Sebel-Sebel juga Cinta, Tuh! Part 5




Sebel-Sebel juga Cinta, Tuh! Part 5





Ify duduk di sofa ruang keluarganya dengan tidak tenang. Ia menunggu mamanya. Ucapan Rio benar-benar membuatnya penasaran dan waspada. Ia harus tahu kebenaran aslinya. Ia tidak mau mengikuti istilah Rio itu. Dia jadi milik Rio dan Rio jadi miliknya. Nggak mau. Rio itu kutukan. Nyeblin kuadrat binti kubik lagi.


“Mama pulang dong. Ini penting, Mam. Ayolah!” ucap Ify sendiri. Ia benar-benar harus tahu kebenarannya. Tadi ia sempat menelpon mamanya dan mamanya itu bilang ‘tungguin Mama, Mama bentar lagi pulang. Kita sama-sama ke rumah Tante Manda’. Kok mamanya seperti berkomplotan dengan Rio? Atau ada hal yang lain dan hal itu belum sempat dijelasin oleh mamanya. Ify berharap pada opsi kedua, bukan yang pertama. Yang pertama itu nggak banget.

Ify terkantuk-kantuk di sofa. Ia sudah menunggu Mamanya selama dua jam, tetapi mama tercintanya itu belum juga pulang. “Mama kok lama banget sih?”

“Ify!!!!!” panggil seseorang dari luar pintu.

Ify terkejut dan segera berjalan ke pintu depan dan membuka pintu. “Mama???!!! Akhirnya mama pulang juga!” seru Ify.

“Kenapa sih, Fy? Kayaknya kamu ada masalah,” tanya Tante Nina, Mama Ify.

“Nah itu dia, Ma. Nanti malem kita ke rumah Tante Manda, Ma?” tanya Ify memulai menjurus pada topiknya.

“Iya. Cepet sekarang kita siap-siap. Mama lupa bilang kemarin. Ini udah jam 7,” jawab Mama Ify dan akan menuju kamarnya.

Ify menarik lengan mamanya. Hati Ify sudah gemeteran. “Ify belum selesai nanya, Mamaku cantik,” ucap Ify dengan wajah cemberut.

“Mau nanya apa, lagi?”

“Dalam rangka apa kita ke rumah Tante Manda?” tanya Ify hati-hati.

“Ify belum tau juga? Kita kan mau jadi keluarga sama mereka,” jawab Mama Ify.

Mata Ify langsung membelo. “Keluarga? Keluarga? Keluarga??” kata-kata itu teriang-iang dibenak Ify. “Nggak mungkin kalo yang Rio bilang itu bener!!!” batin Ify.

“Mama siap-siap dulu. Kamu juga siap. Setengah jam mama tunggu di teras,” ujar mamanya dan segera meninggalkan buah hatinya yang masih terbengong-bengong.

Ify berjalan ke lantai atas tanpa ia sadari. Di benaknya masih terekam dengan jelas apa yang dibilang mamanya tadi. Ify benar-benar merasa lemas. Nggak mungkin kalau seperti ini. Dia tidak bisa menerima semua ini. Harus ada protes dari dirinya.

Cklek....Ify membuka pintu kamarnya.

***********

“Lama banget sih, Fy? Kita udah telat sepuluh menit,” omel Mama Ify.

Ify mengangguk. “Maaf, Ma. Kan Ify harus mandi dulu, dari tadi belum mandi,” ucap Ify membela diri.

“Kamu ini ya.... Ya udah, ayo kita ke sana,” ajak Mama Ify dan menarik putri semata wayangnya.

Ify benar-benar malas datang ke rumah Rio. Nggak mau. Datang ke rumah ini musibah bagi Ify. Pertama kali ia ke sini dulu, Ify harus membuat pengakuan boongan kepada mamanya. Dan parahnya lagi isi pengakuan itu Ify itu adalah dia dan Rio pacaran. Sekarang? Kedua kalinya Ify datang ke sini. Kalo yang pertama pengakuan pacaran. Yang kedua apaan dong? Tunangan??

Ify terbelalak menyadari apa yang ia pikirkan. Tunangan? Nggak mungkin! Dia masih muda. Mau sekolah. Ngapain juga tunangan. Emang zaman penjajah, nikah dibawah umur 16 tahun. Ogah!!! Ify geleng-geleng kepala sendiri.

“Kenapa geleng-geleng, Fy. Ayo masuk. Itu Tante Mandanya udah manggilin,” ujar Mamanya.

Ify tersentak dan refleks mengangguk. Ia dan mamanya berjalan bersama-sama ke dalam kediaman keluarga Haling.

“Apa kabar, Ify?” sapa Tante Manda.

Ify mengangkat wajahnya dan mengangguk lalu tersenyum. “Baik kok, Tan,” balas Ify.

Tante Manda tersenyum.

Melihat senyum Tante Manda, Ify jadi bingung. Kok Tante Manda yang super duper baik dan ramah ini punya anak nyebelin rese yang nggak ada duanya di muka bumi ini. Kok bisa ya?

“Fy...Fy....masuk ke dalam, yuk. Tante nungguin kamu sama Mamamu. Lama banget. Padahal udah rame banget,” ucap Tante Manda.

“Maaf, Jeng. Saya pulangnya telat hari ini,” sahut Mama Ify.

Tante Manda mengangguk dan bersama Ify juga Mamanya, mereka bertiga berjalan ke dalam rumah.

Saat tiba di dalam rumah, Ify terkaget-kaget. Rame banget rumah Rio. Apalagi acaranya yang berada di taman belakang itu. Semuanya tampak ramai. Ini pesta pertunangannya dengan Rio? Semewah inikah? Undangannya seramai inikah? Batin Ify.

Ify melirik tamu undangan yang hadir. Ada Pak RT masa? Kenapa juga ada pak RT segala di acara ini. Ify melirik ke arah kolam ikan. Hah???!!! Ada Mang Udin sama Mang Asep si Hansip kompleks? Kok bisa?? Batin Ify lagi. Ia semakin merasa aneh.

“Woooiiii....” sapa seseorang nggak nyatai banget kepada Ify dan komplit dengan bahu Ify yang ditepuk pelan.

“Astagariomakinjelekaja,” latah Ify spontan. Ia juga kaget kok tiba-tiba jadi latah nggak banget gini.

Rio mengangkat alis kanannya. “Lo latah? Baru tahu gue. Tapi....”

“Lo ya...nggak di sekolah di rumah, tetep aja lo nyebelin. Kalo gue latah emang kenapa? Masalah buat lo?”

Rio menggeleng-geleng seolah tingkah Ify ini nggak banget. Tapi ini membuat Ify makin kesal. Adanya tingkah Rio yang nggak banget.

“Apa lo???!!!”

“Masalah sih nggak kalo lo latah. Tapi, masalah juga kalo latah lo nyebut gue makin jelek. Harusnya kalo lo latah, bilang aja Rio makin ganteng makin cinta deh aku,” ujar Rio dengan tampang seriusnya.

Kalau tidak mengingat ini sedang di pesta pasti Ify tidak akan segan-segan menjambak rambut Rio. Mengambil lakban dan memplaster mulutnya itu. Dari dulu sampai sekarang nggak berubah-ubah.

“Gila lo!!!” umpat Ify dan meninggalkan Rio.

“Eeeiiitsss...jangan kabur. Kita berdua di sini aja. Inikan acara kita, My Lovely Honey,” ucap Rio dengan sangat mesra. Mesranya itu perlu diberi tanda kutip, karena bagi Ify. Mesranya Rio itu menakutkan dan dia tidak pernah menginginkan itu.


“Lo........”

“Selamat malam hadirin semua,” sapa Om Zeth, Papa Rio. Ify melotot tajam ke arah Rio yang menunjuk-nunjuk ke arah papanya. Ify mengerti maksud Rio. Ify tidak bisa melanjutkan omelanya karena saatnya Om Zeth lah yang berbicara.

