Sebel-Sebel juga Cinta, Tuh! Part 4




Sebel-Sebel juga Cinta, Tuh! Part 4




Ify mengangguk malas dan sok paham dengan rapat yang sedang diikutinya. Ketiga sohibnya, Via, Agni dan Shilla juga tak beda jauh dengan tingkah Ify. Tak perduli dengan pembicara di depan. Siapa suruh asal mengundang mereka ke rapat yang tidak tahu jelas asal usulnya. Mereka bukan anggota OSIS, bukan juga anggota PMR dan tidak termasuk MPK dan kenapa mereka diundang?? Saat Agni bertanya tadi, ternyata mereka berempat hanya perwakilan kelas. Tapi kalau perwakilan kelas kenapa ada the Viper sih?  Kan mereka satu kelas dan nggak mungkin satu kelas itu perwakilannya delapan orang. Nggak mungkin.

“Ra, kenapa ada mereka sih?” tanya Ify dalam bisikan kepada Zahra yang duduk di sebelahnya dan menujuk Rio, Alvin, Gabriel dan Cakka yang duduk berdekatan. Ceritanya, Ify, Via, Agni, dan Shilla tempat duduknya dipisah. Karena para anggota rapat tidak mau ada keributan. Dan keempat gadis itu adalah sumber keributan bila digabungkan. See? Dan parahnya lagi, itu semua ide dari the Viper. Hal itu semakin membuat Ify mengibarkan bendera perangnya tinggi-tinggi untuk Rio.

“Kalau nggak salah denger sih, mereka itu tim sukarela dan langsung ditunjuk oleh Ibu Ira,” jawab Zahra dengan bisikan pula. Ify mengangguk-angguk sok mengerti.

“Tapi, Ra. Mereka itu ngerusak pemandangan,” ujar Ify lagi masih bisik-bisik ala tetangga. Zahra hanya mengangkat bahu sebagai responnya. Mata Zahra focus ke depan memperhatikan Dayat si CO Sekbid 3 dalam keroganisasian OSIS.

“Tau nggak sih, Ra. Rio itu nggak pantes ikut event ini, dia itu tengil banget kagak pantes dalam hal beginian. Kenapa Dayat mau aja sih ngajakin dia?” bisik Ify lagi dan menatap ke arah Rio dengan aura penuh kebencian. Ify terus berbicara sementara Zahra tetap focus dengan apa yang dijelaskan.

Pleeetaaakk……..

“Aaawwwww………..!!!” jerit Ify kesakitan saat dahi mulusnya sukses menjadi tempat pendaratan sebuah spidol.

“Behel sarap, kalo lagi rapat itu dengerin. Main ngobrol aja lo,” ujar Rio dan menatap tajam Ify.

“Emang lo siapa hah? Pesek lo. Kayak lo dengerin apa yang Dayat bilang aja,” balas Ify tak mau kalah. Seketika suasana rapat menjadi tegang melihat dua dedengkot tukang ribut beraksi.

“Heh behel jelek, cungkring, stress!! Lo itu ngobrol sendirian tau nggak sih? Kayak orang bego aja. Lo mau tau apa yang dibilang Dayat barusan?” tantang Rio.

Ify melemparkan tatapannya ke Zahra lalu ke Via, Agni, dan Shilla bergantian. “Gue ngobrol sama Zahra, Item!!!”

“Lo semua percaya kalau hantu behel itu ngobrol sama Zahra?” tanya Rio kepada seluruh peserta rapat.

“Ify mah ngomong sendiri dari tadi. Zahra liatin ke depan kok,” jawab Irva dengan wajah polosnya dan tidak menyadari kalau memberi efek samping yang luar biasa untuk Ify.

Kalau tadi Ify hanya kesal sekarang ia cengo. Ia ternganga sedikit dan matanya nyaris sempurna membulat. “Beneran, Ra?”

Zahra cengengesan. “Habis lo ngomong terus, Fy. Mana Day udah melototin ke arah kita. Peace, Ify,” ujar Zahra merasa tak enak.

“Denger tuh, Behel!!!” timpal Rio.

“Oke….oke…gue salah. Sorry deh,” ucap Ify akhirnya dari pada ia dicap sebagai perusuh akut di rapat ini. “Eh, emang Day ngomong apa aja sih?” tanya Ify ntah kepada siapapun.

Semua penghuni ruang rapat menatap ke arah Ify semua. Bahkan, ketiga sahabatnya juga. Ify yang jelas tidak tahu apa-apa melemparkan pandangan penuh tanya. Baru saja salah satu dari mereka ingin memberitahu Ify, namun urung karena pelototan tajam dari seseorang.

