Lovely Maid 2


Iseng-iseng, my new story. Penasaran?? Silakan baca,:).



Ify, Via, Agni dan Shilla tengah asyik duduk di bawah pohon Akasia yang sungguh sangat rindang. Menatap sekeliling sekolahnya yang memang sungguh sangat megah. Mereka masih tidak bisa percaya menjadi bagian dari kemegahan ini.
“Ck…gue udah capek cari senior rese itu. Apalagi si Jazz Merah itu, idih songong banget dah.” Ucap Shilla keki. Memang tadi Shilla diminta Dea si Jazz Merah untuk memohon-mohon agar diberi tanda tangan sampai harus sedikit menyembah-nyembah.
“Kita juga kali, Shill.” Timpal Via dan memutar kedua bola matanya.
“Dari tadi kita udah cari bareng-bareng, baru dapat enam belas. Tapi belum ada yang ketos, waketos I dan II serta bendahara I. Coba lihat daftarnya, Ag.” Pinta Ify kepada Agni yang memegang kertas.
“Mario, Gabriel, Alvin dan Cakka.” Jawab Agni pendek.
“Oh…empat cowok yang dibilang keren itu ya? Ck..mentang banyak fans gitu mau ngumpet segala. Kita mencar aja deh, gue cari duluannya. Udah jam dua belas kurang nih.” Ujar ify dan segera berdiri dari tempat duduknya dan berlari mencari empat senior itu.
“Kita gimana?” tanya Agni.
“Mencar juga deh. Ntar ngumpul di sini lagi.” jawab Shilla serta disetujui dengan anggukan Via. Alhasil mereka berempat ntah pergi ke mana.