“Awas aja lo,” bisik Ify sadis. Rio Cuma nyengir doang.

Seruan balasan kata malam terdengar. “Malam ini adalah malam yang sangat spesial buat kami sekeluarga.”

Ify menjadi merinding sendiri mendengar pidato awal Om Zeth. Jangan-jangan ini yang dimaksud Rio. Saat ini Om Zeth akan mengumumkan bahwa dirinya dan Rio akan bertunangan.

“Kami sangat berterima kasih kepada Anda semua karena hadir di acara sederhana ini. Kepada Pak RT, saya berterima kasih karena Anda juga datang. Dalam acara ini, saya akan mengumumkan bahwa......”


“Om Zeth.....tunggu,” ucap Ify spontan. Seluruh undangan melihat ke arah Ify. Ify tidak perduli, dia hanya ingin mencoba agar Om Zeth tidak melanjutkan pidatonya tentang pertunangan dirinya dan Rio.

Om Zeth menatap Ify heran. Mamanya pun juga. Tante Nina sendiri bingung dengan putrinya itu.

“Ada apa, Ify?” tanya Om Zeth.

“Ify mohon, Om. Jangan ada pertunangan antara Rio dan Ify. Ify kan masih mau sekolah. Ya, Om?” pinta Ify dengan wajah memelas.

Alis Om Zeth terangkat sebelah. Apa yang dibilang anak tetangganya ini? Pertunangan? Rio dan Ify? Bagi Om Zeth, Rio juga terlalu masih kecil untuk bertunangan.

“Maksud kamu apa, Nak Ify? Om nggak mengerti.”

“Bukannya ini pesta pertunangan Rio sama Ify, Om. Om mau mengumumkan kalau Ify dan Rio ditunanginkan?” Ify malah balik bertanya dan juga menatap Om Zeth heran. Ify mencium roman-roman yang tidak enak. Tidak mungkin Om Zeth tidak tahu kalau ini pesta pertunangan anaknya sendiri. Atau jangan-jangan.....


“Ini bukan pesta pertunangan, Nak Ify. Om tahu kok, kalau kamu dan Rio pacaran, tapi Om merasa kalian harus tamat SMA dulu baru tunangan,” ucap Om Zeth memberi penjelasan.

Cttaaarrrr..........Praang.......Bruuukk.......kraaakkkk......Buugghh..........

Ify benar-benar malu. Bukan pertunangan? Kok bisa? Rio....!!! jerit Ify dalam hati.

“Beneran, Om? Jadi ini pesta apa?”

Om Zeth mengangguk. “Ini pesta selamatan Om dan keluarga pindah ke sini. Sekalian berkenalan dengan semua tetangga. Karena kita akan jadi keluarga. Keluarga RT 24 RW 04 kompleks Nusa Indah,” ucap Om Zeth.

Otak, hati, tulang, dan semua yang ada di diri Ify benar-benar mendidih. Dia tidak habis pikir. Rio mengerjainya sampai segininya. Ini sudah keterlaluan. Ify sudah malu di depan seluruh undangan dan Mamanya pasti malu. Dengan memaksakan seulas senyumnya yang sangat manis. Ify tersenyum kepada Om Zeth. “Kalau begitu maafkan Ify, Om. Ify meminta maaf yang sebesar-besarnya. Ify benar-benar merasa sangat bersalah. Om silakan lanjutkan apa yang mau Om sampaikan. Sekali lagi Ify minta maaf,” ucap Ify.

Om Zeth mengangguk dan segera melanjutkan pidatonya.

Ify segera menoleh ke belakang. Terakhir kali tadi dia berdiri berdua dengan Rio dan Rio tepat berada di sebelah kirinya. Saat ia menoleh ke belakang. Rio raib!!! Rio menghilang!!! Dalam hati Ify benar-benar tidak bisa menahan jeritannya. Rio benar-benar gila dan nyeblin!!! Sebel.....sebel....sebel...!!!!


“Damn you Rio. Hate ya!!!” batin Ify.

Ia mengamati sekeliling taman belakang keluarga haling ini. Dan Rio tidak terdektesi sama sekali. Kemana tuyul item turunan Buto Item itu? Dumel Ify dalam hati. “Awas lo ya!!!!”


**********

Saat Ify sudah memotong pidato papanya, Rio diam-diam segera meninggalkan Ify. Perlahan-lahan tapi pasti Rio menyelinap meninggalkan tempat acara. Ia benar-benar cemas. Soalnya langkah Ify di luar dugaannya. Ia kira pasti Ify akan mengerti kalau dia hanya bercanda atas omongannya kemarin ketika melihat udangan yang berada di rumahnya. Ternyata perkiraan Rio salah besar dan kini gadis itu pasti malu sekali dan Rio lah penyebab dari semuanya. Maka dari itu pula ia kabur ke tempat yang paling sepi dan jauh dari suasana pesta selamatan rumahnya.

“Wooii, Item!!! Lo di mana sih?? Ngumpet aja lo! Sini lo kalo berani!!! Denger gue ya!!! Gue itu sebel sama lo!! Lo itu......arrghh...pokoknya nyeblin!!!!!” seru Ify dan mencari-cari Rio.

Rio menelan salivanya. Ify sepertinya benar-benar menakutkan. Namun sayangnya Rio tidak lagi beruntung. Ia masih sempatnya kejedot dinding. “Adddaawww!!!!” jerit Rio kesakitan. Ia benar-benar lupa dengan situasi saat ini.


Tawa Ify pecah. Dia benar-benar tertawa penuh kemenangan. “Jangan lari lo, Rio!!! Gu kesal sama lo!! Sini lo!!!” seru Ify dan berjalan menuju sumber suara yang tidak jauh berada dari tempatnya berdiri. Rio memang sedang berada di halaman depan rumahnya.

“Wwwoiii Buto Item!!!” seru Ify.


Rio tidak bisa menghindar lagi. Dia benar-benar harus menghadapi Ify. Masa dia kalah? Selama ini toh dia yang mengintimidasi Ify. Masa jadi kebalikannya? Nggak akan pernah!

“Hmmm.... kenapa?” tanya Rio dengan tenangnya.

“Nggak usah sok tenang lo, Item!!”

“Gue memang cool. Makanya lo tergila-gila sama gue dan terobsebsi buat tunangan sama gue.”

Mata Ify sukses membola. “Lo yang ngerjain gue, Bego!! Dan sekarang apa? Gue yang malu, stress!!!”

“Lo aja yang bego sendiri. Masa nggak nyadar juga dari undangan yang ada di rumah gue. Otak lo kemana? Lo pinjemin sama keropi?”

Ify menghentak-hentakan kakinya. “Lo ngajak berantem ya? Gue ladenin. Di mana? Gu nggak takut sama lo.”

Rio menaikkan alisnya dan sadar kalau Ify sedang emosi seemosinya terhadap dirinya sendiri. “Oke. Kita berantem!!! Lo mau di mana? Jangan di sini! Nanti menimbulkan keributan!”

“Oke. Terserah elo!! Di lapangan kompleks? Gue ladenin!!! Sekarang juga!!!” seru Ify dengan nafas satu dua tiga. Dia benar-benar kesal dengan Rio.

“Oke! Kita ke sana sekarang!!!!”

**********

Angin malam berhembus. Dingin yang menusuk hingga tulang rusuk kedua generasi Adam dan Hawa itu tidak di perdikan oleh keduanya. Keduanya itu adalah Rio dan Ify. Mereka berdiri di tengah-tengah lapangan komples dengan saling berhadapan.

Keduanya juga saling melemparkan tatapan tajam menusuk dan seperti meracuni satu sama lain. Tujuannya hanya satu, membuat lawan jadi down.

“Kenapa lo ngerjain gue sampai segininya?” tanya Ify mulai memecahkan keheningan di antara keduanya.

