Kepentok Hati Musuh 7


@Satu Bulan Kemudian, SMA Global Bangsa
                Ify, Agni, dan Shilla lagi asyik-asyik duduk di kelas mereka. Sudah satu bulan mereka nggak kenal dengan yang namanya SDK. Harus Ify cs akuin mereka jadi lebih tenang, soalnya D’Princess dan Beauty Cherry nggak gangguin mereka laggi. Apalagi berita terbaru saat ini D’Princess dan BC (singkatan Beauty Cherry) berantem gara-gara SDK. Ify cs jadi bergidik sendiri. Kabar-kabarnya sih, BC mendekati SDK dan D’Princess nggak suka. Makanya jadi berantem gitu. D’Princess serasa pemilik sahnya SDK deh. Ck -__-
                “Via kemana sih?” tanya Agni.
                “Palingan ke toilet deh.” Jawab Ify sambil membaca buku sejarahnya.
                “Lama banget.” Celetuk Shilla. Ify Cuma mangangkat bahunya ke atas. Tak lama kemudian suara Via yang sudah sangat mereka kenal berteriak.
                “Gueeee bawaaa beritaaaaaa…..” teriak Via. Ify cs kaget dan melotot ke Via. Sedangkan teman sekelasnya yang lain Cuma tertawa. Ify cs memang terkenal dengan kehebohan dan keramahan mereka.
                “Apaan sih, Vi?” tanya Shilla.
                “Ini ada brosur. Gue rasa kita bisa ikutan ini.” Jawab Via sambil menyodorkan brosur yang ia ambil dari papan madding.


“Kita ikut girl band gitu?” tanya Agni yang ngeh. Via mengagguk pasti sebagai jawaban.
                                “Lo kesambet apa, Vi??” tanya Ify dong-dong.
Via melengos. “Ya ampun Ify ku sayang, kita itu pantes kok ikutan gitu. Suara kita kan sebelas duabelas-
lah sama 7 icon dan Cherry Bell.” Seru Via gemas.
                                “HAH?! Jadi selama ini gue nggak nyadar dong, kalo gue itu se-perfect idola gue.” Ucap Shilla nggak nyambung dan langsung dapat toyoran gratis dari ketiga sohibnya. “Sakit tahu.” Ucap Shilla kesal.
                                “Lo sih kagak nyambung.” Timpal Agni. Shilla nyengir kelinci.
                                “Jadi kita ikutan nggak? Ikut aja deh.” Ujar Via memohon.
                                “Alasan kuat untuk kita ikut apa?” tanya Ify.
                                “Yang nggak buat kita jadi bahan olakan dan ketawaan.” Tambah Agni.
                                Dengan menyetel senyum percaya diri, emang radio kale J Via pun berkata, “Kita jago nyanyi dan bisa ngedance. Itu kan persyaratannya dan kita bisa Menuhin itu. Kita juga anak GN asli toh. Gue sama Ify waktu SMP juga ngedance, Shilla anggota cheer waktu SMP, dan Agni tomboy gitu bisa nari mah.”
                                “Lagian kita cantik-cantik kok.” Sambung Shilla lagi-lagi nggak nyambung.
                                “Parah lo, Shill.” Ujar Agni geleng-geleng kepala.
                                “Hmmm….bener yang dibilang Via, tapi gimana lagu ciptaan sendiri itu?” tanya Ify sambil menunjuk kolom ketentuan lagu.
                                “Kita ciptain dong. Kita pasti bisa.” Kata Shilla yakin.
                                “Tumben lo nyambung.” Sahut Ify.
                                “Shilla gitu.” Ucap Shilla sambil bergaya seolah menang hadiah nobel. Ketiga sohibnya mengagguk-ngangguk.
                                “Jadi kita ikut nih?” tanya Via lagi.
                                “Sekarang tanggal 20 Februari. 20 ke 10 Maret berapa hari sih?” tanya Agni.
                                “21 hari lagi.” jawab Via.
                                “Kayaknya cukup deh, untuk buat lagu.” Ujar Ify. Mata Via bersinar-sinar ala si Badung Sinchan.
                                “Jadi kita ikut?” tanya Via untuk ketiga kalinya. Ketiga sohibnya mengangguk mantap.
                                “Yeeeeeeesssssssss. Kita ikut seleksi girl band.” Teriak Via. Seluruh penghuni kelas menatap mereka berempat. “Oooooppppsssssss.” Ujar Via lalu tertawa sendiri.
                                “Kalian ikut juga ya, Ag?” tanya Keke. Agni mengagguk dan tersenyum.
                                “Kalian ikut, Ke?” tanya Ify balik.
                                “Pasti dong. Kapan lagi nunjukin bakat terpendam. So pasti D’Fourth Girl join.” Jawab Acha pede banget. Ify cs tertawa.
                                “Kita lagi buat lirik lagu sekarang. Mumpung lagi nggak belajar.” Timpal Rahmi. Ify cs manggut-manggut.
                                “Harus pake nama kelompok gitu ya?” tanya Shilla polos.
                                “Iya dong, Shill. Masa iya ntar dipanggil gini. ‘Ya, kita panggil Shilla, Ify, Via, dan Agni dari sepuluh tiga.’ Nggak mungkin kan.” Ucap Olive gemas.
                                “Owh gitu, makasih ya. Kita nentuin nama kelompok kita dulu.” Ujar Ify.
                                “Siip. Kita juga mau lanjutin buat lagu.” Kata Acha sambil tersenyum.
                                Akhirnya Ify cs kembali lagi berdiskusi untuk menentukan nama dari kelompok mereka.

