Petualangan Cinta Ify
"Fy, lo tunggu sini. Gue ke kopsis bentar," ujar Via.
Gadis itu berpipi cubby dan rambutnya sebahu.
Ify mengangguk malas. Ia pun mendudukan
dirinya di bangku taman. Gadis berdagu tirus itu menatap sekelilingnya. Ramai,
batinnya. Memang saat ini adalah
jam istirahat. Banyak siswa-siswi Global Nusantara International School memilih
untuk menghabiskan waktu di taman ini. Ada yang hanya bersantai ria, ada juga
yang berpacaran atau
sekedar mengobrol dengan sahabat dan teman dekat, seperti dirinya dan Via.
Hanya saja, sekarang ini, ia tengah ditinggal Via yang lagi pergi ke kopsis (koperasi siswa).
Ify alias Alyssa Saufika Umari menatap nuansa
alam taman sekolahnya ini. Taman yang sungguh asri. Banyak pepohonan dan
bunga-bunga, seperti mawar, anyelir,
asoka yang sengaja
di tanam berjejer rapi di taman ini serta diatur sedemikian rupa sehingga menciptakan suatu keindahan.
Ify tersenyum lebar ketika bola matanya menangkap
seekor capung yang lagi asyik
terbang di depan wajahnya. Capung dengan warna kulit kuning bercampur hitam dan
badannya montok memberi rasa ketertarikan pada diri Ify. Tanpa ada rasa malu, ia berdiri dan
mulai menangkap capung itu. Tangannya bergerak lincah mencari celah agar sang
Capung jatuh dalam perangkapnya. Namun sayangnya ia kalah gesit.
"Yah capung. Susah banget sih gue nangkep
elo. Makanya lo itu jangan unyu-unyu banget, gue kan jadi tertarik. Coba lo
amit-amit, ogah banget gue nangkep elo sampai ngejar-ngejar gini," dumel
Ify dan menatap ke arah capung. Ia melotot kesal. Ify merasa ada sepasang mata
lain mengamati dirinya.
Tiba-tiba Ify jadi terdiam. Kedua mata
beningnya terfokus kepada sosok yang tengah menatap dirinya. Jantungnya berdebar-debar. Tatapan
bola mata itu sungguh tajam, tetapi penuh keteduhan dan kelembutan. "Ya
Allah, gue kenapa?? Jantung ini kok berdetak mulu, nggak kompromi banget,"
batin Ify. "Matanya. Ya ampun, meleleh gue," tambahnya. Dua bola mata
kecoklatan milik sang pemuda
masih menatapnya. Ify masih terdiam dan menatap fokus pemuda itu.
Seperti disengat lebah, Ify tersadar.
"Gue apa bukan sih yang dia lihat?" Ify bertanya-tanya. Lalu ia
melihat sekelilingnya. Kepalanya berputar ke kanan, kiri, dan belakang untuk
melihat apakah ada yang lain yang tengah dlihat oleh sang pemuda manis nan tampan itu. Tetapi, hasilnya nihil. Ia tak
menemukan objek lain. Pada saat ia menghadap kembali ke depan, matanya bertemu
lagi dengan mata penuh keteduhan tadi. Ia jadi salah tingkah sendiri. Lantas
Ify menggarut kepalanya yang sebenarnya tidak gatal dan nyengir kuda ke arah si
Pemuda. Tanpa disangka-sangka bibir pemuda tersebut melengkung. Ia tersenyum.
"Oh My God, manis banget," jeritnya
dalam hati. Ify tertunduk malu, takut
ketauan kalau ia terpesona. Ketika ia mengangkat kepalanya kembali, si pemuda udah balik badan dan tidak melihat dirinya lagi. "Yah
dia udah berpaling," ujar Ify lesu.
Ify merasa merinding secara tiba-tiba. Ia
merasakan sebuah tangan memegang pundaknya. Ify jadi parno sendiri. "Jangan ada 'sesuatu', Ya Allah.
Hambamu ini yang imut-imut tiada tara, cantik nan manis tiada banding, pinter
nggak ketulungan takut banget yang namanya sama hantu sejenis Mbak Kunti, Tante
Lampir, Oom Pocong dan sanak family-nya.
Lagian Ify juga nggak pernah gangguin mereka, jadi jangan suruh mereka gangguin
Ify, ntar kecantikan Ify hilang, kemanisan Ify sirna....," do'a Ify dalam
hati. Do'anya udah ngelantur ke mana-mana. Nggak jelas. Mulutnya masih
komat-kamit saja.
"WOI, PY. LO NGAPAIN??" teriak
seseorang di telinganya.
Ify kaget dan segera membalikan badannya.
"ASTAGA, VIA. GUE KIRA LO SIAPA. KUNTI, POCONG ATAU APA DEH. GUE UDAH
PARNO SENDIRI TAU, LO TAUKAN KALO GUE TAKUT BANGET SAMA MEREKA. ISH....LO,"
omel Ify panjang lebar dengan suara toa-nya.
Via tertawa mendengar penuturan Ify. "Lo
yang bego kali, Py. Helow...sekarang ini siang dan elo masih sempatnya aja
mikir kayak gitu."
Ify cengo dan ia menatap ke arah langit. Dua
detik kemudian ia mengangguk-ngangguk sok ngerti. Tidak kurang dari satu
setengah detik, ia sudah menampilkan sederet gigi putihnya ke Via.
"Nah lo," sungut Via. Ify tambah
nyengir. "Lo liatin apa sih, Py? Kok sampe segitunya?" tanya Via
penasaran.
"Gue
hampir lupa, Vi!!" seru Ify. Ia segera menarik
tangan Via hingga si Chubby terduduk
dengan kasar di sebelahnya.
"Lo liat ke depan, Vi," ucap Ify.
Via manut. "Liat tiga cowok yang duduk di bangku ujung noh."
Lagi-lagi Via menuruti Ify, ia menatap bangku yang ditunjuk Ify. "Hah?!
Itukan.... Ada urusan apa Ify sama mereka," batin Via.
"Vi, taukan apa yang gue maksud?"
tanya Ify tanpa mengalihkan pandangannya.
"Iya gue tau. Urusan sama mereka
apa?" Via balik bertanya.
"Nggak ada sih," Ify meringis. Via
malah melengos. "Tapi, yang item manis itu namanya siapa?"
"Yang mana? Item ada dua tuh, yang pesek
atau yang mancung?"
"Hmm...yang pesek. Tapi kok lo nyebut
pesek sih, Vi," dengus Ify sedikit kesal. Nggak terima orang itu dihina
Via, meskipun Via sahabatnya.
Via memperhatikan sosok yang dimaksud Ify.
"Itu Mario," jawab Via.
"Jadi Mario namanya," gumam Ify. Via mendengar gumaman Ify. Alis
kanannya terangkat ke atas. "Ada apa dengan Rio, Fy?" tanya Via.
Ify gelagapan sendiri. "Nggak kok,
Vi," jawab Ify cepat. Via hanya mengangkat kedua bahunya.
*********
Hari-hari Ify jadi berubah. Ia tidak lagi cuek dengan makhluk
berjenis kelamin cowok, terlebih-lebih lagi 'dia'. Hobi Ify pun mengalami
perubahan. Sekarang ia sering liatin orang main basket, walaupun dari kejauhan.
Tentu hal ini mengundang pertanyaan tersendiri bagi sohibnya.
