SIFAT-SIFAT INTI ATOM




SIFAT-SIFAT INTI ATOM

            Sifat-sifat inti atom terbagi menjadi dua berdasarkan waktu. Berikut ini adalah sifat-sifat inti atom.
a.         Sifat Inti yang tak bergantung pada waktu (time independent)
1.         Muatan inti   
Model atom Rutherford dapat menjelaskan spektra sinar-X unsur-unsur yang diukur oleh Moseley (1913). Dari data Moseley diketahui bahwa muatan inti adalah Z.e, dengan Z = nomor atom dan   e = +1,602 x 10-19 C.

2.         Jari-jari inti
Jari-jari inti belum bisa ditentukan atau diukur secara langsung. Ada dua metode, yaitu cara nuklir dan cara elektromagnetik. Jika diasumsikan inti bulat (bola), maka jejarinya ditentukan dengan persamaan: 
                                                       R= ro.A1/3
ro  ditentukan melalui eksperimen, yaitu cara nuklir. Cara ini diukur jari-jari gaya inti (nuclear force radius), yaitu jarak dari pusat inti (core) ke jarak jangkauan gaya inti. Pengukuran ro yang dihasilkan dari cara nuklir adalah hamburan partikel alfa dengan ro=1,414 x 10-13 cm, peluruhan partikel alfa dengan ro=1,48 x 10-13 cm, dan hamburan neutron cepat dengan hasil ro=1,37 x 10-13 cm.

3.         Massa inti
Menurut hipotesa Dalton (1803) atom-atom suatu unsur identik.  Prout (1815) menyatakan bahwa semua unsur tersusun atas hydrogen dan massanya dapat dinyatakan sebagai berikut.



Ternyata Inti Atom belakangan diketahui terdiri atas proton dan neutron, sehingga massa inti dinyatakan sebagai berikut.


Dengan z dan n adalah jumlah proton dan neutron, dan MN adalah massa neutron. Skala massa atom, yaitu skala massa kimia (skala atomik), skala fisika (skala isotopik), dan skala massa 12C.

4.         Momentum sudut
Momentum sudut inti dapat diketahui dari struktur halus (hyperfine structure), dapat diamati dengan menggunakan spektrometer beresolusi tinggi. Nukleon mempunyai spin ½. Oleh karena nukleon bergerak maka proton dan neutron juga mempunyai momentum sudut orbital. Momentum sudut total (spin inti) I, merupakan jumlah vektor momentum sudut orbital, L dan momentum sudut spin, S tiap nukleon. 


 

5.         Momen magnetik
Di dalam inti atom nukleon-nukleon mengalami gerak orbital, baik proton maupun neutron mempunyai momen magnetik. Untuk proton, momen magnetik proton, Mp, dan momentum sudut orbital, Lp. 


6.         Momen listrik
Momen listrik Inti pertama kali dijelaskan  oleh Schuler dan Schmidt (1935), pada hyperfine struktur Eu-151 dan Eu-153. Adanya momen kuadrupol inti berarti menunjukkan distribusi inti tidak simetris bola. Konsep multipol listrik dapat dijelaskan berdasarkan teori potensial listrik.

b.        Sifat Inti yang bergantung waktu  (time dependent)
1.         Peluruhan radioaktif
Radioaktivitas (peluruhan radioaktif) didefinisikan sebagai perubahan inti atom unsur yang spontan yang tidak bergantung pada umur maupun keadaan fisis dan kimia unsur. Perubahan inti atom menghasilkan pembentukan "inti atom baru" dengan mekanisme pancaran partikel alpha, beta, dan gamma.
a. Peluruhan sinar alfa

