@Satu Bulan
Kemudian, SMA Global Bangsa
Ify,
Agni, dan Shilla lagi asyik-asyik duduk di kelas mereka. Sudah satu bulan
mereka nggak kenal dengan yang namanya SDK. Harus Ify cs akuin mereka jadi
lebih tenang, soalnya D’Princess dan Beauty Cherry nggak gangguin mereka laggi.
Apalagi berita terbaru saat ini D’Princess dan BC (singkatan Beauty Cherry)
berantem gara-gara SDK. Ify cs jadi bergidik sendiri. Kabar-kabarnya sih, BC
mendekati SDK dan D’Princess nggak suka. Makanya jadi berantem gitu. D’Princess
serasa pemilik sahnya SDK deh. Ck -__-
“Via
kemana sih?” tanya Agni.
“Palingan
ke toilet deh.” Jawab Ify sambil membaca buku sejarahnya.
“Lama
banget.” Celetuk Shilla. Ify Cuma mangangkat bahunya ke atas. Tak lama kemudian
suara Via yang sudah sangat mereka kenal berteriak.
“Gueeee
bawaaa beritaaaaaa…..” teriak Via. Ify cs kaget dan melotot ke Via. Sedangkan
teman sekelasnya yang lain Cuma tertawa. Ify cs memang terkenal dengan
kehebohan dan keramahan mereka.
“Apaan
sih, Vi?” tanya Shilla.
“Ini
ada brosur. Gue rasa kita bisa ikutan ini.” Jawab Via sambil menyodorkan brosur
yang ia ambil dari papan madding.
“Kita ikut girl band gitu?” tanya Agni yang ngeh. Via mengagguk pasti
sebagai jawaban.
“Lo
kesambet apa, Vi??” tanya Ify dong-dong.
Via
melengos. “Ya ampun Ify ku sayang, kita itu pantes kok ikutan gitu. Suara kita
kan sebelas duabelas-
lah sama 7 icon dan Cherry Bell.” Seru Via gemas.
“HAH?!
Jadi selama ini gue nggak nyadar dong, kalo gue itu se-perfect idola gue.” Ucap
Shilla nggak nyambung dan langsung dapat toyoran gratis dari ketiga sohibnya.
“Sakit tahu.” Ucap Shilla kesal.
“Lo
sih kagak nyambung.” Timpal Agni. Shilla nyengir kelinci.
“Jadi
kita ikutan nggak? Ikut aja deh.” Ujar Via memohon.
“Alasan
kuat untuk kita ikut apa?” tanya Ify.
“Yang
nggak buat kita jadi bahan olakan dan ketawaan.” Tambah Agni.
Dengan
menyetel senyum percaya diri, emang radio kale J
Via pun berkata, “Kita jago nyanyi dan bisa ngedance. Itu kan persyaratannya
dan kita bisa Menuhin itu. Kita juga anak GN asli toh. Gue sama Ify waktu SMP
juga ngedance, Shilla anggota cheer waktu SMP, dan Agni tomboy gitu bisa nari
mah.”
“Lagian
kita cantik-cantik kok.” Sambung Shilla lagi-lagi nggak nyambung.
“Parah
lo, Shill.” Ujar Agni geleng-geleng kepala.
“Hmmm….bener
yang dibilang Via, tapi gimana lagu ciptaan sendiri itu?” tanya Ify sambil
menunjuk kolom ketentuan lagu.
“Kita
ciptain dong. Kita pasti bisa.” Kata Shilla yakin.
“Tumben
lo nyambung.” Sahut Ify.
“Shilla
gitu.” Ucap Shilla sambil bergaya seolah menang hadiah nobel. Ketiga sohibnya
mengagguk-ngangguk.
“Jadi
kita ikut nih?” tanya Via lagi.
“Sekarang
tanggal 20 Februari. 20 ke 10 Maret berapa hari sih?” tanya Agni.
“21
hari lagi.” jawab Via.