Hari ini Ify kembali menekuni aktivitas
sekaligus hobi barunya. Seperti biasanya, ia menarik Via secara paksa. Tetapi
harusnya Ify nggak perlu narik-narik Via dan melakukan pemaksaan karena pada
akhirnya Via akan menerima tawaran Ify penuh rasa ikhlas. Sebab di lapangan
basket nanti, pujaan hatinya akan unjuk kebolehan dan Via tidak akan melewati
kesempatan itu.
Sudah setengah jam Ify dan Via menonton
permainan basket. Lama-lama Via merasa bosan karena Gabriel udah berhenti main.
Ify pun sebaliknya, berdasarkan pengamatannya Rio sekarang tengah beristirahat
sambil minum air mineral.
"Eh, Fy. Dari minggu kemarin elo seneng
banget mantengin orang basketan. Elo liatin siapa sih?" tanya Via
penasaran.
"Hehehe...," bukannya menjawab Ify
malah cengengesan.
"Jawab dong Ify," paksa Via.
"Gue liatin Rio." Ify pun akhirnya menjawab. Ia malu-malu dan wajahnya
tersipu-sipu. Via bukannya menunjukan reaksi senang, malah ternganga.
"Nggak salah lo, Fy?" tanya Via
lagi. Ia masih tak percaya.
Ify mengangguk yakin. "Ya dong, Vi. Gue
belom katarak lagi," balas Ify sedikit sewot.
"Bukannya gitu sih, Fy. Rio kan...,"
Ify langsung menyela ucapan Via. "Rio itu
manusia bukan dedemit, Via sayang. Lagian wajar kali gue suka liatin dia. Rio
itu sungguh menawan dan tampan. Wah....gue suka sama dia," seru Ify
tertahan. Ia tersenyum-senyum gak jelas banget. Ditambah lagi ia masih ingat
sangat jelas senyum manis Rio. Jadilah ia semakin sumringah.
"Jadi lo suka sama Rio, Fy?"
Ify mengangguk patuh.
"Apa aja yang lo tahu tentang Rio, Fy?"
Via bertanya.
"Nggak tahu banyak. Yang gue tahu namanya
Rio dan ia kelas XI. Seangkatan kita. Tapi gue nggak tahu XI apa," jawab
Ify.
Via ngakak, hahahahaha.... Ify manyun habis,
bibirnya maju sampai tujuh centi. "Emang dia siapa?" tanya Ify kesal.
Via mengatur tawanya agar mereda. "Dengerin
nih. Rio itu anak XI IPA 1, kelas unggulan itu. Dia itu bintangnya sekolah
kita, pemenang olimpiade MIPA berturut-turut. Fans-nya banyak banget. Dari
kelas X sampai XII ada. Terus, dia itu keren banget, Fy. Cool lagi, walaupun cungkring dan sedikit pesek. Senyumnya, Fy.
Senyumnya. Melting dah kalau udah
melihatnya," jelas Via matanya berbinar-binar. "Yang terpenting, dia
itu ketua OSIS sekolah kita,"
tambahnya.
Ify yang diam jadi kaget. "Rio ketos? Kok
gue nggak tahu,” batin Ify. “Kok gue nggak tahu ya, Vi?” tanya Ify ke Via.
“Mana bisa lo tahu siapa si Rio. Kalo lagi
baris lapangan aja elo tidur mulu. Upacara lo tidur. Elo kan kebo banget. Terus
waktu jam-nya arahan dari ketos, lah
lo aja kabur gitu. Malah mendok di taman
belakang untuk tiduran,” jawab Via.
“Terus kenapa lo nggak cerita?”
“Yeee, elo. Gue mah udah bosan cerita. Lo
nggak dengerin gue sih, jadi males gue.”
Ify mencibir. “Terus kenapa Rio nggak
terkenal?”
Via berkecak pinggang dan tangannya terlipat
di depan dada. “Ify, lo aja yang nggak kenal sama Rio. Wajar sih elo sama Rio
kan sama-sama terkenal. Tapi bedanya elo terkenal karena kebar-baran elo, mulut
ember elo, suara toa, terus tingkah ajaib elo yang menurut lo langkah itu.”
“Enak aja elo ngatain gue, Via. Gue itu
terkenal karena kecantikan gue, hidung gue mancung, kemanisan gue, suara merdu
gue, terus….ahdkjuue%())%(W…….” Via membekep mulut Ify.
“Stop, Ify. Diem. Lo ngumber fitnah tuh,” ucap
Via dan terakhir ia tersenyum geli ke arah Ify.
“Dasar manusia iri sama kecantikan gue. Sabar,
Fy. Biasa jadi orang cantik memang mesti sabar empat kali lipat,” ujar Ify
kepada dirinya sendiri.
Via geleng-geleng kepala melihat tingkah ajaib
sohibnya itu. Ify memang terkenal dengan keajaibannya. Di saat orang
menjelek-jelekinya, maka ia senantiasa tertawa dan berasa bangga karena kejelekannya itu. Punya rasa malu yang nyaris nggak ada dan narsisnya
minta ampun. Yang paling tinggi, sifat kekanak-kanakannya masih sangat
melengket di dirinya. Bahkan bermain kejar-kejaran masih Ify lakukan bersama
orang yang terpaksa karena ulahnya itu, ya Via. Partner kejar-kejaran Ify.
“Back to
Rio, Fy. Bukan apa-apa nih, elo beneran suka sama Rio?” tanya Via serius.
“Iya dong, Via. Masa iya gue mimpi,” jawab Ify
kesal.
“Gue bingung, Fy. Kenapa ya Allah memberikan
elo rasa cinta kepada cowok yang nggak mungkin jadi milik elo,” ucap Via
bingung.
“Maksud elo, Vi?” tanya Ify.
“Gini, Fy. Elo sama Rio itu beda banget. Rio
itu berkelas, lah elo? Cewek-cewek yang naksir Rio aja levelnya tinggi semua.
Lah elo?” jawab Via yang makin buat Ify bingung.
“Yang jelas dong, Vi. Gue nggak ngerti nih,” rajuk Ify.
“Gue nanya elo jawab. Gimana?”
“Siip, gue setuju. Gih tanya,” sambut Ify
semangat.
“Rio itu penampilannya rapi, lah elo, Fy? Rapi nggak?”
“Nggak. Gue sering lupa pake dasi.”
“Rio itu juaranya
GNIS. Elo?”
“Ranking lima belas.”
“Rio on
time, rajin dan berwibawa. Lo-nya?”
“Ngaret. Kalau menurut Depa gue Miss Terngaret
di dunia. Nggak rajin-rajin amat.
Berwibawa? Bukan gue banget,” jawab Ify kalem.
“Rio wangi gitu, lah elo??”
“Wang…..”
“Jarang mandi, lupa sisiran. Apaan tuh. Nggak
banget sama Rio-nya,” potong Via cepat sebelum Ify menyelesaikan ucapannya. Ify
manyun semanyun-manyunnya. Bibirnya udah maju tiga centi.
"Adanya sangat ketidaksamaan antar elo
sama Rio itu. Ibarat berbanding terbalik gitu, udah keliatan banget kalo elo
susah untuk dapetin Rio,"
lanjut Via.
Ify cemberut. "Nggak gitu juga kali, Vi.
Emang siapa aja yang naksir Rio?"
Via menghela nafas. "Ashilla Zahrantiara.
Lo tau dia kan?" tanya Via balik.
Otak Ify berpikir keras. Shilla....Shilla....
Aha dia ingat. "Nenek Lampir yang berantem sama gue waktu kelas X
dulu?"
