Iseng-iseng di waktu libur, akhirnya gue buat cerbung baru. Mengenai ide?? Pasti aneh, Hehehhe.... Lebih mau tahu keanehan and ketidakjelasan cerita gue??
Kalo mau, read this, please! :D
Hari
ini masih cukup pagi, jarum jam baru menunjukkan pukul lima kurang sepuluh
menit. Langit pun masih tampak gelap, nggak berganti dengan sang Mentari.
Namun, di kampung Delima tepatnya di empat rumah sudah sibuk sendiri menekuni
aktivitas masing-masing dengan teriakan sana sini. Untung aja para tetangga
lain kagak ada yang protes, malah berterima kasih karena tanpa harus ada jam
weker mereka bisa bangun pagi hanya dengan teriakan empat penghuni rumah itu.
Yaaaaaa, seperti sekarang ini.
“Viiiiiiaaaaaaaa…..gue pinjem ember lu,
ya? Gue mau mandi.” Teriak gadis berdagu tirus yang dikenal dengan Ify.
“Iyaaaaaaaaaaaaaaaaa, untung gue udah
mandi.” Balas cewek chubby yang bernama Via. Tanpa ba-bi-bu lagi Ify berlari
masuk ke rumah Via yang notabane tetangga sebelahnya yang hanya dibatasi
dinding sebagai jarak pemisah rumah mereka. Ify berlari secepat kilat menyambar
ember hitam yang tergeletak tak berdaya di lantai kamar mandi yang hanya
dilapisi semen biasa.
“Gue pinjem ya, Viiiiii……….” Teriak Ify
sebelum keluar dari rumah Via. Via geleng-geleng kepala dan kemudian menepok
jidatnya dan segera mengikuti Ify.
“Ipooooonggg, gue pinjem sisir elo. Gue
belom sisiran.” Teriak Via menuju kamar Ify. Kamar yang tidak luas namun
lumayan rapi dan nyaman. Via segera mengambil sisir berwarna biru tosca itu dan
mulai menyisir rambut sebahunya. Via pun melirik tetangga depan mereka, yang
tak lain dan tak bukan sahabat Via dan Ify yaitu Agni dan Shilla.
Di rumah tetangga depan.
“Shillooonggggg, gue pinjem sabun lo ya.
Sabun gue habis tuh.” Ujar Agni dengan suara toa-nya dan mengeloyor ke rumah
sebelahnya.
“Idddddiiiiiiiih, Agni. Masa sabun iya
mau minjem. Lo nggak kurapan kan?” tanya Shilla mengintorgasi Agni. Agni
melotot tajem.
“Ya nggak lah, Shill. Cuma kudisan.”
Balas Agni santai dan mengambil sabun di kamar mandi Shilla yang keadaannya
sama saja dengan kamar mandi Via.
“Agnniiiiiiiiiiiiiii…………….” Teriak Shilla
gemes. Agni Cuma terkekeh dan berlari menuju rumahnya. Shilla sendiri menuju kamarnya
dan mengambil seragam sekolahnya.
“Mampos…gue belom setrika baju. Mana
kagak ada setrikaan lagi. terpaksa.” Ujar Shilla dan keluar dari kamarnya
menuju luar rumah dan so pasti ke rumah Ify.
“Fyy……Ify………..” panggil Shilla.
“Ify lagi mandi, Shill. Kenapa?” tanyaVia
dan sekarang udah berdiri di ruang tamu.
“Eh….Via. Biasa gue mau pinjem setrikaan,
gue lupa nyetrika tadi malem. Hehehe…” jawab Shilla cengengesan. Via terkekeh.
“Lo pinjem sama Agni aja deh, Shill. Gue
juga belom nyetrika baju gue sama baju Ify. Tadi malem kan kita emang sibuk
cari bahan untuk MOS itu. Sekalian deh lo pinjem sama Agni dan nyetrika
bajunya.” Ujar Via.
