Kepentok Hati Musuh 2


Makin gaje ya?? Harap dimaklumin. Bukan penulis sih.
.
.
.


@Keesokan Harinya
          -Rumah Ify
                 Sinar mentari mentari menembus kaca hitam milik rumah Ify. Ify sedang sibuk buanget, Mama Ify yang baru saja bangun jadi heran apa yang dilakukan buah hati tunggalnya itu.
                “Sayang ngapain?” tanya Mama Ify.
                “Nyiapin bekal, Ma.” Jawab Ify sambil tetap bekerja.
                “Tumben bawa bekel.” Ujar Mama Ify yang membuat Ify tersenyum. “Cepetan ntar Ify telat lagi. Udah 6.25 tuh.” Lanjut beliau yang kemudian melihat isi bekal Ify.  “Masak sendiri. Rajin banget.” Batin Mama Ify lalu tersenyum.
                “Ma, Ify berangkat ya! Bye, Ma!” pamit Ify kemudian mencium tangan Mamanya dan berlari ke depan. Lalu dengan diantar supir Mamanya Ify berangkat ke sekolahnya. Tetap dengan baju SMP. Soalnya masih MOS.

          -Rumah Via
                “Non lagi ngapain?” tanya Bi Inem, pembantu Via yang sudah bekerja dari Via masih kecil.
                “Lagi nyiapin bekal, Bi. Bibi bantu Via buatin sirup ya.” Pinta Via lembut kepada Bi Inem. Bi Inem mengangguk lalu segera membuatkan sirup yang kemudian dimasukan ke dalam tempat air minum.
                Sepuluh menit telah berlalu, semua bekal sudah siap dan via berangkat ke sekolah. Nggak lupa juga Via pamit dengan Bi Inem, mau pamit kepada orang tuanya nggak bisa. Soalnya lagi di luar negeri. Via juga nggak keberatan pamit dengan Bi Inem, soalnya udah Via anggap sebagai Ibunya yang kedua.

@SMA Global Nusantara
                Lagi-lagi sarapan bagi peserta MOS. Selain pake roti ataupun nasi  mereka juga dapat sarapan pidato dari ketua OSIS mereka yang super cuakep itu. Kalo ketos mereka nggak cakep, pasti udah banyak yang cuap-cuap bukan seperti sekarang yang hening. Masalahnya seluruh peserta MOS lagi menatap sang Ketos dengan berbinar-binar.
                Arahan pagi ini berisi bahwa kegiatan MOS bersama senior dilaksanakan dari pukul 07.45 sampai 10.30, kemudian penutupan pukul 11.00 pagi menjelang siang.
                Setelah arahan selesai, sekarang Ify cs sudah berhadapan dengan Rio cs di taman belakang. “Lo hari ini di MOS berempat secara barengan.” Kata Rio membuka percakapan.
                “Beneran?” Ify memastikan.
                “Makasih ya, Kak.” Balas Shilla sebelum ada yang menjawab pertanyaan dari Ify.
                “Edan, lo.” Timpal Cakka. Shilla nggak peduli lagi, kalo udah berempat berarti dihukumnya bareng-bareng. “Good bye, malu!” batin Shilla sambil tersenyum-senyum sendiri.
                “Shil, elo kenapa?” tanya Via.
                “Gue seneng dong, kalo MOS-nya bareng jadi dihukumnya juga bareng-bareng. Malunya so pasti barengan juga.” Jawab Shilla kalem.
                “Yeeeeeeeeeeeeeeee…” timpal Agni dan Ify kompak.
                “Stop.” Cakka memberhentikan percakapan juniornya, sepontan Ify cs diam langsung.
                “Tugas pertama elu berempat, silakan cari tahu apa makanan kesukaan kita-kita terus elu beliin. Waktunya 40 menit.” Perintah Iel.
                “Kelamaan, yel. 30 menit aja.” Usul Alvin.
                “Ok juga, Vin.” Rio setuju.
                “Kalo gitu elu berempat silakan ngejalanin tugas. Waktunya 30 menit. Cepetan.” Parintah Iel galak.
                “Kagak usah galak-galak napa.” Dengus Via pelan.
                “Lo kira gue nggak denger.” Desis Iel.
                “Bagus dah kalo lo denger.” Balas Via santai. Agni yang takut ada perang lagi langsung menarik ketiga sahabatnya dari empat orang yang paling nyebelin bin rese bin nyolot di dunia.


@Lapangan
                “Kita tanya sama siapa, nih?” tanya Agni bingung menatap seniornya yang super buanyak itu.
                “Hmmm… gimana kalo kita mencar aja, dua-dua gitu.” Usul Shilla.
                “Setuju. Gue sama Via. Kita ke sana ya. Ntar tunggu di kantin.” Ucap Ify lalu menarik Via dan berjalan ke bagian kanan lapangan. Sedangkan Shilla dan Agni berjalan berdua ke arah yang berlawanan dengan Via dan Ify.
         
          -Via dan Ify
                “Numpang tanya, Kak.” Ucap Ify kepada senior ceweknya.
                “Tanya apa?” balas senior yang menatap Ify dan Via dari ujung kaki hingga kepala.
                “Kita berdua di MOS sama Kak Iel dan Kak Rio. Mereka menyurh kita berdua cari tahu apa makanan kesukaan mereka.” Jelas Ify.
                Mendengar nama Iel dan Rio si senior malah senyum-senyum gaje gitu. “Ada syaratnya.” Kata Senior itu.
                “Syaratnya apa, kak?” Via bertanya.
                “Elo berdua cukup bilang ada salam dari Dea Amanda untuk Rio. Harus disampein. Sekalian kasih foto gue ke Rio.” Jawab si Senior. Ify dan Via lalu mengagguk. Kemudian Ify memfoto Dea yang lagi tersenyum lebar.
                “Udah difotoin sama Ify tuh.” Ujar Via.
                “Sip. Rio suka chitato kalo Iel sukanya Lays. Beli itu aja.” Jawab Dea yang kemudian pergi sebelum Ify cs bilang terima kasih. Kemudian Ify dan Via berlari menuju kantin sekolah mereka.