Rio menyeringai penuh kemenangan. Ia berdiri dari posisi duduknya dan berjalan menuju bangku Ify. Zahra yang penuh dengan kesabaran segera pindah duduknya jadi berimpitan berdua dengan Rahmi. Menyadari kalau bukan Zahra tapi Rio yang duduk di sebelahnya, Ify mendengus kesal.

“Ngapain sih elo di sini, H I T A M?” tanya Ify acuh tak acuh.

Rio tersenyum sangat manis sekali dan super wow sambil menggeser kursi duduknya agar dekat dengan Ify. Kalau tadi ia membentak Ify, kini pangeran sekolah itu bersikap manis sekali sangking manisnya membuat Ify jadi merinding.

“Cuma mau kasih tahu elo tentang apa yang Dayat bilang, Ify Sayang,” jawab Rio dan kontan membuat penghuni ruangan ini melongo parah.

Jdeeerrrr…………

Rio memang benar kurang ajar. Sialan sinting. Gila. Nyebelin. Sebel…..sebel…..sebel…..batin Ify. Memang siapa sih yang nggak sebel kalau diginiin. Nanti bisa-bisa ada gossip antara diri Ify dengan Rio. What the hell?? OGAH. Pasti itu jawaban Ify.

“Sayang…sayang….Gila lo!!!!!!” hardik Ify.

Bukannya cemberut ataupun kesal Rio malah tersenyum dan menurut Ify itu senyum menakutkan dan menyeramkan.

“Lo beneran mau tahu nggak?” tanya Rio sekali lagi.

Karena penasaran Ify memilih untuk mengangguk. Ia harus tahu karena dia merasakan roman-roman yang tidak enak.

“Denger baik-baik. Gue nggak bakal ngomong dua kali,” ucap Rio. “Gue sama elo satu tim. Kita ngurus bagian di lapangan. Elo sama gue ambil bagian jualan Koran,” lanjut Rio.

Ify melotot parah. “Jualan Koran? Di lampu merah? Gue sama elo? Hah?” respon Ify berlebihan.

“Muka biasa…..muka biasa….” Timpal Cakka dan ia cengengesan. Lucu saja melihat respon Ify ini.

“No….no…no….Big no no…..Ogah!!! Emang ini event apaan?”

Dayat sebagai ketua dari acara ini menatap Ify kesal. “Ini bakti social, I-Fy!” ujar Dayat penuh penekanan.

“Bakti social? Jadi nanti kita nyumbangin buat orang lain? Buat siapa? Panti jompo atau panti asuhan? Kalau menurut gue sih, panti asuhan aja. Gue suka ketemu anak-anak. Gue setuju deh. Kapan kita mulai kerjanya?” cerocos Ify panjang lebar.

Peserta rapat menyembunyikan tawa mereka. Via, Agni, dan Shilla pun ikut tertawa juga. Ify benar-benar memalukan. Ia seperti idiot saja. Masa ia, dia tidak mendengar sama sekali apa yang Dayat bilang dan hasil rapat. Semua yang Ify sebutkan tadi adalah hal yang ditanyain saat rapat tadi dan telah menemukan kesepakatan. Tapi sekarang? Gimana sih Ify?

Pleetaaak……

Rio menepuk jidat Ify pelan. Mungkin Rio menguji apakah ada yang error dengan Ify ini.

“Heh Pesek!! Apa-apaan sih lo nepukin jidat gue? Lo piker jidat gue ada nyamuknya dan elo mesti nepukin jidat gue. Nyebelin banget lo!” semprot Ify.

Rio geleng-geleng kepala. Kenapa Ify tulalit gini jadinya? “Gue kasih tahu, semua yang elo bilang tadi udah dibahas pas rapat, NONA BAWEL!!!”

Ify ternganga dan matanya molotot. “Bo’ong, lo. Pasti lo mau nipu gue ya kan? Pasti! Benerkan, Vi, Ag, Shill?” ucap Ify meminta bantuan kepada teman-temannya. Baru saja Via menjawab, Dayat sudah mengambil alih duluan.

“Rapatnya udah selesai, Fy. Lo kalau mau tanya-tanya tentang tugas ini ke Rio aja. Lo sama Rio dalam satu bidang. Silakan lo tanya sama dia. Ingat, dia CO-nya dan lo anak buahnya. Jadi lo mesti nurut sama Rio,” ujar Dayat. Ify manyun habis. Dia melirik Rio yang sudah memasang cengiran kemenangan khas miliknya. Ify menyadari Rio mengulang apa yang Dayat katakana padanya. Lo-mes-ti-nu-rut-sa-ma-Ri-o. Kiamat sudah dunia Ify.