@Sore Hari Di Rumah Shilla
                                Seminggu setelah Ify cs mendaftarkan diri.
“Gue belum dapat ide untuk lagu. Gimana nih?” tanya Ify cemas.
“Gue juga. Padahal tiap malem gue udah nyoba buat lagu. Malah gue tidur sampe melukin gitar.” Ujar
Agni. Via dan Shilla juga sama-sama menggeleng, tandanya mereka juga belum nemu inspirasi.
Oh iya Ify cs udah latihan buat lagu bebasnya. Tapi, kalo untuk lagu ciptaan sendiri, mereka belum buat
karena belum nemu inspirasi. Mangkanya mereka pada kusut gitu.
                                “Hmm…kita ngapain nih?” tanya Shilla akhirnya.
                                “Apa boleh buat, kita latihan lagu satunya lagi.” Via menjawab. “Besok kita coba cari inspirasi di sekolah aja.” Tambah Via. Ketiga sohibnya mengagguk dan mereka mulai latihan.

@Rumah Ify
                                “Kak lo kenapa sih?” tanya Deva heran.
                                “Gue bingung, Dep.” Jawab Ify sekedarnya.
                                “Bingung suka sama Kak Rio atau Kak Debo ya?” tanya Deva lagi. Ify udah curhat semua sama Deva tentang perasaannya. Ini semua bermula karena Debo yang terus mendekati Ify, sementara Ify terus mikirin Rio. Walaupun tetanggaan dan nggak ngomong selama berbulan-bulan, Ify selalu dan tetap sayang sama Rio.
                                Ify melotot. “Apaan sih. Bukan kali.”
                                “Terus bingung kenapa, Kak?”
                                “Gue sama sohib gue ikut seleksi girl band di sekolah. Kita bingung mau nulis lagu apa. Soalnya harus buat lagu sendiri.” Jawab Ify.
                                “Gimana kalo kakak buat lagu tentang perasaan kakak sama sohib-sohib kakak deh. Misalnya tentang cinta kakak. Atau nggak buat lagu tentang Kak Rio dan sohib-sohibnya. Bukannya sohib kakak suka sama sohib Kak Rio. Kalo Kak Rio sama sohibnya nangkep isi lagu itu, kali aja mereka tahu tentang perasaan kakak dan sohib kakak yang sebenarnya.” Usul Deva. Ify menatap Deva takjub sekaligus heran.
                                “Maksudnya, Dep?”
                                “Jiiaahhhhhh, kakak. Kakak buat lagu tentang tingkah Kakak dan sohib kakak terhadap perasaan Kak Ify dan sohib Kak Ify terhadap kak Rio dan sohibnya. Misalnya, selalu mikirin mereka, ingin jadi pacar mereka, dan selalu mereka deh.” Jelas Deva.
                                Ify tersenyum dan bola lampu menyala di kepala Ify (maksudnya, ify dapat ide gitu. J). “Gue ngerti, makasih banget Dep. Gue mau buat draft lagu dulu. Pokoknya kalo lagunya selesai gue traktir deh.” Ucap Ify.
                                “Jangan nggak aja ya, Kak. Ajak Ray juga.” Ujar Deva.