“Aha….lo pinter, Vi. Ya udah, gue ke
rumah Agni dulu dah. Bye-bye Viiiiooooonggggg..” pamit Shilla dan ngeloyor ke
rumah Agni yang berada tepat di depan rumah Ify.
*******
Keempat gadis itu adalah Ify, Via, Shilla
dan Agni. Ify atau Alyssa Saufika Umari. Cewek berbodi lurus gaya papan triplek
alias kagak ada seksi-seksinya (Piss .V.), namun manis. Dagunya tirus dan rambutnya
bergelombang diujungnya. Ify sapaan gadis itu. Pantang menyerah dan pinter.
Tetapi, nyolotnya minta ampun, setia kawan dan selalu bisa melindungi
sohib-sohibnya. Jago main piano dan nyanyi juga pinter di bidang akademik.
Sivia Azizah. Biasa dipanggil Via, cewek
chubby yang berambut sebahu. Pinter nyanyi, suaranya bagai malaikat. Setia
kawan, baik, ramah dan agak sedikit loading. Hihihihi… tapi cerewetnya minta
ampun dah. Kalo marah dahsyaaaatttttttt……
Yang ketiga Shilla. Ashilla Zahrantiara.
Cewek cantik dan tinggi semapai (padahal tinggi mereka bertiga sama J), rambutnya sebahu lebih dikit gitu
(semana coba?). badannya berisi dan jago nge-dance dan nari. Baik, setia kawan
dan bawel. Hihihi…. Kalo dia udah bawel. Wasallam deh, lebih baik nutup telinga
pake kapas atau nggak kabur kalo kagak mau menderita penyakit ganteng. Gangguan telinga alias budek.
Hehehe…..
Yang terakhir, Agni Tri Nubuwati. Cewek
tomboy tapi manis. Jago main basket, cuuuuuyyyyyy. Baik, setia kawan, pekerja
keras dan hobby main gitar. Tapi, Agni kalo marah dan benci sama seseorang
langsung aja dia utarkan, dia kan nyablak. Jadi siap-siap aja kalo ngebuat Agni
bĂȘte langsung dah kena bogem mentahnya, kalo nggak mau masuk kuburan atau rumah
sakit, jadi berhati-hatilah sama Agni. Serem ya? Hihihi…
Keempat gadis itu adalah seseorang yang
awalnya sebatang kara. Bertemu dalam pencarian orang tua masing-masing yang
terlibat dalam tragedy maut kereta api kencana. Bukan sebagai pelakunya, namun
KORBAN. Awalnya mereka tidak mengenal satu sama lain, namun keadaan
mempertemukan mereka. Ketika melihat jenazah orang tua masing-masing dari
situlah mulai perkenalan mereka hingga mereka hidup bertetanggaan seperti
sekarang ini. Keempat gadis yang berasal
dari daerah yang berlainan, Ify dari Bandung, Agni dari Jogja, Via dari
Purwekerto dan Shilla dari Tangerang.
Mengingat keadaan orang tua yang tidak
mungkin terselamatkan membuat keempat gadis itu menjadi sebatang kara. Maksud
hati mengadu nasib ke Jakarta, malah meninggalkan anak masing-masing. Setelah
saling cerita-cerita tentang asal usul keberadaan, maka mereka berempat
memutuskan untuk tinggal berdekatan dan menjadi sahabat hingga usia yang
memisahkan. Mereka membuat janji untuk bertemu lagi di terminal ini setelah
pulang ke kampung halaman untuk mengambil barang-barang yang mungkin dapat
untuk di bawa.
Dua hari setelah pemakaman masal orang
tua mereka, akhirnya Ify, Via, Agni dan Shilla bertemu lagi. Mereka pun mencari
tempat tinggal yang pas dengan uang yang mereka punya. Perlu diketahui, keempat
gadis itu bukanlah orang yang mampu. Almarhum dan almarhuma orang tua mereka
hanyalah pedagang dan buruh bawahan sehingga tidak begitu banyak meninggalkan
warisan. Hanya pakaian dan beberapa peralatan rumah tangga. Di antara mereka
berempat, hanya Agni yang diwarisi sebuah televise yang mereka sebut tv ajaib.