“Kayaknya
cukup deh, untuk buat lagu.” Ujar Ify. Mata Via bersinar-sinar ala si Badung
Sinchan.
“Jadi
kita ikut?” tanya Via untuk ketiga kalinya. Ketiga sohibnya mengangguk mantap.
“Yeeeeeeesssssssss.
Kita ikut seleksi girl band.” Teriak Via. Seluruh penghuni kelas menatap mereka
berempat. “Oooooppppsssssss.” Ujar Via lalu tertawa sendiri.
“Kalian
ikut juga ya, Ag?” tanya Keke. Agni mengagguk dan tersenyum.
“Kalian
ikut, Ke?” tanya Ify balik.
“Pasti
dong. Kapan lagi nunjukin bakat terpendam. So pasti D’Fourth Girl join.” Jawab
Acha pede banget. Ify cs tertawa.
“Kita
lagi buat lirik lagu sekarang. Mumpung lagi nggak belajar.” Timpal Rahmi. Ify
cs manggut-manggut.
“Harus
pake nama kelompok gitu ya?” tanya Shilla polos.
“Iya
dong, Shill. Masa iya ntar dipanggil gini. ‘Ya, kita panggil Shilla, Ify, Via,
dan Agni dari sepuluh tiga.’ Nggak mungkin kan.” Ucap Olive gemas.
“Owh
gitu, makasih ya. Kita nentuin nama kelompok kita dulu.” Ujar Ify.
“Siip.
Kita juga mau lanjutin buat lagu.” Kata Acha sambil tersenyum.
Akhirnya
Ify cs kembali lagi berdiskusi untuk menentukan nama dari kelompok mereka.
@Sore Hari Di Rumah Shilla
Seminggu
setelah Ify cs mendaftarkan diri.
“Gue
belum dapat ide untuk lagu. Gimana nih?” tanya Ify cemas.
“Gue
juga. Padahal tiap malem gue udah nyoba buat lagu. Malah gue tidur sampe
melukin gitar.” Ujar
Agni. Via dan Shilla juga sama-sama menggeleng, tandanya mereka juga
belum nemu inspirasi.
Oh
iya Ify cs udah latihan buat lagu bebasnya. Tapi, kalo untuk lagu ciptaan
sendiri, mereka belum buat
karena belum nemu inspirasi. Mangkanya mereka pada kusut gitu.
“Hmm…kita
ngapain nih?” tanya Shilla akhirnya.
“Apa
boleh buat, kita latihan lagu satunya lagi.” Via menjawab. “Besok kita coba
cari inspirasi di sekolah aja.” Tambah Via. Ketiga sohibnya mengagguk dan
mereka mulai latihan.
@Rumah Ify
“Kak
lo kenapa sih?” tanya Deva heran.
“Gue
bingung, Dep.” Jawab Ify sekedarnya.
“Bingung
suka sama Kak Rio atau Kak Debo ya?” tanya Deva lagi. Ify udah curhat semua
sama Deva tentang perasaannya. Ini semua bermula karena Debo yang terus
mendekati Ify, sementara Ify terus mikirin Rio. Walaupun tetanggaan dan nggak
ngomong selama berbulan-bulan, Ify selalu dan tetap sayang sama Rio.
Ify
melotot. “Apaan sih. Bukan kali.”
“Terus
bingung kenapa, Kak?”
“Gue
sama sohib gue ikut seleksi girl band di sekolah. Kita bingung mau nulis lagu
apa. Soalnya harus buat lagu sendiri.” Jawab Ify.
“Gimana
kalo kakak buat lagu tentang perasaan kakak sama sohib-sohib kakak deh.
Misalnya tentang cinta kakak. Atau nggak buat lagu tentang Kak Rio dan
sohib-sohibnya. Bukannya sohib kakak suka sama sohib Kak Rio. Kalo Kak Rio sama
sohibnya nangkep isi lagu itu, kali aja mereka tahu tentang perasaan kakak dan
sohib kakak yang sebenarnya.” Usul Deva. Ify menatap Deva takjub sekaligus
heran.