                                Mendengar nama Ray, Ify jadi berpikir. “Ok. Asal lo bilang ke Ray jangan sampai Kak Rio tahu.” Ucap Ify.
                                “Siip deh.”
                                “Gue ke kamar dulu buat nulis lagu.” Kata Ify dan langsung berlari ke kamarnya.

@SMA Global Nusantara
                                “Fy, lagu yang lo tulis itu, diubah dikit ya?” pinta Via. Soalnya dia nemu lirik yang lebih bisa bikin lagu itu jadi mantep.
                                “Ya, mana lirik lo?” tanya Ify. Via memberikan kertas coretannya. Ify dan Agni melihat lirik yang ditulis Via dan keduanya mengagguk setuju.
                                “Gue juga mau nyumbang lirik nih. Masukin dong.” Ujar Shilla sambil menyerahkan kertas coretannya pula.
                                “Nah, kalo yang Shilla masukin yang di sini deh.” Ujar Agni. Ketiga sohibnya setuju.
                                “Gue lihat dulu, ya.” Ucap Agni dan dia membaca lirik demi lirik. Kamudian ada yang dicoretnya dan diganti dengan yang baru. “Kalo lagunya jadi gini gimana?” Agni minta persetujuan. Ketiga sohibnya membaca lagu itu dan akhirnya mengagguk setuju.
                                “Nah, liriknya udah klop tuh. Judulnya apa ya?” tanya Shilla.
                                “Hmmm…..ntah ah. Nggak tahu. Yang penting ntar siang ke rumah gue aja. Kita cobain melodi dan nadanya pake piano gue dan gitarnya Deva atau nggak tolong Ray deh. Dia bisa main drum.” Kata Ify.
                                “Oke.” Ucap ketiga sohibnya kompak.
                                “Eh, Py. Lo dapet inspirasi dari siapa sih?” tanya Via. Ify tersenyum lalu dia bercerita dari A sampai Z tentang usul Deva malem tadi.
                                “Si Dedep noh yang ngasih usul.” Kata Via. Ify mengangguk.
                                “Kalo gitu gue bantu patungan deh, Py traktirDeva dan Ray. Itung-itung Deva sangat berjasa dalam debut lagu pertama kita.” Ujar Agni.
                                “Agniiii, lo pengertian banget sih.” Seru Ify.
                                “Kita juga ikutan patungan. Ya nggak, Vi?” ujar Shilla.
                                “Ya iyalah dong.” Balas Via. Ify seneng banget, soalnya dibantu patungan traktir Deva dan Ray. Dia kan juga lagi bokek kali. Padahal traktirnya tunggu bulan depan, tapi kalo udah dibantu sohib-sohibnya gini, tinggal nunggu kapan Deva dan Ray-nya mau dong.
                                “Makasih ya, My Bestfriend.” Seru Ify lebay.
                                “Siiip dah. Apa sih yang nggak.” Sahut Shilla.
                                “It cause we are best friend forever.” Ucap Agni dan Via sambil nyanyi lagunya Chibi tapi diubah sedikit. Mereka berempat tertawa bareng.

