Lovely Maid 3



 Happy Reading!!

Sementara itu, di Alvia Cafe tampaklah empat cewek highclass dengan tampang sombong nan pongah tengah asyik mengobrol ria dengan empat gelas minuman mewah mungkin, ntahlah tidak tahu. Tapi mengobrol ria bukanlah kata-kata yang tepat untuk mengambarkan aktivitas mereka mengingat siapa mereka dan bagaimana sikap mereka. Dea, Angel, Aren dan Nova. Itulah nama untuk keempat 'princess' GN. Bergosip ria. Ya itulah istilah yang paling pantes buat mereka.
       "Lo pada liatkan keempat cewek yang nyembah-nyembah sama kita tadi??" tanya Dea. Ketiga sohibnya mengangguk.
       "Mereka itu siswi beasiswa. Dari penampilannya aja ketahuan, semua barang mereka udah lusuh." sambung Dea.
       "Terus apa masalahnya?" tanya Aren.
       "Ya jelas, mereka nggak pantes sekolah di GN. Nggak selevel. Gimana sih, Ren." Angel yang menjawab.
       "Right, Gel. Lo emang pinter. So, kita mesti beri mereka pelajaran cause berani-beraninya masuk ke lingkungan elite." ucap Dea dan tersenyum sinis.
       "Good idea, GN hanya untuk orang sekelas kita-kita bukan orang kampung." ujar Aren.
       "Gue setuju, apalagi salah satu dari mereka ngedekatin Iel. Pake acara unjuk ngedance lagi." ucap Angel dan membayangkan kejadian yang tak sengaja dia lihat.
       "Caranya?" tanya Nova.
       "Selalu ada cara buat ngerjain orang-orang kam ugi. Kampungan udik lagi." jawab Dea dan tertawa sinis diikuti ketiga sohibnya.

*****

       "MA...RIO PULANG." teriak Rio, pemuda tampan, anak pertama dari keluarga Haling. Namun, sifatnya dengan ketiga sohibnya sama. Sama-sama memiliki sifat turun temurun orang kaya. GENGSI, HANYA MAU KENAL SAMA YANG SELEVEL, dan  SOMBONG serta SOK NGEBOSSY. Di lain hal itu, mereka berempat bisa dibilang perfect.
       "BIIK, ambilin Rio minum." teriak Rio seenak jidatnya. Pemuda itu mengambil posisi duduk santai di sofa ruang tv. Jemarinya lihal mengutak-atik remote mencari acara tv yang dapat menarik perhatiannya. Pergerakan jarinya berhenti di chanel 9 yang menampilkan acara trend anak remaja. Battle dance. Walaupun Rio bukan anggota eskul dance, tapi dia jago nge-dance nggak kalah sama Iel.
       "Ini minumnya Tuan Muda." ucap sang Pelayan yang kira-kira berumur mencapai kepala lima.
       "Mama mana?" tanya Rio acuh.
       "Nyonya besar belum pulang." jawab sang Pelayan. Rio hanya menganggukkan kepalanya dan tidak berbicara apa-apa lagi. Mata coklatnya tertuju pada layar tv. Sedangkan si Embok memilih untuk kembali ke dapur. Belum lama itu, ponsel Rio berdering menandakan adanya sebuah panggilan. Rio mengambil ponselnya dan menekan ok. "Hallo..." sapa seseorang dari sebrang.