“Oke, teman-teman. Rapat hari ini cukup. Terima kasih untuk partisipasinya dan silakan bubar,” ucap Dayat mengakhiri agenda rapat hari ini.
Setelah ruang OSIS tampak sepi. Ify segera bergabung dengan ketiga sohibnya dengan wajah kesal. “Kok gue bisa sama si Pesek itu?” pertanyaan Ify sebagai sapaan awalnya.

“Duduk dulu deh, Fy. Lo manyun terus. Jelek tahu,” ucap Via dengan bercanda.

“Jawab dong pertanyaan gue,” tuntut Ify.

“Lo manyun mulu sih. Gue juga sial tahu, Fy. Gue sama Cakka, padahal gue sama Alvin. Eh, Shilla merengek-rengek minta tukar. Jadinya gue sama Cakka deh,” Agni curhat colongan.

Ify mengangguk-ngangguk seperti mencium suatu roman. “Jadi, gue sama Rio pesek. Agni sama Cakka, Shilla sama Alvin, dan tentu pastinya gue bener Via sama Gabriel. Benerkan?”

Via mengangguk takut-takut. Takut Ify mengamuk karena mereka barengan sama the Viper. “Itu semua diundi lho, Fy. Bener deh! Sumpah! Cuma Agni dan Shilla aja yang tukeran,” terang Via walaupun tidak diminta penjelasan.

Mata Ify terbelalak kaget. “Jadi itu undian?? Gue sama Rio Item disatukan dalam undian?? Ya Allah, kenapa dia lagi-lagi?? Udah satu sekolah, satu kelas dan untungnya nggak sebangku, jangan sampai deh. Ditambah lagi dia sekarang tetangga gue??!!! Salah apa hambamu ini Ya Allah. Masa iya, hamba yang cantik manis penuh pesona ini ditakdirkan dengan seorang Mario bross cungkring ngeselin nyebelin. Huuuaaa................Nggak mau!!!” seru Ify histeris sendiri.

Via, Agni, dan Shilla tercengang mendengar penuturan sohib mereka itu. Ify bilang dia tetanggaan sama Rio. Kok bisa?? Terakhir kali mereka ke sana, nggak ada rumah yang ditinggali Rio. “Lo tetanggan sama Rio, Fy? Kok bisa? Memang rumah Rio yang mana sih?” tanya Agni to the point tanpa embel-embel.

Ify menampilkan ekspresi malas dan kesalnya. “Ya, Ag. Dia baru pindah dua hari yang lalu. Lo ingatkan rumah Pak De Jarwi yang sering kita pintain mangganya?” Agni mengangguk diikuti Via dan Shilla “itu dia rumah Rio sekarang. Nyebelin banget. Mana gue udah males liat dia di sekolah dan what the hell banget???!!! Sekarang gue ngeliat Rio 24 jam. Di rumah dan di sekolah. Huaaa.....nggak mau!!”

Via, Agni, dan Shilla menyemburkan tawanya bersama-sama. Hahahahhahaha....... “Kalo udah kayak gitu, ini tanda-tanda kalo lo sama Rio jodoh, Fy,” ledek Shilla disela-sela tawanya.

Ify mengirimkan tatapan tajamnya pada Shilla. “Peace...Ify cantik. Canda doang,” ucap Shilla cepat sebelum Ify meledak. Serem juga melihat tampang Ify sekarang.

“Ke kelas, yuk. Kita kan cuma izin jam pertamanya Ibu Winda. Nanti kalo beliau marah? Mau dijemur?” ajak Sivia dengan memberi ancaman sedikit. “Lagian kita nggak maukan diledekin sama the Viper?” tambah Sivia dan berjalan keluar kelas yang akhirnya diikuti oleh ketiga sahabatnya. Apalagi Ify, dia tidak pernah mau kalah dengan the Viper, apalagi sama Rio nyebelin itu!!!!

**************


“Yat, plisss banget. Gue minta tuker deh. Sama siapa aja boleh. Pliss....ya...ya....ya....?” bujuk Ify kesekian kalinya siang ini. Tadi saat bel pulang tepat berbunyi, Ify langsung kabur dari kelas dengan menggandeng tas sekolahnya sebelum Miss Uci guru Bahasa Inggrisnya keluar kelas. Bayangkan??? Seberapa pentingnyakah urusan Ify siang ini? Bagi Ify terserah orang lain mau bilang apa, tapi bagi dia urusannya kali ini sangat penting karena bila gagal maka ketenangan, kebahagiaan, keceriannya, dan hal-hal positif yang ia punya bakalan menguap dari dirinya.

“Nggak bisa, Fy. Itu udah dipatenkan dan sudah disetujui semuanya,” balas Dayat.

“Yat.....lo nggak kasian sama gue? Masa lo tega amat ngeliat gue ditindas Rio mulu. Lo nggak kasihan? Gue yang tidak berdosa ini harus menanggung luka batin akibat Rio. Yat.......plissss........” ucap Ify mendramatisir. Ia harus berhasil apapun caranya. Ia tidak dapat membayangkan bagaimana dirinya nanti bila jadi anak buahnya Rio. No...No....!!!