Sinar alfa merupakan radiasi partikel bermuatan positif. Partikel ini merupakan intiatom helium yang terdiri atas 2 proton dan 2 neutron. Sifat-sifat sinar alfa adalah memiliki daya tembus kecil (daya jangkau 2,8 – 8,5 cm dalam udara). Radiasi sinar alfa ini terdiri dari seberkas sinar partikel alfa. Radiasi alfa terdiri dari partikel-partikel yang bermuatan positif dengan muatan +2 dan massa atomnya 4. Partikel ini dianggap sebagai inti helium karena mirip dengan inti atom helium (2He4), memiliki daya tembus kecil (daya jangkau 2,8 – 8,5 cm dalam udara) serta dapat mengionsasi molekul yang dilaluinya. Sinar alfa ini dapat menyebabkan satu atau lebih elektron suatu molekul lepas sehingga molekul berubah menjadi ion (ion positif dan elektron) per cm bila melewati udara, dalam medan listrik dapat dibelokkan ke arah kutub negatif. Partikel-partikel alfa bergerak dengan kecepatan antara 2.000 – 20.000 mil per detik, atau 1 – 10 persen kecepatan cahaya.

b. Peluruhan Beta

Sinar beta merupakan radiasi partikel bermuatan negatif yang identik dengan elektron. Sinar beta ini bermuatan negatif dan bermassa sangat kecil, yaitu 5,5 x 10-4 sma dan diberi simbol beta atau e. Sifat-sifat sinar sinar beta adalah memiliki daya tembus yang jauh lebih besar daripada sinar alfa (dapat menembus lempeng timbel setebal 1 mm), daya ionisasinya lebih lemah dari sinar alfa, bermuatan listrik negatif sehingga dalam medan listrik dibelokkan ke arah kutub positif.


c. Peluruhan Gamma


Sinar gamma merupakan radiasi gelombang elektromagnetik, sejenis dengan sinar X, dengan panjang gelombang pendek. Sifat-sifat sinar gamma adalah tidak memiliki massa, memiliki daya tembus sangat kuat (dapat menembus lempeng timbal setebal 20 cm), daya ionisasinya paling lemah, tidak bermuatan listrik sehingga tidak dapat dibelokkan oleh medan listrik.

2.         Reaksi inti 
Reaksi inti adalah reaksi yang terjadi jika suatu inti atom induk ditembak dengan partikel yang berenergi dan menghasilkan inti baru atau inti anak yang disertai pelepasan sejumlah energi.
Dalam reaksi inti harus dipenuhi hal-hal sebagai berikut:
a.         Hukum kekekalan momentum: momentum sebelum dan momentum sesudah reaksi sama.
b.        Hukum kekekalan energi: energi sebelum dan energi sesudah reaksi sama.
c.         Hukum kekakalan nomor atom: jumlah nomor atom sesudah dan jumlah nomor atom sebelum reaksi sama.
d.        Hukum kekakalan nomor massa: jumlah nomor massa sebelum dan jumlah nomor massa sesudah reaksi sama.
Jenis-jenis reaksi inti ada dua, yaitu sebagai berikut:
a)        Reaksi Fisi
Reaksi fisi adalah reaksi pembelahan inti atom berat menjadi inti atom baru yang lebih ringan dan disertai dengan pelepasan energi. Reaksi fisi dapat dilakukan dengan menembaki inti berat dengan partikel-partikel elementer, seperti neutron, partikel α, deutron, dan sinar γ. Pada reaksi fisi menghasilkan energi dan neutron. Neutron-neutron yang dihasilkan akan menumbuk inti induk lain sehingga terjadi reaksi fisi berikutnya. Reaksi ini berlangsung terus-menerus sehingga disebut reaksi berantai yang menghasilkan energi besar. Rekasi inti berantai digunakan sebagai dasar pembuatan reaktor nuklir dan bom atom. Contoh rekasi fisi adalah 92U235 yang ditembak dengan sebuah neutron.
b)        Reaksi Fusi
Reaksi fusi adalah reaksi penggabungan beberapa inti ringan menjadi inti yang lebih berat yang disertai dengan pemancaran energi. Rekasi fusi merupakan reaksi yang terjadi pada bintang (matahari) dan bom hidrogen. Rekasi fusi hanya dapat terjadi dalam keadaan suhu sangat tinggi, yaitu 108oC. Contoh reaski fusi adalah penggabungan inti 1H2 dengan 1H2 yang menghasilkan 2He3 dan neutron serta energi.
 