“Maksudnya,
Dep?”
“Jiiaahhhhhh,
kakak. Kakak buat lagu tentang tingkah Kakak dan sohib kakak terhadap perasaan
Kak Ify dan sohib Kak Ify terhadap kak Rio dan sohibnya. Misalnya, selalu
mikirin mereka, ingin jadi pacar mereka, dan selalu mereka deh.” Jelas Deva.
Ify
tersenyum dan bola lampu menyala di kepala Ify (maksudnya, ify dapat ide gitu. J). “Gue ngerti, makasih
banget Dep. Gue mau buat draft lagu dulu. Pokoknya kalo lagunya selesai gue
traktir deh.” Ucap Ify.
“Jangan
nggak aja ya, Kak. Ajak Ray juga.” Ujar Deva.
Mendengar
nama Ray, Ify jadi berpikir. “Ok. Asal lo bilang ke Ray jangan sampai Kak Rio
tahu.” Ucap Ify.
“Siip
deh.”
“Gue
ke kamar dulu buat nulis lagu.” Kata Ify dan langsung berlari ke kamarnya.
@SMA Global Nusantara
“Fy,
lagu yang lo tulis itu, diubah dikit ya?” pinta Via. Soalnya dia nemu lirik
yang lebih bisa bikin lagu itu jadi mantep.
“Ya,
mana lirik lo?” tanya Ify. Via memberikan kertas coretannya. Ify dan Agni
melihat lirik yang ditulis Via dan keduanya mengagguk setuju.
“Gue
juga mau nyumbang lirik nih. Masukin dong.” Ujar Shilla sambil menyerahkan
kertas coretannya pula.
“Nah,
kalo yang Shilla masukin yang di sini deh.” Ujar Agni. Ketiga sohibnya setuju.
“Gue
lihat dulu, ya.” Ucap Agni dan dia membaca lirik demi lirik. Kamudian ada yang
dicoretnya dan diganti dengan yang baru. “Kalo lagunya jadi gini gimana?” Agni
minta persetujuan. Ketiga sohibnya membaca lagu itu dan akhirnya mengagguk
setuju.
“Nah,
liriknya udah klop tuh. Judulnya apa ya?” tanya Shilla.
“Hmmm…..ntah
ah. Nggak tahu. Yang penting ntar siang ke rumah gue aja. Kita cobain melodi
dan nadanya pake piano gue dan gitarnya Deva atau nggak tolong Ray deh. Dia
bisa main drum.” Kata Ify.
“Oke.”
Ucap ketiga sohibnya kompak.
“Eh,
Py. Lo dapet inspirasi dari siapa sih?” tanya Via. Ify tersenyum lalu dia
bercerita dari A sampai Z tentang usul Deva malem tadi.
“Si
Dedep noh yang ngasih usul.” Kata Via. Ify mengangguk.
“Kalo
gitu gue bantu patungan deh, Py traktirDeva dan Ray. Itung-itung Deva sangat
berjasa dalam debut lagu pertama kita.” Ujar Agni.
“Agniiii,
lo pengertian banget sih.” Seru Ify.
“Kita
juga ikutan patungan. Ya nggak, Vi?” ujar Shilla.
“Ya
iyalah dong.” Balas Via. Ify seneng banget, soalnya dibantu patungan traktir
Deva dan Ray. Dia kan juga lagi bokek kali. Padahal traktirnya tunggu bulan
depan, tapi kalo udah dibantu sohib-sohibnya gini, tinggal nunggu kapan Deva
dan Ray-nya mau dong.
“Makasih
ya, My Bestfriend.” Seru Ify lebay.
“Siiip
dah. Apa sih yang nggak.” Sahut Shilla.