          -Shilla dan Agni
                “Kak.” Panggil Shilla sambil tersenyum.
                “Ya, ada apa?” si senior balik bertanya.
                “Kita berdua mau tanya makanan kesukaan Kak Alvin sama Kak Cakka.” Jawab Shilla kalem.
                “Maksud elo, Alvin Jonathan Sindunata sama Cakka Kawekas Nuraga?” Senior itu memastikan, lalu tersenyum.
                “Iya, Kak.” Agni yang menjawab.
                “Untuk apa tanya-tanya?” tanya Senior itu jutek. Lalu melihat Shilla dan Agni dari ujung rambut hingga ujung kaki. “Cantik juga. Ancaman.” Batin senior.
                “Lah? Kita berdua di MOS sama mereka. Mereka berdua yang nyuruh kita cari tahu makanan kesukaan mereka itu.” Jawab Shilla bingung.
                “Ouh..kirain kalian berdua fans baru mereka. Bagus deh kalo nggak. Ya udah deh, gue kasih tahu langsung aja. Kalo si Cakka suka ma donat di kantin, kalo Alvin suka makanan ringan gitu. Paling suka sama Q-Tella.” Balas Si Senior. Shilla dan Agni mengangguk dan segera ke kantin, sebelumnya mereka nggak lupa mengucapkan terima kasih.

@Back to Taman Belakang
                “Udah berapa lama, yo?” tanya Cakka.
                “27, 3 menit lagi bro.” jawab Rio yang tengah melihat jam tangan item di tangannya. Udah tangan item make jam tangan item juga. Apa nggak malu, yo? Hahahaha….
                “Moga aja terlambat. Biar mudah kita kasih hukuman.” Timpal Alvin lalu terkekeh pendek. Hehehe…
                “Kenapa lo, yel?” tanya Rio yang memperhatikan Iel. Dari tadi diem mulu bawaannya.
                “Nggak usah ditanya lagi, yo. Iyel lagi merenungin nasib gara-gara juniornya tadi.” Cakka yang menjawab dan langsung mendapatkan hadiah gratis dari Iel berupa toyoran di kepalanya.
                “Sakit, yel.” Rutuk Cakka sambil mengusap-usap kepalanya.
                “Bodo.” Iel menanggapi Cakka.
                “Wah..ck.. dapat juga mereka.” Decak Alvin melihat Ify cs berlari-lari kea rah mereka.
                “Maksud lo, Vin?” tanya Rio bingung.
                “Noh liat, itu mereka kan.” Jawab Alvin sambil menunjuk Ify cs. Rio mengangguk-ngangguk.
                Dengan nafas terngah-ngah, Ify cs tiba di depan Rio cs. Mereka berempat mendapatkan kejutan mendadak dari keempat seniornya. Berupa tatapan tajam dan dingin tetapi mempesona.
                “Ya ampun, io. Meleleh gue.”
                “Kagak tahan, Bang.”
                “Cair dah gue.”
                “Kagak nahan.” Gumam Ify, Shilla, Via, dan Agni barengan. Barengannya dalam hati maksudnya. Hahahaha… nggak butuh waktu lama satu detik cukup, Ify cs sadar dan kembali ke alam sadar.
                “Lo berempat terlambat 15 detik.” Kata Rio dingin.
                “Nggak kali, Kak.” Balas Ify.
                “Kalo nggak punya jam, nggak usah protes.” Ujar Rio tajam.
                “Silakan elo berempat skot jump 15 kali.” Perintah Alvin.
                “Hah??” respon Via, Agni, dan Shilla kompak.
                “Hah..Hah…hah.. cepetan laksanain.” Bentak Iel.
                “1…2….3….4…5…………….13….14….15..” Ify cs menghitung kemudian langsung terduduk lemas, kaki mereka udah pada gemetaran. Rio cs sangat menikmati wajah-wajah pucat Ify cs.
                “Tugas lo mana?” tanya Cakka kepada Agni yang lagi ngelap keringatnya.
                “Nih ambil.” Jawab Agni sambil menyodorkan sekotak donat dengan malas.
                “Ambil noh sipit.” Ujar Shilla sambil melemaparkan sebungkus gede Q-Tella yang sukses mendarat di kepala Alvin. Ify dan Via juga ikut-ikutan Shilla, bedanya Chitato dan Lays itu sukses menimpuk wajah Rio dan Iel.
                “Lo berempat kurang ajar.” Kata Iel garang.
                “Oh ya? Kurang ajarnya di mana?” tanya Shilla pura-pura oon.
                “Lo yaaaaaaa……..”
                “Udahan, yel.” Ujar Cakka sambil mengedipkan sebelah matanya. Iel langsung diem.
                “Untuk mempersingkat waktu, tugas kedua untuk elo berempat sekarang sedikit mudah. Nggak perlu ke mana-mana cukup di sini aja. Silakan elo berempat nyanyi, tapi harus diimprovisasikan.” Perintah Rio.
                “Jangan lupa jogetnya yang lucu. Mesti buat kita berempat ketawa.” Sambung Alvin.
                “Dan nggak usah sok cool.” Tambah Cakka.
                Keempat cewek itu hanya bisa berteriak, “HAH?”
                “Ogah gue, kemaren gua udah malu. Kagak mau malu lagi. lo berempat norak.” Tolak ify mentah-mentah.
                “Bener tuh, lu kira kita berempat topeng monyet.” Tambah Agni.
                “Kalo nyadar bagus deh.” Sambar Cakka yang langsung dipelototin ify, Via, dan Shilla.
                “Nggak ada protes silakan dilakasanakan.” Pertintah Rio telak.
                Dengan sangat terpaksa Ify cs melaksanakan hal yang memalukan itu. Mereka menyanyikan lagu :