“Lo aja yang bego mau dikerjain,” jawab Rio pendek.

Ify mendengus kesal. “Siapa yang nggak ketar-ketir kalo dibilang akan ditunangin sama musuh bebuyutannya seantero dunia akhirat. Nggak ada yang demen. Lo aja kali!”

“Yeee....salah lo sendiri kenapa punya muka lawak. Enak banget ngerjain lo. Muka lo itu.... pelawak banget. Harusnya lo bikin grup lawak, Fy. Nanti fans lo dinamain Fylawakers,” balas Rio sengit dan tertawa terbahak-bahak.

Ify menggenggam tangannya. Ia tidak terima. Sungguh!!! Ini termasuk penghinaan kelas kakap harus dituntaskan di pengadilan hiu. Harus. “LO itu nggak sadar apa, gue malu Rio. Malu banget. Pastinya gue udah buat nyokap gue malu.”

“Siapa yang bego coba? Masa lo nggak bisa bedain mana candaan sama seriusan?”

“Gimana gue bisa tahu, kalau tampang lo kemaren itu serius banget. Gue udah takut banget tahu. Siapa juga yang mau sama lo!!!! Ogah selangit!!!”

“Masalah lo malu itu emang gue pikirin. EGP!! Lo aja ngebet pengen jadi pacar gue. Lagian kan lo bisa nebak sendiri acara apa di rumah gue lewat undangan yang dateng.”

“Gue ngebet jadi pacar lo?? Mimpi lo??? Emang siapa selama ini manggil gue dengan panggilan norak pencuci perut sampai buat mules itu. Lo kan? Itu berarti lo yang ngebet punya pacar kayak gue!!!”

Rio tertawa. “Kalo menurut lo gitu, kita pacaran aja beneran, Ify sayang!!!” Rio kembali kumat.

Ify menarik pelan rambutnya. Dia frustasi. Rio benar-benar.....Tadi dia marah-marah sekarang balik marahin orang. Mau Rio itu apa sih.

“Dalam mimpi lo yang paling jelek gue pacaran sama lo. Nggak akan pernah. Gue maunya lo minta maaf sama gue gara-gara kejadian tadi. Terus lo minta maaf sama mama gue dan bilang sama nyokap-bokap lo, semua itu salah lo!!!!”

Rio mencibir. “Ogah!!!!”

“Lo itu ya.....aarrrggggghhhhh.....lo nggak tau rasanya gitu gimana Rio!!!! Malu banget!!!”

“Bodo!!!!”

“Nyebelin banget sih lo, Yo. Gue itu ya............ bosan gue bilang kalo gue itu benci sama lo. Lo nyebelin!!!!”

“Gue nggak pernah bosan nunggu lo bilang kalo lo sayang sama gue,” timpal Rio.

Ingin sekali Ify meninju muka Rio. Rio benar-benar menguji kesabarannya.

“Ini buat lo!!!” Ify menunjukan kepalan tangan kanannya. “Sekarang lo minta maaf!!!” tuntut Ify.

“Nggak akan pernah. Gue nggak salah!!!” ucap Rio tidak kalah sengit.

Ify benar-benar tidak tahu apa yang ahrus diperbuatnya. Ia benar-benar bingung. Apa yang harus dilakukannya sekarang agar Rio mengakui kesalahannya.

“Ya udah kalo lo nggak salah! Lo nggak pernah tau rasanya kalo orang tua kita malu. Lo itu.... arrrggghhh.....hiks....hikks......hikss....lo me....hiks...mang nye...hikss....lin......” ucap Ify bergetar dan akhirnya air matanya mengalir turun. Air mata pertama yang jatuh di depan Rio. Pertahanan Ify lepas kontrol. Dia menangis. Akhirnya Ify mundur selangkah dan berbalik badan. Ia berjalan perlahan-lahan sambil menangis. Ia kalah. Dia menangis karena Rio selalu menganggunya. Ini pertama kali untuknya.

Rio terpaku. Ia ngat betul. Dari dulu hingga sekarang, air mata ini adalah air mata yang pertama kali ia lihat dari sosok Ify. “Apa gue udah keterlaluan?” Rio bertanya-tanya.

Rio menatap Ify yang semakin berjalan jauh dari dirinya. Ia dapat mendengar sesenggukan gadis itu. Ify benar-benar menangis. Rio bingung harus bagaimana. Namun.....suara tangis itu membuatnya tidak tenang.

Haappp....

Rio meraih Ify dan memeluk gadis itu. Ternyata Rio memutuskan untuk mengejar gadis itu dan di sinilah mereka saat ini. Masih tetap di lapangan namun dalam keadaan yang berbeda, saat ini Rio sedang memeluk Ify.

Ify yang menangis dari tadi terkejut. Ia kaget kalau Rio memeluk dirinya. “Lepasin gue!” ronta Ify. Ia menggerakan badannya agar lepas dari rengkuhan kedua lengan kokoh Rio.

“Tenang....Ify. Gue....minta maaf,” ucap Rio lembut.

Ify terdiam. Seketika ia berhenti memberontak. Ia mengakat wajahnya dan mendapati sepasang mata Rio yang menatap dirinya. Di mata itu terlihat dengan jelas penyesalan.

“Gue minta maaf, Ify. Gue sadar kalau gue salah banget sama lo. Gue udah keterlaluan,” ucap Rio dan tetap tidak melepaskan pelukannya.

Ify benar-benar tidak percaya, Rio meminta maaf. “Lo beneran nyesel?” tanya Ify.

Rio mengangguk. “Gue nyesel banget. Senyesel-nyeselnya. Gue udah bikin lo nangis,” jawab Rio.

“Kenapa?”

Rio menatap Ify dengan tidak mengerti. “Kenapa apanya?”

“Kenapa lo nyesel bikin gue nangis? Biasanya lo nggak peduli?” jelas Ify.

Rio menghela nafas. Ia mengendurkan pelukannya sejenak. Lalu membalik badan Ify agar menatap ke arahnya. “Gue nggak bisa...” tangan kanan Rio hinggap di mata Ify “melihat mata ini ngeluarin permatanya. Nggak bisa. Gue nggak bisa ngeliat air mata lo. Karena itu menyakitkan,” lanjut Rio dan menghapus sisa-sisa air mata yang masih ada.

“Jadi, lo mau ngapain apa aja biar gue maafin lo?”

Rio mengangguk.

“Beneran? Janji?” Ify menyodorkan jari kelingkingnya.

“Beneran. Gue janji,” ucap Rio dan menautkan jari kelingkingnya. Pelukan antara dirinya dan Ify terlepas.

“Kalau gitu gue mau lo minta maaf sama gue, sama nyokap gue, dan lo ngakuin sama papa-mama lo kalo lo ngerjain gue,” ujar Ify.

“Iya. Gue lakuin. Gue janji. Tapi, lo harus janji, jangan pernah nangis lagi. Jangan nangis karena gue. Gue mohon, jangan pernah nangis karena gue,” ucap Rio.

Ify mengangguk santai. “Oke.”

“Janji!!” ucap Rio dan Ify serentak, lalu melepaskan kelingking mereka yang saling tertaut.

Angin malam masih setia berhembus menemani kedua orang itu.

 Ify benar-benar lega sekarang dengan begini dia nggak akan mempermalukan mamanya. “Eh...Yo, ternyata ngerjain orang itu gampang ya? Lo aja ketipu sama gue. Lo kira gue bakalan nangis karena ini doang, hahahhahaha...” ucap Ify tiba-tiba.

Rio terkaget. “Lo ngerjain gue?” tanya Rio ulang.

“Yaps!!! Kita satu-sama. Lo ternyata bisa juga dikerjain, bukannya lo aja yang ngerjain gue. Ternyata dengan air mata lo luluh juga, wleeeek!!!!” Ify melet-melet.