Kalo mau dihidupkan perlu ditabok dulu. Ajaib kan?? Yang menjadi spesialis
nabok-menabok juga si Via itu. Soalnya, kalo Ify atau Shilla bahkan Agni
sebagai pemilik sah yang nabok, tuh tipi ngambek. Kagak mau hidup-hidup. Maka
dari itu jadilah Via. Nah, satu lagi karena tipi itu juga nggak ada remote-nya,
maka salah satu dari mereka bertiga menjadi remote berjalan yang hidup nan
dapat buang angin. Siapa lagi kalo bukan Ify. Cewek yang lincah itu dan tenang-tenang
aja kalo kakinya mengutak atik tombol yang ada di tv.
Cuaca di Jakarta juga panas, untung saja
dua orang di antara mereka punya kipas angin walaupun butut. Via dan Shilla.
Itulah dewi penyelamat mereka berempat dari panas Jakarta yang tiada tara.
Walaupun kadang-kadang tuh kipas angin mogok tapi masih bisa dipergunakanan
karena ada dalang yang dapat memperbaikinya, siapa lagi kalo bukan si tomboy
Agni. Hihihi….
Untuk masalah setrikaan. Lagi-lagi
diantara mereka hanya ada dua orang yang memilikinya. Ify dan Agni.
Hadoh…..untung aja punya. Gimana kalo kagak punya, nggak bisa pakai pakaian
rapi dong.
-__-
Jadi, dalam kehidupan keseharian mereka.
Keempat gadis itu mempunyai tv jamaah, kipas angin jamaah, dan setrika jamaah.
Namanya juga orang melarat, jadi pada pake jamaah deh. si Ify itu hanya punya
setrika, perlatan memasak, sisir dan centong. Kagak punya ember. Makanya tuh
anak sering minjem ember ke Via untuk mandi.
Kalo Via, Cuma punya ember, kipas angin,
perlatan memasak, dan centong. Tidak punya setrika dan sisir, sehingga sering
bergeriliya mencari pinjaman setrika ke Ify atau Agni.
Shilla, cewek cantik ini punya kipas,
sisir, peralatan memasak tapi sama dengan Via nggak punya setrika.
Hihihi…kadang mereka berebut untuk minjem setrika. Kalo Agni hidupnya mewah
dikitan. Dia punya setrika, tv, perlatan masak, ember, dan centong. Tapi kadang
lupa beli sabun. Cape deh, alasan aja tuh paling ngeles karena nggak ada uang
untuk beli sabun. Tragis amat. .p
Via, Ify, Shilla dan Agni hidup berdampingan
alias tetanggaan. Padahal dari cerita kehidupan mereka dan peralatan yang
digunakan secara berjamaah, nonton barengan bahkan sering tidur barengan karena
keasyikan nonton tv, mereka harusnya tinggal dalam satu rumah aja. Awalnya mau
begitu sih, tapi mengingat tujuan hidup masa depan masa iya tinggal serumah.
Alasannya sih aneh bin sepele binti ngaco abis. Mereka tinggal pisah namun
tetanggaan hanya karena kalo udah nikah masa iya tinggal serumah berdelapan.
Hihihi… aneh kan? Tapi bener juga lho. .p
Sekarang, usia mereka sudah 16 tahun.
Sudah waktunya SMA. Maka dari itu, mereka sibuk dari tadi subuh bahkan lupa
nyetrika baju malem tadi karena persiapan MOS. Tahu nggak mereka masuk mana??
Jangan ngiri ya! Mereka sekolah di SMA Global Nusantara (ngarang banget nama
sekolahnya). Sekolah terfavorite di Jakarta bahkan bertaraf internasional.
Sekolahnya orang-orang kaya dan elite. Mengingat kondisi keuangan yang melarat
nggak mungkinkan mereka sekolah di sana.