Potong bebek angsa
Masak dikuali
Kualinya bocor
Angsanya lari
Sorong ke kiri
Sorong ke kanan
Lalalalalallallalall…………….lllaaaaaaaaaaaaaaaallllllllllllaaaaaaaaaaaa……..

Sivia mengubah lagu itu menjadi lagu dangdut. Lalu mereka joget-joget kayak orang gila. Ify dan Shilla bergandengan tangan sambil bungkuk-bungkuk. Sedangkan Via dan Agni joget tunggal ala gergaji Dewi Persik yang nggak professional. Hahahahha….
                Rio cs mendapat tontonan lawakan gratis ngakak abis. Udah lupa dengan namanya jaim. Huahahaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhaaaaaaaaaaaaggggggggggagggggggggaaaaaaaaaaaaaa……. Setelah lagu itu berakhir komentar-komentar menyedihkan terucapkan.
                “Gila..gila.. Sarimin pergi ke pasar aja kalah. Lo berempat memang the best deh.” Ejek Rio sambil berusaha meredam tawanya.
                “Hebat pisan, uey! Ngalahin atraksi badut.”ujar Cakka di sela-sela ketawanya. Wkwkwkwkwk…..
                “Kalian cocok show di tengah jalan. Biar di bawa ke RSJ.” Tambah Iel dengan senyum mengejek.
                “Pelawak yang luar biasa lo berempat. Lo semua penggantinya Sule, Nunung, Azis Gagap, dan Tukul.”tambah Alvin yang masih ngakak.
                Keempat cewek di depan mereka mencibir sekaligus manyun sekali dan nggak lupa menatap keempat kakak kelas mereka dengan tatapan tajam ingin membunuh.
                “Lempar aja pake sepatu.” Bisik Agni ke Ify. Lalu Ify membisikan kepada Via. Selanjtunya Via bisik-bisik kepada Shilla. Keempatnya yang masih berdiri segera duduk. Lalu melepas sebelah sepatu mereka dan dilemparkannya kepada Rio cs. Sepatu Agni dan Ify berhasil mendarat akurat di muka Cakka dan Rio. Sedangkan sepatu Via berhasil menimpuk kepala Iel dengan sukses dan sepatu Shilla mencium pipi putih Alvin yang meninggalkan jejak.
                “Huaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhaaaaaaaaaaaaaaahaaa” tawa ify cs meledak.
                “Ketawa nenek lampir lo semua nggak enak di dengar. Bikin kuping gue sakit.” Kata Cakka tajam.
                “Stop ketawa kalo mau istirahat.” Ucap Rio dingin yang berhasil menghentikan tawa ala nenek lampir Ify cs. Istirahat berarti no hukumana. “Yeeeessssssss” batin Ify cs kompak. Ify cs kini tersenyum-senyum.
                “Kenapa kalian senyum-senyum gitu?” tanya Iel sambil mencari tahu apa yang tidak dapat tersembunyi di mata Ify cs.
                “Pasti udah ngakuin kalo kita ganteng.” Alvin yang menjawab.
                “Pede lu kate, mata segaris aja bangga. Pantas bilang dirinya ganteng mulu, taunya kagak bisa ngeliat tampang buruk rupanya sendiri.” Balas Shilla dan memasang senyum sinisnya. Alvin memplototin Shilla.
                “Apa lo memplototin sohib gue.” Bentak ify.
                “Woi Ify yang sopan dikit. Udah cungkring, gigi dipagerin, nyolot lagi. ck.” Decak Rio.
                “Lo nggak tau yang namanya behel. Norak lo. Katro. Rese banget.”
                “Lo rese.”
                “Lo”
                “Lo”
                “Lo”
                “Lo”
                “LO BEREMPAT RESE.” Teriak Ify, Via, Shilla, dan Agni kompak yang berhasil membuat empat orang di depan mereka reflek menutup telinga dengan kedua tangan masing-masing.
                “Jiaaaaaahhhh, teriakan lo berempat ngerusak telinga gue.” Kata Rio yang udah melepaskan tangannya dari telinga.
                "Kami kasih waktu lo berempat untuk istrahat sampai jam 9.30. Istarahatnya di sini, nggak ada ke kantin." ucap Iel yang membuat Ify cs melengos. Ify melihat jam di BB-nya sekarng baru pukul 9 kurang 10.
"Brarti ada 40 menit lagi." batin Ify. "Ya ampun." seru Ify heboh sendiri sambil menepuk jidatnya.
"Apaan sih, Fy?" tanya shilla. Ify cuma cengengesan.
                "Kak Rio." panggil ify.
                "Hmm..apaan?" tnya Rio.
                "Nih foto dari Kak Dea. Waktu gue sama Via nanya ke dia tentang makanan kesukaan kakak, dia nyuruh kasih ini foto. Terus bilang, salam untuk Kak Rio dari Dea Amanda." jawab Ify panjang lebar sambil menyodorkan BB-nya ke Rio.
                "Segitu pentingnya buat elo ngasih tau gue?" Rio bertanya lagi dengan tatapan tajam ke Ify.
                "Gue kan udah janji ma Kak Dea. Harus ditepatin dong."
                "Ouh.."balas Rio pendek.
                "Lo jadian ma Dea, yo?" Iel bertanya.
                "Nggak dong, yel. Kalo nggak  ada yang bisa buat gue falling in love sampe gue kelas 3. Mungkin gue nerima Dea, dari pada nggak. Dea cukup manis kok." jawab Rio santai. Ify yang mendengar Rio bilang Dea cukup manis jadi terkejut."Kenapa sih gue?”keluh Ify dalam hati.
                "Ini handphone lo." ujar Rio mengembalikan BB Ify.Ify mngambilnya.
                "Gaya lo,Yo." timpal Alvin.
                "Embat aja,Yo. Kayak gue."sahut Cakka
                "Nggak, deh. Gue males punya banyak mantan kayak elu." balas Rio.
                Ify, shilla, via, dan agni sedang sibuk dengan urusan masing-masing. Mereka berempat duduk membentuk lingkaran membelakangi Rio cs sambil mengobrol ala bisik-bisik tetangga.
                "Kita ngapain nih?" tanya Shilla hanya dengan gerakan bibirnya.