“It
cause we are best friend forever.” Ucap Agni dan Via sambil nyanyi lagunya
Chibi tapi diubah sedikit. Mereka berempat tertawa bareng.
@Gerbang Sekolah
“Mobil
lo udah bisa keluar belum, Shill?” tanya Via. Shilla menggeleng. Hari ini panas
banget, matahari semangat sekali menyinari bumi.
“Panas
banget sih.” Keluh Via. Wajahnya udah merah.
“Gue
beli minum dulu deh.” Ujar Agni dan berjalan ke luar sekolah, soalnya di sana
ada yang jual minuman dingin. Waktu mau menyebrang ke sebelah kiri, tiba-tiba
motor Cagiva Hijau melaju dan sangat kencang. Ciiiiiiiiiiiiiiitttttttt…..suara
rem ditekan sekuat mungkin.
“Agniiiiiiii…”
teriak Ify cs minus Agni. Agni terduduk di jalan dengan jarak 20 centi meter
dari ban motor.
“Sorry,
gue nggak sengaja.” Ucap si Pengendara dan jongkok di sebelah Agni.
“Awas,
lo nggak apa-apa Ag?” tanya Via khawatir banget. Agni menggeleng lemah.
“Gara-gara
lo, hampir sohib gue celaka.” Cerca Shilla. Si pengendara melepaskan helm-nya.
“Kak
Cakka.” Seru Ify dan Shilla kaget. Cakka Cuma mengangguk.
“Gue
bener minta maaf. Nggak sengaja. Bener.” Ucap Cakka. Kemudian tiga cagiva
lainnya berhenti di TKP. Mereka nggak lain dan nggak bukan Rio, Iel, dan Alvin.
“Kenapa,
Cak?” tanya Rio.
“Gue
hampir nabrak Agni.” Jawab Cakka.
“Lo
luka nggak?” tanya Cakka. Dia khawatir sekali dengan Agni. Ify cs berdiri.
Tidak mereka sangka dari 365 hari dalam setahun dan sudah sebulan lebih nggak
ngomong bahkan bertemu Rio cs, tepat hari ini mereka bertemu dan berbicara.
“Agninya
nggak apa-apa, nggak ada yang luka.” Via yang menjawab. Dia sudah memeriksa
keadaan Agni.
“Bener?
Ntar ada yang luka lagi.” kata Iel. Kali aja Agni luka dan harus diantar ke
rumah sakit. Lumayan boncengin Via. Dasar Iel. Mencari kesempatan di
kesempitan.
“Yakin
kok.” Jawab Via.
“Apa
perlu ke rumah sakit?” tanya Alvin.
“Nggak.”
Sambar Shilla.
“Makasih
ya, Kak. Kita duluan.” Pamit Ify. Dia dan Via membantu Agni berdiri. Lalu
mereka pergi meninggalkan Rio cs dan menuju luar sekolah untuk membeli minum
serta nenangin Agni.
“Lo
tadi sengaja, Cak?” tanya Iel.
“Nggak
lah. Gila kali gue sengaja. Gimanapun dia cinta pertama gue.” Jawab Cakka.
Ketiga sohibnya mengagguk dan mereka meninggalkan sekolah.
@Rumah Ify
“Masuk,
yuk.” Ajak Ify kepada ketiga sohibnya. Lalu mereka menuju ruang TV dan
menemukan Deva lagi nonton TV.
“DEEEEEEEEEEEDEEEEEEEPPP,
makasih ya.” Seru Agni, Via, dan Shilla barengan. Deva terkejut.
“Kenapa
sih, Kak?” tanya Deva bingung.
“Lo
udah bantuin kita nulis lirik lagu.” Shilla menjawab.
“Owh…sama-sama
deh. Gue liat liriknya boleh nggak?” pinta Deva. Via mengagguk dan menyerahkan
kertasnya. Deva membaca lirik lagu itu dan senyum-senyum sendiri.
“Kenapa
lo, Dev?” tanya Agni bingung.