*****
       “Duh gimana nih, kita nggak tahu besok harus bawa apa aja dan gimana syarat-syarat yang harus di bawa.” Ucap Via lirih dan wajahnya sungguh khawatir.
       “Sabar deh, Vi. Kita pikirin caranya.” Hibur Agni. Dia juga lagi berpikir.
       “Ini semua salah gue. Kenapa juga gue telat.” Via semakin merasa bersalah.
       “Bukan salah lo, Vi. Ini semua udah takdir. Ini rintangan pertama kita.” Ujar Shilla dramatis. Di sisi lain, cewek berdagu lancip tenga merenung alias melamun. Tatapannya kosong dan sayu. Dia membiarkan angin meniup rambut-rambutnya hingga melambai-lambai. Sepertinya ada yang dia pikirkan. Gadis itu kemudian mendesah berat dan berkata, “Gue punya nomor handphone ketos itu. Gimana kalo kita hubungi dia?”
       Ucapan gadis itu. Ify. Membuat ketiga sohibnya tersentak dan langsung menatap Ify. “Gue tadi nggak sengaja denger dari si Jazz Merah. Gue pikir ntar ada keperluan gitu, jadi gue catat di tangan.” Ify menjelaskan.
       “Ya Allah…..makasih banget.” Seru Via. Matanya melebar dan tersenyum senang.
       “Tapi, ginama cara ngehubunginya?” tanya Shilla.
       “Minjem handphone sama Bu Nia aja.” Agni menjawab.
       “Jangan….” Seru Ify membuat Agni kaget.
       “Kenapa?” Shilla yang bertanya.
       “Gue nelponnya nggak mau pake nama asli ntar di cari sama si Ketos itu. Kedua, kalo pake handphone bu Nia ntar dia ngehubungi lagi dan bisa-bisa dia nanya sama Bu Nia.” Jawab Ify.
       “Betul tuh. Lagian, ntar Kak Rio marah kita telpon. Jadi…………………..” ucap Via langsung dipotong Shilla. “Kita ke wartel.”
       “Jenius. Yuk, berangkat.” Ajak Agni. Akhirnya keempat cewek itu membawa langkah mereka menuju wartel yang mempunyai waktu tempuh selama 10 menit dari rumah mereka.

@Wartel
       Ify takut-takut memasukan koin ke dalam box telpon itu. Dirinya takut kalo dia dapat semprotan dari Rio. Jemari Ify gemetar memasukan koin bulat bergambar bunga melati serta garuda itu. Tuing….bunyi badan koin menyentuh bagian dalam box.
       “Hallo..”sapa Ify. Wajahnya menegang dan ketiga sohibnya menatapnya tegang juga.
       “Ini siapa?” terdengar suara dari sebrang. Wajah Ify kontan ceria dan dia mengangguk kepada ketiga sohibnya.
       “Saya Sasa siswi kelas X GN. Saya Cuma mau nanya kembali tentang pengumuman tadi siang. Bisakah Anda memberitahu saya lagi.” ucap Ify se-formal mungkin.
       “Oh, baiklah. Lo hanya harus bla….bla………..” ucap Rio dari sebrang telpon. Lima menit sudah pembicaraan itu berlangsung.
       “Terima kasih. Anda ketos yang sangat baik.” Ucap Ify sekalian menutup telponnya. Dia langsung meletakkan gagang telponnya dengan keras dan berlari menuju ketiga sohibnya.
       “Gimana?” tondong Shilla langsung.
       “Berhasil. Kita hanya perlu memakai seragam putih biru. Besok hanya lihat kelas, pensi antar kelas dan demo eskul.” Ujar Ify.
       “Kak Rio nggak curiga atau apa gitu?” tanya Agni. Ify menggeleng lemah. “Mungkin dia kecapean. Terlihat dari suaranya sih, jadi dia langsung jelasin aja.”
       “Ya udah, yang penting kita udah tahu apa yang harus dilakukan untuk besok.” Ucap Via.
       “Lo emang sangat berguna, Fy. Bangga deh punya sohib kayak lo.” Seru Shilla dan menepuk bahu Ify pelan.
       “Ify gitu.” Narsis Ify.
       “Yeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee……………” seru ketiga sohibnya.
       “Ngomong-ngomong tadi lo bilang nama lo siapa, Fy?” tanya Via.
       “Sasa.”
       “Hahahaha….hati-hati tuh yang namanya Sasa, pasti ntar di cari.” Seru Agni. Mereka berempat tertawa.