                "Nggak tahu." jawab Via pelan sambil mengangkat bahu. Agni mengajak mereka lebih berdempetan lagi. Lalu membisikan sesuatu,"Main tebak lagu aja, tapi lagunya dinyanyiin pake gerakan bibir. Gimana?" ketiga sohibnya mengangguk. Lalu mereka mulai bermain, Agni yang menjdi penyanyinya, Ify,Via dan Shilla penebaknya.
Mereka bermain seru banget, Via yang paling banyak dipukul pelan. Soalnya dia yang paling nggak bisa nebak. Merrka tertawa-tawa tanpa suara, coba mereka bisa tertawa lepas. Pasti udah rame banget, berhubung lagi sama empat orang stres itu. Mereka lebih milih main sambil diem.
                Iel, Cakka, Alvin, dan Rio yangg memperhatikan keempat juniornya jadi bingung. "Ngapain mereka ketawa tanpa suara gitu?" tanya Rio kepada sohib-sohibnya.
                "Kagak tahu, si Via juga dipukul mulu." Iel menjawab.
"Terus si Cewek jadi-jadian malah kayak nyanyi, tapi nggak ada suaranya" tambah Cakka.
"Dari pada penasaran kita tanya aja." usul Alvin.
                Rio yang paling dikit duduk dengan juniornya, memanggil Ify. "Fy, lo ngapain?" tanya Rio. Tapi Ify nggak mendengar karena keasyikan bermain.
                "Fy." panggil Rio lagi, tapi nggak dijawab.
                "Woi behel." panggil Rio yang ketiga kalinya.
                Ify langsung balik badan dengan tampang super galak. "Kenapa?" tanya Ify ogah-ogahan.
                "Kalian berempat ngapain?"
                "Lagi main aja." jawab Ify.
                "Kok nggak ada suaranya?" Cakka yang bertanya.
                "Terserah kami dong. Ganggu aja." jawab Ify sewot, lalu balik badan lagi. Lanjut bermain. Rio cs hanya bingung menatap keempat juniornya itu. Iel geleng-geleng kepala.
                "Udahan ah, bosan." keluh Via.
                "Elu kalah terus sih." sahut Shilla. Via ketawa lalu menarik tasnya untuk mengambl air minum. Via baru ingat kotak bekalnyaa. "Bekal kalian bawa ??" tanya Via.
                "Oh iya ya, bawa kok vi." Agni menjwab dan diikuti anggukan Shilla dan Ify.
"Kasih sekarang aja, yuk. Dari pada ntar lupa." usul Via. Ketiga sohibnya setuju. Masing-masing
mengambil bekal mereka dari dalam tas.
                "Ini, Kak. Bekal yang kakak minta kemarin." ujar Via dan memberikan bekalnya ke Iel.
                "Kalian bawa? Bagus deh." balas Iel. Ify memberikan bakalnya ke Rio, Agni ke Cakka dan Shilla ke Alvin.
                Rio cs tersenyum manis banget. Yang membuat atmosfer Ify cs berubah. Rio membuka bakal yang dibawa Ify, isinya nasi putih, ayam bakar, dan sambel. Isi bekal Iel, ayam juga. Tapi ayam sambel biasa. Cakka dan alvin sama-sama kompakan isinyaa ayam goreng.
                "Ayam semua." komentar Cakka yang mulai makan bekalnya. Ify cs setengah nggak rela melihat bekal yang dibawa mereka dimakan oleh senior mereka.
                "Enak banget. Baru pertama kali gue makan nasi kayak gini." batin Rio sambil asyik menikmati bekalnya.
Cakka dan Alvin udah mulai bergeriliya mencicipi nasi Iel dan Rio. Rio dan Iel juga sebaliknya.
                "Bekal lo berdu kok lebih enak?" tanya Cakka oon.
                "Bener tuh." tambah Alvin.
"Nggak tau. Tanya sama yang bawa." Iel yang menjawab. Rio masih makan nasinya juga nyicip nasi Iel.
Ternyata benar bekal Via dan Ify lebih lezat dari pada yang lain.
                "Kalian berempat pasti curang. Pasti dimasakin kan Ag, Shil?" tanya Cakka kepada kedua tersangka.
                "Bener banget." jawab Shilla dan Agni kompak.
                "Kalo Via dan Ify pasti beli?" tanya Cakka lagi.
                "Enak aja lu bilang beli. Gue masak sendiri, jam 4 gue udah bangun. Ngalahin nyokap gue. Di rumah gue kagak ada pembantu. Kalo beli nggak mungkin gue mau repot-repot bawa kotak bekal, kan udah ada kotaknya" jawab Ify kesal.
                "Gue juga tuh, bangun jam 4. Nggak dimasakin bibi gue, lagian itu bekal resepnya Ify. Ify kan memang bisa masak, secara gue udah sohiban ma Ify dari smp. Jadi gue belajar masak sama dia." jawab Via panjang lebar.
                "Masa?" timpal Iel.
                "Ya iyalah." balas Via sewot. "Nggak bisa bilang terima kasih nih orang." batin Via.
                "Beneran, Fy? Nasinya lo masak sendiri sampai bisa rasa kaldu ayam gini." Rio yang bertanya.
                "Ya iyalah, gue diajarin bokap gue dulu."
                "Buktiin, gimana?" tantang Alvin. "Boleh. Kapan?" Via balik bertanya.
"Sabtu besok. Pulang sekolah. Di rumah siapa ?? Agni dan shilla ikut juga." Alvin menjawab.
"Di rumah gue aja. Ortu gue lagi keluar negeri. Gimana Ag, Shil, Fy?" tanya Via ke sohibnya.
"Setuju." jawab ketiganya kompak.
                "Kita buktiin sama cecunguk empat itu." tambah shilla.
                "Ok. Deal." kata Rio.
                "Kami berempat yang nentuin masak apa. Kalo kalian menang, kami berempat akan melakukan satu  perintah kalian. Kalo kalian kalah, itu jadi hukuman kalian." ujar Cakka.
                "Siip deal." mereka bempat saling berjabat tangan. Rio cs menghabiskan bekal mereka. Rio hanya heran kenapa bisa  menghabiskan nasi itu. Biasanya juga nggak pernah sampe habis kalo makan nasi.
 *tanda-tanda nih, yo…..