Rio menampilkan ekspresi dinginnya kepada Ify. Padahal dalam hati dia tertawa-tawa. Tepatnya menertawakan dirinya karena dia sadar kalau dirinya lah yang lemah terhadap Ify. Dia benar-benar sudah ditipu Ify.

“Jangan sedih dong, Yo! Biasa aja. Satu sama!” ledek Ify.

“Ah...biarin. Yang penting gue tadi meluk elo,” ucap Rio santai.

Giliran Ify yang tersadar. Dia lupa kalau tadi Rio memeluknya. “Lo itu ya....nggak pernah rugi!!! Kemarin lo cium gue di pipi sekarang lo meluk gue. Lo itu......”


“Selalu beruntung diberbagai situasi dan kondisi. Rio si Mr Lucky!” sambar Rio.

Ify berdecih. ”Adanya Rio si mister kurapan!” balas Ify.

”Gimana pun, gimana pun lo beruntung, masih untungan gue, My Honey!!!” ucap Rio dan mengedipkan matanya.

Ify menjerit dalam hari. Ini benar-benar tidak bisa dibiarin. Rio sudah gila!!! Dia tidak bisa membiarkan dirinya berada di sini. Di dekat Rio yang memanggilnya dengan sebutan norak yang membuat mual seketika. Ify jadi ingat rencananya dulu yang ingin menawarkan jasa pelayan RSJ untuk Tante Manda agar mau mengobati Rio. Sepertinya itu harus segera dilaksanakan.

”Gue mau pulang!! Rio mulai gila!!!!!” seru Ify histeris dan berlari-lari meninggalkan Rio dan lapangan kompleks.

Rio tertawa-tawa. “Harusnya lo itu yang gila, Fy!!!” ucap Rio dan melangkah pulang.

Hari ini benar-benar.........

************


BERSAMBUNG.....

Sebel-Sebel juga Cinta, Tuh! Part 4




Sebel-Sebel juga Cinta, Tuh! Part 4




Ify mengangguk malas dan sok paham dengan rapat yang sedang diikutinya. Ketiga sohibnya, Via, Agni dan Shilla juga tak beda jauh dengan tingkah Ify. Tak perduli dengan pembicara di depan. Siapa suruh asal mengundang mereka ke rapat yang tidak tahu jelas asal usulnya. Mereka bukan anggota OSIS, bukan juga anggota PMR dan tidak termasuk MPK dan kenapa mereka diundang?? Saat Agni bertanya tadi, ternyata mereka berempat hanya perwakilan kelas. Tapi kalau perwakilan kelas kenapa ada the Viper sih?  Kan mereka satu kelas dan nggak mungkin satu kelas itu perwakilannya delapan orang. Nggak mungkin.

“Ra, kenapa ada mereka sih?” tanya Ify dalam bisikan kepada Zahra yang duduk di sebelahnya dan menujuk Rio, Alvin, Gabriel dan Cakka yang duduk berdekatan. Ceritanya, Ify, Via, Agni, dan Shilla tempat duduknya dipisah. Karena para anggota rapat tidak mau ada keributan. Dan keempat gadis itu adalah sumber keributan bila digabungkan. See? Dan parahnya lagi, itu semua ide dari the Viper. Hal itu semakin membuat Ify mengibarkan bendera perangnya tinggi-tinggi untuk Rio.

“Kalau nggak salah denger sih, mereka itu tim sukarela dan langsung ditunjuk oleh Ibu Ira,” jawab Zahra dengan bisikan pula. Ify mengangguk-angguk sok mengerti.

“Tapi, Ra. Mereka itu ngerusak pemandangan,” ujar Ify lagi masih bisik-bisik ala tetangga. Zahra hanya mengangkat bahu sebagai responnya. Mata Zahra focus ke depan memperhatikan Dayat si CO Sekbid 3 dalam keroganisasian OSIS.

“Tau nggak sih, Ra. Rio itu nggak pantes ikut event ini, dia itu tengil banget kagak pantes dalam hal beginian. Kenapa Dayat mau aja sih ngajakin dia?” bisik Ify lagi dan menatap ke arah Rio dengan aura penuh kebencian. Ify terus berbicara sementara Zahra tetap focus dengan apa yang dijelaskan.

Pleeetaaakk……..

“Aaawwwww………..!!!” jerit Ify kesakitan saat dahi mulusnya sukses menjadi tempat pendaratan sebuah spidol.

“Behel sarap, kalo lagi rapat itu dengerin. Main ngobrol aja lo,” ujar Rio dan menatap tajam Ify.

“Emang lo siapa hah? Pesek lo. Kayak lo dengerin apa yang Dayat bilang aja,” balas Ify tak mau kalah. Seketika suasana rapat menjadi tegang melihat dua dedengkot tukang ribut beraksi.

“Heh behel jelek, cungkring, stress!! Lo itu ngobrol sendirian tau nggak sih? Kayak orang bego aja. Lo mau tau apa yang dibilang Dayat barusan?” tantang Rio.

Ify melemparkan tatapannya ke Zahra lalu ke Via, Agni, dan Shilla bergantian. “Gue ngobrol sama Zahra, Item!!!”

“Lo semua percaya kalau hantu behel itu ngobrol sama Zahra?” tanya Rio kepada seluruh peserta rapat.

“Ify mah ngomong sendiri dari tadi. Zahra liatin ke depan kok,” jawab Irva dengan wajah polosnya dan tidak menyadari kalau memberi efek samping yang luar biasa untuk Ify.

Kalau tadi Ify hanya kesal sekarang ia cengo. Ia ternganga sedikit dan matanya nyaris sempurna membulat. “Beneran, Ra?”

Zahra cengengesan. “Habis lo ngomong terus, Fy. Mana Day udah melototin ke arah kita. Peace, Ify,” ujar Zahra merasa tak enak.

“Denger tuh, Behel!!!” timpal Rio.

“Oke….oke…gue salah. Sorry deh,” ucap Ify akhirnya dari pada ia dicap sebagai perusuh akut di rapat ini. “Eh, emang Day ngomong apa aja sih?” tanya Ify ntah kepada siapapun.

Semua penghuni ruang rapat menatap ke arah Ify semua. Bahkan, ketiga sahabatnya juga. Ify yang jelas tidak tahu apa-apa melemparkan pandangan penuh tanya. Baru saja salah satu dari mereka ingin memberitahu Ify, namun urung karena pelototan tajam dari seseorang.

Rio menyeringai penuh kemenangan. Ia berdiri dari posisi duduknya dan berjalan menuju bangku Ify. Zahra yang penuh dengan kesabaran segera pindah duduknya jadi berimpitan berdua dengan Rahmi. Menyadari kalau bukan Zahra tapi Rio yang duduk di sebelahnya, Ify mendengus kesal.

“Ngapain sih elo di sini, H I T A M?” tanya Ify acuh tak acuh.

Rio tersenyum sangat manis sekali dan super wow sambil menggeser kursi duduknya agar dekat dengan Ify. Kalau tadi ia membentak Ify, kini pangeran sekolah itu bersikap manis sekali sangking manisnya membuat Ify jadi merinding.

“Cuma mau kasih tahu elo tentang apa yang Dayat bilang, Ify Sayang,” jawab Rio dan kontan membuat penghuni ruangan ini melongo parah.

Jdeeerrrr…………

Rio memang benar kurang ajar. Sialan sinting. Gila. Nyebelin. Sebel…..sebel…..sebel…..batin Ify. Memang siapa sih yang nggak sebel kalau diginiin. Nanti bisa-bisa ada gossip antara diri Ify dengan Rio. What the hell?? OGAH. Pasti itu jawaban Ify.

“Sayang…sayang….Gila lo!!!!!!” hardik Ify.

Bukannya cemberut ataupun kesal Rio malah tersenyum dan menurut Ify itu senyum menakutkan dan menyeramkan.

“Lo beneran mau tahu nggak?” tanya Rio sekali lagi.