@Rio Ify
“Huh…mentang ketos gitu, mau ngumpet segala. Cuma tanda tangan kali. Berasa artis ye?” dumel Ify dan matanya menatap sekelilingnya teliti.
“Kalo gue nggak salah lihat itu ketos, dia mah kagak ada apa-apanya. Item iya, cungkring iya, pesek lagi. gue walau nggak terkenal gitu, nggak ketos mah mancung. Masih untung gue deh. hahahaha…” kali ini Ify ketawa sendiri. “Tapi masa iya, dia dikagumin sama banyak fans gitu? Katarak kali ya?”
“Ehehemmm…..hmmm….” deham seseorang. Ify nggak ngeh malah asyik lanjut ngatain Rio. “Udah item, cungkring, pesek, idup lagi. tadi aja sok ngejemur gue. Sekarang sok ngumpet. Sumpert dah lo.” Lanjut Ify dan mencibir sendiri.
“Ehehemmm….” Suara deham itu terulang lagi. Lagi-lagi Ify nggak denger dan tetap melanjutkan jalannya tanpa melihat ke depan. Kemudian bruuuuuuuuuuuukkkkkkkkkkkkkkk……… Ify nabrak seseorang.
“Aduh…sakit tahu.” Keluh Ify. Dia melihat orang di depannya itu. Lalu terkejut. “Elo??” seru Ify.
“Elo-elo. Kak Rio. Lo jalan ngelihat dong, mata itu di pake. Lagian kenapa lo ngatain gue?” tanya Rio beruntun dan menatap Ify lekat-lekat.
“Gue nggak ngatain lo, Kak. Suer deh.” ujar Ify dengan memasang wajah innocent-nya. Rio masih menatap tajam Ify dan memajukan langkahnya hingga dirinya benar-benar berada di depan Ify. Ify kaget sendiri.
“Gue mau jawaban jujur.”
“Gue udah jujur kali, Kak. Emang wajah gue ada tampang boong gitu?”
“ADA. Jelas ada.” Bentak Rio dan malah memajukan wajahnya ke wajah Ify. Ify blingsat sendiri. Soalnya dia belum pernah sedekat ini sama cowok, mana nafas Rio bisa Ify rasakan lagi. “Terus yang bilang gue item, cungkring, pesek, idup lagi dan sumpret siapa?” desis Rio di telinga Ify. Ify merinding dan sontak mendorong Rio hingga tuh cowok mundur dua langkah. Kini Ify merasa lega.
“Ya itu mah memang ciri-ciri kakak lagi. Kenapa juga mesti protes? Terima ya terima aja. Gue minta tanda tangan kakak, ya?” ledek ify sekaligus pintanya.
Rio berdecak dan menatap adik kelas yang tidak sopan dengannya ini. “Gue ngasih lo tanda tangan setelah lo ngeledek gue, emang gue bego? Sorry deh, minta sama yang lain aja.” Balas Rio dan akan meninggalkan Ify. Ify langsung menahan tangan Rio.
“Ayo dong, Kak. Tolong banget deh. gue kan susah nemuin lo. Tolong deh.” pinta Ify dengan wajah memelas.
“Ogah.”
“Tolong banget, kak Rio. Gue minta maaf deh. sekali ini aja kok.” Rayu Ify. “Hadeh….gue males kalo aja lo itu bukan ketos.” Dumel Ify dalam hati.
“Ya iyalah sekali ini, memang berapa kali lo di MOS.” Balas Rio ketus. “Nih anak ya.” Batin Ify.
“Hehehe…..lupa, Kak. Plis deh, kakak ganteng dah.” Rayu Ify.
“Lo ngerayu gue? Nggak mempan. Ok, deh. gue kasih lo tanda tangan gue, tapi syaratnya lo ambilin gue buah buah jambu yang paling gede itu. Yang di ujung noh.” Ujar Rio menunjuk buah jambu yang besarnya menyamai ukuran bola kasti lebih sedikit itu dan berada di ujung dahan.
“Itu doang?? Gampang. Tapi kakak harus janji sama gue.” Ujar Ify.
“Ok. Gue janji.” Balas Rio. Ify pun menyerahkan tas-nya dan pena serta kertas tanda tangan ke Rio.
“Titip ya. Kakak jangan ngintip.” Ancam Ify sebelum naik ke pohon. Rio melengos dan memilih berdiri di bangku sebelah pohon jambu itu dan melihat Ify yang cekatan memanjat pohon. Kakinya dengan lincah menitih dahan demi dahan pohon itu. Meliuk sana sini mencari cela untuk berpegangan. Tinggal satu dahan lagi dan jambu itu pasti bisa dia ambil. Yap, Ify berhasil mengambil jambu itu. Dengan cepat dan hati-hati Ify udah berhasil turun dari pohon jambu itu.
“Nih, jambunya.” Ujar Ify menyerahkan jambu gede itu ke Rio.
“Lo jago juga manjat. Gue kira lo cewek salon.” Ucap Rio sembari menerima jambu. Ify tertawa sinis. “Jangan anggap semua orang sama. Mana tas gue, pulpen dan kertasnya?” pinta Ify. Rio langsung memberinya.
“Nih tanda tangan.” Ucap Ify jutek. Rio langsung menanda tanganin kertas Ify dan kemudian senyum setan terukir di kedua sudut bibirnya.
“Makasih.” Ujar Ify.
“Ok sama-sama, pinky.” Balas Rio dan menatap rok Ify lalu berlari meninggalkan Ify yang bengong.
“Pinky?? Kok pinky??” Ify bingung mode on. Ify langsung menepok jidatnya, “Ya ampun……Kaaaaaaakkkk Riiioooooo reeeseeeeeee messssssuuuuuuuummmmmmmm……………..” teriak Ify seketika dan mencak-mencak di tempatnya. Di kejauhan Rio ngakak sendiri.

