Sebel-Sebel juga Cinta, Tuh! Part 5
Ify duduk di sofa ruang
keluarganya dengan tidak tenang. Ia menunggu mamanya. Ucapan Rio benar-benar
membuatnya penasaran dan waspada. Ia harus tahu kebenaran aslinya. Ia tidak mau
mengikuti istilah Rio itu. Dia jadi milik Rio dan Rio jadi miliknya. Nggak mau.
Rio itu kutukan. Nyeblin kuadrat binti kubik lagi.
“Mama pulang dong. Ini
penting, Mam. Ayolah!” ucap Ify sendiri. Ia benar-benar harus tahu
kebenarannya. Tadi ia sempat menelpon mamanya dan mamanya itu bilang ‘tungguin
Mama, Mama bentar lagi pulang. Kita sama-sama ke rumah Tante Manda’. Kok
mamanya seperti berkomplotan dengan Rio? Atau ada hal yang lain dan hal itu
belum sempat dijelasin oleh mamanya. Ify berharap pada opsi kedua, bukan yang
pertama. Yang pertama itu nggak banget.
Ify terkantuk-kantuk di
sofa. Ia sudah menunggu Mamanya selama dua jam, tetapi mama tercintanya itu
belum juga pulang. “Mama kok lama banget sih?”
“Ify!!!!!” panggil
seseorang dari luar pintu.
Ify terkejut dan segera berjalan
ke pintu depan dan membuka pintu. “Mama???!!! Akhirnya mama pulang juga!” seru
Ify.
“Kenapa sih, Fy? Kayaknya
kamu ada masalah,” tanya Tante Nina, Mama Ify.
“Nah itu dia, Ma. Nanti
malem kita ke rumah Tante Manda, Ma?” tanya Ify memulai menjurus pada topiknya.
“Iya. Cepet sekarang kita
siap-siap. Mama lupa bilang kemarin. Ini udah jam 7,” jawab Mama Ify dan akan
menuju kamarnya.
Ify menarik lengan
mamanya. Hati Ify sudah gemeteran. “Ify belum selesai nanya, Mamaku cantik,”
ucap Ify dengan wajah cemberut.
“Mau nanya apa, lagi?”
“Dalam rangka apa kita ke
rumah Tante Manda?” tanya Ify hati-hati.
“Ify belum tau juga? Kita
kan mau jadi keluarga sama mereka,” jawab Mama Ify.
Mata Ify langsung
membelo. “Keluarga? Keluarga? Keluarga??” kata-kata itu teriang-iang dibenak
Ify. “Nggak mungkin kalo yang Rio bilang itu bener!!!” batin Ify.
“Mama siap-siap dulu.
Kamu juga siap. Setengah jam mama tunggu di teras,” ujar mamanya dan segera
meninggalkan buah hatinya yang masih terbengong-bengong.
Ify berjalan ke lantai
atas tanpa ia sadari. Di benaknya masih terekam dengan jelas apa yang dibilang
mamanya tadi. Ify benar-benar merasa lemas. Nggak mungkin kalau seperti ini.
Dia tidak bisa menerima semua ini. Harus ada protes dari dirinya.
Cklek....Ify membuka
pintu kamarnya.
***********
“Lama banget sih, Fy? Kita
udah telat sepuluh menit,” omel Mama Ify.
Ify mengangguk. “Maaf,
Ma. Kan Ify harus mandi dulu, dari tadi belum mandi,” ucap Ify membela diri.
“Kamu ini ya.... Ya udah,
ayo kita ke sana,” ajak Mama Ify dan menarik putri semata wayangnya.
Ify benar-benar malas
datang ke rumah Rio. Nggak mau. Datang ke rumah ini musibah bagi Ify. Pertama
kali ia ke sini dulu, Ify harus membuat pengakuan boongan kepada mamanya. Dan
parahnya lagi isi pengakuan itu Ify itu adalah dia dan Rio pacaran. Sekarang? Kedua
kalinya Ify datang ke sini. Kalo yang pertama pengakuan pacaran. Yang kedua
apaan dong? Tunangan??
Ify terbelalak menyadari
apa yang ia pikirkan. Tunangan? Nggak mungkin! Dia masih muda. Mau sekolah.
Ngapain juga tunangan. Emang zaman penjajah, nikah dibawah umur 16 tahun.
Ogah!!! Ify geleng-geleng kepala sendiri.
