya.
          Namun kini semua itu sudah lalu. Sekarang tidak lagi dimulai dengan kata andaikan. Dia tidak perlu menunggu Rio terlalu lama lagi. karena Rio sudah ada di sini, tepatnya hati Rio sudah memilih Ify. Saat ini, di tepi pantai dengan pantai menjadi saksinya, Rio meminta Ify menjadi Mrs. Mario. Berarti menjadi kekasih pemuda manis itu. Pemuda yang telah membuatnya berkenalan dengan cinta, merasakan sakit hati dan  cemburu. Juga mengajarkan dia untuk bersabar dan membuat dia putus asa. Mencintai Rio mengajarkannya banyak hal.
          Kini Rio telah menyatakan cintanya, untuk apa Ify menolak. Ia tidak harus menolak. Karena Rio sudah tahu kalau Ify memang menyukai Rio. Sebenarnya untuk apa Rio menyatakan persaannya?? Tho, dia tahu kalau Ify memang menyukai dirinya.
          “Gue mau kita punya ikatan, Fy. Bukan sekedar saling sayang. Gue mau, gue menjadi Mr. Mario dan lo Mrs. Mario. Gue mau merasakan kenyamanan yang gue rasakan saat bersama lo. Bersama Alyssa Saufika Umari, Mario Stevano Aditya Haling menjadi lebih baik dan merasa lengkap. So, gue tanya lagi. Maukah Alyssa menjadi Nyonya Mario? Mendampingi Tuan Mario dari sekarang hingga nanti,” ucap Rio.
          Ify berkaca-kaca dan kemudian dia tersenyum lebar dan akhirnya mengangguk. “Gue mau jadi Mrs. Mario. Gue sayang sama lo Rio dari tiga tahun yang lalu sampai sekarang,” jawab Ify.
          Rio langsung melompat kepelukan Ify. Ia memeluk gadis itu. Dan memang benar, kenyamanan hidup ia dapatkan ketika ia bersama Ify. Dan semoga Mario dan Alyssa bersama hingga nanti.

****END**** 



Gimana ceritanya?? Endingnya jelek ya?? Gue nggak ada niat buat ganti endingnya. Biarlah sesuai dengan apa yang udah gue buat dulu. Hehehehe.... Oh iya, terima kasih buat yang udah baca cerbung gaje saya ini. Ini termasuk cerbung stok lama *apaandahini*
Happy Reading ya!!

Semangat selalu!! Semangat untuk menghadapi ulangan semesteran!! Hwaiting. Do'akan saya ya, biar tetap berada di tempat yang sama untuk ketiga kalinya :)
Semangat juga untuk mengunjungi blog saya, hehehhee.....

*Ngomong2 siapa pembaca cerbung Dia (Seperti inikah seharusnya cinta), aku cuma mau nawarin, kalau aku buat sequelnya pada mau baca nggak?? Soalnya ending itu novel gantung banget, namun keren. Gue aja suka banget. Tapi, gue tanya dulu sama yang nge-repost-nya dulu. Kalo dia yang mau buat sequel-nya, gue post sequel gue di blog aja. tapi, kalau dia nggak buat sequel-nya, gue bakal post di facebook. Bagi yang mau ditag, inbox or dinding saya. Tapi, nge-post-nya tunggu cerbung Dia (Seperti inikah seharusnya cinta) end dulu dan gue dapet izin untuk buat sequel-nya dari yang nge-repost itu cerbung.

Andaikan Part 11


 Andaikan Part 11


 Jadi…….