*******

       "Jadi kita mau nampilin apa?" tanya Acha teman sekelas Ify, Via, Agni dan Shilla kepada seluruh penghuni kelas X-3. Ceritanya setelah melihat pengumuman di aula dan berdesak-desakan dengan seluruh siswi maupun siswa kelas X. Ify, Via, Agni dan Shilla menemukan nama mereka tertera manis di lembaran ketiga, yaitu kelas X-3. Sekarang mereka tengah berdiskusi tentang pensi mereka. Apalagi OSIS hanya memberi waktu selama dua jam buat latihan. Tepat jam 11 siang nanti pensi itu dimulai. Kalo sekedar tampil ya nggak akan pusing begini. Masalahnya, itu OSIS akan memberikan hukuman kepada kelas yang pensinya hancur, nggak kompak yaitu lari selama dua puluh menit mengintari lapangan yang luasnya nggak tanggung-tanggung gitu. Parahkan ?? Maka dari itu seluruh kelas X pasti bingung, termasuk X-3. Memang siapa yang suka rela dan sudi ngelakuin hukuman itu. Pada ogah semua.
       "Hmm... drama nggak mungkin. Kalo nekat pasti kena hukuman laknat itu. Terus apa ya?" gumam Shilla. Ternyata gumaman Shilla itu didengar oleh teman sekelasnya dan mereka mengangguk setuju.
       "Gimana kalo band?" usul Daud tiba-tiba.
       "Boleh juga. Tapi, siapa vokalisnya? Gitaris? Drummer? Bassist?" tanya Rizky selaku ketua kelas dadakan.
       "Acha dan Sivia suaranya bagus." ucap Ourel.
       "Agni bisa main gitar." celetuk Ify dan menampilkan cengirannya. Agni mendengus.
       "Ify keybordist-nya." Agni menimpali, dia tersenyum menang ke Ify. Ify menggerutu. Niatnya mau ngerjain Agni tuh, tapi malah dianya juga kena. Karma tuh, Fy.
       "Gue bisa main drum." ujar Daud malu-malu.
       "Nah, udah lengkap. Tanpa bassist, gue rasa nggak apa-apa deh. Gimana?" tanya Rizky.
       "Udah siip, sih. Tapi, latihannya di mana?" Acha menanggapi. Seluruh penghuni kelas yang tadinya udah mulai tenang, malah bingung lagi.
       "Upss, iya ya. Kira-kira latihan di panggung boleh nggak ya?" gumam Dinda.
       "Gue rasa, pilihan kita cuma satu. Batalin untuk nampil band. Masalahnya, tempat latihan nggak ada. Kalo di panggung bisa, tapi harus menunggu antrian yang super panjang itu." Shilla angkat bicara dan matanya menatap panggung yang sudah ramai itu diikuti teman sekelasnya.
       Ify mendesah berat. "Shilla benar. Sekarang aja udah jam setengah sebelas pasti nggak bakal sempat."
       Kekecewaan melanda X-3, bayangan sang Lapangan mengatakan 'welcome to my area. Enjoying your punishment' semakin nyata dirasakan. Tanpa sadar penghuni X-3 bergidik ngeri sendiri.
       "Jadi?" tanya Rizky untuk mencari ide lain. Sivia menatap ketiga sohibnya. Lalu mereka izin untuk ke wc.