“Kenapa geleng-geleng,
Fy. Ayo masuk. Itu Tante Mandanya udah manggilin,” ujar Mamanya.
Ify tersentak dan refleks
mengangguk. Ia dan mamanya berjalan bersama-sama ke dalam kediaman keluarga
Haling.
“Apa kabar, Ify?” sapa
Tante Manda.
Ify mengangkat wajahnya
dan mengangguk lalu tersenyum. “Baik kok, Tan,” balas Ify.
Tante Manda tersenyum.
Melihat senyum Tante
Manda, Ify jadi bingung. Kok Tante Manda yang super duper baik dan ramah ini punya
anak nyebelin rese yang nggak ada duanya di muka bumi ini. Kok bisa ya?
“Fy...Fy....masuk ke
dalam, yuk. Tante nungguin kamu sama Mamamu. Lama banget. Padahal udah rame
banget,” ucap Tante Manda.
“Maaf, Jeng. Saya
pulangnya telat hari ini,” sahut Mama Ify.
Tante Manda mengangguk
dan bersama Ify juga Mamanya, mereka bertiga berjalan ke dalam rumah.
Saat tiba di dalam rumah,
Ify terkaget-kaget. Rame banget rumah Rio. Apalagi acaranya yang berada di
taman belakang itu. Semuanya tampak ramai. Ini pesta pertunangannya dengan Rio?
Semewah inikah? Undangannya seramai inikah? Batin Ify.
Ify melirik tamu undangan
yang hadir. Ada Pak RT masa? Kenapa juga ada pak RT segala di acara ini. Ify
melirik ke arah kolam ikan. Hah???!!! Ada Mang Udin sama Mang Asep si Hansip
kompleks? Kok bisa?? Batin Ify lagi. Ia semakin merasa aneh.
“Woooiiii....” sapa
seseorang nggak nyatai banget kepada Ify dan komplit dengan bahu Ify yang
ditepuk pelan.
“Astagariomakinjelekaja,”
latah Ify spontan. Ia juga kaget kok tiba-tiba jadi latah nggak banget gini.
Rio mengangkat alis
kanannya. “Lo latah? Baru tahu gue. Tapi....”
“Lo ya...nggak di sekolah
di rumah, tetep aja lo nyebelin. Kalo gue latah emang kenapa? Masalah buat lo?”
Rio menggeleng-geleng
seolah tingkah Ify ini nggak banget. Tapi ini membuat Ify makin kesal. Adanya
tingkah Rio yang nggak banget.
“Apa lo???!!!”
“Masalah sih nggak kalo
lo latah. Tapi, masalah juga kalo latah lo nyebut gue makin jelek. Harusnya
kalo lo latah, bilang aja Rio makin ganteng makin cinta deh aku,” ujar Rio
dengan tampang seriusnya.
Kalau tidak mengingat ini
sedang di pesta pasti Ify tidak akan segan-segan menjambak rambut Rio.
Mengambil lakban dan memplaster mulutnya itu. Dari dulu sampai sekarang nggak
berubah-ubah.
“Gila lo!!!” umpat Ify
dan meninggalkan Rio.
“Eeeiiitsss...jangan
kabur. Kita berdua di sini aja. Inikan acara kita, My Lovely Honey,” ucap Rio
dengan sangat mesra. Mesranya itu perlu diberi tanda kutip, karena bagi Ify.
Mesranya Rio itu menakutkan dan dia tidak pernah menginginkan itu.
“Lo........”
“Selamat malam hadirin
semua,” sapa Om Zeth, Papa Rio. Ify melotot tajam ke arah Rio yang
menunjuk-nunjuk ke arah papanya. Ify mengerti maksud Rio. Ify tidak bisa
melanjutkan omelanya karena saatnya Om Zeth lah yang berbicara.
“Awas aja lo,” bisik Ify
sadis. Rio Cuma nyengir doang.
Seruan balasan kata malam
terdengar. “Malam ini adalah malam yang sangat spesial buat kami sekeluarga.”
Ify menjadi merinding
sendiri mendengar pidato awal Om Zeth. Jangan-jangan ini yang dimaksud Rio.
Saat ini Om Zeth akan mengumumkan bahwa dirinya dan Rio akan bertunangan.
“Kami sangat berterima
kasih kepada Anda semua karena hadir di acara sederhana ini. Kepada Pak RT,
saya berterima kasih karena Anda juga datang. Dalam acara ini, saya akan
mengumumkan bahwa......”