@Alvin Via
“ Gue cari siapa ya? Kak Alvin, Kak Rio, Kak Iel atau Kak Cakka sih? Cari yang nemu aja deh.” putus Via lalu celingak celinguk menatap sekitarnya. “Nah, itu dia si Kak Alvin. Orang baik memang selalu diberi kemudahan.” Ujar Via dan berlari menghampiri Alvin.
“Kak Alvin.” Panggil Via. Alvin cuek aja.
“Kak Alvin.” Panggil Via lagi. Alvin belum bergeming juga.
“Woooooyyyy, Kak Alvin sipit mendok kodok.” Teriak Via yang berhasil membuat Alvin menoleh kapadanya.
“Berani lo ngatain gue gitu?” tanya Alvin.
“Kakak sih gue panggil nggak dijawab-jawab. Berasa artis ya?” jawab dan tanya Via. Alvin melotot padanya.
“Gue emang artis. Nggak lihat fans gue, banyak gitu?” serang Alvin balik. Via melengos. “Gue kira lo baik, nggak tahunya?” batin Via.
“Gue minta tanda tangan lo deh, Kak.” Ujar Via lembut.
“Boleh sih, lo nyanyi balonku ada lima versi dangdut pake goyangnya juga. cepetan.”
“Hah??”
“Hah hah…. Cepetan kalo nggak, gue tinggal nih.”
“Yang lain aja deh, Kak.”
“Gue maunya itu. Cepetan.” Kali ini Alvin membentak. Via jadi kicep dan dia mulai bernyanyi balonku versi dangdut lengkap dengan goyang noraknya bin aneh itu. Dalam hati Via memaki kakak kelasnya yang tengah asyik tertawa itu.
“Nih tanda tangan.” Ucap Via jutek. Alvin menerima kertas itu dan menandatanganinya.
“Thanks hiburannya. Lo pantes jadi penyanyi dangdut, soalnya muka lo udah dangdut.” Ledek Alvin sebelum pergi. Via mencibir dan memaki-maki Alvin.

@Gabriel Shilla
Shilla melempar-lempar batu kea rah kolam ikan nila sekolahnya. Soalnya tuh anak bĂȘte mencari orang yang nggak nongol-nongol. Penulis aja bĂȘte kalo di suruh cari orang dan parahnya tuh orang ngilang udah kayak hantu. Huhft….
“Adddaaaawwwwwwwwww…….sakit. siapa yang melempar?” ujar Iel kesal dan dia mendapati cewek yang duduk di depan kolam sambil ngomong sendiri dan asyik melempar batu.
“Woi,lo asal aja ngelempar. Kepala gue kena.” Bentak Iel. Shilla mendongakan kepalanya menatap Iel yang tengah berdiri di depannya.
“Salah lo sendiri kenapa duduk di situ. Lagian gue juga nggak ada rencana melempar lo.” Balas Shilla nyolot.
“Heh. Lo itu adek kelas gue, panggil gue kak Iel. Dan lo jangan nyolot.” Bentak Iel dengan nada otoriter. Telunjuknya menunjuk Shilla.
“Oh…maaf deh. eh, kakak, Kak Iel kan? Waketos I. minta tanda tangan dong, mumpung ketemu nih.” Ujar Shilla dan menyodorkan kertasnya.
“Nggak segampang itu. Lo harus bisa ngedance suffle. Kalo lo bisa gue kasih Cuma-Cuma.” Ujar Iel.
“Suffle ??”
“Iya, lo nggak bisa?” tanya Iel dan tersenyum meremehkan.
“Kakak liat aja, hidupin musiknya.” Jawab Shilla dan Gabriel mulai menghidupkan musiknya dari handphonenya sementara Shilla mulai beraksi. Gabriel kagum melihat sosok di depannya ini. Ya harus di akui, kalo dia jago. Dua menit kemudian lagu itu selesai.
“Jago juga lo. Tapi itu baru suffle dance, masih gampang. Masih banyak yang lebih susah dan gue jamin lo nggak jago.” Ujar Iel merendahkan. Shilla mencibir.
“Terserah deh, ini tanda tangan.” Ujar Shilla dan Iel menandatanganinya setelah itu Shilla pergi meninggalkan Iel tanpa mengucapkan terima kasih.
“Sialan lo.” Bentak Iel ke Shilla yang udah pergi menjauh.