Tapi, waaaaaaaitttttsssss..mereka itu
pinter-pinter dan berbakat. Via, ify, Agni dan Shilla bisa bersekolah di sana
selama tiga tahun ke depan karena beasiswa yang berhasil mereka dapatkan. Ify,
dengan kehebatannya bermain piano dan suaranya sekaligus sering memenangkan
olimpiade maka tuh anak dapat itu beasiswa. Via, dengan suara emasnya dan
sering memenangkan lomba nyanyi bahkan fl2sn selama tiga tahun berturut-turut
bisa menyabet beasiswa itu. Lain hal dengan Shilla yang meraih beasiswa lewat
aksi tari dan dance-nya yang berapa kali mewakili Jakarta di tingkat nasional
dan memenangkannya. Sedangkan, Agni sebagai pemain basket putri terbaik selama
dua tahun berturut-turut mampu membuat dirinya menjadi siswi GN dengan
beasiswa. Ckckck….hebat pisan, ueeeeey…..hehehehe….
******
"Fy, cepetan dong. Ntar kita telat
tahu." panggil Via tak lupa minjem toa masjid, biar suaranya gede gitu.
"Iya, nih udah cepetan. Tapi masa
iya gue udah kayak badut ancol gini." sahut Ify kesal dan keluar dari
rumahnya. Seketika tiba di depan rumah, Ify jadi bahan ketawaan tiga sohibnya.
"Hahahaha.....Ify tampang lo ancur
banget. Huahahaha..." ledek Shilla dan menunjuk Ify.
"Kayak lo nggak aja." cibir
Ify.
"Shilla bener kali, Fy. Di antara
kita berempat, lo yang paling ribet dandanannya. Kuncir lo ada 12. Hahahaha..
Gue aja cuma enam tuh, Shilla dan Via dua. Lha, elo. 12. Udah kayak apa deh
rambut elo." ujar Agni tanpa ampun.
Ify manyun. Dia jadi kesal sendiri sama
tuh OSIS. Emang udah peraturan dari panitia MOS kalo rambut harus dikuncir
sesuai bulan lahir. Padahal Ify udah senang kan biasanya atribut rambut sesuai
tanggal lahir noh. Eh tahunya malah bulan lahir. Kan kalo tanggal lahir dia cuma
enem. Via empat belas, Agni dua puluh enam dan Shilla dua puluh lima. Hihi...
"Udah deh, Fy lo ngedumel. Ayo kita
berangkat, ntar telat lagi." ajak Via. Kemudian empat sekawan itu berjalan
kaki menuju SMA GN yang letaknya tidak begitu jauh dari rumah mereka hanya
membutuhkan waktu selama 20 menit untuk bertatap muka dengan gerbangnya saja.
*****
"Ckckckck...ini sekolah baru kita. Gede
amat. Nggak kebayang dah kita bisa sekolah di sini." ucap Agni kagum dan
menatap lekat sekolah barunya.
"Gue setuju, Ag. Keren banget, ya.
Pasti Ayah dan Ibu kita bangga ngeliat kita sekolah di sini. Kita harus bisa
meraih impian kita. Apapun rintangan, kita harus bisa." tekad Ify bulat.
Ketiga sohibnya mengangguk setuju. Lalu mereka berjalan masuk menuju bagian
dalam GN (global nusantara).
Belum lama berjalan.
"TIN...TIN..TIIINNN...." bunyi klakson mobil mengejutkan Ify, Agni,
Via dan Shilla. Lantas mereka balik badan dan menatap mobil mewah. Jazz merah.
Tanpa mereka sadari si Pemilik udah keluar dari mobil itu dan menatap Ify, Via,
Agni dan Shilla kesal.
"Lo berempat kampungan banget sih.
Kalo jalan itu dipinggir bukan di tengah gitu. Pantes sih, baru kelas satu.
Untung aja mobil gue nggak nabrak lo semua, mana bisa sih kalian ganti
biayanya. Mobil gua itu mahal." ujar si Jass Merah pongah.