@Gerbang Sekolah
                                “Mobil lo udah bisa keluar belum, Shill?” tanya Via. Shilla menggeleng. Hari ini panas banget, matahari semangat sekali menyinari bumi.
                                “Panas banget sih.” Keluh Via. Wajahnya udah merah.
                                “Gue beli minum dulu deh.” Ujar Agni dan berjalan ke luar sekolah, soalnya di sana ada yang jual minuman dingin. Waktu mau menyebrang ke sebelah kiri, tiba-tiba motor Cagiva Hijau melaju dan sangat kencang. Ciiiiiiiiiiiiiiitttttttt…..suara rem ditekan sekuat mungkin.
“Agniiiiiiii…” teriak Ify cs minus Agni. Agni terduduk di jalan dengan jarak 20 centi meter dari ban motor.
                                “Sorry, gue nggak sengaja.” Ucap si Pengendara dan jongkok di sebelah Agni.
                                “Awas, lo nggak apa-apa Ag?” tanya Via khawatir banget. Agni menggeleng lemah.
                                “Gara-gara lo, hampir sohib gue celaka.” Cerca Shilla. Si pengendara melepaskan helm-nya.
                                “Kak Cakka.” Seru Ify dan Shilla kaget. Cakka Cuma mengangguk.
                                “Gue bener minta maaf. Nggak sengaja. Bener.” Ucap Cakka. Kemudian tiga cagiva lainnya berhenti di TKP. Mereka nggak lain dan nggak bukan Rio, Iel, dan Alvin.
                                “Kenapa, Cak?” tanya Rio.
                                “Gue hampir nabrak Agni.” Jawab Cakka.
                                “Lo luka nggak?” tanya Cakka. Dia khawatir sekali dengan Agni. Ify cs berdiri. Tidak mereka sangka dari 365 hari dalam setahun dan sudah sebulan lebih nggak ngomong bahkan bertemu Rio cs, tepat hari ini mereka bertemu dan berbicara.
                                “Agninya nggak apa-apa, nggak ada yang luka.” Via yang menjawab. Dia sudah memeriksa keadaan Agni.
                                “Bener? Ntar ada yang luka lagi.” kata Iel. Kali aja Agni luka dan harus diantar ke rumah sakit. Lumayan boncengin Via. Dasar Iel. Mencari kesempatan di kesempitan.
                                “Yakin kok.” Jawab Via.
                                “Apa perlu ke rumah sakit?” tanya Alvin.
                                “Nggak.” Sambar Shilla.
                                “Makasih ya, Kak. Kita duluan.” Pamit Ify. Dia dan Via membantu Agni berdiri. Lalu mereka pergi meninggalkan Rio cs dan menuju luar sekolah untuk membeli minum serta nenangin Agni.
                                “Lo tadi sengaja, Cak?” tanya Iel.
                                “Nggak lah. Gila kali gue sengaja. Gimanapun dia cinta pertama gue.” Jawab Cakka. Ketiga sohibnya mengagguk dan mereka meninggalkan sekolah.