******

       "Bagaimana kalo kita aja yang jadi relawan pensi?" tanya Sivia kepada ketiga sohibnya ketika baru tiba di toilet. Ify, Agni dan Shilla kaget dan menatap Sivia heran.
       "Lo mau kita jadi tontonan ??"
       "Bahan olokan??"
       "Mempermalukan diri sendiri dan tenar mendadak sebagai orang aneh??" tanya Agni, Shilla dan Ify beruntun dengan mata menyipit.
       Sivia menggeleng. "Kita nampilin lagu favorite kita. Bukannya kita udah biasa dan sering ngelakuin itu setiap sore. Pasti kita nggak malu-maluin kok." Ify, Agni dan Shilla menimbang. 
       "Gue setuju. Daripada kita juga temen sekelas lari keliling lapangan, lebih baik kita yang tampil. Walaupun nggak terlalu bagus, tapi kita kan kompak." ujar Shilla menatap Ify dan Agni yang tengah berpandangan.
1 detik...
2 detik...
3 detik...
4 detik...
       "Ayo kita ke kelas. Tunggu apa lagi, kita mesti minta bantuan buat nyari melodinya." seru Ify memecah kesunyian dan menarik tangan Shilla. Sementara Agni menarik Via.

*****

       Sekeliling panggung sudah begitu ramai. Para 'pejabat' sekolah sudah standbay di tempat duduk agungnya. Tak terkecuali CRAG yang sudah menempati posisi istimewanya.
       Ify mendengus ketika tanpa sengaja ia melihat Rio. Dia masih sungguh benci dengan pemuda itu, yang menurutnya sok sekali dan tentunya mesum. Sebagaimana pengalamannya dikerjai Rio. Tanpa sadar Ify melet-melet.
       "Fy, lu kenapa?" tanya Agni yang berdiri di samping kiri Ify dan dia menatap Ify aneh.
       "Nggak apa-apa kok." jawab Ify cepat. "Noh lihat X-1 udah tampil." Ify menambahkan dan menunjuk ke arah panggung. Agni menatap Ify sekilas lalu pandangannya menuju X-1 yang mulai perform. Penampilan band dari X-1 lumayan kompak dan harus diakui suara vokalisnya keren sangat pas dengan lagu yang mereka bawa, masih cinta. Alis Shilla terakat sebelah, "Bukannya empat dari mereka kecuali drummernya adalah empat cewek yang nyeritain CRAG tempo hari di koridor?" tanya Shilla.
       "Ya, ternyata selain penggosip mereka punya skill juga." Via yang menjawab. Ify dan Agni hanya mengangguk setuju.
       Akhirnya penampilan dari kelas kelompok penggosip selesai juga, sang MC pun memberi komentar yang lumayan berlebihan. Setidaknya menurut Ify, Via, Agni dan Shilla karena keempat gadis itu terlihat dongkol melihat 'bintangnya' X-1.
*****

       "Woi, giliran kelas kita yang tampil. Lo berempat siap ?" tanya Rizky kepada Ify, Via, Agni dan Shilla ketika kelas X-2 telah selesai menampilkan musikalisasi puisi mereka, yah bisa dibilang -sopannya- sedikit berantakan. Pasalnya, puisi yang dibacakan udah oke. Tapi, melodinya sedikit nggak harmonis. Keempat gadis itu mengangguk. Hanya saja keraguan menyelimuti wajah manis mereka.
       "Baiklah, langsung saja. X-3." teriak sang MC.

*****

Kini Ify, Via, Agni dan Shilla sudah berdiri di atas panggung. Formasi mereka bentuknya segiempat dengan tiap orangnya menempati satu sudutnya. Via dan Agni berdiri di depan, sedangkan kedua sohibnya -tentu saja Ify dan Shilla- berdiri di belakangnya. Mereka berempat terlihat takut, cemas, bingung begitu melihat orang yang ada di sekelilingnya. Super banyak. Andai saja mereka tengah naik gunung, pasti di sekelilingnya bukan manusia hasil evolusi dari monyet bulu, namun pohon-pohon cemara. Seperti ada di lagu anak-anak itu.
       Apalagi musiknya belum juga mulai, berasa lama banget. Ketakutan semakin menghantui keempat gadis manis itu. Setelah tiga menit -menurut Ify, Via, Agni dan Shilla udah seribu tahun- akhirnya musik itu mulai mengalun. Tanpa terasa, ketakutan, cemas dan saudara sejenis serta sepupu-pupunya hilang lenyap seketika.
       Melodi dari lagu aw aw aw yang dipopulerkan oleh Super Girls mengalun. Membuat keempat gadis itu memulai performnya dengan menyebutkan kelas mereka - X-3- di awal lagu. Selanjutnya Via mengambil bagian awal dari lagu tersebut.