Shilla udah mau ngebales, tapi langsung
dicegah Via. "Dia kakak kelas, nanti kita dibuatnya repot selama MOS.
Tahan dikit." bisik Via.
"Maaf ya, Kak. Kita nggak sengaja
kok." ucap Via.
"Ok deh. Gue maklumin, kaliankan
pada udik." balas si Jass Merah yang menatap Ify, Via, Agni dan Shilla bergantian dari ujung kaki hingga
rambut. Tas dan sepatu lusuh serta seragam SMP mereka yang juga kelihatan lusuh
karena mereka hanya memiliki satu seragam putih biru padahal dalam seminggu
dipakai sebanyak tiga hari dan harus dikenakan selama tiga tahun gimana nggak
lusuh. Si Jass Merah pun kembali masuk ke mobilnya dan ngelakson lagi. Dengan
cepat Ify cs melompat ke pinggir.
"Gila tuh cewek. Sombong banget,
mentang kaya gitu. Lo kenapa juga Via nyuruh gue diem. Biar gue hantam tuh
cewek." ujar Shilla keki.
"Bener tuh.” Sambung Ify dan Agni
barengan.
“Alah udah deh. Nggak penting ngurusin
orang kayak gitu.” Kilah Via.
“Moga aja nggak banyak spesies yang kayak
gitu. Amin.” Do’a Ify.
“Amin.” Sahut ketiga sohibnya dan mereka
buru-buru menuju lapangan karena udah ada pengumumannya kalo peserta MOS harus
berkumpul sekarang di lapangan.
******
Matahari bersinar terang, bukan lagu
Sherina lho. Weeeeeek….p. sinarnya udah nggak tanggung-tanggung lagi bahkan
nggak pake diskon ngebuat hitam para peserta MOS yang udah terjemur layaknya
ikan asin di pantai-pantai itu lho. Ckckck… sementara para panitia malah
duduk-duduk di bawah tenda yang memang udah disiapkan untuk acara MOS ini. Ify,
Agni, Via dan Shilla udah keringatan. Mereka baris di barisan tengah nomor dua.
Mereka menatap sekitar mereka yang udah pada kayak cacing kepanasan gitu. Perlu diketahui mereka
berempat udah biasa panas-panasan.
“Ih….bisa hitem deh kulit gue. Mana baru
pedicure kemaren.” Dumel seorang gadis di samping Ify. Ify memperhatikan gadis
itu dan ngedumel dalam hati. “Ihh…sombong bener. Centil lagi. Nggak tahu apa
susahnya cari uang. Ck.” Ify mencibir.
“Kenapa, Fy?” tanya Via yang berdiri di
sebelah Ify. Ify malah menunjuk cewek di sebelahnya dengan dagunya. Via
memperhatikan cewek itu dan juga mencibir.
Via malah memperhatikan Shilla yang
tengah menatap seseorang dengan aura Neraka ala Ashilla Zahrantiara.
“Shilla…Shilla….kayaknya lo dendem banget, sih.” Ucap Via dan membuat Shilla
mendelik ke arahnya.
“Ck…gue nggak suka cara dan gaya dia.”
Ucap Shilla dan mengalihkan pandangnnya ke depan lagi. Via terkekeh sendiri dan
dia menatap Agni yang asyik menatap ring basket dengan tatapan terpesonanya.
“Tampang lo mau dibayar, Ag.” Ledek Via
dan Agni lantas menatap Via lalu melotot. Via jadi ketawa diikuti Shilla dan
Ify yang ternyata juga memperhatikan Agni. Lantas mereka berempat jadi tontonan
para peserta MOS lainnya dan para panitia MOS.
“Nah kan gara-gara lo bertiga, kita jadi
tontonan.” Omel Agni. Ify, Via dan Shilla menatap sekelilingnya dan malah
cengengesan nggak jelas.