@ Sekarang jam sepuluh tepat.
                "Istirahatnya udah. Sekarang tugas terakhir. Enaknya apa, Bro?" tanya Rio.
                "Gini aja, kalian berempat tembak kami. Kalo kami bilang terima kalian dapat tanda tangan dan boleh langsung bebas." usul Cakka.
                "Good idea, Cak." timpal alvin.
                Ify cs langsung balik badan dan rapat dadakan. "Kita tolak aja. Biarin kalo disuruh lari. Biarpun MOS, ogah gue bilang suka sama mereka." kata Agni. Ketiga sohibnya setuju.
                "Kalo kami nggak mau, apa hukumanya?" tanya Ify.
                "Lari 3 keliling lapangan yang gede ini." jawab Iel.
                "Kalo gitu, kami lari dulu. 3 keliling. Udah deal." ucap Agni yang kemudian berlari disusul ketiga sohibnya. Rio cs ternganga. Penolakan pertama. Padahal pura-pura, tapi mereka pada nggak mau.
                "Edan mereka." kata Cakka gemes.
                Ketika berlari,"Gue nggak kuat deh, Ag. Gimana nih, mana luas lagi." Ucap Shilla. "Sini gue tarik elo. Lo cukup menyeimbangi gue." kata Agni yang mulai menarik Shilla. Ify yang masih kuat, menarik Via.
                "Jangan sampe kalah, 1 keliling lagi. Bertahan ya." komando Agni. Ketiga sohibnya mengangguk pasti. Walaupun udah capek-capek  gini. Mereka berempat masih berjuang.

@Tepi Lapangan
                "Ck, tahan banget mereka. Padahal tugas tadi malah lebih gampang dari kemaren." Decak Alvin.
                "Mungkin mereka udah tau bakal kita tolak." Ucap Cakka terkekeh.
                "Maybe, Bro." balas Rio.
                "Kalo gitu, besok Rabu. Kita tunjukkan ke mereka berempat siapa kita. Dan  buat mereka menyesal karena sia-siain waktu dekat dengan kita." ujar Iel.
                "Setuju banget." ketiga sohibnya kompak.
                Akhirnya dengan penuh perjuangan bak melawan penjajah yang super kejam, Agni, Shilla, Ify, dan Via langsung terduduk lemas di tepi lapangan. Kira-kira jaraknya 2 meter dari tempat senior mereka berdiri. Ify cs berdiri lalu meronggoh saku roknya mengambil kertas tanda tangan dan sebuah pulpen. Ify cs menghmpiri Rio cs. "Tanda tangan." ujar Ify menyerahkan krtasnya tanpa banyak omong Rio menandatanganinya. Ketiga sohibnya juga begitu. Setelah mendapat tanda tangan, Ify cs pergi dari tempat Rio cs, lalu mereka terduduk di tepi lapangan.Ify duduk bersender pada via, Agni bersender pada shilla. Posisi mereka seperti d’ virgin nyanyi lagu cinta terlarang. Hahahaha...
                Kayaknya mereka berempat kecapean. Tanpa mereka sadari mereka sendiri tertidur smbil duduk di bawah penyinaran matahari secara langsung tanpa ada yang coba mengurangi sinar mentari itu ke wajah kempat  gadis manis tersebut.
      "Ck..udah tau nggak kuat lari masih aja dipaksain." decak Iel kesal. *cie Iel, udah kesal nih. Jangan-jangan...
                "Memang salah banget ya cuma bilang suka sama kita berempat??" tanya Cakka yang masih nggak terima.
                "Nggak salah, tapi mereka ogah dan milih lari sampe tertidur gitu." Alvin menjawab.
                "Kita pindahin aja mereka ke bawah pohon itu. Kepanasan mereka. Lagian mereka masih tanggung jawab kita. Gimana?" usul Rio.
                "Lo nggak salah, Yo? Di depan 1 sekolah gini. Kagak mau gue, apalagi ntar gue gendong Shilla. Turun ntar pamor gue." Tolak Alvin.
                "Gue setuju yo, ntar kita dibilang cowok gentle. Argumen lo salah, Vin." ucap Cakka.
                "Lo gimana, Yel?" tanya Alvin ke Iel.
                "Gue setuju sama Cakka." jawab Iel.
                "Kalah lo, Vin." ujar Cakka sambil nyengir. Lalu keempatnya menggndong keempat cewek yang lagi tidur itu ke bawah pohon. Lengkap dengan tas-tas mereka. Kemudian Rio cs pergi, karena tugas mereka udah selesai. Kejadian tersebut dilihatin oleh banyak orang.