Karena penasaran Ify memilih untuk mengangguk. Ia harus tahu karena dia merasakan roman-roman yang tidak enak.

“Denger baik-baik. Gue nggak bakal ngomong dua kali,” ucap Rio. “Gue sama elo satu tim. Kita ngurus bagian di lapangan. Elo sama gue ambil bagian jualan Koran,” lanjut Rio.

Ify melotot parah. “Jualan Koran? Di lampu merah? Gue sama elo? Hah?” respon Ify berlebihan.

“Muka biasa…..muka biasa….” Timpal Cakka dan ia cengengesan. Lucu saja melihat respon Ify ini.

“No….no…no….Big no no…..Ogah!!! Emang ini event apaan?”

Dayat sebagai ketua dari acara ini menatap Ify kesal. “Ini bakti social, I-Fy!” ujar Dayat penuh penekanan.

“Bakti social? Jadi nanti kita nyumbangin buat orang lain? Buat siapa? Panti jompo atau panti asuhan? Kalau menurut gue sih, panti asuhan aja. Gue suka ketemu anak-anak. Gue setuju deh. Kapan kita mulai kerjanya?” cerocos Ify panjang lebar.

Peserta rapat menyembunyikan tawa mereka. Via, Agni, dan Shilla pun ikut tertawa juga. Ify benar-benar memalukan. Ia seperti idiot saja. Masa ia, dia tidak mendengar sama sekali apa yang Dayat bilang dan hasil rapat. Semua yang Ify sebutkan tadi adalah hal yang ditanyain saat rapat tadi dan telah menemukan kesepakatan. Tapi sekarang? Gimana sih Ify?

Pleetaaak……

Rio menepuk jidat Ify pelan. Mungkin Rio menguji apakah ada yang error dengan Ify ini.

“Heh Pesek!! Apa-apaan sih lo nepukin jidat gue? Lo piker jidat gue ada nyamuknya dan elo mesti nepukin jidat gue. Nyebelin banget lo!” semprot Ify.

Rio geleng-geleng kepala. Kenapa Ify tulalit gini jadinya? “Gue kasih tahu, semua yang elo bilang tadi udah dibahas pas rapat, NONA BAWEL!!!”

Ify ternganga dan matanya molotot. “Bo’ong, lo. Pasti lo mau nipu gue ya kan? Pasti! Benerkan, Vi, Ag, Shill?” ucap Ify meminta bantuan kepada teman-temannya. Baru saja Via menjawab, Dayat sudah mengambil alih duluan.

“Rapatnya udah selesai, Fy. Lo kalau mau tanya-tanya tentang tugas ini ke Rio aja. Lo sama Rio dalam satu bidang. Silakan lo tanya sama dia. Ingat, dia CO-nya dan lo anak buahnya. Jadi lo mesti nurut sama Rio,” ujar Dayat. Ify manyun habis. Dia melirik Rio yang sudah memasang cengiran kemenangan khas miliknya. Ify menyadari Rio mengulang apa yang Dayat katakana padanya. Lo-mes-ti-nu-rut-sa-ma-Ri-o. Kiamat sudah dunia Ify.

“Oke, teman-teman. Rapat hari ini cukup. Terima kasih untuk partisipasinya dan silakan bubar,” ucap Dayat mengakhiri agenda rapat hari ini.
Setelah ruang OSIS tampak sepi. Ify segera bergabung dengan ketiga sohibnya dengan wajah kesal. “Kok gue bisa sama si Pesek itu?” pertanyaan Ify sebagai sapaan awalnya.

“Duduk dulu deh, Fy. Lo manyun terus. Jelek tahu,” ucap Via dengan bercanda.

“Jawab dong pertanyaan gue,” tuntut Ify.

“Lo manyun mulu sih. Gue juga sial tahu, Fy. Gue sama Cakka, padahal gue sama Alvin. Eh, Shilla merengek-rengek minta tukar. Jadinya gue sama Cakka deh,” Agni curhat colongan.

Ify mengangguk-ngangguk seperti mencium suatu roman. “Jadi, gue sama Rio pesek. Agni sama Cakka, Shilla sama Alvin, dan tentu pastinya gue bener Via sama Gabriel. Benerkan?”

Via mengangguk takut-takut. Takut Ify mengamuk karena mereka barengan sama the Viper. “Itu semua diundi lho, Fy. Bener deh! Sumpah! Cuma Agni dan Shilla aja yang tukeran,” terang Via walaupun tidak diminta penjelasan.

Mata Ify terbelalak kaget. “Jadi itu undian?? Gue sama Rio Item disatukan dalam undian?? Ya Allah, kenapa dia lagi-lagi?? Udah satu sekolah, satu kelas dan untungnya nggak sebangku, jangan sampai deh. Ditambah lagi dia sekarang tetangga gue??!!! Salah apa hambamu ini Ya Allah. Masa iya, hamba yang cantik manis penuh pesona ini ditakdirkan dengan seorang Mario bross cungkring ngeselin nyebelin. Huuuaaa................Nggak mau!!!” seru Ify histeris sendiri.

Via, Agni, dan Shilla tercengang mendengar penuturan sohib mereka itu. Ify bilang dia tetanggaan sama Rio. Kok bisa?? Terakhir kali mereka ke sana, nggak ada rumah yang ditinggali Rio. “Lo tetanggan sama Rio, Fy? Kok bisa? Memang rumah Rio yang mana sih?” tanya Agni to the point tanpa embel-embel.

Ify menampilkan ekspresi malas dan kesalnya. “Ya, Ag. Dia baru pindah dua hari yang lalu. Lo ingatkan rumah Pak De Jarwi yang sering kita pintain mangganya?” Agni mengangguk diikuti Via dan Shilla “itu dia rumah Rio sekarang. Nyebelin banget. Mana gue udah males liat dia di sekolah dan what the hell banget???!!! Sekarang gue ngeliat Rio 24 jam. Di rumah dan di sekolah. Huaaa.....nggak mau!!”

Via, Agni, dan Shilla menyemburkan tawanya bersama-sama. Hahahahhahaha....... “Kalo udah kayak gitu, ini tanda-tanda kalo lo sama Rio jodoh, Fy,” ledek Shilla disela-sela tawanya.

Ify mengirimkan tatapan tajamnya pada Shilla. “Peace...Ify cantik. Canda doang,” ucap Shilla cepat sebelum Ify meledak. Serem juga melihat tampang Ify sekarang.

“Ke kelas, yuk. Kita kan cuma izin jam pertamanya Ibu Winda. Nanti kalo beliau marah? Mau dijemur?” ajak Sivia dengan memberi ancaman sedikit. “Lagian kita nggak maukan diledekin sama the Viper?” tambah Sivia dan berjalan keluar kelas yang akhirnya diikuti oleh ketiga sahabatnya. Apalagi Ify, dia tidak pernah mau kalah dengan the Viper, apalagi sama Rio nyebelin itu!!!!

**************


“Yat, plisss banget. Gue minta tuker deh. Sama siapa aja boleh. Pliss....ya...ya....ya....?” bujuk Ify kesekian kalinya siang ini. Tadi saat bel pulang tepat berbunyi, Ify langsung kabur dari kelas dengan menggandeng tas sekolahnya sebelum Miss Uci guru Bahasa Inggrisnya keluar kelas. Bayangkan??? Seberapa pentingnyakah urusan Ify siang ini? Bagi Ify terserah orang lain mau bilang apa, tapi bagi dia urusannya kali ini sangat penting karena bila gagal maka ketenangan, kebahagiaan, keceriannya, dan hal-hal positif yang ia punya bakalan menguap dari dirinya.

“Nggak bisa, Fy. Itu udah dipatenkan dan sudah disetujui semuanya,” balas Dayat.