"Yap. Elo tau diakan? Model. Gaul. Modis.
Kulitnya putih banget. Lo yakin Rio nggak tertarik sama dia? Buta kali
Rio."
"Alah ketimbang Shilla mah. Dia tuh nggak
bagus-bagus amat. Senyum model dia itu?? Nggak ada manis-manisnya, lebih baik
dia itu kagak senyum. Masih manisan senyum gue," seloroh Ify.
Via diam-diam menyetujui ucapan Ify. Dia juga
mengakui sih. Kalau senyum Shilla itu rada maksa.
"Shilla benaran suka sama Rio?"
tanya Ify lagi. Via mengangguk. "Rio udah tahu?" tanyanya lagi.
"Udah rahasia umum lagi, Fy, kalo Shilla ngejar-ngejar Rio. So, gue rasa Rio tahu," jawab Via.
"Tapi mereka belom pacarankan?"
"Belum sih."
Seulas senyuman tercipta di wajah Ify.
"Kalo gitu gue punya kesempatan. Alyssa Saufika Umari nggak kalah cantik
sama si Shilla. Bahkan lebih," seru Ify.
Via geleng-geleng kepala. "Lo mimpi mulu,
Fy."
"Ish...Via nggak dukung banget. Bete
ah," Ify merajuk. Pipinya kembung. Via tertawa ngakak.
Tanpa memperdulikan Via yang menertawainya Ify
kembali bertanya. "Terus kalo gue yang manusia terngaret, jarang mandi,
nggak rapi ini, nggak pantes sama Rio. Gue pantesnya
sama siapa?" tanya Ify sedikit sewot.
Via bergaya seolah-olah sedang berpikir.
Telunjuknya ia letakan di pelipis. "Hmmm..." Via seperti masih
berpikir. Namun ia udah mengambil posisi berdiri. "Lo jodohnya DAUD,
Fy," seru Via dan memberi penakan pada kata yang di capslock. Kemudian Via
mengambil langkah seribu. Kabur.....
"VIIIAAAAAA...., SINI LO. JANGAN KABUR.
ENAK AJA LO BILANG GUE JODOHNYA DAUD. DAUD ITU JODOHNYA ELO, VIA," teriak
Ify sambil berlari mengejar Via.
Dilihatnya Via berbelok ke koridor kanan dan
tawanya masih pecah. Ify dan Via yang memang hobi kejar-kejaran susah untuk
saling menangkap. Tiba-tiba suara bruk... Seperti ada benda yang jatuh
terdengar. Ify semakin cepat berlari. Ketika ia sudah memasuki koridor kanan,
Ify melihat Via sudah terkapar jatuh menimpa seseorang. Masih dalam keadaan
berlari Ify ngakak hebat. Ketika sadar bahwa ada orang di depannya, Ify
berusaha untuk mengerem. Karena lantainya licin Ify sulit berhenti.
"WOI....WOI...MINGGIR. KAGAK BISA
BERHENTI NIH," teriak Ify. Namun orang yang dimaksud nggak ngeh sama
sekali. Malah ia melihat Ify dengan ekspresi
'cewek atau alien sih' tak lupa dengan wajah cengo dan dahi berlipat.
"AAAAWWWWWAAAASSSS, BEGOOO AMAT SIH.
WOI..... MING...." jerit Ify tak selesai.
Brrruuuukkk..... Alhasil Ify menabrak orang itu dan Ify jatuh persis di
atas orang itu.
"ADAAAUU...." teriak Ify.
******
Rio berjalan santai menyusul sohibnya menuju kantin sekolah yang
masih buka untuk membeli air mineral lagi. Ternyata sebotol air minum tadi tak
cukup menghilangkan rasa dahaganya.
Saat memasuki koridor kanan, Rio mendapati
bahwa sohibnya, Gabriel
sudah terkapar dengan wajah nggak banget di lantai. Di sebelah Gabriel juga ada
seorang gadis yang tengah terduduk juga dalam posisi dan ekspresi tak jauh beda
dari Gabriel sendiri.
Rio bergegas menuju tempat terjadi perkara. Ia
bukan mau menolong sohibnya itu. Terlihat dari senyum nakalnya dan alisnya udah
naik turun. Rio ingin menggoda Gabriel yang tengah menatap cewek itu dengan
tampang berbinar-binar penuh cinta. He is
falling in love at first sight.
Tetapi... ketika
Rio memalingkan pandangannya ke mulut koridor. Ia seperti terhipnotis memandang
sosok seorang gadis yang tengah berlari begitu cepat dengan tawa renyahnya.
Namun, ketika bola mata si sosok di mulut koridor bertemu pandang dengan
matanya. Air muka sang gadis
berubah jadi panik. Ia melotot tajam ke arah dirinya. Rio mendengar suara
sayup-sayup sang gadis. Tetapi ntah kenapa ia masih
terpaku akan sosok itu. Gadis itu seperti magnet yang membuat Rio tak berhenti
memandangnya. Di saat gadis itu sudah sibuk berteriak-teriak menyuruhnya
minggir, Rio masih diam membatu. Dan akhirnya, gadis tadi menubruk Rio hingga
mereka berdua terjatuh di lantai, tak jauh jaraknya dengan Via dan Gabriel.
“ADAUUUU……” rintih gadis itu.
Rio terkejut dan langsung merubah posisinya
dari terbaring menjadi duduk. Ia mendapati gadis tadi masih terbaring dan
memegang punggungnya yang mungkin terasa sakit.
“Maaf. Lo sakit di mana? Perlu ke UKS?” tanya
Rio to the point. Ify, gadis yang
menubruk Rio masih merintih kesakitan. Ketika mendengar ada orang yang bertanya
padanya Ify langsung mengomel tanpa melihat siapa yang berbicara padanya.
“Lo sih bego amat. Gue udah nyuruh minggir,
nah lo diam mulu. Sakit ini pinggang. Awas aja ya kalo gue patah pinggang jadi
encok kayak mbah-mbah, gue tuntut elo ke Kak Seto,” omel Ify.
Rio bukannya marah malah tersenyum geli. Gadis
di depannya ini lucu sekali. Menggemaskan pula. Di saat gadis lain menjaga
image di depan Rio, gadis ini tampil apa adanya.
“Silakan aja kalo mau nuntut gue. Tapi, gue
rasa lo nggak sampai encok deh. Perlu ke UKS?” tanya Rio lagi.
“Lo nyolot amat sih, gue yang jatuh bukan elo.
Kalo elo yang jatuh mah gue kagak perduli. Sakit tahu nih pinggang,” oceh Ify.
Nah lho, Ify yang jadi sewot.
“Maaf deh. Gue bener nggak sengaja,” ujar Rio
lagi. Gadis di depannya ini belum juga mengangkat kepalanya walaupun Rio sudah
tahu siapa gadis ini. Gadis yang ia
lihat di taman sekolah yang asyik sendiri mengejar capung-capung yang
berterbangan dengan bebas.
“Lo pikir maaf bisa ngilangin ini sakit. Nggak
sengaja apanya, jelas-jelas gue udah teriak minggir. Lo diam aja, nah lho
jangan-jangan lo terhipnotis akan kecantikan dan kemanisan gue?? Iya kan??
Benerkan??” ucap Ify dan kini ia mengangkat kepalanya dan menemukan sosok yang
special untuk dirinya.
“Ooopppsss…” ucap Ify dan langsung membekap
mulutnya dengan telapak tangannya. Ia kaget, ternyata yang ia tubruk adalah
Rio. Orang yang disukainya. Ya ampun gue udah ngomong apa tadi, malu nih, batin
Ify.