@ Pukul 10.40
                “Hhoaaammam" gumam Ify. Dia udah bangun, matanya udah melek. Ify baru sadar kalo dia dan keempat sahabatnya udah pindah dari tempat awal mereka.
                "B A N G U N" teriak Ify. Teriakan kenceng Ify ternyata berhasil membangunkan ketiga sohib.                                              "Apaan sih?" tanya Agni yang udah bangun.
                "Siapa yang mindahin kita berempat ??" tanya Ify balik.
                "Mindahin apa sih, Fy?" tanya Via celengok.
                "Kita berempat. Kita nggak di tepi lapangan lagi. Tas kita juga udah ada." jawab Ify.
                "Owh iya..ya.." seru Shilla heboh. "Jangan...jangan.... nggak mungkin." lanjut shilla.
                "Apaan sih, Shill?" tanya Agni.
                "Nggak mungkin kita dipindahin keempat cecunguk itu." jawab Shilla.
                "Hah? Kalau mereka yang mindahin, berarti kita digendong. Ogah gue." respon Via. Ify dan Agni ternganga.
                "Nggak, mana mungkin."bantah ify.
                "Iya tuh bener." sahut Agni. Nggak  bisa mereka bayangkan kalo mereka digendong keempat senior stres itu. Lalu ada panggilan bahwa disuruh ngumpul dilapangan.

@Lapangan
                Akhirnya acara MOS menjengkelkan itu selesai juga. Setelah pesan-pesan terakhir sekaligus permohonan maaf dari kakak-kakak senior disampaikan oleh Ketua OSIS sendiri, seluruh peserta MOS disuruh berbaris satu barisan dan menyalami kakak-kakak senior mereka secara bergantian. Ify cs malah melengos. Mereka ikutan ngantri juga, antrian yang paling belakang. Selama mengantri cewek-cewek yang berada di depan Ify cs malah asyik mengobrol.
                “Gila, nanti gue bisa salaman sama SDK. Super Duper Keren. Yes-yes. Akhirnya kesampaian juga.” Seru cewek yang berambut ikal panjang.
                “Kalo gue paling suka sama yang putih itu. Siapa sih namanya. Ganteng banget. Apalagi senyumnya.” Seru cewek satunya lagi.
                “Gue nanti mau tanya nomornya HP Kak Cakka deh, walaupun kabar-kabarnya dia playboy, mau dikata apa sih nggak peduli. Yang penting dia ganteng.” Ucap teman kedua cewek tadi.
                Agni yang mendengar percakapan itu malah melengos. “Masa iya Cakka yang itu. Nggak mungkin deh. Pasti Cakka yang lain.” Batin Agni.
                Matahari terik sekali. Antrian masih panjang. Ify cs udah keringetan. “Panas banget.” Keluh Via wajahnya udah merah. Shilla udah sibuk kipas-kipas sendiri dengan buku tulisnya. Agni mah udah biasa panas-panasan, dia kan hobby main basket jadi nggak begitu berpengaruh hanya dengan panas pada jam sebelasan. Agni aja sering main basket tengah hari bolong. “Nggak gosong, Ag?” hahahaha….*penulis gaje ah
                “Buju boneng dah, masih puanjang banget.” Seru Ify menatap antrian panjang bak antrian sembako gitu.
                “Coba aja kita nggak ngambil dibelakang.” Sesal Shilla.
                “Yeeeeee, itu mah ide lo kali, Shil.” Timpal Agni. Shilla Cuma cengengesan.
                Antrian panjang itu akhirnya berkurang juga. Kini tiba giliran Ify cs. Mereka berempat nyalamin kakak-kakak senior mereka satu persatu sambil tersenyum lebar tapi nggak ikhlas gitu. Gimana coba ?? hahahaha…..
                “Maaf ya, Dek kalo ada salah” pertanyaan senior-senior mereka yang hanya dibalas dengan senyum tipis. Lalu tiba giliran mereka salaman dengan Rio cs yang udah berbaris berurutan. Cakka, Alvin, Iel, dan Rio. Rio cs yang melihat Ify cs udah di depan mereka malah tersenyum sinis. Ify cs yang melihat senyum Rio cs tanpa dikomando malah tersenyum manis banget. “Degh..” jantung Rio cs berdetak.
                “Sorry.” Ucap Rio pendek kepada Ify yang ada di depannya. Ify melengos lalu berkata, “Ya, Kak.” Sementara Shilla udah melotot kepada Alvin yang nggak bilang maaf kepadanya. Agni malah cuek banget kepada Cakka. Sedangkan Via kaget dengan sikap Iel yang meminta maaf dengan cara berbisik kepadanya. Ify cs pun melanjutkan salaman kepada kakak senior lainnya.