“Ini
lagu kayak kakak-kakak banget deh. Mikirin mereka, mimpiin mereka, dan semua
tentang mereka.” Jawab Deva. Ify cs minus Ify heran.
“Maksud?”
tanya Via pendek.
“Ampun
deh, Kak. Bolotnya keliatan banget. Bukannya itu lagu kayak perasaan kak Agni,
Via, Shilla, dan Ify terhadap Kak Cakka, Iel, Alvin, dan Rio ?”
“Iya…ya..”
ucap Via.
“Pantes
dari tadi nggak aneh sama maksud itu lagu.” Gumam Agni.
“Hehehe….memang
kali ya. Kira-kira keliatan banget nggak isi lagu itu maksudnya apa?” tanya
Shilla ke Deva.
“Keliatan
sih, Kak. Orang pada tahu maksud itu lagu. Tapi kan orang pada nebak-nebak itu
lagu buat siapa. Palingan kakak-kakak ntar bayak ditanya itu lagu buat siapa.”
Jawab Deva. Shilla, Agni, dan Via manggut-manggut. Kemudian Ify datang dengan
membawa enam gelas jus orange.
“Kok
enam, Fy?” tanya Via.
“Kali
aja lo mau nambah, Vi. Lo kan sedikit ndut.” Goda Shilla. Via mencibir.
“Ntar
ada Ray.” Jawab Ify. “Dev, ajak Ray sini dong. Mau minta tolong buat melodi dan
nadanya. Tapi bilang ke Ray jangan sampai Kak Rio tahu deh. Bawa juga drumnya.
Biar Kak Rio nggak tahu. Kalo ditanya, bilang sama Ray biar jawab mau latihan
band bareng.” Tambah Ify.
“Ok,
Kak. Siip, deh. Tapi traktirnya nambah ya.” Ujar Deva.
“SIIP,
Dep.” Ujar Ify cs kompak. lalu Deva keluar rumah dan menggil Ray. Dua puluh
menit kemudian Ray sudah bergabung dengan Ify cs juga Deva serta drumnya udah
terpasang di kamar ruang antara kamar Deva dan Ify.
“Apa
yang harus Ray lakuin, Kak?” tanya Ray. Ify memberi instruksi seperti yang
diberitahukannya tadi kepada Deva. Ray mengagguk tandanya mengerti dan setuju.
“Dari
pada buang waktu, yuk kita coba buat melodi dan nadanya.” Ujar Agni. Mereka
naik ke atas dan mulai mencoba berbagai nada dan melodi.
Mereka
berenam semangat dan tekun mencari nada dan melodi yang pas buat lagu itu.
Banyak cekcok yang berakhir dengan tawa. Ify cs udah lelah banget, apalagi Ray
di gebukin drum, pasti capek dong. Akhirnya dua jam kemudian nada dan melodi
yang pas tercipta.
“Coba
nyanyi, Kak. Gue rasa pas deh.” Ujar Ray. Agni, Via, dan Shilla menyanyi.
Sedangkan Ify main piano, Deva main gitar, sedangkan Ray pukul drum. Lirik dan
lagu pun nyambung dan selaras banget.
“Gila
cocok banget.” Seru Via seneng banget.
“Gue
ambil perekam dulu, biar langsung jadi melodinya dan kita tinggal latihan
dance-nya.” Ujar Ify dan berlari menuju kamarnya. Tiga menit kemudian kembali.
Ify, Ray, dan Deva mengulangi lagi melodi tadi dan di rekam. Setelah selesai
mereka semua tepar di lantai.
“Capek
banget, tapi seneng banget.” Ujar Shilla.
“Yoi,
mament.” Seru Ify, Agni, dan Via kompak.
“Kak
bayarannya triple ya?” ujar Ray dengan tampang sok polos.
“Kok?”
“Pertama
untuk inspirasi lagu, kedua untuk bantuin melodi dan nadanya, dan ketiga uang
tutup mulut ke Kak Rio.” Jawab Ray.