“Hello?” panggil Rio.
“Ya ya?” tanya Ify jadi linglung.
“Gue minta maaf, bener nggak sengaja deh.
mungkin benar kali ya, gue terhipnotis sama lo. Tapi bukan kecantikan elo,
tapi….tawa elo,” jawab Rio. Jantung Ify kembali deg-deg-an. Udah mau lepas
rasanya. Ify jadi terdiam.
“IIIIIPPPPOOOONGGG….” Panggil Via yang dari
tadi asyik berkenalan dengan Gabriel dan belum perduli dengan Ify yang terjatuh
juga sama seperti dirinya.
“WOI, VVIIIIOOONGG….lo kira ini di pasar. Pake
toa,” balas Ify.
“Lo pake toa juga tuh, sama aja dodol,” balas
Via sambil melet. Ify pun balas melet dan keduanya saling melet-meletan. Rio
dan Gabriel hanya cengo melihatnya, kedua gadis ini sungguh ajaib. Kemudian,
mereka berdua tersenyum geli.
“Udah ah, Vi. Capek gue. Enak nggak jatuh?”
tanya Ify yang telah berhenti melet-melet.
“Lo juga jatuh kan? Gimana rasanya?” tanya Via
balik.
“Nggak enak. Sakit pinggang gue, punggung
juga,” jawab Ify polos. Diam-diam Rio
tersenyum dalam hati.
“Tuh yang gue rasain. Makanya jangan
ngejar-ngejar gue tadi,” ujar Via.
“Itu mah gara-gara elo kali. Masa iya lo
bilang gue jodohnya Daud, padahalkan gue suka sama……” mata Ify menangkap sosok
Rio. Gimana mungkin ia bisa melupakan hal itu. Hampir saja ia keceplosan. Ify
pun pura-pura berbisik pada Via. “Nah gitu, Vi,” tambah Ify dan menyikut lengan
Via agar ia ikut dalam acting Ify.
“Hmmm….” Deham Gabriel.
“Eh Iyel, Sorry
deh. kalo gue udah gabung sama Ify jadi gini deh. suka lupa kalo ada orang.
Hehehehe…” ujar Via cengengesan.
“Nggak apa-apa kok,” jawab Gabriel dan kini ia
beralih pada Ify. “Kenalin gue Gabriel, ini sohib gue Rio,” ucap Iel kepada Ify
dan menjulurkan tangannya untuk salaman.
“Ify….”
“Gue Rio,” ucap Rio.
“Ify…,”
balas Ify. Rio dan Ify pun bersalaman. Dalam hati Ify berdo’a supaya ia tidak
gemetaran. Via tertawa sendiri dalam hati melihat tingkah sohibnya itu.
“Udah jam lima
lho. Kalian belum pulang?” tanya Gabriel lagi.
Ify dan Via kompak mengangguk. “Mau pulang
kok. Ini baru mau,” jawab Via.
“Mau kita anter?” tawar Gabriel sebelumnya
bertanya pada Rio melalui isyarat mata.
“Nggak usah,” jawab Via dan Ify kompak. Alis
Rio dan Gabriel terangkat
sebelah.
“Bener?”
Gabriel memastikan.
Ify dan Via mengangguk kuat-kuat. “Kita duluan
ya? Bye….” Pamit Via dan Ify lagi-lagi serentak dan keduanya balik badan
meninggalkan Rio dan Gabriel. Saat tiba di lapangan, mereka beruda
berlari-lari. Sepertinya kejar-kejaran lagi.
“Hahahhaa…..”
tawa Rio pecah. “Lucu banget ya mereka,” ucap Rio. Gabriel mengangguk.
“Ngomong-ngomong,
Yo. Lo bisa jatuh juga kenapa?” tanya Iyel.
“Cabut yuk,
ntar gue ceritain,” jawab Rio. Dan keduanya pun menuju parkiran dan pulang ke
rumah.
******
Gadis itu berbaring di kasur empuknya. Di sekitarnya buku-buku
dengan judul yang berbeda berserakan semaunya. Buku-buku itu tidak-lah tipis,
cukup untuk menimpuk kepala seseorang yang –mungkin– sedikit menganggu. Jelas
buku itu tidak tipis, buku-buku yang berada di sekitar gadis itu adalah buku
pelajar dengan judul Physic, Chemistery dan History. Mungkin saja ketiga buku itu adalah buku pelajaran untuk
jadwal besok pagi. Jadi, dapat dikatakan gadis itu tengah belajar.
Belajar? Bila
diperhatikan sebaik-baiknya, sepertinya gadis itu tidaklah belajar. Tentu saja karena gadis berambut panjang hampir sepinggang tidak
sampai itu, sedang tersenyum-senyum sambil menatap
kertas buram yang tidak tahu bentuknya seperti apa
lagi. Kertas itu sudah lecek di sana sini.
“Aduuuh.....Mom!” ucap Ify. “Gini ya rasanya jatuh
cinta. Jadi seperti ini yang dirasakan Mom
sama Dad. Tau nggak, Mom. Ify jatuh cinta sama Rio. Dia itu
tinggi, pinter lagi. Dan nggak taunya Rio itu ketua OSIS, Mom. Ify bodoh banget sampai nggak tau, padahal Ify dan Rio itu
satu angkatan, hehehe....” ucap Ify dan menatap langit-langit kamarnya.
“Ify
memang nggak peka sih, Mom. Habis Ify
udah terlanjur terkenal duluan sampai-sampai nggak kenal sama dia, hehehe....”
narsis Ify. Matanya menatap foto yang berada di dinding di depan dirinya.
Sebuah frame yang memuat gambar tiga
orang. Tentu saja dirinya dan kedua orang tuanya. Mama Ify sudah meninggal
sejak Ify kelas 5 SD, sedangkan papanya tinggal di Bandung bersama neneknya.
Dan di sana papanya mengurus bisnis keluarga mereka.
“Mom, Ify suka banget sama Rio. Jadi Ify
nggak bakalan kayak Mom yang
ninggalin Ify sama Daddy cepet
banget. Ify sayang sama, Mom. Love you, Mom,” ucap Ify dan lama-lama
matanya terpejam. Jadwal belajarnya terlupakan.
**********
“Daaauuuuuuuuudddddddd!!!! Ada salam
dari Via. Katanya Via kangen sama Daud!!!!!” teriak Ify sambil berlari secepat
mungkin.
“Ifyyyyyy!!!!! Apaaan sih!!!!! Iiiiifffyyyyy
bohong tuh, Ud. Iiiiiiffffffyyyyy
suuuuuukkkkkaaaaaa saaaamaaaa loooooo, Uuuuddddd!!!!” ganti Via yang beteriak
saat melewati Daud juga.
“Nggak apa-apa deh!!! Via sama Ify suka sama
Daud!!!” balas Daud dengan pede-nya.
Jadi sekarang ini, Ify dan Via sedang bermain
kejar-kejaran. Sebenarnya sih nggak kejar-kejaran yang dimulai dengan saling
undi, tapi dimulai dengan kejahilan Sivia yang mengerjai Ify duluan.
“VVVVIIIIIIAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!” teriak Ify
kesal karena balasan Daud. “Via, lo
yang suka sama Daud, kenapa bawa-bawa gue sih!!!!” seru Ify kesal dan dia
berhenti berlari. Tak lama kemudian Sivia datang menyusul.