Asal Mula Air Langkap (Cerita Rakyat Bengkulu)



Asal Mula Air Langkap

Sebuah desa, dulu di kecamatan Kaur Tengah, Kabupaten Bengkulu Selatan. Desa ini secara administratif bernama Desa Sukarami. Di sini terkenal sebagai dusun Air Langkap. Membacanya begini: Aya’ Langkap. Tanda baca (‘) sebagai pengganti huruf R dalam bahasa Indonesia. Membacanya seperti membaca huruf ‘ain dalam bahasa Arab, yakni huruf ke 18 dalam susunan huruf Hijaiyah. Penduduk setempat tidak bisa menyebut huruf R seperti orang batak menyebutnya.
Dusun Air Langkap dekat dengan laut. Di pinggir laut ini ada bagian air laut yang menjorok ke daratan seperti teluk. Nah, daerah pinggir pantai yang banyak pohon kelapanya ini, air laut yang menjorok seperti teluk tersebut memiliki panjang sekitar 100-an meter dan lebar yang cukup membuatnya tampak seperti sungai. Kalau airnya sedang penuh, kedalamannya sekitar sepinggang orang dewasa. Airnya asin, karena memang ia bagian dari laut. Kalau air laut sedang pasang naik, maka ia terlihat sekali menyatu dengan laut lepas, sebab karang-karang tajam di pinggir pantai sudah tidak tampak lagi.
Sepintas orang melihatnya seperti muara, yakni pertemuan aliran sungai dengan laut. Di dalamnya banyak terdapat ikan-ikan yang ukurannya tidak begitu besar, rata-rata seukuran jempol orang dewasa. Ada ikan Pelung yang warnya hitam dan kulitnya agak licin. Ada pula ikan Se’eni yang warnanya bening agak keabu-abuan. Ikan-ikan itu enak dimakan. Kalau malas memancing agak ke tengah laut karena karang-karang tajam atau laut yang sedang tinggi gelombangnya, orang-orang atau kebanyakan adalah anak-anak, akan memancing di situ. Mendapatkan ikan Pelung dan Ikan Se’eni beberapa genggam sudah cukup untuk lauk teman nasi untuk dimakan.
Pada zaman dulu, di air inilah seorang penduduk menemukan mayat yang telangkap atau telungkup, posisi badan menghadap ke bumi. Mayat itu mengapung di sana. Mungkin karena sebelumnya belum pernah terjadi, akhirnya tempat tersebut jadi terkenal. Akhirnya daerah ini disebut dusun Aya’ Langkap. Maksudnya air di mana pernah ditemukan mayat mengapung di atasnya dalam posisi telangkap atau telungkup. Jadilah dusun ini terkenal dengan sebutan Aya’ Langkap.
Penduduk setempat menyebut Air dengan Aya’. Sungai disebut Aya’ Besak atau air besar. Air sumur disebut Aya’ Sumu’.

BATU AMPARAN GADING (Cerita Rakyat Bengkulu)