Dayat diam saja. Sebenarnya ia juga tidak tega terhadap Ify. Tampang melas Ify itu membuat dia menjadi tersentuh.....tapi....ancaman Rio lebih berbahaya daripada kasihan sama Ify.

“Tetep nggak bisa. Gue mau pulang, Fy. Banyak yang harus gue ketik. Sorry, Fy!” ujar Dayat.

Ify tidak bisa tinggal diam. Bila cara bujukan tidak mempan, masih ada cara lainnya. “Nah, biar gue aja yang ngetik. Gue bakalan jadi sekretaris andalan lo deh, Yat. Gue akan siap siaga kerja selama 24 jam. Nggak dih....2 kali 24 jam....Hmmm......3 kali 24 jam aja deh tanpa henti. Bakalan gue selesain semua tugas lo, lo Cuma perlu periksa dan bilang ‘good job, Fy’ karena apapun yang gue kerjakan pasti bakalan bagus. Gue kan niatnya baik. Ya....ya.....,” ucap Ify ngaco. Masa dia mau kerja selama itu? Tanpa henti lagi? Nggak tepar apa????!!!!

Tawaran yang menggiurkan bagi Dayat. Siapa juga yang nggak bakalan tegiur dengan hal seperti itu. Tugas banyak diselesaikan oleh orang lain. Gila!!! Ajib banget. Tapi....... “Nggak usah, Fy. Sekretaris gue udah ada. Bye....bye....Ify. Lo sama Rio cocok kok,” ucap Dayat dan langsung berlari kabur sebelum Ify mencegatnya kembali.

Aaaarrrrrggghhhhhhhhhhhh................Ify bener-bener kesel. Tumben-tumbenan Dayat sulit untuk dibujuk. Kekesalan Ify bertambah kesal manakala Dayat bilang dia sama Rio cocok. “Nggak mau sama Item!!!!” seru Ifu tertahan. Untung saja ia tidak berteriak, kalau iya??? Bisa-bisa ia dicap aneh dan itu celaka untuknya.

“Sial banget....” rutuk Ify dan kemudian berjalan menuju gerbang. Lebih baik ia pulang daripada harus menunggu di sekolah. Mana misi gagal juga. Dan nggak ada yang bisa membantu dia terlepas dari Rio kalau sang Ketua sudah tidak mau. “Damm!!” batin Ify.

************

“Ambilin pulpen gue, Fy,” perintah Rio.

“Tip ex gue, Fy.”

“Pensil!”

“Penghapus!”

“Penggaris!”

“Minum gue, Fy! Haus nih!”

“Duh...pegel gue. Ambilin gue bantal leher!”
“Sini lo, Fy. Kerjain ini persis kayak yang gue buat. Lima rangkap!”

Arrrrrghhh......batin Ify. Rio beneran gila. Di hari pertama kerja mereka, Ify benar-benar sudah menjadi babunya Rio. Semua yang Rio sebutin harus Ify turutin. Masih mending kalo Cuma nyatat, lha ini? Dari minum sampai makannya Rio dia semua yang ngerjain. Terus Rio mintanya bikin ngeselin. Kenapa Rio mintanya nggak barengan aja , kenapa harus bergantian? Baru saja Ify mau duduk setelah ngambilin tip ex-nya Rio, eh....si Pesek itu langsung memerintah Ify mengambil pensilnya. What the hell banget si Rio itu. Gila!!!

“Fy?” panggil Rio.

“Apa lagi?” tanya Ify ketus. Dia bener-bener sebel sama makhluk ini.

“Jiah...marah-marah. Biasa aja, Neng. Orang Cuma manggil juga,” jawab Rio.

“Gue nggak sudi dipanggil titisan Buto Item. Cuih!!!”

Rio nyengir melihat ekspresi Ify. Benar-benar lucu. Gadis itu tidak pernah bisa menampilkan raut wajah ketika marah, lihat saja sendiri saat marah gadis itu malah bikin gemes.

Ify terus mengerjakan tugasnya. Tujuannya hanya satu, terbebas dari Rio. Siapa sih yang mau kalau dijajah seperti ini. Mentang-mentang CO-nya, Rio seenak udelnya saja memerintah dirinya. Berulang kali Ify mengutuk Dayat, karena menurut Ify,  laki-laki itu pantas disalahkan karena membiarkan Rio menjadi CO-nya. Padahal satu sekolah juga udah tahu kalau Ify itu anti Rio. Kalau Rio dan Ify disatukan, alamat ribut pasti terjadi. Dan yang membuat Ify kesal itu, kenapa Dayat dengan gampangnya mengelompokkan dirinya dengan Rio cungkring pesek item itu?? Kenapa???