Hosh…hosh…. Napas Via
memburu. Berlari mengejar Ify bukanlah hal yang mudah karena ia hanya junior
dan Ify adalah senior dalam hal lari dan kabur. “Yang duluan bilang kalo gue
suka sama Daud siapa? Elo kan? Padahal gue nggak SUKA!!”
Ify mencibir. “Bo’ong
banget. Waktu pelajaran matematika elo ngeliatin Daud mulu dengan kagum. Itu lo
bilang nggak ada rasa?”
Via melotot kesal.
“Ishh... lo, Fy,” dumel Via. “Siapa juga yang nggak kagum kalo dia bisa
ngerjain soal matematika yang soalnya Cuma dua baris tapi jawabannya satu papan
tulis???!!! Emang lo bisa?”
Ify meringis kecil. Iya
juga sih. Waktu itu bukan hanya Via yang menatap kagum Daud. Dia sendiri juga,
tapi ngejailin Via suka sama Daud itu asyik banget. Lucu. Makin lucu dengan
respon Daud yang juga bercanda. “Nggak sih, Vi, tapikan, lucu banget ngledekin
elo sama Daud. Hahahaha...”
“Ya udah, kalo gitu elo
juga jangan marah dong kalo gue ngeledekin elo suka sama Daud,” timpal Via dan
tersenyum penuh kemenangan. Tak lupa alisnya naik turun.
Ify cemberut. “Itu mah
NGGAK bisa. Gue nggak rela, Via. Lo taukan gue sukanya sama Rio. Sama Mario
Stevano Aditya Haling.”
Via melengos dan
berdecak. “Ck... masih aja elo ngimpi. Gue kan udah bilang, kalo saingan elo
itu Shilla. Masih aja elo suka sama Rio!”
“Tapikan elo bilang, Rio
nggak nanggepin Shilla. Itu berarti gue ada kesempatan. I have chance,” protes Ify.
“Tetap aja, Fy. Itu nggak
mungkin. Elo...”
“Jadi elo lebih mendukung
Shilla yang jadi pacar Rio? Gitu? Lo dukung nenek rombeng? Gitu sama sahabat
elo? Ya udah... elo sahabatan aja sama nenek sihir itu. Sana... lo dukung. Bila
perlu bawa spanduk,” ujar Ify. Matanya menyipit dan tangannya besedekap di
dada.
“BUKAN gitu, Fy!” bantah
Via. Via sangat mendukung kok kalau Ify sama Rio, tapi itu dia masalahnya.
Kalau secara teori nih, Rio aja nggak suka sama cewek yang cantiknya kayak
Shilla --minus senyum jeleknya (Via menambahkan dalam hati)—bagaimana Rio bisa
suka sama Ify yang notabanenya sangat... sangat... bisa dikatakan aneh dan
tidak feminim, meskipun Ify cukup cantik dan manis. Bagaimana???
“Terus gimana?”
Via menggeleng. “Gue
nggak tahu, Fy, kita berdoa aja biar Rio suka sama elo, kalau bisa cinta,”
jawab Via dan membuat Ify ternganga. Masa iya Cuma berdoa?
“Kalau kita santet aja,
gimana, Vi?”
Bletak... Via tak
segan-segan menoyor kepala sahabatnya itu. Siapa yang tidak refleks menoyor
kalau mendengar usul ajaib dan ngacoh itu?
“Sakit tau!!!” protes
Ify.
“Elo sih... usulan elo
itu aneh banget. Nggak masuk akal. Emang mau bunuh orang, pake santet segala!”
“Kalo gitu...” Ify
berlagak mikir dan... “Ah iya... gimana kalau ramuan cinta?” usul Ify tiba-tiba
bersamaan dengan tangan kanannya terjulur ke depan dan kaki kanannya
menghentak.
“Astaga...astaga...astaga...”
latah Via sambil mengelus dada. Ia menatap Ify garang. “Kalo gue jantungan
gimana, Fy!!!” seru Via kesal.
“Ganti jantung pisang
aja. Nggak bakal jantungan lagi kok!” timpal Ify.
Darah Via benar-benar
mendidih. Rileks Via.... rileks... rileks... batin Via dalam hati. “Usulan elo
tadi apa?”
“Pake ramuan cinta!”
Bletak....
“Nggak
diterima!”
“Kalo
gitu, coklat cinta.”
“Kagak
ada yang kayak gitu!”
“Pelet?”
Bletak...
“Ngaco!
Lo kira Rio itu ikan, dikasih pelet segala.”
Ify
cemberut, bibirnya monyong-monyong. “Bukan itu juga kali. Pelet yang kayak di
film-film itu, Via. Yang bisa buat orang tergila-gila.”
Via
menggelengkan kepalanya lalu menoyor kepala Ify (lagi). Bletak...
Lama-lama
Ify juga kesal sama Via. Udah usul ditolak, malah kepala kena jitak. “Lo
kira-kira dong, Vi. Kepala gue nih. Bukan bantal tinju. Elo mau bikin kepala
gue nggak berbentuk lagi???”
Hehehehe...
Via cengengesan. “Gue kira elo suka ditoyor!”
Ify
greget banget. Giginya gemeretak dan tangan kanannya terkepal. “Awas lo,
Via....” seru Ify dan mengangkat kepalan tangannya.
“HUUAAAAAA....
KABBOORRRR.....!!!!!!” Via menjerit histeris. Via bisa memahami kalau Ify tak
main-main. Ify benar-benar sudah kesal karena ditoyor olehnya dan sekarang
saatnya kabur. Via berlari secepat mungkin dari Ify yang sedang mengejarnya.
**************
“Shill... gue punya kabar penting buat elo,” ujar Aren
ketika ia tiba di kantin, tepat di meja yang dihuni oleh Shilla dan Angel.
“Apa? Tentang Rio yang
mulai suka sama gue?” tanya Shilla percaya diri. Bagi Shilla, berita tentang
Rio adalah hal yang paling menarik, tepat sejak ia menyukai pemuda itu. Dengan
segala kecantikannya, gelar modelnya, dan kekayaannya, Shilla yakin kalau Rio
akan menjadi miliknya. Namun sayangnya, sampai sekarang tidak terjadi. Rio
tetap dingin kepadanya.
“Bukan itu sih, tapi ada
hubungannya sama Rio,” jawab Aren.
“Lo masih ditolak,
Shill,” ledek Angel dan membuat Shilla mendelik kepadanya.
“Terus apa?”
“Lo tau Alyssa Saufika
kan?” tanya Aren dan Shilla menggeleng. “Itu... si Ify.”
Shilla memukul meja cukup
kencang. “Ify? Ify yang berantem sama gue itu? Yang ngatain senyum gue jelek?”
tanya Shilla beruntun dan sangat emosi. Terbayang jelas di kepalanya saat ia
dan Ify berantem.
Aren mengangguk dan Angel
menjawab iya.
“Kenapa dengan dia?”
“Dia suka sama Rio.”
Uhuk... Shilla terbantuk.
Angel menyodorkan air mineral kepadanya. “Ify suka sama Rio?” ulang Shilla
setelah ia meredakan batuknya.
“Yap. Gue denger sendiri
tadi waktu dia bilang sama sahabatnya si Via,” ujar Aren.
Shilla tersenyum sinis.
“Dia suka sama Rio? Berani banget. Nggak sadar kalau dia itu jelek. Mana mau
lagi Rio sama dia.”
“Gue juga udah denger
yang itu tadi, Shill. Via udah bilangin si Ify itu, tapi Ify tetap ngotot.”