“Eheeemm….karena ada keributan. Maka kita
mulai saja acara MOS kali ini.” Ucap seorang cowok yang ganteng dan manis.
“Saya Ketua OSIS GN Mario Stevano Aditya Haling, panggil aja Rio. Saya ucapkan
selamat datang kepada adik-adik di SMA Global Nusantara. Saya akan menjelaskan
peraturan selama MOS. Pertama, para peserta MOS harus manggil saya dan senior
lainnya dengan sebutan kakak. Kalo salah satu dari kita ada yang denger kalian
nggak manggil dengan sebutan kakak. Siap-siap saja hukuman menanti kalian.
Kedua, panitia MOS tidak pernah salah atau selalu benar. Ketiga, Jika panitia
MOS membuat kesalahan maka kembali ke pasal satu. Selain itu, Jika ada peserta
MOS yang tidak mematuhi panitia MOS maka akan dihukum di depan umum. Jelas?”
“JELAS KAKAK GANTENG….” Teriak para
peserta MOS. So pasti, gantengnya bagian para cewek yang teriak.
“Acara kita hari ini yaitu mengumpulkan
tanda tangan panitia sebanyak enam belas buah dengan harus ada tanda tangan
salah satu dari ketos, waketos I dan II, serta bendahara I dan dikumpul besok.
Jadi, hari ini kalian berusaha semaksimal mungkin untuk mengumpulkan tanda
tangan senior. Tidak boleh meniru atau mencoba menipu. Kalo sampai ketahuan,
kolam di belakang sekolah menanti Anda. Baiklah, sebelum di mulai maka sekarang
perkenalan dulu. Ingat perkenalannya Cuma satu kali nggak di ulang, jadi harus
ingat baik-baik nama dan jabatannya.” Ucap Rio. Lalu Rio memberikan microphone
kepada seorang cowok yang berdiri di samping kirinya.
“Gue Gabriel Stevent Damanik. Gue waketos
I.” Ujar Iel cuek. Di tengah lapangan, “Idih…ada lagi satu spesies sok.” Batin
Shilla.
“Gue waketos II, Alvin Jonathan
Sindunata.” Ujar Alvin cowok putih, berwajah oriental dan matanya sipit.
“Gue Cakka Kawekas Nuraga, bendahara I.”
ucap cowok bergaya harajuku dan putih itu. Cakka.
“Gue Dea Christa Amanda, bendahara II.”
Ujar cewek yang cantik namun mukanya sombong.
“Lha, itu kan si Jazz Merah.” Batin Ify.
“Gue sekretaris I, Angelica.”
“Gue sekretaris II, Aren.”
“Gue Nova sinaga sebagai CO sekbid I.”
“Gue……… bla..bla…” akhirnya seluruh
pantia udah memperkenalkan dirinya masing-masing.
“Cukup perkenalannya dan kepada peserta
MOS silakan mencari tanda tangannya. Hari ini Cuma
Sampai
pukul satu siang. Terima kasih.” Ucap Rio dan meninggalkan tribun. Peserta MOS
pun bubar begitu juga dengan senior lainnya. Termasuk Rio, Alvin, Iel dan
Cakka.
*****
“Gue nggak nyangka bisa satu sekolah
dengan CRAG.” Seru seorang cewek.
“CRAG apaan sih?” tanya cewek yang di
sebelahnya.
“Lo nggak tahu ?? Cape deh. CRAG itu,
Cakka, Rio, Alvin dan Gabriel. Mereka berempat bisa dibilang pangerannya GN.
Kak Cakka itu keren banget, ganteng lagi walaupun gosipnya play boy. Tapi nggak
apa-apa deh, yang penting dia perfecto. Kak Cakka ketua eskul Basket. Terus,
Kak Rio itu manis banget, keren, cool lagi. Mana pinter, ketua eskul musik. Kak
Iel atau Gabriel itu, udah item manis sedikit mirip kak Rio sih. Ketua eskul
dance. Kalo ngeliat Kak Iel nge-dance, ya ampun mau pingsan gue. Terkahir Kak
Alvin, wajah oriental, putih, tapi agak sipit. Dia wakil ketua eskul music.