“Tuh tugas gue. Udah selesai, nggak usah lo manggil-manggil gue lagi,” ujar Ify dan menyerahkan tugasnya kepada Rio lalu meninggalkan pemuda yang menatapnya  geli itu.

“Dasar. Dari dulu nggak berubah,” ucap Rio dan mengambil aquanya lalu minum.

***********

“Lama amat sih, Fy,” ujar Via saat Ify sudah duduk di sebelah Agni. Saat ini Ify, Via, Agni, dan Shilla sedang berada di kantin.

“Tanya aja sama si Item,” balas Ify ketus. Dia kesel banget sama Rio.

“Emang kenapa sama dia? Baru hari pertama juga kalian ngerjain proyek,” timpal Shilla

Ify memutar bola matanya malas. “Lo boleh wawancara Alvin deh, Shill. Tanya aja sama dia. Gue males cerita. Nggak guna, pada intinya gue itu.....”

“Sebel sama Rio!” sambar Agni dan nyengir kuda.

“Apaan sih, Ag,” rajuk Ify.

“Gue mah paham maksud lo. Emang gitu kalo udah nyangkut Rio. Iya kan?”

Ify mencibir. “Pak De, mie ayamnya satu ya?” pinta Ify pada Pak De yang sedang membereskan meja di sebelah mereka.

“Siap, Neng!” balas Pak De dan Ify mengangguk.

“Jadi gimana kerjaan lo bertiga?” tanya Ify membuka percakapan yang sebenarnya daripada ia diwawancara mengenai dirinya dan Rio lebih baik ia yang membuka topik.

“Biasa aja. Palingan Alvin sama Goldi yang kerja, gue mah tinggal tunggu beresnya aja. Tadi Alvin bilang, kalo gue jangan terlalu capek nanti cantik gue hilang,” jawab Shilla dengan wajah berbinar-binar.

Ify mencibir. Digombalin mudah banget terbangnya, rutuk Ify dalam hati. “Kalo lo, Vi?”

Via menghentikan acara makannya. “Gue ngerjain bagian design untuk acara aja. Kayak spanduk gitu. Untuk kerja team work gue yang lain, diselesain sama Gabriel dan Riko. Tapi belom selesai, masih banyak,” ujar Via. Ify mengangguk-ngangguk.

“Gue kesal. Masa si Kaca perusak pemandangan itu Cuma duduk-duduk sambil kerja dikit. Palingan nulis laporan sekutil, selebihnya mengomentari kerjaan gue. Nggak bangetkan??”

“Tos, Ag. Tapi lo masih beruntung!” ucap Ify dan terbayang lagi dengan Rio. “Eh, Ag. Team work lo siapa aja?”

Agni menyeruput es tehnya dan tampak berpikir. “Gue, Cakka, Irsyad, sama Ourel,” ucap Agni.

Bola mata Ify membesar. “Lo berempat?” Agni mengangguk “Via dan Shilla bertiga. Kenapa gue Cuma berdua??” lanjut Ify. “Awas aja lo ya, Yat. Pasti ada apa-apanya,” gerutu Ify dengan nafas kempa-kempis. “Gue harus datengin Dayat. Gue mau bikin perhitungan!” ujar Ify dan segera berdiri dari bangkunya. Baru saja ia mau melangkah...

“Eh...Fy. Nanti aja deh lo nyamperin Dayat, lebih baik lo makan dulu,” cegah Via.

“Iya, Fy. Iya. Lihat tuh Pak De udah dateng bawa pesanan lo,” ujar Shilla juga ikutan mencegah Ify.

“Gue pesanin es teh dingin ya?” ucap Agni dan segera menuju counter Bu Dira. Mereka harus mencegah Ify sebelum gadis itu marah besar.

Akhirnya Ify mengalah dan duduk kembali di bangkunya. Tanpa ia sadari Via dan Shilla mengelus dada dan menghela nafas lega.

***********

“MAAARRRIIIIOOOO!!!!!” teriak Ify lalu ia menarik nafas lagi. “Lo jangan kabur ya!! Awas lo. Gue sebel sama lo!” tambah Ify dan tetap mengejar Rio.

“Kejar gue, Fy. Lo tahu, kita seperti adegan di film india. Lo ngejar-ngejar gue, kita so romantic banget!” balas Rio dan tersenyum kepada Ify yang berjarak dua meter darinya.

“Arrrrghhhh.....!!!! Dasar sinting, gila, stress!!!! Rio item gila! Lo aja sono kejar-kejaran sama Tina!” balas Ify tak mau kalah.
“Masih enak juga dikejar lho, Fy dari Tina. Lo kan pacar tersayang gue,” ucap Rio lembut dan kini ia berhenti berlari dan menatap Ify dengan tatapan teduhnya serta menyejukan mata.