“Biar aja, dia bukan
saingan gue. Mana mungkin Rio suka sama dia,” ucap Shilla meremehkan. Ia masih
sangat yakin, kalau Rio pada akhirnya akan menyukainya.
Aren menyikut lengan
Angel. “Gimana?” tanyanya berbisik.
Angel menggeleng. “Biarin
aja. Shilla aja santai. Kenapa elo cemas?”
“Firasat gue buruk.”
Angel tidak menanggapi
sama sekali. Masa bodoh! Dia sudah berkali-kali mengatakan kepada Shilla untuk
tidak mengejar-ngejar Rio lagi, tapi Shilla masih tetap pada pendiriannya.
Kalau Shilla diterima Rio ya syukur, kalau nggak kenapa pusing-pusing, nanti
tinggal bilang cari yang lain aja.
“Njel... njel...,”
panggil Aren.
“Kenapa?”
Shilla menatap sebal
kepada kedua sahabatnya. Kenapa mereka dari tadi berbisik-bisik? Adakah yang
aneh? “Elo berdua kenapa?”
“Firasat gue jelek,
Shill. Kalo Ify diterima Rio gimana?”
“Nggak mungkin... nggak
mungkin...,” ujar Shilla santai. Tiba-tiba ingatan itu terlintas dalam
benaknya. Kejadian saat ia ditolak karena Ify. Ia ingat. Ingat. Sangat ingat.
Ia ingat ketika Kak Cakka lebih memilih mendengarkan pendapat Ify daripada
dirinya, padahal ia duluan yang meminta kepada Kak Cakka. “Tapi... kita perlu
mengawasi tindak-tanduk Ify. Iya... kita mesti mengawasi Ify,” tambah Shilla.
**************
“Morning everybody...,” sapa Ify ketika ia tiba di
kelasnya.
“Eh
cieee Ify... nyapanya pakai bahasa bule!!!” seru Daud dari bangku tempatnya
duduk.
“Iya
dong, Ud, gue kan ada darah bulenya. Selama ini gue diem-diem aja kalau darah
gue itu Sunda, Jerman, dan Inggris,” timpal Ify sambil berjalan menuju
bangkunya.
“Huuuuuuuu.......
nggak mungkinn.....” sorak teman sekelas Ify yang sudah datang.
“Sirik
aja elo semua!!!!” balas Ify.
“Daripada
lo ngibul, Fy, mending lo buat peernya Bu Winda. Elo mau kena jemur lagi?” usul
Riko kepada Ify. Dia sendiri masih sibuk menyalin jawabannya Daud.
Ify
dengan gaya lebaynya berdecak. “Ck... peer Ibu Winda mah kecil. Udah gue
kerjain semalem. Pasti jawaban gue sama dengan Daud. Gue yakin!!!”
Seisi
kelas memandang takjub sekaligus tidak percaya kepada Ify. Seorang Ify membuat
peer? Peernya pelajaran Bu Winda lagi! Nggak salah?? Ify-kan anti banget sama
matematika!
Ify
memoyongkan bibirnya dan mengambil buku peer matematikanya. “Ini nih peer gue,”
ujar Ify dan membuka lembaran peernya.
“Ya
ampun!!! Gue nggak menyangka, jawaban Ify sama dengan Daud. Suer deh!!!” seru
Rizky yang posisi duduknya di sebelah Ify. Laki-laki itu menatap handphone-nya yang menampilkan foto peer
yang dikerjakan Daud lalu melihat hasil pekerjaan Ify.
“Beneran,
Ky? Masa Ify ngerjain peer dan jawabannya sama dengan Daud? Gue aja nyalin yang
Daud nih!” tanya Via penasaran. Sahabatnya itu belajar??? Masa iya Ify
belajar?? Hebat banget!
Rizky
mengangguk lalu menampilkan cengirannya. “Iya, sama, jawaban nomor satunya
sama.”
Gedebuk...
Via menatap Rizky kesal. Ngomong kek dari tadi. Kalau itu mah biasa kali. Cuma
satu yang sama.
Bletak...
Ify menimpuk Rizky pakai buku peernya sendiri. “Sorry aja ya, elo bilang cuma nomor satu yang sama. Hellow... Lo belekan,
Ky? Semua jawaban gue sama tau!!!!!” protes Ify.
Rizky
mengelus-ngelus kepalanya. “Sorry,
Fy. Habis elo tiba-tiba jadi rajin gini, kan aneh banget!”
“JADI
BENERAN IFY BUAT PEER MM DAN JAWABANNYA SAMA SEMUA DENGAN GUE??? Asyiikkkk.....
nanti jamnya Ibu Winda gue bisa absen maju ke depan, gue bakalan mengatakan
kepada Ibu Winda kalau kelas kita punya ahli matematika yang baru dan perlu
diuji kemampuannya,” ujar Daud terharu. Matanya mulai mengeluarkan
mutiara-mutiaranya. “Gue bangga banget punya temen kayak elo, Fy. Mulai
sekarang elo yang bakalan ngerjain soal mm-nya Ibu Winda.”
Ify
mendadak cemas. Raut wajah yang semula senang berganti layaknya ekspresi ketika
bertemu hantu. “NO.... BIG NO... NO...,”
tolak Ify cepat.
“Eh
kenapa?”
“Oke...
oke... gue ngaku... Gue emang berencana ngerjain tugas matematika itu, tapi gue
nggak bisa. Gue bingung... gue lupa kalo Daud rajanya matematika. Terus gue
coba cari di internet dan ternyata ada. Soalnya persis sama dan ada jawabannya
lengkap dengan jalannya. Langsung aja gue salin, gue masih tetap Ify kok. Masih
Ify yang dulu. Yang kagak ngerti matematika. Beneran,” jawab Ify dan ia
wajahnya seolah-olah mengatakan ‘jangan suruh gue ngerjain soal matematika di
papan tulis ya? Gue mohon’. Ify benar-benar memelas.
Hahahaha....
tawa teman sekelasnya meledak. “Canggih elo, Fy! Cari di internet, gue aja mana
terpikir,” puji Septian yang membuat Ify melotot kepadanya. Itu si Septian
ngomongnya kayak nyindiri gitu. Huh!!
“Gue
nggak di suruh ngerjain soal di papan kan?” tanya Ify lagi. Kali ini suaranya
sangat memohon.
“DISURUH!!!!!”
balas teman-temannya kompak.
“Nggak
mau!!!!”
“Harus
mau!!!!”
“Nggak!!!”
“Sedih
sekali hati Daud, ternyata... Ify nggak bisa mm. Sedih bana hati Daud
ternyata... masih Daud yang ngerjakan soal di papan tulis. Oh... Ify... lo
kejam... kejam banget sama Daud... tidakkah kau sedih lihat Daud, selalu...
ngerjain soal.” Daud tiba-tiba menyanyi dan membuat seisi kelas hening. “Oh...
Ify... kau sangat kejam.... Kau pemberi harapan palsu. Tidakkah kau kasihan
lihat daku yang selalu ngerjakan soal di papan tulis?” Kali ini Daud mulai
berpuisi. Mimik mukanya benar-benar mendukung. “Oh... Ify si Pemberi Harapan
Palsu. Engkau sungguh kejam.... sungguh jahat... kau telah membuat Daud senang
ketika tahu kau pandai matematika... dan ternyata... kau bohong... Ify... kau
telah memberikan harapan palsu.”
Huhaahahahahahaha....
“Daud elo alay banget. Mana puisi lo ancur banget!!!!” ledek Keke.