“Om Zeth.....tunggu,”
ucap Ify spontan. Seluruh undangan melihat ke arah Ify. Ify tidak perduli, dia
hanya ingin mencoba agar Om Zeth tidak melanjutkan pidatonya tentang
pertunangan dirinya dan Rio.
Om Zeth menatap Ify
heran. Mamanya pun juga. Tante Nina sendiri bingung dengan putrinya itu.
“Ada apa, Ify?” tanya Om
Zeth.
“Ify mohon, Om. Jangan
ada pertunangan antara Rio dan Ify. Ify kan masih mau sekolah. Ya, Om?” pinta
Ify dengan wajah memelas.
Alis Om Zeth terangkat
sebelah. Apa yang dibilang anak tetangganya ini? Pertunangan? Rio dan Ify? Bagi
Om Zeth, Rio juga terlalu masih kecil untuk bertunangan.
“Maksud kamu apa, Nak
Ify? Om nggak mengerti.”
“Bukannya ini pesta
pertunangan Rio sama Ify, Om. Om mau mengumumkan kalau Ify dan Rio
ditunanginkan?” Ify malah balik bertanya dan juga menatap Om Zeth heran. Ify
mencium roman-roman yang tidak enak. Tidak mungkin Om Zeth tidak tahu kalau ini
pesta pertunangan anaknya sendiri. Atau jangan-jangan.....
“Ini bukan pesta
pertunangan, Nak Ify. Om tahu kok, kalau kamu dan Rio pacaran, tapi Om merasa
kalian harus tamat SMA dulu baru tunangan,” ucap Om Zeth memberi penjelasan.
Cttaaarrrr..........Praang.......Bruuukk.......kraaakkkk......Buugghh..........
Ify benar-benar malu.
Bukan pertunangan? Kok bisa? Rio....!!! jerit Ify dalam hati.
“Beneran, Om? Jadi ini
pesta apa?”
Om Zeth mengangguk. “Ini
pesta selamatan Om dan keluarga pindah ke sini. Sekalian berkenalan dengan
semua tetangga. Karena kita akan jadi keluarga. Keluarga RT 24 RW 04 kompleks
Nusa Indah,” ucap Om Zeth.
Otak, hati, tulang, dan
semua yang ada di diri Ify benar-benar mendidih. Dia tidak habis pikir. Rio
mengerjainya sampai segininya. Ini sudah keterlaluan. Ify sudah malu di depan
seluruh undangan dan Mamanya pasti malu. Dengan memaksakan seulas senyumnya
yang sangat manis. Ify tersenyum kepada Om Zeth. “Kalau begitu maafkan Ify, Om.
Ify meminta maaf yang sebesar-besarnya. Ify benar-benar merasa sangat bersalah.
Om silakan lanjutkan apa yang mau Om sampaikan. Sekali lagi Ify minta maaf,”
ucap Ify.
Om Zeth mengangguk dan
segera melanjutkan pidatonya.
Ify segera menoleh ke
belakang. Terakhir kali tadi dia berdiri berdua dengan Rio dan Rio tepat berada
di sebelah kirinya. Saat ia menoleh ke belakang. Rio raib!!! Rio menghilang!!!
Dalam hati Ify benar-benar tidak bisa menahan jeritannya. Rio benar-benar gila
dan nyeblin!!! Sebel.....sebel....sebel...!!!!
“Damn you Rio. Hate
ya!!!” batin Ify.
Ia mengamati sekeliling
taman belakang keluarga haling ini. Dan Rio tidak terdektesi sama sekali.
Kemana tuyul item turunan Buto Item itu? Dumel Ify dalam hati. “Awas lo ya!!!!”
**********
Saat Ify sudah memotong
pidato papanya, Rio diam-diam segera meninggalkan Ify. Perlahan-lahan tapi
pasti Rio menyelinap meninggalkan tempat acara. Ia benar-benar cemas. Soalnya
langkah Ify di luar dugaannya. Ia kira pasti Ify akan mengerti kalau dia hanya
bercanda atas omongannya kemarin ketika melihat udangan yang berada di
rumahnya. Ternyata perkiraan Rio salah besar dan kini gadis itu pasti malu
sekali dan Rio lah penyebab dari semuanya. Maka dari itu pula ia kabur ke
tempat yang paling sepi dan jauh dari suasana pesta selamatan rumahnya.