“Bener
tuh, Kak.” Koor Deva.
“DEVAAAA
RAAAAYYYYY lo perhitungan banget sih.” Teriak Ify cs. Ray dan Deva ngakak
hebat.
“Bercanda, Kak. Santai lagi.
Kita seneng kok bisa jadi sahabatnya kakak-kakak.” Ujar Ray. Ify cs terharu,
duileh J.
“Jangan
mewek gitu, deh. Kita tahu kakak-kakak nggak punya sahabat sekeren, sebaik, dan
sehebat kita berdua.” Ujar Deva narsis.
“Iya
bener, lo bukan sekedar adik bagi Ify tapi juga sahabatnya serta sahabat kita
bertiga.” Ujar Agni. Sekarang ganti Ray dan Deva yang terharu.
“Lebay
ah, kita.” Timpal Shilla. Keenamnya tertawa.
“Kita
keluar, yuk. Panes. Ngobrol di teras aja deh.” Ajak Ify. Kelimanya mengagguk
setuju.
Lagi
ngobrol-ngobrol di teras, lewatlah tukang jual Ice Cream keliling. “Beli ice
cream yuk, Kak.” Ujar Deva.
“Ok,
panggil aja mamangnya.” Balas Via.
“Tapi
bayarin ya.” Ujar Ray.
“Iya
iya. Panggil noh.” Balas Via lagi. “Gue yang bayar deh, kalian ambil juga.”
Tambah Via. Ketiga sohibnya sumringah.
“Dasar
kakak-kakak nggak bermodal, hanya Kak Via yang cantik seorang yang bermodal.”
Ledek Ray kepada Ify, Agni, dan Shilla.
“Lo
muji Via karena ditraktir juga.” Timpal Agni. Ray nyengir kuda. Lalu mereka
menyerbu tukang Ice Cream yang sudah berhenti di depan rumah Ify.
@Rumah Rio
“Ribut
banget sih, sebelah.” Dumel Alvin. Dia lagi konsentrasi main pees di kamar Rio
bareng ketiga sohibnya.
“Kali
aja Ify dan Deva berantem.” Timpal Rio. Ketiga sohibnya mengagguk. Kemudian
sayup-sayup terdengar suara yang sangat familier bagi mereka bertiga (Iel,
Cakka, dan Alvin). Cakka dan Alvin kompak mem-pause game-nya.
“Itu
suara Agni.” Ujar Cakka.
“Ada
Shilla juga, gue kenal suaranya.” Sahut Alvin.
“Via
juga ada.” Iel nimbrung. Mereka bertiga berebut keluar menuju balkon kamar Rio.
Rio heran dengan ketiga sohibnya.
Enam
pasang mata itu melihat sosok yang dikenal. “Nah benerkan, memang ada mereka.”
Ujar Iel senang.
“Adik
lo juga ada, Yo.” Ujar Cakka.
“Wah
mereka lagi beli ice cream.” Ucap Alvin.
“Kita
ke bawah beli ice cream juga. Kali aja bisa ngobrol dengan mereka.” Usul Iel.
Mereka bertiga turun ke bawah dan terpaksa Rio ikut.
@Depan Rumah Ify
“Mang
ice cream-nya empat dong.” Ujar Alvin. Ify cs menoleh ke sumber suara dan
terkejut.
“Hai,
Ag, Fy, Shill, dan Via tentunya.” Sapa Cakka. Ify cs Cuma bales, “Ya.”
“Yeeeeeee,
kakak. Nggak liat apa ada gue dan Deva.” Ujar Ray.
“Lo
nggak keliatan, Ray, Dev. Kecil banget.” Ledek Alvin. Ray dan Deva melotot.
“Lo
beli ice cream uang dari mana, Ray?” tanya Rio. Setau Rio, adiknya itu nggak
punya uang kecuali sisa uang jajan sekolahnya. Berhubung Ray suka jajan gitu,
Rio yakin uang Ray habis.