“Puisi
gue seancur hati gue, Ke,” balas Daud sendu.
“Tenang
aja, Ud, sebagai permohonan maaf gue, gue salamin elo sama Via, bila perlu
sekarang. Elo mau salam apa? Salam cinta? Salam sayang?” ujar Ify.
Seketika
wajah Daud kembali cerah. Dapat salam dari Via??? “Guee mau, Fy.... Gue mau
salam cinta dari Via imut!!!!!”
Via
yang duduk di depan Ify mendadak murka. “Alyssa Saufika Umariiiiiiii........,”
geram Via.
“Piiss...
Via cantik...,” cengir Ify ketika melihat Via yang mendadak murka. Wajah Via
sudah merah dan tangannya terkepal keras.
Teng...
teng.... teng...
“Jangan
marah lagi, Vi, udah bel,” cicit Ify dan tak lupa menampilkan ekspresi
polosnya.
***************
Kelas XI IPA 2 menyimak apa yang disampaikan Ibu Uci,
guru Bahasa Indonesia. Guru yang telah berumur 30-something itu sedang
menyampaikan materi tentang menulis karya ilmiah, hingga di akhir
penjelasannya, beliau memberikan tugas. “Seperti yang telah ibu jelaskan tadi,
maka dari itu, tugas akhir kita untuk semester ini adalah menulis karya ilmiah.
Tugas ini nanti berkelompok dan temanya bebas.”
“HOOOORREEEE....”
seru warga XI IPA 2. Ify yang sendari tadi memperhatikan Ibu Uci secara
terang-terangan menunjukkan ekspresi leganya. Memang siapa sih yang mau
mengerjakan karya tulis ilmiah sendiri? Tugas itu bukan sekedar menulis latar
belakang, permasalahan, dan sanak saudaranya, tetapi harus dilakukan secara
cermat.
“Dan
satu lagi... karya tulis ilmiah ini harus observasi bukan tinjauan pustaka.
Mengerti?”
Separuh
isi kelas menganggukkan kepala dan itu sudah mewakilkan seluruh kelas sehingga
dapat disimpulkan bahwa kelas XI IPA 2 ini paham. Ify yang tadi tampak lega
sekarang jadi was-was. Ia sudah berkode dengan Via. Masalahnya ini sulit. Kalau
saja kelompoknya bebas, itu akan menjadi berita lain, hanya saja, sekarang ini
tinggal berharap semoga....
“Baiklah,
ibu akan membagikan kelompoknya. Satu kelompok ada tiga orang dan semuanya
harus bekerja sama,” ujar Ibu Uci.
Ini
dia yang ditakutkan Ify dan Via. Kalau guru yang membagi kelompok bisa saja
apes dan jangan sampai apes ditugas yang sangat berat ini. Semoga aja
sekelompok dengan Alvin, batin Ify. Kalau sekelompok dengan Alvin pasti
pekerjaan jadi serba beres. Bodoh amat sama penampilan Alvin yang nerd abis. Bodoh amat sama kecamata
tebalnya yang penting Alvin mah jagonya karya tulis. Wajar sih, diakan
gembongnya eskul KIR. Kalau dirinya sekelompok dengan Alvin, nilai tinggi sudah
ditangan dan tidak perlu bekerja keras. Ify terlalu mengkhayal hingga ia tidak
menyadari kalau Ibu Uci telah membacakan beberapa nama kelompok.
“Kelompok
lima, Alvin Jonathan, Rahmi, dan Septian. Kelompok enam, Sivia Azizah, Alyssa
Saufika, dan Daud. Kelompok tujuh.... bla.... bla... bla....”
Khayalan
Ify langsung terbuyarkan ketika ia mendengar Ibu Uci menyebut namanya dan ia
berada di kelompok enam bersama Daud dan Via. Ify memang selalu suka bersama
dengan Via, tapi kalau di kelompok karya ilmiah ia nggak suka. Ify juga yakin
kalau Via juga tidak akan suka. Ify dan Via satu kelompok dalam karya ilmiah???
Ini mimpi buruk!! Sumpah!!!!!! Ditambah lagi mereka berdua satu kelompok dengan
Daud. Ini benar-benar.... Ya ampun... BENCANA ALAM!!!!!! Ify sudah melihat ke
arah Via lagi dan tidak ada harapan. Via sendiri sudah menampilkan wajah
sekaratnya.
Ify
dan Via sudah tidak perduli lagi dengan anggota kelompok yang lainnya. Bahkan
mereka tidak lagi mendengar apa yang dibicarakan Ibu Uci dan ketika bel
berbunyi, Ify dan Via telah berevolusi jadi zombie.
Ify
dan Via kompak menampilkan wajah sekarat. Tangan mereka tergantung lunglai lalu
keduanya berjalan keluar kelas. Hal aneh yang mereka lakukan lagi adalah
menanyakan kepada setiap orang yang mereka temui, “kenapa kami harus sekelompok
sama Daud?”
Seperti
sekarang ini, ntah mereka menyadari apa tidak, Via dan Ify berjalan menyusuri koridor
kelas XI dan ketika Zahra melewati mereka, keduanya langsung mencegat Zahra dan
berkata, “Kenapa kami harus sekelompok sama Daud?” Zahra yang tiba-tiba dicegat
merasa parno juga dan ketika mendengar apa yang ditanyakan Via dan Ify gadis
itu hanya menggelengkan kepalanya.
Lain
lagi ketika Via dan Ify –masih dengan muka zombienya—menghampiri Angel. Ketika
mereka berkata, “Kenapa kami harus sekelompok sama Daud?” kedua gadis itu
mendapat teriakan, “LO BERDUA GILA!!!!!!” Seperti tidak perduli dengan teriakan
Angel, Ify dan Via masih saja bertanya, “Kenapa kami harus sekelompok sama
Daud?” dan lagi-lagi Angel berteriak, “TOLONGIN GUE, ADA ORANG GILA NIH!!!!!!!”
sontak saja seluruh penghuni koridor bahkan yang berada di dalam kelas segera
ingin melihat ‘orang gila’ yang diteriakin Angel.
Ify
dan Via masih tidak perduli dengan orang-orang yang memperhatikan mereka dan
bahkan mengejek mereka gila. Keduanya masih saja menyusuri koridor dan terus
berkata, “Kenapa kami harus sekelompok sama Daud?” memang kenapa dengan Daud?
Itu yang jadi masalahnya.
Sekarang,
Ify dan Via sudah berada di mulut koridor, tiba-tiba keduanya berjalan
menyilang arah dan membuat posisi keduanya saling bertukar dan setelah berjalan
selama lima langkah, keduanya kembali bertanya, “Kenapa kami harus sekelompok
sama Daud?”
“Memang
kenapa dengan Daud?” orang yang mereka tanyai malah balik bertanya kepada
mereka.
************
Rio menghampiri Gabriel yang masih asyik mendrible bola
basket. Pemuda itu merebut bola basket itu, lalu mendrible dan melemparnya ke
arah ring dalam jarak three point.
Tidak perduli dengan teriakan di sekitarnya yang mengatakan kalau dirinya
hebat. “Ke kantin yuk, Yel. Haus gue,” ajak Rio dan Gabriel mengangguk.
Rio
dan Gabriel menyusuri lapangan basket. Sebelum itu, mereka berpamitan pada Debo
dan yang lainnya. Yeah, seperti biasa, jam istirahat siang menjadi waktu mereka
bermain basket, namun sekarang, Rio ingin ke kantin. Ia ingin menghilangkan
rasa hausnya.