Siswi-siswi yang berada di sekitar koridor tercengang mendengar pernyataan yang keluar dari bibir Rio. Ternyata selama ini kedekatan mereka bukan karena musuh tetapi memang dekat, sangat dekat.

“Apa??? Lo mau cari mati hah!! Ogah gile gue jadi pacar lo. Orak sudi. Lo pacaran aja sama Titin,” ucap Ify dengan mata berkilat-kilat marah.

Rio maju beberapa langkah agar posisinya dekat dengan Ify. Sekarang saja Rio sudah berdiri tepat di depan Ify. “Tadi lo bilang Tina? Hmmm...... Sekarang jadi Titin? Hmmm.... kapan lo ngakuin kalo gue pacar lo, Alyssa Saufika Umari tersayang,” ucap Rio dengan sangat manis.

Wajah Ify mendadak memerah. Ia benar-benar tidak menyangka kalau akhirnya akan jadi seperti ini. Tadi dia telah meminta penjelasan kepada Dayat kenapa hanya dia dan Rio yang satu team. Tepatnya yang teamnya hanya dua orang sedangkan yang lain lebih dari dua. Sebenarnya lagi, Dari kemarin Ify mau meminta penjelasan, berhubung kelupaan dan baru ketemu Dayat tadi, Ify langsung mengintrogasi Dayat. Dan dengan wajah memelas lalu ancaman yang tidak ringan, Dayat langsung membeberkan semuanya dan di sinilah ia sekarang, mengejar si Biang Kerok.

“Jauh-jauh lo dari gue. Dengerin gue ya, Ma-ri-o,” ucap Ify penuh penekanan. “Sampai kapanpun gue nggak akan pernah sudi jadi pacar lo. Deket sama lo aja gue ogah. Adanya lo yang ngerjar-ngejar gue.”

“Oke. Terserah lo mau kapan ngakuin itu. Gue yakin suatu hari nanti, gue nggak tahu kapan pastinya. Lo bakalan sadar kalo gue ini sangat penting buat lo,” ujar Rio. Ify mencibir. “Dan sekarang lebih baik lo selesain proposal kita, oke honey!” ucap Rio dan terakhir ia mencium pipi kiri Ify dan langsung kabur.

“Huaaaaaaaa......Mama!!!!” jerit Ify. “Dasar lo item mesum jelek pesek. Gue sebel-sebel sama lo. Sebel banget!!!!” umpat Ify dan mengelap-ngelap pipinya dengan telapak tangan kirinya. “Awas lo Rio!!!!!” teriak Ify lagi. Percuma. Sangat percuma karena si Pelaku sudah kabur duluan.

Ify berjalan dengan kesal. Ia tahu kalau orang-orang di koridor ini menatapnya dengan banyak ekspresi, kesal, marah, prihatin, da bingung. Malahan ada yang terang-terangan menunjukan ketidaksukaannya pada Ify. “Apa
 lo liat-liat? Mau Rio? Ambil sono bila perlu bawa pulang, kotakin kirim ke laut aja sono!” semprot Ify.


**********


Angin sore memang begitu menyejukukan. Semilirnya melayangkan rambutmu dan membuat merasa sangat nyaman, begitulah kira-kira yang dirasakan oleh Ify. Gadis itu sedang asyik duduk-duduk santai di balkon kamarnya. Menikmati pemandangan sore yang sangat indah terlihat dari balkonnya. Ketenangan dan kenyamanan seperti inilah yang diinginkan Ify. Benar saja yang dimaksud Ify, toh selama ini dia seperti dikutuk tidak dapat merasakan ketenangan dan kenyaman itu. Siapa lagi kalau bukan si Rio yang membuat Ify harus berteriak setiap hari. Gila!!!

Untung deh untung, dia nggak di rumah, batin Ify dan melirik ke arah kamar Rio melalui ekor matanya. Sejak kepindahan Rio ke rumah sebelah rumahnya, Ify selalu sial. Rio itu memang benar-benar kutukan. Masa malem-malem Ify lagi membuat peer, dengan seenak jidatnya Rio melemparkan segulung kertas besar ke arah balkonnya hingga mengenai kaca dan menghasilkan bunyi ‘prak...’. Tentu saja menarik perhatian dirinya. Waktu itu Ify juga ingat, dia mengambil kertas itu dan menemukan Rio yang melihat ke arahnya.

Flashback on

“Buka kertas itu, Fy,” ucap Rio dari balkon kamarnya.

Ify mengangkat sebelah alisnya dan mengangkat gulungan kertas itu. “Ini?”

Rio mengangguk.