@Cakka Agni
“Nah itu dia Kak Cakka. Idih, digerumin cewek gitu? Masa iya gue harus ngantri juga.” ujar Agni menatap keramaian yang tak jauh di depannya. “Gue nyerobot aja deh.” batin Agni dan menghampiri Cakka.
“Kak gue minta tanda tangan lo. Kakak kak Cakka kan? Bendahara I.” ucap Agni cuek.
“Lo mau malak gue? Yang sopan.” Bentak Cakka.
“Cepet tanda tangan, Kak. Gue udah nyebutin nama lo dan jabatan lo apa.” Ujar Agni tanpa memperdulikan bentakan Cakka.
“Cih…songong lo. Panggil gue Kak Cakka dan lo harus antri. Nggak lihat apa sebanyak orang ini.” Kata Cakka.
“Kalo gue mau duluan kenapa? Nggak ada yang ngelarang toh. Cepet tanda tangan, Kak Cakka.” Ucap Agni memberi penekanan pada kata akhirnya.
“Lo masukin ini bola ke ring dalam tree point. Gue kasih kesempatan dua kali, kalo berhasil gue kasih tanda tangan gue.” Ucap Cakka.
“Ok.” Balas Agni dan berjalan menuju lapangan basket. Cakka melemparkan bolanya ke Agni dan berhasil Agni tangkap. Agni sudah berdiri di posisi three point, kesempatan pertama dibuang dengan percuma-Cuma itu bola hanya menyenggol bibir ring. Agni menghela nafas dan melakukan tembakan yang kedua dan bola itu mulus masuk ke ring.
“Tuh udah, masuk. Cepet tanda tangan.” Ucap Agni.
“Nih.” Balas Cakka.
“Makasih.” Ucap Agni datar dan meninggalkan Cakka yang terbengong dengan sikap cewek satu itu.
“Songong banget, belum juga gue bilang sama-sama udah main kabur semua.” Dumel Cakka dan kembali ke keramaiannya tadi. Soalnya fans-fansnya udah pada teriak manggil namanya.

*******
"KEPADA SELURUH PESERTA MOS HARAP SEGERA BERKUMPUL DI LAPANGAN SEKARANG. WAKTUNYA SUDAH HABIS. JIKA DALAM HITUNGAN KETIGA BELUM BERKUMPUL JUGA, SIAP-SIAP UNTUK DIHUKUM." ucap Rio dengan microphone yang ada di tangannya.
"SATU..."
"DUA..."
"TI...GA.."
"WAKTU HABIS."

*****

"Fuih...untung masih keburu." ujar Agni pelan dan matanya berkeliaran mencari ketiga sahabatnya. Matanya menangkap sosok Ify dan Shilla yang tengah melambay ke arahnya serta raut muka yang mengatakan Via di mana. Agni menggeleng, berarti Via telat. T-E-L-A-T.
Pengumuman tentang kegiatan MOS untuk keesokan harinya hanya tinggal angin lalu buat ketiga cewek itu. Tidak mengetahui keberadaan salah satu sahabatnya adalah suatu kebodohan, kehilangan dan kecerobohan tingkat tinggi. Apalagi mereka tidak mempunyai handphone untuk menghubungi satu sama lain.

*****

"Duh gue telat lagi. Gimana nih?" Via bingung sendiri. Dia bersembunyi di belakang rimbunan bunga. "Gue harus punya cara untuk bisa masuk ke barisan." pikir Via. Dia mengamati barisan yang tidak begitu jauh dari tempatnya bersembunyi itu. Hanya perlu melangkah lima kali tapi nggak kelihatan oleh OSIS serta ketos yang lagi berpidato di podium.
"Ayah Ibu, tolongin Via. Via nggak mau terlibat masalah. Via akan jadi siswi teladan deh." batin Via. Dia menangkap sosok Ibu-Ibu yang badannya cukup besar dan tinggi, otomatis dapat menutupi badannya. Via berusaha memanggil Ibu itu. Untung aja tuh ibu ngeh dan menghampiri Via. Kemudian Via membisikan sesuatu ke Ibu itu. Ibu itu mengangguk dan tersenyum. Akhirnya Via berhasil masuk barisan tanpa ada yang mengetahui, menurut Via. Tapi, siapa yang tahu kalo ada seseorang yang menatap dirinya tajam tanpa Via sadari.
"Ok juga cara lo. Gue salut. Lo bisa selamat kali ini." batin orang itu dan tersenyum setan.