Bel istirahat berbunyi dengan riang. Seluruh siswa-siswi Global Nusantara Internasional High School berteriak heboh. Perut keroncongan setelah menghadapi pelajaran pagi semakin mengheboh. Bunyi kruyuk…kruyuk…terasa jadi lebih sering. Ify sendiri segera membereskan buku Kimianya. Pelajar terakhir untuk pagi ini Kimia. Setelah melahap pelajaran Kimia, ia jadi terasa lapar. Apalagi pagi tadi ia hanya sarapan sedikit, soalnya Deva dan Ozy tiba-tiba mendadak jadi rakus. Saat Ify tanya alasannya apa, kedua adiknya itu kompak nyengir dan bilang ‘kangen sama masakan Kak Ify’. Ify tersenyum geli dan mengalah untuk tidak saran banyak seperti biasanya.
          “Kantin yuk, Fy,” ajak Rio yang telah selesai merapikan mejanya sendiri.
          “Duluan aja deh,” ucap Ify. Ia masih takut untuk bareng Rio di sekolah. Ia tidak mau jadi bahan gosipan dengan judul ‘Ify si Cewek Cupu Mempelet Rio si Ganteng’ yang benar saja. Padahal, Ify itu tidak cupu. Rambutnya tergerai dengan indah dan kacamata lensanya menghiasai kedua mata beningnya.
          “Sama lo. Harus sama lo. Apa sih yang lo takutin?” tanya Rio. Dia merasa Ify takut bila bersama dengannya di sekolah.
          “Gue nggak mau kalau digosipin,” jawab Ify lirih.
          Rio terkekeh pelan. Konyol sekali jawaban gadis itu. “Biarin aja, mereka pada syirik karena nggak bisa dekat dengan Mario yang super keren ini. Hanya Alyssa yang boleh dekat dengan Mario,” ucap Rio mencoba untuk menghibur.
          Ify menggeleng. “Nggak mau. Lo aja duluan,” balas Ify.
          Rio menghela nafas lelah dan kemudian berdiri. Lalu dia menarik tangan Ify dan menggandeng gadis itu menuju kantin. “Yo…lepasin dong,” pinta Ify.
          “Nggak akan. Ayo ke kantin. Biar orang tahu kalau Rio itu punya Ify,” ucap Rio. Malah ia menarik ify hingga berdiri tepat di sebalahnya bahkan sangat dekat.
          Sepanjang jalan ke kantin, Rio dan Ify menjadi pusat perhatian. Banyak yang tidak percaya dan sinis terhadap Ify. Namun ada juga yang takjub melihat Rio dan Ify berbarengan. Menurut orang-orang yang takjub itu, Rio dan Ify sangat cocok. Mereka berdua begitu saling melengkapi.
          “Aduh, Yo. Kan jadi dilihatin orang,” bisik Ify.
          “Nggak apa-apa kok, Fy. Pada iri tuh,” balas Rio dan tersenyum manis banget ke arah Ify. Saat melintas ke koridor kanan, Rio dan Ify bertemu Dea bersama ketiga temannya. Siapa lagi kalau bukan Angel, Zevana dan Oik.
          “Wow….ada couple baru nih!” seru Dea alias meledek.
          “Siburuk rupa ternyata berhasil mempelet si Tampan,” tambah Angel.
          “Lo berdua diam,” ucap Rio dingin.
          “Aduh Rio….selera lo turun? Atau nggak sanggup lagi dapatin cewek yang kayak gue?” hina Dea.
          “Palingan Rio itu nggak laku lagi De. Makanya ia mendekati si Buruk Rupa. Cupu 2012,” ucap Oik sinis.
          “Yang mutusin lo itu gue! Gue nggak sudi sama cewek tukang fitnah kayak lo. Bagus diluar aja lo, dalamnya busuk!” balas Rio.
          “Sweettt…sebusuk-busuk gue, lo cinta sama gue!” balas Dea.
          Rio tertawa merendahkan. “Gue cinta sama elo? Mimpi! Gue Cuma kasihan sama lo,” balas Rio tak kalah tajam. Dea terdiam membeku. Wajahnya merah.
          “Yuk, Fy kita ke kantin. Nggak usah ngeladenin orang-orang sinting ini,” ajak Rio. Saat ia sejajar dengan Dea ia berbisik tajam ke gadis itu. “Lo jangan berani sentuh Ify! Sekali gue denger, lo habis!”
          “Ayo, Fy. Teman-teman udah nunggu,” ucap Rio dan menarik tangan Ify. Ify hanya ikut Rio. Dia tidak perlu mengeluarkan suara apa-apa. Karena ia tahu, Rio akan melindunginya.