Yang pentingnya mereka berempat itu sama-sama terlibat dalam eskul basket,
malah jadi bintangnya lagi. wuih….. mana bokap mereka penyumbang dana terbesar,
keluarga Haling, Damanik, Sindunata dan Nuraga. Siapa yang nggak naksir coba?
Tapi, mereka rada cuek gitu dan dingin kecuali Kak Cakka.” Ucap cewek itu
bersemangat. Sedangkan temannya menatap itu cewek alah tatapan si badung
Noharasinosuke alias Shinchan. Ckck…
“Mereka udah punya pacar belom?” seorang
cewek putih, rambutnya di bonding (masih jaman ya??) ikutan nimbrung.
“Nah itu dia, mereka belum punya pacar
kecuali Kak Cakka. Tapi status kak Cakka itu nggak nentu.” Ucap cewek tadi.
“Nggak salah gue naksir Kak Iel.” Gumam
cewek yang berdiri di sebelah cewek yang baru ikutan nimbrung tadi.
“Gue suka Kak Rio. Dia keren banget.
Ideman gue banget.” Ujar cewek yang bercerita tadi.
“Kalo gue Kak Alvin deh.”
“Kalian udah ambil Kak Alvin, Kak Rio dan
Kak Iel. Nggak apa-apa deh, gue Kak Cakka aja.”
“Tapi hati-hati
lho sama…”
Itulah percakapan yang tanpa sengaja di dengar
oleh Via, ify, agni dan Shila. “Ck…parah mereka.” Desis Agni dan menatap
keempat cewek yang masih asyik bergosip itu dengan sinis.
“Kalo siswanya udah kayak gini semua,
mampus deh kita.” Ujar Ify.
“Tapi yang mereka bilang bener tahu,
mereka ganteng-ganteng.” Seru Via yang langsung dapat pelototan ketiga
sohibnya.
“Hmm….feeling gue nggak enak banget lho.
Gue ngerasa kita bakal dapat masalah nih.” Ujar Shilla lemah.
“Nggak usah terlalu dipikirin dong,
Shill. Selama kita selalu bersama. Kita hadapi itu masalah.” Respon Ify dan
mereka berpelukan bersama. Orang-orang disekitar mereka menatap dengan sinis.
“Yuk kita berburu tanda tangan.” Ajak
Agni dan mereka berempat mulai bergeliriya.
***********
“Lo udah pada lihat belum adek kelas
kita? Cantik-cantik ya.” Decak Cakka kagum.
“Elo Cuma liat cantiknya doang, payah
lo.” Ujar Rio yang tengah asyik dengan I-phone-nya.
“Alah lo, Yo. Tadi siapa dibilang kakak
ganteng.” Sindir Alvin.
“Itu mah memang gue yang udah terlanjur
ganteng, mana ada sih yang bisa nolak pesona gue.” Seru Rio narsis dan langsung
dianugrahi toyoran ketiga sohibnya.
“Gue yang ganteng aja nggak
ngumbar-ngumbar gitu.” Seru Iel dan memasang senyum mautnya.
“Wooooooooooooooooo…….lo kira kita
bertiga maho.” Seru Rio, Cakka dan Alvin sambil mendorong Iel.
“Canda kali, Bro. siapa juga naksir lo
bertiga. Kalo iya gue maho, gue pilih-pilih kali.” Ujar Iel dan terkekeh.
“Serah lo, dah. Gue mau ngumpet dulu.
Males gue nandatangin, ntar kagak ada yang bisa dihukum.” Ujar Rio dan
meninggalkan ketiga sohibnya ntar menuju kemana.
“Gue juga dah, lo met maho sama Cakka.”
Pamit Alvin dan berlari sebelum kepalanya kena lemparan sepatu Iel dan Cakka.
BERSAMBUNG...............
0 comments:
Posting Komentar