“Yat.....lo nggak kasian sama gue? Masa lo tega amat ngeliat gue ditindas Rio mulu. Lo nggak kasihan? Gue yang tidak berdosa ini harus menanggung luka batin akibat Rio. Yat.......plissss........” ucap Ify mendramatisir. Ia harus berhasil apapun caranya. Ia tidak dapat membayangkan bagaimana dirinya nanti bila jadi anak buahnya Rio. No...No....!!!

Dayat diam saja. Sebenarnya ia juga tidak tega terhadap Ify. Tampang melas Ify itu membuat dia menjadi tersentuh.....tapi....ancaman Rio lebih berbahaya daripada kasihan sama Ify.

“Tetep nggak bisa. Gue mau pulang, Fy. Banyak yang harus gue ketik. Sorry, Fy!” ujar Dayat.

Ify tidak bisa tinggal diam. Bila cara bujukan tidak mempan, masih ada cara lainnya. “Nah, biar gue aja yang ngetik. Gue bakalan jadi sekretaris andalan lo deh, Yat. Gue akan siap siaga kerja selama 24 jam. Nggak dih....2 kali 24 jam....Hmmm......3 kali 24 jam aja deh tanpa henti. Bakalan gue selesain semua tugas lo, lo Cuma perlu periksa dan bilang ‘good job, Fy’ karena apapun yang gue kerjakan pasti bakalan bagus. Gue kan niatnya baik. Ya....ya.....,” ucap Ify ngaco. Masa dia mau kerja selama itu? Tanpa henti lagi? Nggak tepar apa????!!!!

Tawaran yang menggiurkan bagi Dayat. Siapa juga yang nggak bakalan tegiur dengan hal seperti itu. Tugas banyak diselesaikan oleh orang lain. Gila!!! Ajib banget. Tapi....... “Nggak usah, Fy. Sekretaris gue udah ada. Bye....bye....Ify. Lo sama Rio cocok kok,” ucap Dayat dan langsung berlari kabur sebelum Ify mencegatnya kembali.

Aaaarrrrrggghhhhhhhhhhhh................Ify bener-bener kesel. Tumben-tumbenan Dayat sulit untuk dibujuk. Kekesalan Ify bertambah kesal manakala Dayat bilang dia sama Rio cocok. “Nggak mau sama Item!!!!” seru Ifu tertahan. Untung saja ia tidak berteriak, kalau iya??? Bisa-bisa ia dicap aneh dan itu celaka untuknya.

“Sial banget....” rutuk Ify dan kemudian berjalan menuju gerbang. Lebih baik ia pulang daripada harus menunggu di sekolah. Mana misi gagal juga. Dan nggak ada yang bisa membantu dia terlepas dari Rio kalau sang Ketua sudah tidak mau. “Damm!!” batin Ify.

************

“Ambilin pulpen gue, Fy,” perintah Rio.

“Tip ex gue, Fy.”

“Pensil!”

“Penghapus!”

“Penggaris!”

“Minum gue, Fy! Haus nih!”

“Duh...pegel gue. Ambilin gue bantal leher!”
“Sini lo, Fy. Kerjain ini persis kayak yang gue buat. Lima rangkap!”

Arrrrrghhh......batin Ify. Rio beneran gila. Di hari pertama kerja mereka, Ify benar-benar sudah menjadi babunya Rio. Semua yang Rio sebutin harus Ify turutin. Masih mending kalo Cuma nyatat, lha ini? Dari minum sampai makannya Rio dia semua yang ngerjain. Terus Rio mintanya bikin ngeselin. Kenapa Rio mintanya nggak barengan aja , kenapa harus bergantian? Baru saja Ify mau duduk setelah ngambilin tip ex-nya Rio, eh....si Pesek itu langsung memerintah Ify mengambil pensilnya. What the hell banget si Rio itu. Gila!!!

“Fy?” panggil Rio.

“Apa lagi?” tanya Ify ketus. Dia bener-bener sebel sama makhluk ini.

“Jiah...marah-marah. Biasa aja, Neng. Orang Cuma manggil juga,” jawab Rio.

“Gue nggak sudi dipanggil titisan Buto Item. Cuih!!!”

Rio nyengir melihat ekspresi Ify. Benar-benar lucu. Gadis itu tidak pernah bisa menampilkan raut wajah ketika marah, lihat saja sendiri saat marah gadis itu malah bikin gemes.

Ify terus mengerjakan tugasnya. Tujuannya hanya satu, terbebas dari Rio. Siapa sih yang mau kalau dijajah seperti ini. Mentang-mentang CO-nya, Rio seenak udelnya saja memerintah dirinya. Berulang kali Ify mengutuk Dayat, karena menurut Ify,  laki-laki itu pantas disalahkan karena membiarkan Rio menjadi CO-nya. Padahal satu sekolah juga udah tahu kalau Ify itu anti Rio. Kalau Rio dan Ify disatukan, alamat ribut pasti terjadi. Dan yang membuat Ify kesal itu, kenapa Dayat dengan gampangnya mengelompokkan dirinya dengan Rio cungkring pesek item itu?? Kenapa???

“Tuh tugas gue. Udah selesai, nggak usah lo manggil-manggil gue lagi,” ujar Ify dan menyerahkan tugasnya kepada Rio lalu meninggalkan pemuda yang menatapnya  geli itu.

“Dasar. Dari dulu nggak berubah,” ucap Rio dan mengambil aquanya lalu minum.

***********

“Lama amat sih, Fy,” ujar Via saat Ify sudah duduk di sebelah Agni. Saat ini Ify, Via, Agni, dan Shilla sedang berada di kantin.

“Tanya aja sama si Item,” balas Ify ketus. Dia kesel banget sama Rio.

“Emang kenapa sama dia? Baru hari pertama juga kalian ngerjain proyek,” timpal Shilla

Ify memutar bola matanya malas. “Lo boleh wawancara Alvin deh, Shill. Tanya aja sama dia. Gue males cerita. Nggak guna, pada intinya gue itu.....”

“Sebel sama Rio!” sambar Agni dan nyengir kuda.

“Apaan sih, Ag,” rajuk Ify.

“Gue mah paham maksud lo. Emang gitu kalo udah nyangkut Rio. Iya kan?”

Ify mencibir. “Pak De, mie ayamnya satu ya?” pinta Ify pada Pak De yang sedang membereskan meja di sebelah mereka.

“Siap, Neng!” balas Pak De dan Ify mengangguk.

“Jadi gimana kerjaan lo bertiga?” tanya Ify membuka percakapan yang sebenarnya daripada ia diwawancara mengenai dirinya dan Rio lebih baik ia yang membuka topik.

“Biasa aja. Palingan Alvin sama Goldi yang kerja, gue mah tinggal tunggu beresnya aja. Tadi Alvin bilang, kalo gue jangan terlalu capek nanti cantik gue hilang,” jawab Shilla dengan wajah berbinar-binar.

Ify mencibir. Digombalin mudah banget terbangnya, rutuk Ify dalam hati. “Kalo lo, Vi?”

Via menghentikan acara makannya. “Gue ngerjain bagian design untuk acara aja. Kayak spanduk gitu. Untuk kerja team work gue yang lain, diselesain sama Gabriel dan Riko. Tapi belom selesai, masih banyak,” ujar Via. Ify mengangguk-ngangguk.

“Gue kesal. Masa si Kaca perusak pemandangan itu Cuma duduk-duduk sambil kerja dikit. Palingan nulis laporan sekutil, selebihnya mengomentari kerjaan gue. Nggak bangetkan??”

“Tos, Ag. Tapi lo masih beruntung!” ucap Ify dan terbayang lagi dengan Rio. “Eh, Ag. Team work lo siapa aja?”

Agni menyeruput es tehnya dan tampak berpikir. “Gue, Cakka, Irsyad, sama Ourel,” ucap Agni.