@Rumah Ify
                                “Masuk, yuk.” Ajak Ify kepada ketiga sohibnya. Lalu mereka menuju ruang TV dan menemukan Deva lagi nonton TV.
                                “DEEEEEEEEEEEDEEEEEEEPPP, makasih ya.” Seru Agni, Via, dan Shilla barengan. Deva terkejut.
                                “Kenapa sih, Kak?” tanya Deva bingung.
                                “Lo udah bantuin kita nulis lirik lagu.” Shilla menjawab.
                                “Owh…sama-sama deh. Gue liat liriknya boleh nggak?” pinta Deva. Via mengagguk dan menyerahkan kertasnya. Deva membaca lirik lagu itu dan senyum-senyum sendiri.
                                “Kenapa lo, Dev?” tanya Agni bingung.
                                “Ini lagu kayak kakak-kakak banget deh. Mikirin mereka, mimpiin mereka, dan semua tentang mereka.” Jawab Deva. Ify cs minus Ify heran.
                                “Maksud?” tanya Via pendek.
                                “Ampun deh, Kak. Bolotnya keliatan banget. Bukannya itu lagu kayak perasaan kak Agni, Via, Shilla, dan Ify terhadap Kak Cakka, Iel, Alvin, dan Rio ?”
                                “Iya…ya..” ucap Via.
                                “Pantes dari tadi nggak aneh sama maksud itu lagu.” Gumam Agni.
                                “Hehehe….memang kali ya. Kira-kira keliatan banget nggak isi lagu itu maksudnya apa?” tanya Shilla ke Deva.
                                “Keliatan sih, Kak. Orang pada tahu maksud itu lagu. Tapi kan orang pada nebak-nebak itu lagu buat siapa. Palingan kakak-kakak ntar bayak ditanya itu lagu buat siapa.” Jawab Deva. Shilla, Agni, dan Via manggut-manggut. Kemudian Ify datang dengan membawa enam gelas jus orange.
                                “Kok enam, Fy?” tanya Via.
                                “Kali aja lo mau nambah, Vi. Lo kan sedikit ndut.” Goda Shilla. Via mencibir.
                                “Ntar ada Ray.” Jawab Ify. “Dev, ajak Ray sini dong. Mau minta tolong buat melodi dan nadanya. Tapi bilang ke Ray jangan sampai Kak Rio tahu deh. Bawa juga drumnya. Biar Kak Rio nggak tahu. Kalo ditanya, bilang sama Ray biar jawab mau latihan band bareng.” Tambah Ify.
                                “Ok, Kak. Siip, deh. Tapi traktirnya nambah ya.” Ujar Deva.
                                “SIIP, Dep.” Ujar Ify cs kompak. lalu Deva keluar rumah dan menggil Ray. Dua puluh menit kemudian Ray sudah bergabung dengan Ify cs juga Deva serta drumnya udah terpasang di kamar ruang antara kamar Deva dan Ify.
                                “Apa yang harus Ray lakuin, Kak?” tanya Ray. Ify memberi instruksi seperti yang diberitahukannya tadi kepada Deva. Ray mengagguk tandanya mengerti dan setuju.
                                “Dari pada buang waktu, yuk kita coba buat melodi dan nadanya.” Ujar Agni. Mereka naik ke atas dan mulai mencoba berbagai nada dan melodi.