“Jiaaaaah,
kakak. Gue mah ditraktir Kak Via yang cantik ini. Calon pacar gue.” Jawab Ray
dan tersenyum ke Iel. Ray udah tahu kalo Via naksir Iel dan dia yakin Iel juga
suka sama Via. Tapi Ray diem aja, dia kan pegang amanat gitu.
“Mana
mau Via sama cebol.” Timpal Iel.
“Kan
tunggu Ray SMA.” Bales Ray. “Iya kan, Kak?” tanya Ray ke Via.
“Iya
dong.” Jawab Via ngasal. Iel melotot ke Ray.
“Ampun
Kak Iel, jangan plototin gue. Gue tau kalo gue ganteng.” Seru Ray dan langsung
ngacir ke teras Ify. Deva ketawa ngakak dan menyusul Ray. Ify cs diam yang
tinggal Cuma mereka berempat dan senior mereka.
“Baik
kan, Ag?” tanya Cakka memecah kesunyiaan.
“Iya,
kak. Nggak apa-apa kok, tadi Cuma kaget aja.” Jawab Agni.
“Nih,
gue udah milih ice cream-nya. Yuk, kita balik.” Ujar Shilla dan menarik ketiga
sohibnya.
“Segitunya
lo nggak mau ngomong sama gue, Shill.” Batin Alvin dan memperhatikan punggung
Shilla yang udah menghilang.
“Sebenarnya
salah kita apa sih? Gue penasaran banget. Udah sebulan lebih, Bro.”ucap Alvin
sambil milih Ice Cream.
“Gue
juga nggak tahu.” Respon Iel. Keempatnya mengambil ice cream masing-masing dan
kembali ke rumah Rio.
“Yo,
kita nerima tawaran ngisi acara seleksi itu nggak?” tanya Iel.
“Gue
rasa ambil aja, deh. Kan ada geladi bersihnya tuh. Pasti kita nggak belajar
deh. Lumayan.” Jawab Rio.
“Gue
heran, Yo. Kenapa lo bisa jadi ketos kalo lo males masuk kelas gitu.” Ujar
Cakka.
“Nggak
nyadar, kalo yang lumayan sering bolos siapa.” Sindir Rio. Cakka nyengir.
“Gue
setuju kalo kita terima itu tawaran.” Ujar Alvin.
“Nggak
ada yang nanya persetujuan lo dodol.” Seru Cakka ke Alvin.
“EGP
deh, pasti nanti Iel juga nanya. Maka dari itu gue kasih tahu deluan.” Bales
Alvin santai.
“Jago
ngeles lo, Vin. Udah kayak Shilla aja.” Ujar Iel.
“Namanya
juga calon pacar. Kudu sama dong.” Sahut Alvin watados. Ketiga sohibnya
tertawa.
@Back to Rumah Ify
“Lagu
udah fix, jadi besok latihan dance kan?” tanya Via.
“Iya
dong. Kita latihan setiap hari deh.” Agni yang menjawab.
“Gue
bawa mobil terus. Biar kalo pulang sore nggak perlu cari taxi. Gue rela deh
jadi tukang anter.” Ujar Shilla.
“Yeeee…seneng
deh.” Seru Via, Agni, dan Ify kompak.
“Jangan
lupa dihapalin lagunya.” Pesan Ify.
“Tenang
aja, udah terekam di otak gue.” Ujar Via. Agni dan Shilla mengagguk.
“
Pulang, yuk. Udah jam lima.” Ucap Shilla.
“Iya,
udah sore.” Via setuju.
“Gue
juga pulang.” Sambung Agni. Lalu mereka beres-beres barang-barang mereka dan
pamit dengan Ify. Mobil yaris merah Shilla meninggalkan gerasi rumah Ify.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>SKIP<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<
BERSAMBUNG.........
0 comments:
Posting Komentar