@Kantin
          “Datang juga lo, Bro,” seru Iel saat Rio sampai di meja yang dihuninya bersama Cakka dan Alvin serta pacar ketiganya.
          “Yoi, Bro,” balas Rio.
          “Kemaren lo sakit?” tanya Alvin. Rio melongo. “Gue tahu dari Ify,” tambah Alvin cepat sambil menunjuk Ify yang berdiri di sebelah Rio.
          “Yo, Fy, duduk dulu gih!” ujar Via. Keduanya mengangguk.
          “Bener Fy lo yang bilang gue sakit?” tanya Rio.
          Ify mengangguk. “Kecelakaan dan terluka itu juga namanya sakitkan?” tanya Ify lagi. Ketujuh orang di meja itu mengangguk.
          “Bentar dulu, ada cerita yang tersembunyi nih. Ya kan, Yo?” selidik Gabriel.
          “Pasti ada, Yel. Lihat aja Rio sama Ify ke kantin bareng. Kan Rio dulu anti banget sama Ify.” Dukung Via sambil senyum-senyum menggoda Ify. Agni dan Shilla saling kode-an. Tak lama kemudian, posisi duduk telah bertukar. Ify dan Rio dikepung. Mereka berdua diminta penjelasan. Sebelum pertanyaan introgasi dimulai, Ify dan Rio dipaksa bercerita dimulai dari kata kecelakaan. Akhirnya, Ify menceritakan tentang perihal Rio kecelakaan dan ia menolongnya hingga selesai, namun ceritanya tidak lengkap. Iya dong, masa cerita juga tentang pribadinya. Nggak boleh dong!
          “Jadi di antara kalian ada hubungan apa sekarang?” tanya Shilla memulai introgasi. Wajahnya penuh selidik.
          Rio dan Ify saling tatap-tatapan. “Nggak ada hubungan apa-apa kok, Shill. Bener deh! Cuma teman satu sekolah, satu kelas dan satu bangku,” jawab Ify pada akhirnya. Dari pada diam saja dan menunggu Rio yang menjawab.
          Hati Rio terasa tertohok saat mendengar jawaban Ify. Ia tidak terima. Malah sangat tidak terima. Hatinya sedikit nyeri mendengar pernyataan Ify itu. sebenarnya apa yang dikatan Ify itu adalah kenyataan. Mereka berdua memang tidak mempunyai hubungan khusus. Seperti Alvin dan Via, Shilla dan Iel juga Agni dan Cakka. Tidak ada ikatan sebagai kekasih.
          “Nggak percaya gue. Yo?” tanya Cakka.
          “Bener tahu. Cuma Rio udah minta maaf sama gue. Itu doang,” Ify kembali bersuara. Ia juga merasa aneh kenapa Rio diam saja. Paling tidak Rio itu mendukung pernyataannya.
          “Tapi kenapa dekat banget?” selidik Via.
          “Iya tuh. Ke kantin aja bareng,” ujar Alvin mendukung Via.
          “Rio udah putus sama Dea. Nggak mungkin nggak ada apa-apa,” sambung Gabriel.