                                Mereka berenam semangat dan tekun mencari nada dan melodi yang pas buat lagu itu. Banyak cekcok yang berakhir dengan tawa. Ify cs udah lelah banget, apalagi Ray di gebukin drum, pasti capek dong. Akhirnya dua jam kemudian nada dan melodi yang pas tercipta.
                                “Coba nyanyi, Kak. Gue rasa pas deh.” Ujar Ray. Agni, Via, dan Shilla menyanyi. Sedangkan Ify main piano, Deva main gitar, sedangkan Ray pukul drum. Lirik dan lagu pun nyambung dan selaras banget.
                                “Gila cocok banget.” Seru Via seneng banget.
                                “Gue ambil perekam dulu, biar langsung jadi melodinya dan kita tinggal latihan dance-nya.” Ujar Ify dan berlari menuju kamarnya. Tiga menit kemudian kembali. Ify, Ray, dan Deva mengulangi lagi melodi tadi dan di rekam. Setelah selesai mereka semua tepar di lantai.
                                “Capek banget, tapi seneng banget.” Ujar Shilla.
                                “Yoi, mament.” Seru Ify, Agni, dan Via kompak.
                                “Kak bayarannya triple ya?” ujar Ray dengan tampang sok polos.
                                “Kok?”
                                “Pertama untuk inspirasi lagu, kedua untuk bantuin melodi dan nadanya, dan ketiga uang tutup mulut ke Kak Rio.” Jawab Ray.
                                “Bener tuh, Kak.” Koor Deva.
                                “DEVAAAA RAAAAYYYYY lo perhitungan banget sih.” Teriak Ify cs. Ray dan Deva ngakak hebat.
                                “Bercanda, Kak. Santai lagi. Kita seneng kok bisa jadi sahabatnya kakak-kakak.” Ujar Ray. Ify cs terharu, duileh J.
                                “Jangan mewek gitu, deh. Kita tahu kakak-kakak nggak punya sahabat sekeren, sebaik, dan sehebat kita berdua.” Ujar Deva narsis.
                                “Iya bener, lo bukan sekedar adik bagi Ify tapi juga sahabatnya serta sahabat kita bertiga.” Ujar Agni. Sekarang ganti Ray dan Deva yang terharu.
                                “Lebay ah, kita.” Timpal Shilla. Keenamnya tertawa.
                                “Kita keluar, yuk. Panes. Ngobrol di teras aja deh.” Ajak Ify. Kelimanya mengagguk setuju.
                                Lagi ngobrol-ngobrol di teras, lewatlah tukang jual Ice Cream keliling. “Beli ice cream yuk, Kak.” Ujar Deva.
                                “Ok, panggil aja mamangnya.” Balas Via.
                                “Tapi bayarin ya.” Ujar Ray.
                                “Iya iya. Panggil noh.” Balas Via lagi. “Gue yang bayar deh, kalian ambil juga.” Tambah Via. Ketiga sohibnya sumringah.
                                “Dasar kakak-kakak nggak bermodal, hanya Kak Via yang cantik seorang yang bermodal.” Ledek Ray kepada Ify, Agni, dan Shilla.
                                “Lo muji Via karena ditraktir juga.” Timpal Agni. Ray nyengir kuda. Lalu mereka menyerbu tukang Ice Cream yang sudah berhenti di depan rumah Ify.