@Ruang OSIS
                “MOS tahun ini nggak kayak yang gue bayangkan. Walaupun yang lain bilang sukses. Mereka mah enak, juniornya pada nurut gitu. Lah gue?? Cerewet banget, ketawa kayak nenek sihir, suka ngetawain gue, jago ngeles, nggak takut mah gue lagi. parah banget tuh junior.” Ucap Alvin sambil mengingat Shilla.
                “Hahahahaaa……itu nasib elo.” Komentar Rio.
                “Kayak elo nggak. Nggak nyadar bang dibilangin kangkung item.” Balas Alvin ngakak. Iel dan Cakka ngakak juga.
                “Kita berempat sial. Empat cewek itu gila semua. Berani ngatain kita-kita. Jadi nggak rencana kita besok?” ujar Rio sekaligus bertanya.
                “Jadi dong, gue nggak terima kalo pesona gue nggak kena sama tuh cewek. Benar aja.” Jawab Iel.
                “Yo’i, bro.” Jawab Alvin dan Cakka kompak.
                “Kita besok harus tampil keren, lebih keren dari biasanya. Biar mata mereka berempat melek dan nyadar kalo kita siapa.” Kata Cakka.
                “Tampil keren dari biasanya berarti ntar fans-fans kita pada ngiler lagi. Bisa dikejar sampai pulang kali.” Ujar Rio.
                “Sekali-sekali, Bro. Anggep aja hadiah buat mereka karena udah nge-fans sama kita. Asal elo bertiga tahu, kalo kita udah terkenal sampai sekolah lain.” Kata Cakka santai. Cakka mah udah biasa.
                “Ya udah deh.” Iel, Rio, dan Alvin kompak.

@Sore hari Rumah Ify
                “Hoamammmmmm….” Ify baru bangun dari tidur siangnya. Ya ampun, Fy hobby banget molor. Lalu Ify segera bangun dan mandi. Kemudian ia turun ke lantai bawah.
                “Sore, Ma. Udah pulang? Cepet banget?” tanya Ify bertubi-tubi dan berjalan menuju tempat Mamanya.
                “Tadi Mama izin pulang cepet, Fy. Kita kan baru pindah, mesti kenalan dulu sama tetangga lain. Makanya Mama pulang cepet dan beli kue-kue ini.” Jawab Mama Ify. Ify tersenyum dan mengambil satu potong brownies. “Enak, Ma.” Komentar Ify.
                “Deva kapan nyusul, Ma. Masa tuh anak betah di rumah nenek gitu. Ify kan nggak ada temen berantem.” Tanya Ify sambil mengingat Deva, adiknya.
                “Yang diinget Cuma berantem aja. Minggu depan Deva pindah ke sini. Dia lagi asyik di rumah nenek.” Jawab Mama ify. “Nanti Ify bantuin Mama nganter kue ya. Ify tetangga yang sebaris dengan rumah kita, kalo Mama tetangga depan.” Tambah Mama Ify.
                “Siap, bos.” Balas ify dengan tampang hormat banget. Mamanya tersenyum melihat putrinya sudah kembali ceria, apalagi sejak kepergian papanya Ify selalu sedih.