          “Beneran tahu. Vi, Ag, Shill, kok nggak percaya banget,” ucap Ify. Namun ketiga sohibnya itu tidak percaya. Ify itu menyukai Rio dari dulu dan masih mengharapkan pemuda itu. Ify dan Rio yang dulu sangat jarang terlihat bersama, kini terlihat sangat dekat. Tidak mungkin ada apa-apanya.
          “Dukung dong, Yo. Kita memang nggak ada apa-apa kan?” pinta Ify sedikit memelas kepada Rio. Ia tidak suka diintrogasi seperti ini. Ia malah lebih suka mengerjakan soal Fisika.
          Rio menatap Ify lekat. Lalu ia meraih Ify dan memeluk gadis itu. Via, Agni dan Shilla berteriak histeris. “Huuuuwwaaaaaaa…………”
          “Gue nggak mau denger kalau lo bilang sama orang kita nggak ada apa-apa. Di sini sakit, Fy. Hati gue terluka,” ucap Rio.
          Wajah Ify memerah. Ia malu. Di kantin ini bukan hanya ada dirinya, tapi juga orang lain. Bahkan hampir satu sekolah. Apalagi Rio itu terkenal di sekolah ini. Pasti orang-orang pada ingin tahu apa yang terjadi dengan seorang Mario Stevano.
          “Ciiiiiiieeeeeeeeeeeeeee…….Riiiiiiiooooooooooo………” goda Alvin, Gabriel dan Cakka kompak. Rio jadi salah tingkah. Dia melepas pelukannya dan menganggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia lupa kalau dia tidak sendirian di sini.
          “Tuh kan. Pasti kalian pacaran,” cetus Cakka.
          Ify menggeleng. “Gue bukan pacar Rio kok,” ucap Ify. Membuat Alvin, Cakka, Gabriel, Via, Agni dan Shilla melongo parah kayak orang idiot.
          “Jadi…..lo belum nembak Ify, Yo? Tapi udah berani meluk anak gadis orang. Parah lo,” ujar Gabriel.
          Rio melotot. “Yang penting gue sayang sama Ify dan gue tahu Ify juga sayang sama gue,” balas Rio.
          “Apaan sih lo, Yo. Kenapa nggak jadi-an aja, Bego!” tuding Alvin dan menoyor kepala Rio. Rio balas toyor balik. Saat melihat Ify mengalihkan pandangan ke arah lain. Rio memberi kode ke sohib-sohibnya itu.
          “Makan aja, Yuk. Lapar nih!” seru Via semangat sekali.
          “Cewek lo makan mulu, Vin,” ledek Gabriel.
          “Biarin. Pada lo cungkring item,” balas Alvin tak mau kalah.
          “Cungkring item ya? Bukannya itu Rio?” tanya Ify polos banget. Wajahnya begitu innocent.
          Hahahahhhahha…..tawa Alvin, Gabriel, Cakka, Via, Agni dan Shilla meledak. Rio manyun. Namun dalam hati ia tersenyum geli. Ify memang penuh kejutan. Gadis itu bisa bercanda lucu juga. Memang sekarang, mereka berdua belum pacaran. Tetapi dihati Rio hanya ada Ify. Alyssa Saufika Umari. Pemilik setiap keeping hati Rio.