*****

"JELAS ADIK-ADIK ?" tanya Rio penuh penekanan.
"JELAS KAKAK GANTENG." jawab seluruh peserta MOS. Ketiga sohib Rio ketawa tanpa suara namun Rio dapat mengetahuinya. Gimana caranya coba ?
"Kalau begitu silakan bubar dan bagi yang kena hukuman baris rapi di lapangan. Terima kasih dan selamat siang." ucap Rio lalu turun dari podium dan langsung menoyor ketiga sohibnya satu-satu.
"Sakit item." keluh Iel.
"Siapa suruh pake ngetawain gue." balas Rio santai dan menatap anggota OSIS lainnya yang sedang mengatur barisan peserta MOS yang terlambat.
"Lumayan banyak." ucap Alvin seakan-akan menjawab arti tatapan Rio ke lapangan.
"Gue mau ikutan ngehukum, ada yang cukup cantik." ujar Cakka langsung dihadiahi toyoran Rio, Iel dan Alvin.
"Woi kepala gue emangnya batu. Dari tadi gue ditoyor mulu." umpat Cakka kesal.
"Mata lo ijo terus, Kka." ucap Iel geleng-geleng kepala.
"Yeee, lo iri ya, Yel ? Mata gue emang mirip artis Hollywood. Ijo." ucap Cakka bangga.
"Ampun dah gue punya sohib bego kayak lo, Kka. Padahal disindir tapi nggak ngeh. Bego lo." ujar Alvin senewen.
"Itulah Cakka, bego dipelihara. Gue nggak ikut ngehukum, gue mau makan siang ke RiFy cafe. Lo pada mau ikut nggak ?" tanya Rio dan dia sendiri udah siap untuk menuju parkiran dengan tas yang telah digandengnya.

*******

"IFY...AGNI...SHILLA..." panggil gadis berpipi chubby pake teriakannya. Tak peduli sekelilingnya menatap dirinya heran dan ada yang memandangnya sinis.
"VIA...." teriak ketiga gadis yang namanya Via panggil.
"Lo dari mana? Kok ngilang gitu? Kita pada khawatir tau nggak sih, gue aja sampe kagak denger apa isi pengumuman tadi." Ify mengintrogasi Via bak tersangka korupsi.
"Gue juga, mata gue keliaran cari lo, untung aja nggak ketauan kalo gue nggak meratiin." Kali ini Shilla yang mulai berbicara.
"Yang penting Via-nya udah balik sekarang." ujar Agni. Via malah tersenyum mendengar ocehan ketiga sohibnya. Itu berarti mereka masih sangat peduli terhadap dirinya.
"Tadi gue telat, tapi selamat." ucap Via sedikit berbisik takut ketahuan soalnya mereka masih berada di dekat lapangan. Ify, Agni dan Shilla ternganga dan minta penjelasan pada si Chubby.
"Ntar gue jelasin di jalan. Kita pulang yuk." ucap Via. Ketiga sohibnya mengangguk. Lalu mereka meninggalkan area lapangan menuju gerbang. Saat tiba di gerbang, Agni menarik ketiga sohibnya menuju sebuah pohon rindang dan besar.
"Capek nggak?" tanya Agni.
"Capek sih." Shilla yang menjawab.
"Lo mau ngajakin naik angkot, Ag?" Via bertanya.
"Ya, tapi kalo uang kita cukup. Gue punya 4 ribu."
"Gue juga lebih 500. 4500." ujar Ify.
"Gue punya 6000 tok." ucap Shilla dan mengambil selembar uang bergambar Imam Bonjol dan selembar uang seribuan memuat gambar Pattimura dari saku kemejanya.
"Gue 5500." ucap Via. Lalu kening Via berlipat sedikit yang menandakan kalo dia tengah berpikir. Belum satu menit Via kemudian berkata, "Semua uang kita 20 ribu."
"Satu orng 2 ribu kalo naik angkot. 4, jadi 8 ribu. Sisanya tinggal 12 ribu deh. Gimana?" jelas dan tanya Ify kepada ketiga sohibnya.
"Jalan aja, yok. Sekalian kita beli bahan-bahan buat makan malam." usul Shilla dan mengedipkan matanya berulang-ulang. Sungguh mengemaskan.
"Oke deh. Cuma 20 menit. Taklukan." Ify menyetujui dengan penuh semangat 2012.
"SIIIP. Ayo jalan." koor Via dan Agni serentak. Alhasil keempat cewek itu berjalan kaki untuk menuju rumah mereka, tidak peduli dengan terik matahari yang begitu menyengat. Bagi mereka, terik itu adalah teman sehari-hari mereka.



BERSAMBUNG..............

0 comments:

Posting Komentar