Bola mata Ify membesar. “Lo berempat?” Agni mengangguk “Via dan Shilla bertiga. Kenapa gue Cuma berdua??” lanjut Ify. “Awas aja lo ya, Yat. Pasti ada apa-apanya,” gerutu Ify dengan nafas kempa-kempis. “Gue harus datengin Dayat. Gue mau bikin perhitungan!” ujar Ify dan segera berdiri dari bangkunya. Baru saja ia mau melangkah...

“Eh...Fy. Nanti aja deh lo nyamperin Dayat, lebih baik lo makan dulu,” cegah Via.

“Iya, Fy. Iya. Lihat tuh Pak De udah dateng bawa pesanan lo,” ujar Shilla juga ikutan mencegah Ify.

“Gue pesanin es teh dingin ya?” ucap Agni dan segera menuju counter Bu Dira. Mereka harus mencegah Ify sebelum gadis itu marah besar.

Akhirnya Ify mengalah dan duduk kembali di bangkunya. Tanpa ia sadari Via dan Shilla mengelus dada dan menghela nafas lega.

***********

“MAAARRRIIIIOOOO!!!!!” teriak Ify lalu ia menarik nafas lagi. “Lo jangan kabur ya!! Awas lo. Gue sebel sama lo!” tambah Ify dan tetap mengejar Rio.

“Kejar gue, Fy. Lo tahu, kita seperti adegan di film india. Lo ngejar-ngejar gue, kita so romantic banget!” balas Rio dan tersenyum kepada Ify yang berjarak dua meter darinya.

“Arrrrghhhh.....!!!! Dasar sinting, gila, stress!!!! Rio item gila! Lo aja sono kejar-kejaran sama Tina!” balas Ify tak mau kalah.
“Masih enak juga dikejar lho, Fy dari Tina. Lo kan pacar tersayang gue,” ucap Rio lembut dan kini ia berhenti berlari dan menatap Ify dengan tatapan teduhnya serta menyejukan mata.

Siswi-siswi yang berada di sekitar koridor tercengang mendengar pernyataan yang keluar dari bibir Rio. Ternyata selama ini kedekatan mereka bukan karena musuh tetapi memang dekat, sangat dekat.

“Apa??? Lo mau cari mati hah!! Ogah gile gue jadi pacar lo. Orak sudi. Lo pacaran aja sama Titin,” ucap Ify dengan mata berkilat-kilat marah.

Rio maju beberapa langkah agar posisinya dekat dengan Ify. Sekarang saja Rio sudah berdiri tepat di depan Ify. “Tadi lo bilang Tina? Hmmm...... Sekarang jadi Titin? Hmmm.... kapan lo ngakuin kalo gue pacar lo, Alyssa Saufika Umari tersayang,” ucap Rio dengan sangat manis.

Wajah Ify mendadak memerah. Ia benar-benar tidak menyangka kalau akhirnya akan jadi seperti ini. Tadi dia telah meminta penjelasan kepada Dayat kenapa hanya dia dan Rio yang satu team. Tepatnya yang teamnya hanya dua orang sedangkan yang lain lebih dari dua. Sebenarnya lagi, Dari kemarin Ify mau meminta penjelasan, berhubung kelupaan dan baru ketemu Dayat tadi, Ify langsung mengintrogasi Dayat. Dan dengan wajah memelas lalu ancaman yang tidak ringan, Dayat langsung membeberkan semuanya dan di sinilah ia sekarang, mengejar si Biang Kerok.

“Jauh-jauh lo dari gue. Dengerin gue ya, Ma-ri-o,” ucap Ify penuh penekanan. “Sampai kapanpun gue nggak akan pernah sudi jadi pacar lo. Deket sama lo aja gue ogah. Adanya lo yang ngerjar-ngejar gue.”

“Oke. Terserah lo mau kapan ngakuin itu. Gue yakin suatu hari nanti, gue nggak tahu kapan pastinya. Lo bakalan sadar kalo gue ini sangat penting buat lo,” ujar Rio. Ify mencibir. “Dan sekarang lebih baik lo selesain proposal kita, oke honey!” ucap Rio dan terakhir ia mencium pipi kiri Ify dan langsung kabur.

“Huaaaaaaaa......Mama!!!!” jerit Ify. “Dasar lo item mesum jelek pesek. Gue sebel-sebel sama lo. Sebel banget!!!!” umpat Ify dan mengelap-ngelap pipinya dengan telapak tangan kirinya. “Awas lo Rio!!!!!” teriak Ify lagi. Percuma. Sangat percuma karena si Pelaku sudah kabur duluan.

Ify berjalan dengan kesal. Ia tahu kalau orang-orang di koridor ini menatapnya dengan banyak ekspresi, kesal, marah, prihatin, da bingung. Malahan ada yang terang-terangan menunjukan ketidaksukaannya pada Ify. “Apa
 lo liat-liat? Mau Rio? Ambil sono bila perlu bawa pulang, kotakin kirim ke laut aja sono!” semprot Ify.


**********


Angin sore memang begitu menyejukukan. Semilirnya melayangkan rambutmu dan membuat merasa sangat nyaman, begitulah kira-kira yang dirasakan oleh Ify. Gadis itu sedang asyik duduk-duduk santai di balkon kamarnya. Menikmati pemandangan sore yang sangat indah terlihat dari balkonnya. Ketenangan dan kenyamanan seperti inilah yang diinginkan Ify. Benar saja yang dimaksud Ify, toh selama ini dia seperti dikutuk tidak dapat merasakan ketenangan dan kenyaman itu. Siapa lagi kalau bukan si Rio yang membuat Ify harus berteriak setiap hari. Gila!!!

Untung deh untung, dia nggak di rumah, batin Ify dan melirik ke arah kamar Rio melalui ekor matanya. Sejak kepindahan Rio ke rumah sebelah rumahnya, Ify selalu sial. Rio itu memang benar-benar kutukan. Masa malem-malem Ify lagi membuat peer, dengan seenak jidatnya Rio melemparkan segulung kertas besar ke arah balkonnya hingga mengenai kaca dan menghasilkan bunyi ‘prak...’. Tentu saja menarik perhatian dirinya. Waktu itu Ify juga ingat, dia mengambil kertas itu dan menemukan Rio yang melihat ke arahnya.

Flashback on

“Buka kertas itu, Fy,” ucap Rio dari balkon kamarnya.

Ify mengangkat sebelah alisnya dan mengangkat gulungan kertas itu. “Ini?”

Rio mengangguk.

Ify menatap heran kertas gulungan yang berada di dalam genggamannya. Bentuknya udah jelek juga, kayak bundelan sampah. Kenapa juga tuh item nyuruh ngebuka? Batin Ify.

“Ify saaayaaaaangggggg.......buka dong kertasnya,” panggil Rio dengan sok mesra.

Ify males mendengarnya. Namun ia tetap diam saja.

“Honey?”

Ify tetap diam.

“Darling?”

Masih diam.

“My love?”

“Cintaku?”

“Meine liebe?”

“Cantik?”

Ify juga tetap diam. Rio jadi kesal. “Behel tirusan titisan Roro Kidul!!!!” seru Rio.

“Apaan sih, Tem?”

“Lo itu yang apaan. Gue panggil lo juga. Lo malah diem mulu.”

“Kapan lo manggil gue?”

“Tadi. Sampai bosan gue manggil elo.”

Ify pura-pura kaget. “Masa? Memang lo manggil gue dengan nama apa?” tanya Ify.

“Honey, darling, my love, cintaku, meine liebe, cantik. Lo diam mulu,” jawab Rio dengan wajah polosnya.

Sontak tawa Ify menyembur. Rio bisa juga dikadalin. Hahahhaha......
“Kenapa lo ketawa?” tanya Rio tidak suka.

“Nggak ada,” jawab Ify dan mencoba berhenti tertawa. “Gue ingetin sekali lagi ya jelek, don’t call me honey, darling, my love, meine liebe, etc. Gue bukan pacar elo dan nggak mau pernah jadi pacar lo.”