**************** 


BERSAMBUNG.....

Andaikan Part 10


 Andaikan Part 10


Bahagia itu sederhana. Bersamamu dan mereka sudah membuatku bahagia.

Ify sedikit manyun dan menggerutu di dalam mobil. Rio keterlaluan. Masa mereka terlambat menjemput Deva, Ray dan Ozy. Rio sih banyak tingkah banget. Pulang ke rumah dulu ambil mobil, baru jemput trio bocah itu. Apalagi Deva dan Ozy terus-terusan menelpon dirinya.
          Sebenarnya Rio mau tertawa melihat wajah Ify saat ini. Gadis itu sungguh lucu. Wajahnya sedikit cemberut dan sekali-kali manyun. Rio memperhatikan Ify. Gadis itu tidak lelah. Tak terlihat goresan penat pada wajahnya. Namun Rio tahu gadisnya itu sedang kesal. Rio memperhatikan jaket hitam kesayangannya membalut tubuh Ify. Dirinya jadi ingat dengan kejadian dulu. Saat ia marah Ify memakai jaketnya. Tetapi sekarang, ia malah memaksa Ify memakai jaketnya.
          “Jangan cemberut lagi dong, Fy. Gue udah SMS Ray kok, kalo gue telat,” ucap Rio lembut dari balik kemudinya.
          “Lo sih lama banget. Kalo Cuma tuker motor sama mobilkan sebentar. Lha, elo malah sibuk ganti jaketlah dan ambilin gue jaket. Kasihan tahu kalo mereka menunggu. Menunggu itu tidak enak sekaligus menyakitkan,” balas Ify dan matanya tetap fokus ke depan.
          Sesuatu yang maknanya ganjil tertangkap telinga Rio. Menunggu. Ya menunggu, Rio sadar menunggu maksud Ify itu, menunggu yang ia lakukan selama ini. Rio hanya diam. Dia sadar Ify sudah sering terluka dulu gara-gara pikiran sempitnya.
          “Maaf, Fy,” ucap Rio. Dilihatnya Ify mengangguk dan Rio tersenyum. Ify memang gadis yang tulus dan baik hati. “Nah, kita udah sampai,” ujar Rio saat melihat gapura Global Nusantara Internasional Junior High School.
          Wajah Ify sumringah da ia tersenyum lebar. Rio terpesona dengan senyum itu. “Berhenti di sana aja, Yo,” ucap Ify sambil menunjuk parkiran yang kosong dan tak jauh berada dengannya.
          Rio segera memarkirkan mobilnya di tempat yang ditunjuk Ify. Saat mobil itu telah terparkir dengan sempurna, Ify segera turun dari mobil dan melangkah keluar meninggalkan Rio yang menatapnya dengan tampang melongo.
          “Gue ditinggalin?” tanya Rio tak percaya. Akhirnya dia geleng-geleng kepala. Dia segera keluar dari mobil dan berlari menyusul Ify.
          “Masa lo ninggalin gue yang ganteng ini, Fy,” ucap Rio selolah-olah terluka. Ify menoleh ke sebelah kanan dan mendapati wajah Rio yang menatap dirinya.
          “Eh….maaf, Yo. Gue kangen banget sama adik-adik gue,” balas Ify dan merasa tak enak sedikit.
          “Oke gue bisa maklum. Lain kali jangan tinggalin gue ya?” pinta Rio. Nadanya sedikit manja, Ify mau tertawa. Kemudian ia mengangguk. “Siip. Gue janji.”
          Rio tersenyum lebar dan kemudian menggandeng tangan Ify mencari adik-adik mereka.
*******************
          “Kaaaaaakkkkkkkkkk Iiiiiiiiiiifffffffyyyyyyyyyyy……………….” Teriak Ozy, Deva dan Ray serentak dan segera berlari menghampiri gadis manis yang tersenyum lebar ke arah mereka.
          Ify terhuyung-huyung menerima pelukan dari ketiga bocah itu. “Kak Ify. Aku kangen lho sama kakak,” ucap Ray manja. Ia tidak sadar dengan kehadiran kakaknya yang tepat berada di samping Ify.
          Rio manyun mendengar ucapan Ray. Masa Ify dulu yang ia kangenin. Padahal Rio juga merasa sepi ketika Ray tidak ada di rumah. Tetapi Rio tidak menyangka kalau Ray sudah sedekat itu dengan Ify.