Ify menatap heran kertas gulungan yang berada di dalam genggamannya. Bentuknya udah jelek juga, kayak bundelan sampah. Kenapa juga tuh item nyuruh ngebuka? Batin Ify.

“Ify saaayaaaaangggggg.......buka dong kertasnya,” panggil Rio dengan sok mesra.

Ify males mendengarnya. Namun ia tetap diam saja.

“Honey?”

Ify tetap diam.

“Darling?”

Masih diam.

“My love?”

“Cintaku?”

“Meine liebe?”

“Cantik?”

Ify juga tetap diam. Rio jadi kesal. “Behel tirusan titisan Roro Kidul!!!!” seru Rio.

“Apaan sih, Tem?”

“Lo itu yang apaan. Gue panggil lo juga. Lo malah diem mulu.”

“Kapan lo manggil gue?”

“Tadi. Sampai bosan gue manggil elo.”

Ify pura-pura kaget. “Masa? Memang lo manggil gue dengan nama apa?” tanya Ify.

“Honey, darling, my love, cintaku, meine liebe, cantik. Lo diam mulu,” jawab Rio dengan wajah polosnya.

Sontak tawa Ify menyembur. Rio bisa juga dikadalin. Hahahhaha......
“Kenapa lo ketawa?” tanya Rio tidak suka.

“Nggak ada,” jawab Ify dan mencoba berhenti tertawa. “Gue ingetin sekali lagi ya jelek, don’t call me honey, darling, my love, meine liebe, etc. Gue bukan pacar elo dan nggak mau pernah jadi pacar lo.”

Rio menampilakn evilsmile terliciknya. “Whatever deh lo! Buka itu kertas sekarang. Gue berani jamin lo bakalan terpesona dengan gue.”

Ify mengangguk malas-malasan. Perlahan-lahan Ify membuka kertas itu. Di kertas pertama tidak ada tulisan apa-apa dan dia menatap ke arah Rio tajam. Pluk.... kertas itu kembali pada sang Empunya. Kertas kedua, ketiga, keempat, kelima, dan keenam juga bernasib sama. Mendarat sukses di balkon Rio. Dan kertas yang ketujuh membuat tatap tajam Ify berubah. Bukannya tatapan penuh cinta atau terpesona, tapi tatapan horror.

“MAAARRRRIIIIOOO!!!!!! Lo itu ya!!!!! Hate ya!!!” jerit Ify histeris. Harusnya dia sudah mengira apa yang akan Rio tulis, tapi........mendadak dia lupa.

“Kenapa, Ify sayang? Sukakan?” tanya Rio dengan manis. Ralat, sok manis.

“Lo itu sinting atau kejiwaan lo keganggu sih? Gue kan udah bilang hate ya! Berarti gue itu benci sama lo. Apaan sih lo ngirim tulisan gak guna kayak gini? Ngabisin waktu belajar gue aja.”

Rio mencibir. “Lo sendiri yang lama banget untuk buka itu kertas. Sadar dong!” balas Rio.

“Salah lo sendiri juga nyebelin banget. Gue se...bel...sa...ma...lo...ma....ri...o. Ingat, Yo. Gu...e...i....tu...se...be...l...ba...ng...et...sa...ma...lo,” ucap Ify penuh penekan.

“Srreeettttt!!!” suara pintu balkon Ify ditarik dengan kuat. Dia benar-benar kesal.

Wajar sih Ify kesal, mengingat tulisan yang ada di kertas itu.

Dear, Ify sayang honey darling my love cintaku meine liebe....

Malem ini bintang indah ya, Fy? Keluar yuk? Liat bintang berdua. Kan gue kangen sama lo, hel. Lihat bintang berdua yuk, lo kan pacar gue. Pasti mau dong ya? Gue kan ganteng. Lagian gue juga ngeliat tanda binar-binar lope-lope di mata lo saat ngeliat gue. Gue tunggu di balkon.

Cintamu,
Rio ganteng sejagad raya.

What the hell bangetkan isi surat Rio?? Minimal ini untuk Ify. Hate ya!!!!

Flasback off

“Wwooooo.............MEINE LIEBE BEHEL!!!!!” panggil Rio dari sebrang balkon.

Brraaakkkkkkk....

Ify terjatuh dari kursi santainya. “Adaawwwww!!!!” rintih Ify kesakitan.

“Kenapa lo, Fy? Jatuh? Terkapar?”

Mendengar suara itu Ify mengangkat wajahnya dan menatap horror Rio. “Apaan lo? Nggak usah sok khawatir!” sahut Ify sewot.

Rio tersenyum sangat manis. “Gue......”

“Nggak usah sok khawatir, jelek!”