“Wooii, Item!!! Lo di
mana sih?? Ngumpet aja lo! Sini lo kalo berani!!! Denger gue ya!!! Gue itu
sebel sama lo!! Lo itu......arrghh...pokoknya nyeblin!!!!!” seru Ify dan
mencari-cari Rio.
Rio menelan salivanya.
Ify sepertinya benar-benar menakutkan. Namun sayangnya Rio tidak lagi
beruntung. Ia masih sempatnya kejedot dinding. “Adddaawww!!!!” jerit Rio
kesakitan. Ia benar-benar lupa dengan situasi saat ini.
Tawa Ify pecah. Dia
benar-benar tertawa penuh kemenangan. “Jangan lari lo, Rio!!! Gu kesal sama
lo!! Sini lo!!!” seru Ify dan berjalan menuju sumber suara yang tidak jauh
berada dari tempatnya berdiri. Rio memang sedang berada di halaman depan
rumahnya.
“Wwwoiii Buto Item!!!”
seru Ify.
Rio tidak bisa menghindar
lagi. Dia benar-benar harus menghadapi Ify. Masa dia kalah? Selama ini toh dia
yang mengintimidasi Ify. Masa jadi kebalikannya? Nggak akan pernah!
“Hmmm.... kenapa?” tanya
Rio dengan tenangnya.
“Nggak usah sok tenang
lo, Item!!”
“Gue memang cool. Makanya
lo tergila-gila sama gue dan terobsebsi buat tunangan sama gue.”
Mata Ify sukses membola.
“Lo yang ngerjain gue, Bego!! Dan sekarang apa? Gue yang malu, stress!!!”
“Lo aja yang bego
sendiri. Masa nggak nyadar juga dari undangan yang ada di rumah gue. Otak lo
kemana? Lo pinjemin sama keropi?”
Ify menghentak-hentakan
kakinya. “Lo ngajak berantem ya? Gue ladenin. Di mana? Gu nggak takut sama lo.”
Rio menaikkan alisnya dan
sadar kalau Ify sedang emosi seemosinya terhadap dirinya sendiri. “Oke. Kita
berantem!!! Lo mau di mana? Jangan di sini! Nanti menimbulkan keributan!”
“Oke. Terserah elo!! Di
lapangan kompleks? Gue ladenin!!! Sekarang juga!!!” seru Ify dengan nafas satu
dua tiga. Dia benar-benar kesal dengan Rio.
“Oke! Kita ke sana
sekarang!!!!”
**********
Angin malam berhembus.
Dingin yang menusuk hingga tulang rusuk kedua generasi Adam dan Hawa itu tidak
di perdikan oleh keduanya. Keduanya itu adalah Rio dan Ify. Mereka berdiri di
tengah-tengah lapangan komples dengan saling berhadapan.
Keduanya juga saling
melemparkan tatapan tajam menusuk dan seperti meracuni satu sama lain.
Tujuannya hanya satu, membuat lawan jadi down.
“Kenapa lo ngerjain gue
sampai segininya?” tanya Ify mulai memecahkan keheningan di antara keduanya.
“Lo aja yang bego mau
dikerjain,” jawab Rio pendek.
Ify mendengus kesal.
“Siapa yang nggak ketar-ketir kalo dibilang akan ditunangin sama musuh
bebuyutannya seantero dunia akhirat. Nggak ada yang demen. Lo aja kali!”
“Yeee....salah lo sendiri
kenapa punya muka lawak. Enak banget ngerjain lo. Muka lo itu.... pelawak
banget. Harusnya lo bikin grup lawak, Fy. Nanti fans lo dinamain Fylawakers,”
balas Rio sengit dan tertawa terbahak-bahak.
Ify menggenggam
tangannya. Ia tidak terima. Sungguh!!! Ini termasuk penghinaan kelas kakap
harus dituntaskan di pengadilan hiu. Harus. “LO itu nggak sadar apa, gue malu
Rio. Malu banget. Pastinya gue udah buat nyokap gue malu.”
“Siapa yang bego coba?
Masa lo nggak bisa bedain mana candaan sama seriusan?”
“Gimana gue bisa tahu,
kalau tampang lo kemaren itu serius banget. Gue udah takut banget tahu. Siapa
juga yang mau sama lo!!!! Ogah selangit!!!”