          “Kakak gue, Ray!” seru Deva dan Ozy serentak. Ray meringis. Ify telah terlepas dari badai pelukan ketiga bocah itu. Ia tertawa kecil.
          “Hmm…Hmmm…” Rio berdeham. Ray yang berdiri di sebelah Ozy merasa familiar dengan suara dehaman itu. Ia menoleh ke sebelah Ify dan menemukan kakaknya yang super ganteng itu tengah menatap dirinya dengan penuh kerinduan.
          “Huwaaa….Kak Rio….Ray kangen tahu,” seru Ray dan melompat kepelukan Rio. Rio kewalahan. Adiknya kini sudah besar dan berat. Mereka sudah jarang sedekat ini. Ray benar, Ify memberikan hal baik terhadapnya. Seperti ini, dia bisa kembali dekat dengan adiki semata wayangnya itu.
          “Lo lemot. Masa Ify dulu yang lo teriakin kangen. Kakak dianggap nggak ada. Dianggap hantu,” ucap Rio pura-pura merajuk.
          Ray meringis. “Habis kakakkan udah  jarang jemput Ray. Jadi Ray kira kakak bakalan nggak jemput Ray,” balas Ray. Rio tertegun. Begitukah dirinya dulu? Menelantarkan adiknya.
          “Iya-iya. Maafin kakak. Sekarang kakak akan selalu ada untuk Ray,” ucap Rio.
          Ozy, Deva dan Ify menatap kakak beradik itu sedikit terharu. Apalagi Ray begitu antusias dan hampir berkaca-kaca mendengar ucapan Rio. Ozy dan Deva tahu kalau Ray ingin sekali kakaknya kembali seperti dulu. Sebelum berpacaran dengan cewek yang bernama Dea.
          “Gimana kemping kalian?” tanya Ify mencairkan suasana yang hampir mellow. Ozy, Deva dan Ray akhirnya bercerita antusias mengenai kemping mereka. Perjalanan uji nyali. Games yang seru-seru sampai kejadian memalukan, Ray dan Ozy kepeleset dan nyebur ke sungai. Sedangkan Deva sendalnya hanyut sebelah.
          Hahahhahha…..tawa Rio pecah. Ify tak bisa menahan dirinya untuk tidak terpesona dengan tawa Rio. Dia tidak sadar sedang ditatap orang lain. “Lucu….lucu….pengalaman menarik tuh. Gimana rasanya nyemplung ke sungai tanpa persiapan?” ledek Rio ke Ozy dan Ray.
          Kedua bocah itu merengut dan memukul lengan Rio bertubi-tubi. “Tolongin gue dong, Fy. Penganiayaan nih!” pinta Rio ke Ify. Tanpa Rio sadari ia bersuara dengan begitu manja. Ify tergelak. Ternyata laki-laki dingin itu, manja juga.
          “Tolongin nggak, Dev?” tanya Ify ke Deva.
          “Ya ampun Ify. Habis dah gue.”
          “Nggak usah, Kak. Hajar terus Ozy, Ray!” jawab Deva. Ify mengangguk setuju. Lalu ia ber-high five ria dengan Deva, Ozy dan Ray.
          “Pem-bully-an!” seru Rio tak terima. Akhirnya empat orang itu tertawa. Ozy dan Ray berhenti memukuli Rio.
          “Makanya, Kak. Jangan ngeledekin orang,” balas Ray sambil melet-melet.
          “Udah…udah….kita pulang yuk. Udah mau jam 6,” ajak Ify.
          “Tapi makan dulu ya, lapar nih,” pinta Deva.
          Ify menatap Rio. Rio balas menatap Ify dan mengangguk. “Ya udah, nanti kita makan dulu,” ucap Ify. Deva tersenyum senang diikuti Ray dan Ozy.
          Ify sekarang paham. Bahagia itu sederhana. Bersama Rio, hanya melihat pemuda itu tertawa ia sudah bahagia. Bersama Deva, Ray dan Ozy membuatnya bahagia. Bila bersama orang yang kita sayang, memang bahagia itu mudah sekali di dapat. Bahkan Ify jadi ingat, dulu saat ia belum dekat dengan Rio. Dia sudah bahagia hanya melihat Rio dan terkadang berada di dekat Rio. Bahagia itu sederhana.

******************* 



BERSAMBUNG.....