-Via-
Kau teman yang selalu saja sejalan dan aw aw
Selalu ada bersama aw aw aw
Teman sejati takkan pisah selamanya

-Shilla-
Semua takkan bisa menjadi menjadi nyata aw aw aw
Jika kita tak bersama aw aw
Selalu percaya dan yakinkan semua

-SISA-
Semua takkan bisa menjadi menjadi nyata aw aw

-Agni-
Jika kita tak bersama aw aw aw
Selalu percaya dan yakinkan semua

-SISA-
Kau menghapuskan setiap luka
Mengingatku tentang mimpi terpendam
Agar semua kan menjadi nyata
Satukan hati dan tersenyum
Yang ada hanya ceria genggam tanganku
Yakin bisa mengalahkan dunia

-Ify (Via, Shilla, Agni)-
Kau teman (ya) yang selalu saja sejalan dan (pastikan)
Selalu ada bersama (aku kamu)
Teman sejati takkan pisah selamanya

-Via Shilla-
Semua takkan bisa menjadi menjadi nyata aw aw
Jika kita tak bersama aw

-Agni-
Selalu percaya dan yakinkan semua

-SISA-
Kau menghapuskan setiap luka
Mengingatku tentang mimpi terpendam
Agar semua kan menjadi nyata
Satukan hati dan tersenyum
Yang ada hanya ceria genggam tanganku
Yakin bisa mengalahkan dunia

-Ify-
Kau menghapuskan setiap luka
Mengingatku tentang mimpi terpendam
Agar semua kan menjadi nyata

-SISA-
Satukan hati dan tersenyum
Yang ada hanya ceria genggam tanganku
Yakin bisa mengalahkan dunia
Mengalahkan dunia, mengalahkah dunia
Hey girl kalahkan dunia!

       Selama bernyanyi mereka imbangi dengan dance yang buah latihan dari Shilla selama ini. Mulai dari gerakan yang sederhana hingga yang bisa dikatagorikan sulit. Apalagi bagian yang loncat dan tangan yang bergerak membuat suatu pola -entah bagaimana menggambarkannya-, keempat gadis itu berhasil melakukannya dengan sempurna, namun Shilla tetap yang terbaik karena dia anak dance.
Akhir dari lagu, mereka membentuk formasi line dengan senyum terukir di kedua sudut bibir keempat gadis itu.
       Penampilan Ify, Via, Agni dan Shilla mampu mengejutkan, lebaynya menggemparkan GN. Suara tepuk tangan membahana, apalagi dari X-3, kelas mereka memberikan standing appluse untuk their heroines - Ify, Via, Agni dan Shilla-. Keempat gadis itu tersenyum dan turun dari panggung. Si MC tidak mampu berkata apa-apa lagi, suer itu penampilan termasuk keren. Apalagi setahu dia -Si MC-, anak kelas X hanya diberi waktu dua jam buat latihan. Kalau perform dari Ify, Via, Agni dan Shilla memang dipersiapkan dalam waktu dua jam, berarti bisa dibilang 'wow', amazing and so exelent. Ya kan ??

*****


BERSAMBUNG...........

3 comments:

Anonim mengatakan...

cerita lo bagus juga !!
tapi tetep kalah bgus ama cerita temen gw !!

Sriyani mengatakan...

Kerennnnnnn :) (y)

Anonim mengatakan...

Apa nama akun cerbung temen loe, biar gue baca, berasa bagus banget, fe usah nyaman nyakmaib deh!
Dari : fans cerbung kak sagita

Posting Komentar