“Masalah lo malu itu
emang gue pikirin. EGP!! Lo aja ngebet pengen jadi pacar gue. Lagian kan lo
bisa nebak sendiri acara apa di rumah gue lewat undangan yang dateng.”
“Gue ngebet jadi pacar
lo?? Mimpi lo??? Emang siapa selama ini manggil gue dengan panggilan norak
pencuci perut sampai buat mules itu. Lo kan? Itu berarti lo yang ngebet punya
pacar kayak gue!!!”
Rio tertawa. “Kalo
menurut lo gitu, kita pacaran aja beneran, Ify sayang!!!” Rio kembali kumat.
Ify menarik pelan
rambutnya. Dia frustasi. Rio benar-benar.....Tadi dia marah-marah sekarang
balik marahin orang. Mau Rio itu apa sih.
“Dalam mimpi lo yang
paling jelek gue pacaran sama lo. Nggak akan pernah. Gue maunya lo minta maaf
sama gue gara-gara kejadian tadi. Terus lo minta maaf sama mama gue dan bilang
sama nyokap-bokap lo, semua itu salah lo!!!!”
Rio mencibir. “Ogah!!!!”
“Lo itu
ya.....aarrrggggghhhhh.....lo nggak tau rasanya gitu gimana Rio!!!! Malu
banget!!!”
“Bodo!!!!”
“Nyebelin banget sih lo,
Yo. Gue itu ya............ bosan gue bilang kalo gue itu benci sama lo. Lo
nyebelin!!!!”
“Gue nggak pernah bosan
nunggu lo bilang kalo lo sayang sama gue,” timpal Rio.
Ingin sekali Ify meninju
muka Rio. Rio benar-benar menguji kesabarannya.
“Ini buat lo!!!” Ify
menunjukan kepalan tangan kanannya. “Sekarang lo minta maaf!!!” tuntut Ify.
“Nggak akan pernah. Gue
nggak salah!!!” ucap Rio tidak kalah sengit.
Ify benar-benar tidak
tahu apa yang ahrus diperbuatnya. Ia benar-benar bingung. Apa yang harus
dilakukannya sekarang agar Rio mengakui kesalahannya.
“Ya udah kalo lo nggak
salah! Lo nggak pernah tau rasanya kalo orang tua kita malu. Lo itu....
arrrggghhh.....hiks....hikks......hikss....lo me....hiks...mang
nye...hikss....lin......” ucap Ify bergetar dan akhirnya air matanya mengalir
turun. Air mata pertama yang jatuh di depan Rio. Pertahanan Ify lepas kontrol.
Dia menangis. Akhirnya Ify mundur selangkah dan berbalik badan. Ia berjalan
perlahan-lahan sambil menangis. Ia kalah. Dia menangis karena Rio selalu
menganggunya. Ini pertama kali untuknya.
Rio terpaku. Ia ngat
betul. Dari dulu hingga sekarang, air mata ini adalah air mata yang pertama
kali ia lihat dari sosok Ify. “Apa gue udah keterlaluan?” Rio bertanya-tanya.
Rio menatap Ify yang
semakin berjalan jauh dari dirinya. Ia dapat mendengar sesenggukan gadis itu.
Ify benar-benar menangis. Rio bingung harus bagaimana. Namun.....suara tangis
itu membuatnya tidak tenang.
Haappp....
Rio meraih Ify dan
memeluk gadis itu. Ternyata Rio memutuskan untuk mengejar gadis itu dan di
sinilah mereka saat ini. Masih tetap di lapangan namun dalam keadaan yang
berbeda, saat ini Rio sedang memeluk Ify.
Ify yang menangis dari
tadi terkejut. Ia kaget kalau Rio memeluk dirinya. “Lepasin gue!” ronta Ify. Ia
menggerakan badannya agar lepas dari rengkuhan kedua lengan kokoh Rio.
“Tenang....Ify.
Gue....minta maaf,” ucap Rio lembut.
Ify terdiam. Seketika ia
berhenti memberontak. Ia mengakat wajahnya dan mendapati sepasang mata Rio yang
menatap dirinya. Di mata itu terlihat dengan jelas penyesalan.
“Gue minta maaf, Ify. Gue
sadar kalau gue salah banget sama lo. Gue udah keterlaluan,” ucap Rio dan tetap
tidak melepaskan pelukannya.