Rio menampilakn evilsmile terliciknya. “Whatever deh lo! Buka itu kertas sekarang. Gue berani jamin lo bakalan terpesona dengan gue.”

Ify mengangguk malas-malasan. Perlahan-lahan Ify membuka kertas itu. Di kertas pertama tidak ada tulisan apa-apa dan dia menatap ke arah Rio tajam. Pluk.... kertas itu kembali pada sang Empunya. Kertas kedua, ketiga, keempat, kelima, dan keenam juga bernasib sama. Mendarat sukses di balkon Rio. Dan kertas yang ketujuh membuat tatap tajam Ify berubah. Bukannya tatapan penuh cinta atau terpesona, tapi tatapan horror.

“MAAARRRRIIIIOOO!!!!!! Lo itu ya!!!!! Hate ya!!!” jerit Ify histeris. Harusnya dia sudah mengira apa yang akan Rio tulis, tapi........mendadak dia lupa.

“Kenapa, Ify sayang? Sukakan?” tanya Rio dengan manis. Ralat, sok manis.

“Lo itu sinting atau kejiwaan lo keganggu sih? Gue kan udah bilang hate ya! Berarti gue itu benci sama lo. Apaan sih lo ngirim tulisan gak guna kayak gini? Ngabisin waktu belajar gue aja.”

Rio mencibir. “Lo sendiri yang lama banget untuk buka itu kertas. Sadar dong!” balas Rio.

“Salah lo sendiri juga nyebelin banget. Gue se...bel...sa...ma...lo...ma....ri...o. Ingat, Yo. Gu...e...i....tu...se...be...l...ba...ng...et...sa...ma...lo,” ucap Ify penuh penekan.

“Srreeettttt!!!” suara pintu balkon Ify ditarik dengan kuat. Dia benar-benar kesal.

Wajar sih Ify kesal, mengingat tulisan yang ada di kertas itu.

Dear, Ify sayang honey darling my love cintaku meine liebe....

Malem ini bintang indah ya, Fy? Keluar yuk? Liat bintang berdua. Kan gue kangen sama lo, hel. Lihat bintang berdua yuk, lo kan pacar gue. Pasti mau dong ya? Gue kan ganteng. Lagian gue juga ngeliat tanda binar-binar lope-lope di mata lo saat ngeliat gue. Gue tunggu di balkon.

Cintamu,
Rio ganteng sejagad raya.

What the hell bangetkan isi surat Rio?? Minimal ini untuk Ify. Hate ya!!!!

Flasback off

“Wwooooo.............MEINE LIEBE BEHEL!!!!!” panggil Rio dari sebrang balkon.

Brraaakkkkkkk....

Ify terjatuh dari kursi santainya. “Adaawwwww!!!!” rintih Ify kesakitan.

“Kenapa lo, Fy? Jatuh? Terkapar?”

Mendengar suara itu Ify mengangkat wajahnya dan menatap horror Rio. “Apaan lo? Nggak usah sok khawatir!” sahut Ify sewot.

Rio tersenyum sangat manis. “Gue......”

“Nggak usah sok khawatir, jelek!”

“Yeee......pede lo kate. Gue khawatir?? Adanya gue mau ketawa. Hahahhhhaaa..... syukur lo jatuh. Makanya kalo gue panggil itu  nyahut dong ya. Syukurin lo!”

Ify mencibir. “Muka lo itu ya....... sini lo minta dihajar lo ya? Cari mati lo?!!” seru Ify berang. Terkadang dia sering kali tidak bisa membaca pola pikir Rio. Ketika Rio serius kepada dirinya dia nggap bercanda. Dan sialnya, kalo Rio lagi bercanda Ify kira itu serius. Nyebelein!!!! Rutuk Ify.

“Muka gue? Ganteng dong. Kenapa? Terpesona? Pengen punya pacar kayak gue?”

Ify menyetel dahinya menjadi berlipat, mata ia sipitkan, dan terakhir mencibir. “Gue pacaran sama lo? Di mimpi lo aja!”

“Kitakan udah pacaran kali, Fy. Mama aja udah tahu.”

Mata Ify membola. “Mama? Lo manggil mama gue dengan sebutan mama? Lo kira mama gue nyokap lo.”

Rio malah tertawa. “Nyokap gue dong, Fy. Malem nanti nyokap lo resmi jadi nyokap gue. Bahkan lo resmi jadi milik gue.”

Matanya yang membola, kini menjadi menyipit kembali. “Gue?” tunjuk Ify pada dirinya sendiri “jadi milik lo?” Ify menunjuk Rio.

Dengan senyuman yang begitu memikat Rio mengangguk tegas. “Ya, gue dan elo. Kita berdua. Gue jadi milik elo, elo jadi milik gue.”

“Hah??!! NGGGAAAAAKKKK MUUUNGGGKIIINNN!!!! Demi apaan ini? Lo ngada-ngada. Kenapa juga bisa gitu?”

“Ah.....lo kudet banget sih, Ify my honey,” balas Rio norak.

Perut Ify mual mendadak. Honey??? “Jelasin ke gue, jelasin!! Pokoknya jelasin ke gue. Gue harus tahu. Kalo lo nggak mau pasti lo bohong,” tuntut Ify.

“Lo tunggu aja berita ntar malem, my lovely.”

Ting...tong.....Ify benar-benar muntah. Mendengar panggilan seperti itu membuat usus-usus Ify yang sudah tersusun rapi menjadi melilit seolah-olah ingin menenggelamkan segala organ yang ada ditubuhnya. Panggilan seperti itu bukan yang pertama buat Ify, tapi ini pertama kalinya membuat Ify menjadi seperti ini.

“Gue mau sekarang, MA-RI-O!!!!”

“Sekarang?” tanya Rio dengan wajah berbinar-binar.

“Ya.”

“Oke deh. Lo sekarang jadi milik gue, malem nanti tinggal peresmian sama orang tua kita.”

Otak Ify benar-benar mendidih. “Bukan itu Mario Bross Item Pesek titisan Buto Item nyebelin jelek, lo. Gue mau sekarang penjelasannnya. Kalo nggak.....”

“Kalo nggak kenapa?” tantang Rio.

“Lo ya...... lo.....”

“Apa? Nanti malem aja deh. Nggak surprice kalo sekarang.

“Lo........” PLAAAAKKK..........

 Sendal stitch Ify yang awalnya terbang dengan lurusnya dan kemudian tepat sasaran, mendarat dengan sukses di kepala Rio.

“Makan tuh, sendal!”

“Mau sendal lo kena kepala gue kek, hidung gue kek, bodoh. Itu info nanti malem. See you tonight, My Dear. Always love you,” ucap Rio dan memberikan senyum terbaiknya untuk Ify. Lalu mengerjap-ngerjapkan matanya.

Napas Ify sudah naik turun. Kesabarannya benar-benar diuji. Saat Ify akan melemparkan sendal yang satunya Rio buru-buru masuk ke kamarnya dan menutup balkon. Mana mau dia kena lempar sendal Ify lagi. Ogah!! Sakit juga tahu!!!

“LOOO.......EMAANGGG NYEBELIN TAHU NGGAAKK SIHHH.....MAAARRRIIOOO JEEELEEEEEKKKKK!!!!!” teriak Ify dan masuk ke kamarnya. Dia benar-benar kesal dengan tuyul satu itu. Lagian dia benar-benar penasaran dengan apa yang dikatakan Rio tadi. Itu beneran atau Cuma bercandaan. Dia benar-benar nggak tahu. Awwwassss aja lo, Rio! Batin Ify kesal.

Rio yang sudah berada di kamarnya, tertawa sendiri. “Gue memang nyebelin buat lo, Fy. Tapi sebetulnya lo itu sebel sama gue, karena lo senang betulan sama gue,” ucap Rio kepedean.


********** 


BERSAMBUNG.....