BATU AMPARAN GADING

     Cerita Batu Amparan Gading adalah cerita rakyat yang berkembang di daerah Bengkulu Selatan sejak zaman dahulu, yang diceritakan secara turun temurun sebagai hiburan bagi anak-anak menjelang tidur di malam hari.
    Pada suatu masa, hiduplah seorang raja bernama Raja Muda, permaisurinya bernama Putri Gani. Mereka dikaruniai oleh Yang Maha Kuasa dua orang anak, laki-laki dan perempuan. Kehidupan rumah tangga mereka sangat bahagia.
    Halaman istana mereka sangat laus, dihiasi taman bunga yang tertata rapi. Di halaman depan terdapat sebuah batu besar yang datar permukaannya, berwarna kuning gading, bernama Batu Amparan Gading.
Dikala sore hari, sangat sering Raja Muda beserta Putri Gani dan anak-anaknya duduk bersantai. Mereka bercengkerama di atas Batu Amparan Gading itu.
     Nasib malang yang menimpa keluarga Raja Muda tidak dapat ditolak. Istrinya yang tercinta, Putri Gani, sakit, kemudian meninggal dunia. Rasa sedih dan pilu hati Raja Muda semakin mendalam melihat kedua anaknya yang masih kecil tidak lagi mendapat belaian kasih sayang ibu tercinta.
    Hari demi hari berlalu, Raja Muda beristri lagi. Ia menikah dengan seorang putri Raja Hulu Sungai. Kedua anaknya telah memiliki ibu kembali, walaupun ibu tiri.
    Pada awal pernikahan, istri Raja Muda yang baru sangat baik kepada kedua anak tirinya. Kehadirannya di tengah-tengah keluarga Raja Muda menjadi penghibur bagi kedua anak tirinya.
    Akan tetapi, suasana ceria yang dirasakan kedua anak kecil itu tidak berlangsung lama. Segala gerak dan tingkah laku mereka mulai tidak disenangi oleh ibu tirinya. Ibu tiri mereka mulai nyinyir dan sering marah kepada mereka. Apa saja yang mereka inginkan dan lakukan selalu salah. Lebih menyedihkan lagi bagi mereka jika Raja Muda sedang tidak berada di istana. Mereka sering meminta makan kepada ibu tiri, tetapi tidak dipenuhi. Kalaupun diberi, hanya sedikit sehingga mereka tetap merasa lapar. Kasih sayang seorang ibu yang mereka harapkan tidak dapat mereka rasakan lagi seperti dulu lagi. Bersenda gurau di atas Batu Amparan Gading bersama orang tua pun tidak pernah mereka lakukan lagi.
     Pada suatu hari, ibu tiri mereka pergi ke luar istana, ayah mereka pun sudah sejak pagi tidak berada di istana. Kakak beradik ini belum diberi sarapan oleh ibu tiri. Lalu mereka pergi ke halaman dan bermain-main di atas Batu Amparan Gading. Bermain sebentar membuat perut mereka terasa amat lapar. Mereka ingin makan, tetapi itu tidak mungkin, sebab semua makanan disimpan ibu tiri mereka di dalam lemari makan.
    Untuk sekedar melupakan rasa lapar, sang kakak berkata, “Dik, kau tunggu sebentar di tempat ini, ya. Kakak akan mencoba keluar untuk mencari mainan dan makanan”. Sang adik menjawab, “Baiklah, kak. Pergilah”.
     Sambil membawa seruas bumbung, kakaknya pun pergi sendiri. Setelah berjalan sebentar, ia sampai ke tempat orang yang sedang menumbuk padi. Ia pun berkata pada seorang ibu di tempat itu, “Ibu, bolehkah saya meminta melukut (serpihan beras) sedikit untuk makanan ayam saya?”
    “Boleh nak. Ambillah!” Kata Ibu itu.
    Anak itu mengambil melukut dan memasukkannya ke dalam bumbung yang dibawanya tadi, setelah itu pun dia pergi.
    Didalam perjalanannya ia bertemu dengan seekor bengkarung, bengkarung itu ditangkapnya untuk mainan. Saat melanjutkan perjalanannya ia pun melihat bunga dadap yang berguguran di tanah. Ia pun memunguti bunga itu untuk dijadikan mainan adiknya,
    Tidak berapa lama ia pun sampai kembali di tempat adiknya yang sedang bermain, mereka berdua kembali bermain bersama dengan asiknya. Sementara asik bermain, ibu tiri mereka pulang. Ia mendekati mereka, dan melihat bekas permainan mereka yang berserakan di atas Batu Amparan Gading. Timbul kecurigaan ibu tiri mereka, ia melihat sisa-sisa bekas makanan di antara mainan yang ada si sana. Tampak pula biji puar (sejenis tumbuhan hutan) nasi, disangkanya remah nasi; bunga dadap merah disangkanya kulit udang; serta sisik bengkarung disangkanya sisik ikan. Tidak ragu lagi dalam pikirannya bahwa kedua anak tirinya itu telah mencuri makanan.
    Serta merta kemarahan ibu tiri mereka pun timbul, ia mencerca kedua anak tirinya itu habis-habisan. Bahkan kedua anak itu dipukul sekuat-kuatnya, walaupun kedua anak tirinya itu sudah menjerit kesakitan minta dikasihani, ia tidak menghiraukannya. Ia tetap saja memukul mereka sampai puas. Setelah itu ia pun pulang ke istana.
     Sementara kedua anak tirinya tetap berada di atas Batu Amparan Gading, badan mereka terasa sakit dan letih, akhirnya mereka berdua tertidur nyenyak di atas Batu Amparan Gading itu.
     Beberapa saat kemudian, kakaknya terbangun dari tidur. Ingat akan kekejaman perangai ibu tirinya, air matanya kembali menetes ke pipi sambil memandang adiknya yang masih tertidur nyenyak. Sedih hatinya mengenang nasib mereka yang malang itu. Ingin rasanya ia pergi jauh dari tempat itu, tetapi ia tidak berdaya. Ia hanya berharap agar penderitaanya dapat segera berakhir. Dengan air mata berlinang-linang ia meratap sedih sambil mengucapkan kata-kata:
Entak-entak bumbung seruas
Meninggilah Batu Amparan Gading
Mak dan bapak buruk makan
Kami hendak pulang ke pintu langit
Puar nasi disangka nasi
Bunga dadap disangka udang
Sisik bengkarung disangka ikan
Kami dituduh maling makan