Ify benar-benar tidak
percaya, Rio meminta maaf. “Lo beneran nyesel?” tanya Ify.
Rio mengangguk. “Gue
nyesel banget. Senyesel-nyeselnya. Gue udah bikin lo nangis,” jawab Rio.
“Kenapa?”
Rio menatap Ify dengan
tidak mengerti. “Kenapa apanya?”
“Kenapa lo nyesel bikin
gue nangis? Biasanya lo nggak peduli?” jelas Ify.
Rio menghela nafas. Ia
mengendurkan pelukannya sejenak. Lalu membalik badan Ify agar menatap ke
arahnya. “Gue nggak bisa...” tangan kanan Rio hinggap di mata Ify “melihat mata
ini ngeluarin permatanya. Nggak bisa. Gue nggak bisa ngeliat air mata lo.
Karena itu menyakitkan,” lanjut Rio dan menghapus sisa-sisa air mata yang masih
ada.
“Jadi, lo mau ngapain apa
aja biar gue maafin lo?”
Rio mengangguk.
“Beneran? Janji?” Ify
menyodorkan jari kelingkingnya.
“Beneran. Gue janji,”
ucap Rio dan menautkan jari kelingkingnya. Pelukan antara dirinya dan Ify
terlepas.
“Kalau gitu gue mau lo
minta maaf sama gue, sama nyokap gue, dan lo ngakuin sama papa-mama lo kalo lo
ngerjain gue,” ujar Ify.
“Iya. Gue lakuin. Gue
janji. Tapi, lo harus janji, jangan pernah nangis lagi. Jangan nangis karena
gue. Gue mohon, jangan pernah nangis karena gue,” ucap Rio.
Ify mengangguk santai.
“Oke.”
“Janji!!” ucap Rio dan
Ify serentak, lalu melepaskan kelingking mereka yang saling tertaut.
Angin malam masih setia
berhembus menemani kedua orang itu.
Ify benar-benar lega sekarang dengan begini
dia nggak akan mempermalukan mamanya. “Eh...Yo, ternyata ngerjain orang itu
gampang ya? Lo aja ketipu sama gue. Lo kira gue bakalan nangis karena ini
doang, hahahhahaha...” ucap Ify tiba-tiba.
Rio terkaget. “Lo
ngerjain gue?” tanya Rio ulang.
“Yaps!!! Kita satu-sama.
Lo ternyata bisa juga dikerjain, bukannya lo aja yang ngerjain gue. Ternyata
dengan air mata lo luluh juga, wleeeek!!!!” Ify melet-melet.
Rio menampilkan ekspresi
dinginnya kepada Ify. Padahal dalam hati dia tertawa-tawa. Tepatnya
menertawakan dirinya karena dia sadar kalau dirinya lah yang lemah terhadap
Ify. Dia benar-benar sudah ditipu Ify.
“Jangan sedih dong, Yo!
Biasa aja. Satu sama!” ledek Ify.
“Ah...biarin. Yang
penting gue tadi meluk elo,” ucap Rio santai.
Giliran Ify yang
tersadar. Dia lupa kalau tadi Rio memeluknya. “Lo itu ya....nggak pernah
rugi!!! Kemarin lo cium gue di pipi sekarang lo meluk gue. Lo itu......”
“Selalu beruntung
diberbagai situasi dan kondisi. Rio si Mr Lucky!” sambar Rio.
Ify berdecih. ”Adanya Rio
si mister kurapan!” balas Ify.
”Gimana pun, gimana pun
lo beruntung, masih untungan gue, My Honey!!!” ucap Rio dan mengedipkan
matanya.
Ify menjerit dalam hari.
Ini benar-benar tidak bisa dibiarin. Rio sudah gila!!! Dia tidak bisa
membiarkan dirinya berada di sini. Di dekat Rio yang memanggilnya dengan
sebutan norak yang membuat mual seketika. Ify jadi ingat rencananya dulu yang
ingin menawarkan jasa pelayan RSJ untuk Tante Manda agar mau mengobati Rio.
Sepertinya itu harus segera dilaksanakan.
”Gue mau pulang!! Rio
mulai gila!!!!!” seru Ify histeris dan berlari-lari meninggalkan Rio dan
lapangan kompleks.
Rio tertawa-tawa.
“Harusnya lo itu yang gila, Fy!!!” ucap Rio dan melangkah pulang.
Hari ini
benar-benar.........
************