“Yeee......pede lo kate. Gue khawatir?? Adanya gue mau ketawa. Hahahhhhaaa..... syukur lo jatuh. Makanya kalo gue panggil itu  nyahut dong ya. Syukurin lo!”

Ify mencibir. “Muka lo itu ya....... sini lo minta dihajar lo ya? Cari mati lo?!!” seru Ify berang. Terkadang dia sering kali tidak bisa membaca pola pikir Rio. Ketika Rio serius kepada dirinya dia nggap bercanda. Dan sialnya, kalo Rio lagi bercanda Ify kira itu serius. Nyebelein!!!! Rutuk Ify.

“Muka gue? Ganteng dong. Kenapa? Terpesona? Pengen punya pacar kayak gue?”

Ify menyetel dahinya menjadi berlipat, mata ia sipitkan, dan terakhir mencibir. “Gue pacaran sama lo? Di mimpi lo aja!”

“Kitakan udah pacaran kali, Fy. Mama aja udah tahu.”

Mata Ify membola. “Mama? Lo manggil mama gue dengan sebutan mama? Lo kira mama gue nyokap lo.”

Rio malah tertawa. “Nyokap gue dong, Fy. Malem nanti nyokap lo resmi jadi nyokap gue. Bahkan lo resmi jadi milik gue.”

Matanya yang membola, kini menjadi menyipit kembali. “Gue?” tunjuk Ify pada dirinya sendiri “jadi milik lo?” Ify menunjuk Rio.

Dengan senyuman yang begitu memikat Rio mengangguk tegas. “Ya, gue dan elo. Kita berdua. Gue jadi milik elo, elo jadi milik gue.”

“Hah??!! NGGGAAAAAKKKK MUUUNGGGKIIINNN!!!! Demi apaan ini? Lo ngada-ngada. Kenapa juga bisa gitu?”

“Ah.....lo kudet banget sih, Ify my honey,” balas Rio norak.

Perut Ify mual mendadak. Honey??? “Jelasin ke gue, jelasin!! Pokoknya jelasin ke gue. Gue harus tahu. Kalo lo nggak mau pasti lo bohong,” tuntut Ify.

“Lo tunggu aja berita ntar malem, my lovely.”

Ting...tong.....Ify benar-benar muntah. Mendengar panggilan seperti itu membuat usus-usus Ify yang sudah tersusun rapi menjadi melilit seolah-olah ingin menenggelamkan segala organ yang ada ditubuhnya. Panggilan seperti itu bukan yang pertama buat Ify, tapi ini pertama kalinya membuat Ify menjadi seperti ini.

“Gue mau sekarang, MA-RI-O!!!!”

“Sekarang?” tanya Rio dengan wajah berbinar-binar.

“Ya.”

“Oke deh. Lo sekarang jadi milik gue, malem nanti tinggal peresmian sama orang tua kita.”

Otak Ify benar-benar mendidih. “Bukan itu Mario Bross Item Pesek titisan Buto Item nyebelin jelek, lo. Gue mau sekarang penjelasannnya. Kalo nggak.....”

“Kalo nggak kenapa?” tantang Rio.

“Lo ya...... lo.....”

“Apa? Nanti malem aja deh. Nggak surprice kalo sekarang.

“Lo........” PLAAAAKKK..........

 Sendal stitch Ify yang awalnya terbang dengan lurusnya dan kemudian tepat sasaran, mendarat dengan sukses di kepala Rio.

“Makan tuh, sendal!”

“Mau sendal lo kena kepala gue kek, hidung gue kek, bodoh. Itu info nanti malem. See you tonight, My Dear. Always love you,” ucap Rio dan memberikan senyum terbaiknya untuk Ify. Lalu mengerjap-ngerjapkan matanya.

Napas Ify sudah naik turun. Kesabarannya benar-benar diuji. Saat Ify akan melemparkan sendal yang satunya Rio buru-buru masuk ke kamarnya dan menutup balkon. Mana mau dia kena lempar sendal Ify lagi. Ogah!! Sakit juga tahu!!!

“LOOO.......EMAANGGG NYEBELIN TAHU NGGAAKK SIHHH.....MAAARRRIIOOO JEEELEEEEEKKKKK!!!!!” teriak Ify dan masuk ke kamarnya. Dia benar-benar kesal dengan tuyul satu itu. Lagian dia benar-benar penasaran dengan apa yang dikatakan Rio tadi. Itu beneran atau Cuma bercandaan. Dia benar-benar nggak tahu. Awwwassss aja lo, Rio! Batin Ify kesal.

Rio yang sudah berada di kamarnya, tertawa sendiri. “Gue memang nyebelin buat lo, Fy. Tapi sebetulnya lo itu sebel sama gue, karena lo senang betulan sama gue,” ucap Rio kepedean.


********** 


BERSAMBUNG.....

0 comments:

Posting Komentar