    Dengan kehendak Yang Maha Kuasa, Batu Amparan Gading yang didudukinya itu meninggi. Dengan penuh keheranan dicobanya lagi mengucapkan kata-kata tadi.
Entak-entak bumbung seruas
Meninggilah Batu Amparan Gading
Mak dan bapak buruk makan
Kami hendak pulang ke pintu langit
Puar nasi disangka nasi
Bunga dadap disangka udang
Sisik bengkarung disangka ikan
Kami dituduh maling makan
     Batu Amparan Gading pun bertambah tinggi. Lalu ia pun mengucapkan kata-kata itu berulang-ulang. Setiap diucapkannya, Batu Amparan Gading pun semakin tinggi.
    Sementara itu Raja Muda kembali dari perjalanannya. Dengan sangat terkejut bercampur heran dilihatnya Batu Amparan Gading di halamannya sudah menjadi tinggi. Pada saat itu batu tersebut sudah jauh lebih tinggi dari puncak atap istana. Bertambah pula keheranannya setelah melihat kedua anak yang disayanginya berada di atas batu itu.
    Ia sangat cemas dan merasa takut jika kedua anaknya itu terjatuh dari tempat setinggi itu. Ia pun segera menabuh kentong, memanggil semua orang yang ada disekitarnya untuk meminta pertolongan.
Orang banyak segera bertadangan dan berusaha memberikan pertolongan. Ada yang mencoba menghancurkan bagian pangkal batu itu dengan berbagai pemukul. Ada yang coba mendorong batu itu untuk merobohkannya, ada pula yang berupaya memanjatnya. Akan tetapi semua usaha mereka itu gagal dan sia-sia saja, Batu Amparan Gading tetap berdiri dan semakin tinggi saja. Akhirnya, mereka putus asa dan pasrah sambil menyaksikan Batu Amparan Gading yang semakin tinggi itu.
      Raja Muda termenung berdiam diri tenggelam dalam kesedihan yang telah menimpanya berulang-ulang. Terlintas dalam benaknya, kesalahan apakah gerangan yang telah dilakukannya sehingga ia harus menerima cobaan ini. Sementara kedua anaknya tadi semakin tinggi saja keberadaannya, bersamaan dengan ungkapan kesedihan yang diucapkannya berulang-ulang. Akhirnya mereka sampai ke pintu langit. Ketika mereka tiba di sana, pintu langit sedang tertutup. Dengan susah payah mereka berusaha membukanya tetapi tidak bisa.
   Secara kebetulan, pada saat itu seekor burung Garuda lewat di tempat itu. Mereka meminta pertolongannya dan memberi upah sebumbung melukut. Burung Garuda menyanggupi permintaan mereka.
    Dengan mematukkan paruhnya yang besar dan tajam, pintu langit pun dapat dibukanya. Kakak beradik itu langsung masuk ke langit menuju tempat kediaman yang penuh kedamaian dan ketenteraman yang abadi.
    Setelah mereka naik ke langit, dengan kehenda Tuhan Yang Maha Kuasa pula Batu Amparan Gading kembali merendah seperti semula. Tinggallah ayahanda tercinta, Raja Muda, bersama istri mudanya yang durjana dan Batu Amparan Gading sebagai saksi bisu yang tetap setia menghias halaman istana.
   Secara singkat, pesan cerita ini adalah Tuhan Yang Maha Kuasa selalu memberikan bantuan kepada hamba-Nya yang tidak berdosa yang sedang teraniaya.