@Rumah Rio
                                “Ribut banget sih, sebelah.” Dumel Alvin. Dia lagi konsentrasi main pees di kamar Rio bareng ketiga sohibnya.
                                “Kali aja Ify dan Deva berantem.” Timpal Rio. Ketiga sohibnya mengagguk. Kemudian sayup-sayup terdengar suara yang sangat familier bagi mereka bertiga (Iel, Cakka, dan Alvin). Cakka dan Alvin kompak mem-pause game-nya.
                                “Itu suara Agni.” Ujar Cakka.
                                “Ada Shilla juga, gue kenal suaranya.” Sahut Alvin.
                                “Via juga ada.” Iel nimbrung. Mereka bertiga berebut keluar menuju balkon kamar Rio. Rio heran dengan ketiga sohibnya.
                                Enam pasang mata itu melihat sosok yang dikenal. “Nah benerkan, memang ada mereka.” Ujar Iel senang.
                                “Adik lo juga ada, Yo.” Ujar Cakka.
                                “Wah mereka lagi beli ice cream.” Ucap Alvin.
                                “Kita ke bawah beli ice cream juga. Kali aja bisa ngobrol dengan mereka.” Usul Iel. Mereka bertiga turun ke bawah dan terpaksa Rio ikut.

@Depan Rumah Ify
                                “Mang ice cream-nya empat dong.” Ujar Alvin. Ify cs menoleh ke sumber suara dan terkejut.
                                “Hai, Ag, Fy, Shill, dan Via tentunya.” Sapa Cakka. Ify cs Cuma bales, “Ya.”
                                “Yeeeeeee, kakak. Nggak liat apa ada gue dan Deva.” Ujar Ray.
                                “Lo nggak keliatan, Ray, Dev. Kecil banget.” Ledek Alvin. Ray dan Deva melotot.
                                “Lo beli ice cream uang dari mana, Ray?” tanya Rio. Setau Rio, adiknya itu nggak punya uang kecuali sisa uang jajan sekolahnya. Berhubung Ray suka jajan gitu, Rio yakin uang Ray habis.
                                “Jiaaaaah, kakak. Gue mah ditraktir Kak Via yang cantik ini. Calon pacar gue.” Jawab Ray dan tersenyum ke Iel. Ray udah tahu kalo Via naksir Iel dan dia yakin Iel juga suka sama Via. Tapi Ray diem aja, dia kan pegang amanat gitu.
                                “Mana mau Via sama cebol.” Timpal Iel.
                                “Kan tunggu Ray SMA.” Bales Ray. “Iya kan, Kak?” tanya Ray ke Via.
                                “Iya dong.” Jawab Via ngasal. Iel melotot ke Ray.
                                “Ampun Kak Iel, jangan plototin gue. Gue tau kalo gue ganteng.” Seru Ray dan langsung ngacir ke teras Ify. Deva ketawa ngakak dan menyusul Ray. Ify cs diam yang tinggal Cuma mereka berempat dan senior mereka.
                                “Baik kan, Ag?” tanya Cakka memecah kesunyiaan.
                                “Iya, kak. Nggak apa-apa kok, tadi Cuma kaget aja.” Jawab Agni.
                                “Nih, gue udah milih ice cream-nya. Yuk, kita balik.” Ujar Shilla dan menarik ketiga sohibnya.
                                “Segitunya lo nggak mau ngomong sama gue, Shill.” Batin Alvin dan memperhatikan punggung Shilla yang udah menghilang.
                                “Sebenarnya salah kita apa sih? Gue penasaran banget. Udah sebulan lebih, Bro.”ucap Alvin sambil milih Ice Cream.
                                “Gue juga nggak tahu.” Respon Iel. Keempatnya mengambil ice cream masing-masing dan kembali ke rumah Rio.
                                “Yo, kita nerima tawaran ngisi acara seleksi itu nggak?” tanya Iel.
                                “Gue rasa ambil aja, deh. Kan ada geladi bersihnya tuh. Pasti kita nggak belajar deh. Lumayan.” Jawab Rio.
                                “Gue heran, Yo. Kenapa lo bisa jadi ketos kalo lo males masuk kelas gitu.” Ujar Cakka.
                                “Nggak nyadar, kalo yang lumayan sering bolos siapa.” Sindir Rio. Cakka nyengir.
                                “Gue setuju kalo kita terima itu tawaran.” Ujar Alvin.
                                “Nggak ada yang nanya persetujuan lo dodol.” Seru Cakka ke Alvin.
                                “EGP deh, pasti nanti Iel juga nanya. Maka dari itu gue kasih tahu deluan.” Bales Alvin santai.     
                                “Jago ngeles lo, Vin. Udah kayak Shilla aja.” Ujar Iel.
                                “Namanya juga calon pacar. Kudu sama dong.” Sahut Alvin watados. Ketiga sohibnya tertawa.

@Back to Rumah Ify
                                “Lagu udah fix, jadi besok latihan dance kan?” tanya Via.
                                “Iya dong. Kita latihan setiap hari deh.” Agni yang menjawab.
                                “Gue bawa mobil terus. Biar kalo pulang sore nggak perlu cari taxi. Gue rela deh jadi tukang anter.” Ujar Shilla.
                                “Yeeee…seneng deh.” Seru Via, Agni, dan Ify kompak.
                                “Jangan lupa dihapalin lagunya.” Pesan Ify.
                                “Tenang aja, udah terekam di otak gue.” Ujar Via. Agni dan Shilla mengagguk.
                                “ Pulang, yuk. Udah jam lima.” Ucap Shilla.
                                “Iya, udah sore.” Via setuju.
                                “Gue juga pulang.” Sambung Agni. Lalu mereka beres-beres barang-barang mereka dan pamit dengan Ify. Mobil yaris merah Shilla meninggalkan gerasi rumah Ify.

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>SKIP<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<



 BERSAMBUNG.........

0 comments:

Posting Komentar