          -Rumah Tetangga sebelah Kanan Rumah Ify
                “Rumah di ujung udah, yang itu udah, itu juga, berarti tinggal yang itu dong.” Ucap Ify pada dirinya sendiri sambil memperhatikan Rumah yang bercat biru itu. Ify kemudian melangkah menuju rumah tetangganya itu.
                “Permisi……permisi…..” panggil Ify. Tapi nggak ada jawaban sama sekali.
                “Permisi……..permisi……….” kali ini Ify memanggil dengan berteriak.                   
              Sementara di dalam rumah, “Ray……..ada tamu tuh. Bukain pintu.” Teriak seorang laki-laki.
                “Kakak aja, gue lagi sibuk.” Balas seorang laki-laki lagi dengan berteriak.
                “Gue lagi ganti baju Ray. Mama lagi pergi tahu.”
                “Iya…iya……” Ray pun keluar dari kamarnya dengan malas. Dia segera turun dari lantai dua dan berjalan menuju pintu depan.
                “Permisi…….spada……….any body homeeeeeee.” Teriak Ify lagi.
                “Iya bentar.” Balas suara dari dalam rumah.
                “Ada juga orangnya.” Batin ify dalam hati. Lalu pintu dibuka dan ternyata Ray keluar dari rumah itu. Ify mengenal sosok seorang laki-laki di depannya itu.
                “Yaaa ampunnn, Ray. Ini rumah elo.” Tanya Ify histeris. Ray adalah sahabat dekat adeknya Ify, Deva. Jadi Ify mengenal sosok ini karena Ray sering ke rumah neneknya Ify. Rumah Ify dulu.
                “Ya iyalah, Kak. Kenapa Kak Ify ke sini? Deva mana?” tanya Ray bertubi-tubi.
                “Nanyanya banyak banget, Ray. Gue nggak disuruh masuk nih?” tanya Ify.
                “Masuk deh, Kak. Sampe lupa.” Jawab Ray sambil nyengir kuda. Lalu keduanya masuk dan duduk di ruang tamu.
                “Deva nggak ikut, Ray. Gue baru dua hari lalu pindah rumah ke komplek ini. Rumah gue di sebelah kiri rumah lo.” Ify menjawab pertanyaan Ray di luar tadi.
                “Maksudnya apa, Kak?” tanya Ray lagi.
                “Deva belum pindah ke sini. Minggu depan baru pindah, dia masih di rumah nenek.” Ify menjelaskan. Ray mengangguk-ngaguk mengerti.
                “Oh iya, Ray. Hampir lupa. Walaupun kita udah kenal, gue tetep deh ngasih nih kue untuk elo.” Ujar ify sambil menyodorkan sekotak kue kepada Ray.
                “Emang kenapa, Kak?”
                “Kue itu untuk perkenalan ke tetangga baru. Hehehe…”
                “Lah kita kan memang tetangga baru, Cuma kenalnya aja udah lama. Kak Ify gimana sih?”
                “Oh iya-iya..lupa..”
                “Bener kata Deva, kak Ify ini bolotnya nggak ketulungan deh.”
                “Raaaaaaaaaaayyyyyyyyyyyyyyyyyy awas lo sama Deva nanti. Ternyata elo berdua suka gosipin gue.” Teriak Ify di depan Ray. Ray yang udah tahu kalo Ify ini doyan teriak-teriak buat kuping orang rusak langsung menutup telinganya.
                “Ampun deh, Kak Ify cantik.” Rayu Ray.
                “Gue maafin kali ini.” Balas Ify jutek.
                Rio yang lagi asyik main pees di kamarnya kaget mendengar teriak dari dalam rumahnya. “Raay…..siapa teriak-teriak kayak tarzan gitu di rumah?” tanya Rio dengan berteriak dari dalam kamarnya. Ify misuh-misuh mendengar teriak itu. Soalnya dia dibilang tarzan.
                “Taaaaamuuuuuuu, Kak.” Balas Ray pendek.
                “Elo ada kakak, Ray?” tanya Ify bingung. Soalnya selama ia kenal Ray, Ify nggak tahu kalo Ray punya Kakak. Deva juga nggak pernah cerita-cerita.
                “Iya, kelas XI sekarang.” Jawab Ray watados.
                Rio yang heran mendengar jawaban Ray langsung mengehentikan permainan peesnya dan berjalan ke ruang tamu. “Ada-ada aja, tamu kok kayak gitu.” Batin Rio.
                Ify lagi sibuk mengobrol dengan Ray. Wajahnya membelakangi jalan yang menuju ruang tamu.
                “Ray, ini tamunya?” tanya orang itu. Ray langsung menoleh dan menjawab, “Iya, Kak.”
                “Fans lo?” tanya Rio lagi karena melihat sekotak kue di meja.
                “Bukan, tetangga baru kita sekaligus Kakaknya Deva.” Jawab Ray.
                “Deva yang matanya belo itu?”
                “Iya.” Ify yang mendengar percakapan dua kakak beradik itu lalu menoleh sekaligus penasaran siapa kakaknya Ray itu. Ray aja ganteng, apalagi kakaknya. Mungkin aja lebih ganteng. Hehehe…
                Ify pun menoleh dan dia langsung terkejut. “ELO?” Ify ternganga.
                “ELO?” cowok itu juga.
                “Ray,beneran itu kakak elo. Si item kangkung itu kakak elo?” tanya Ify.
                “Iya, namanya Kak Rio.” Jawab Ray. Ray menatap Ify dan Rio, Ray yakin pasti kakak-kakaknya ini udah saling kenal tapi lewat insiden yang nggak baik.
                “Item kangkung, item kangkung. Elo itu cungkring, gigi dipagerin, nyolot lagi.” balas Rio.
                “Nggak ngerasa elo cungkring juga.”
                “Kagak.”
                “Rese”
                “Nyolot”
                “Item”
                “Badan kayak taplak”
                “Meja”
                “Cungkring”
                “Kangkung”
                “Gigi dipagerin”
                “Pesek”
                “Rese lo, hel.” Ucap Rio ketus nggak terima dibilang pesek.
                “LO”
                “LO”
                “LO”
                “ELO”
                “Huuuuuuaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhaaaaaaaaaaaa………” Ray ngakak habis dengar Ify dan Rio berantem. Awalnya dia bingung, lama-lama dia merasa lucu melihat dua orang itu berantem, kayak anak kecil.
                “DIEM!!” bentak Rio dan Ify bareng. Tawa Ray langsung berhenti. Ia nyengir melihat tatapan ganas dari dua Rio dan Ify.
                “Ok deh, silakan lanjutin berantem.” Pamit Ray yang langsung berdiri dan nggak lupa membawa sekotak kue . “Selamat PDKT.” Lanjut Ray dan langsung ngabur ke kamarnya.
                “RAAAAAAYYYYYYYYYYYYYYYYYYYY!” teriak Rio dan Ify bareng.
                “Apaan lo.” Bentak Rio.
                “Lo yang apaan. Begeng lo.” Balas Ify.
                “Pulang sana. Buat rusuh rumah gue.”
                “Kalo gue tahu lo kakaknya Ray, ogah gue ke sini. Biar mama gue yang nganter itu kue.” Balas ify lalu balik badan dan keluar dari rumah Rio.
                “Bakal sial hidup gue tetanggaan sama dia. Nggak di sekolah, di rumah juga ketemu. Beettttttteeeeeeee.” Umpat Ify dalam hati lalu balik ke rumahnya.




BERSAMBUNG..............

0 comments:

Posting Komentar