“Udah
dua hari ya, Yel, nggak liat mereka berdua,” ucap Rio membuka percakapan
sepanjang perjalanan menuju kantin.
Dahi
Gabriel keriting. Ia bingung. Mereka siapa yang dimaksud Rio. “Mereka?” ulang
Gabriel.
Rio
malah terkekeh. “Itu, si Ify dan Via, yang nggak sengaja kita tabrak,” jawab
Rio. “Dan yang menolak untuk kita antar pulang,” tambahnya.
Mendengar
itu Gabriel jadi teringat dan membuatnya ikut terkekeh seperti Rio. Dia ingat
dengan jelas, Via dan Ify, dua gadis yang masih bermain kejar-kejaran di masa
SMA. Ajaib banget. “Bener, Yo. Dua hari sejak insiden tabrakan. Kita memang
nggak pernah ketemu sama merekakan selama ini?”
“Iya
juga sih, Yel. Gue juga baru tahu dia yang namanya Ify, tapi nama Ify kita udah
sering dengar, orangnya aja kita yang nggak tahu.”
Gabriel
jadi tertawa. Ify. Ia tahu nama itu. “Dan Via,” tambah Gabriel. “Kita tahu nama
Ify dan Via, dua cewek itu terkenal banget dengan julukan ‘freak’, ya kan?”
Rio
mengangguk. “Menurut gue sih, nggak freak
juga kali hanya gara-gara hobi kejar-kejaran,” jawab Rio. “Satu hal yang gue
ingat, Yel, Ify itu yang sering kabur waktu jam arahan ketos dan suka tidur di
taman belakang.”
Gabriel
mengangguk-ngangguk. “Dan Via terkenal dengan pawangnya Ify, habis Via yang
sering bangunin Ify tidur di taman belakang.”
Hahahaha....
Rio dan Gabriel tertawa. “Dan sekarang kita ngomongin mereka. Kangen sih sama
Via,” ujar Gabriel.
“Lo
kangen, Yel?” tanya Rio tidak percaya.
“Emang
kenapa? Masalah, Yo?”
Rio
menggelengkan kepalanya. Ia hanya heran, ini pertama kalinya Gabriel mengatakan
ia merindukan seseorang, tepatnya merindukan seorang cewek, tentu saja cewek
itu selain keluarganya. “Lo jatuh cinta, Bro!!” Gabriel tidak menanggapi sama
sekali.
Rio
melihat Ify dan Via yang berjalan lunglai dengan muka zombie mereka. Mencegat
setiap orang yang mereka temui dan tidak perduli dengan orang-orang di
sekitarnya yang mengatakan mereka gila. Ditambah lagi, mereka masa bodoh banget
dengan Angel yang mengompori anak-anak lainnya untuk mengejek keduanya. Bahkan,
Via dan Ify juga tidak peduli dengan Riko yang menirukan mereka.
“Yel,
itu Ify sama Via kan?” tanya Rio tiba-tiba dan membuat dirinya serta Gabriel
berhenti berjalan.
“Mana?”
“Di
depan kita. Itu lihat mereka... kok jalannya jadi bersilangan?”
Gabriel
melihat ke depan dan mendapati Via dan Ify yang berjalan lunglai serta mengubah
posisi mereka. Sekarang, Via di sebelah kiri koridor dan Ify tentu saja di
kanan koridor. Lama-lama Ify dan Via semakin mendekat ke arah Gabriel dan Rio.
“Kenapa
kita harus sekelompok sama Daud?” tanya Via dan Ify bersamaan ketika mereka
sampai di depan Rio dan Gabriel.
“Memangnya
kenapa dengan Daud?” Gabriel balik bertanya kepada kedua gadis itu.
Alis
Rio terangkat sebelah ketika Ify semakin dekat dengannya sehingga jarak mereka
hanya dibatasi oleh satu ubin keramik. “Kenapa gue harus sekelompok sama Daud?”
tanya Ify kepada Rio.
“Sekelompok
dengan Daud?” Untuk memastikan apa yang Ify tanya, Rio mengulang pertanyaan yang
Ify ajukan.
Ify
mengangguk kuat-kuat. “Iya, harusnya Via aja sekelompok dengan Daud. Kenapa gue
juga harus ikut-ikutan sih!!!!!!” jerit Ify histeris.
“Enak
aja elo, Ify. Harusnya elo tuh yang sekelompok sama Daud. Kan elo jodohnya
Daud,” balas Via. Walaupun muka udah zombie, tapi pendengaran Via masih baik.
Malah baik banget. Ia mendengar apa yang dikatakan Ify pada Rio. “Iya kan,
Yel?” Via menatap Gabriel untuk mendapat dukungan dari pemuda itu. Gabriel
meringis. Ia masih bingung, sebenarnya apa sih yang dipermasalahkan oleh kedua
gadis ini.
“Ogah
tahu, VVVIIIAAAAA....!!! Lo tuh yang takdirnya Daud!!!!!!!!” balas Ify sewot.
Rio tertawa kecil.
“Ify...,”
panggil Rio lembut. Langsung saja Ify kembali fokus menatap Rio. “Memang kenapa
dengan Daud?”
Ify
diam saja. Matanya zombienya masih menerawang ke depan. “Apa karena Daud item?”
tanya Rio usil.
Ify
menggeleng. “Daud memang item, tapi dia temen yang baik. Apalagi dia jodohnya
Via dan sebagai sahabat yang baik gue harus berteman baik dengan Daud,” jawab
Ify polos dan membuat Rio menolehkan kepalanya ke belakang. Dia ketawa.
Hahahaha....
“Apa
karena Daud jelek?”
Ify
lagi-lagi menggeleng. “Daud memang jelek, tapi itu bukan masalahnya.”
Rio
berpikir sejenak. Ify tidak mau sekelompok dengan Daud. Alasannya bukan karena
Daud item dan jelek. Terus masalahnya apa? Rio menatap Ify mencoba memahami apa
yang dipermasalahkan gadis ini. Namun Rio tidak bisa memahami apapun. Raut
wajah Ify masih sendu, lepek, dan kusut. Kayak Zombie persisnya. “Memang kenapa
dengan Daud?” Rio mengulang pertanyaan pertamanya tadi.
Mendadak
Ify menjerit sangat histeris. “Kenapa dengan Daud??? HUUUUAAAAA..... nggak mau
sekelompok sama Daud buat karya tulis. Nggak mau!!!!!!!!!”
Ah
iya... Rio ingat satu hal tentang Daud. Daud itu anaknya pinter dan ikut
menjadi perwakilan sekolah dalam olimpiade matematika. “Daud kan pinter, Fy.”
Ify
menggeleng. “Daud itu cuma pinter matematika, Rio. Tugas ini karya tulis dan
Daud sama sekali nggak bisa diharapkan.”
“Kan
ada elo sama Via. Terus masalahnya di mana?”
Sekarang,
Ify menatap Rio dengan ekspresi wajah sedihnya. Air matanya mulai menititik dan
ya ampun, Ify lebay banget!!!! “Masalahnya? Elo nanya masalahnya? HUUUUAAAAAA....
LOOO NGGAK NGGERRTTIIIII BAAAANGGETT SIHHHH, YOOOO!!!!!!” jerit Ify dan ntah
dorongan dari mana, Rio meraih Ify dalam pelukannya.
“Gue
emang nggak ngerti, Fy. Kan elo sama Via bisa ngerjainnya bareng kalau memang
Daud tidak bisa diharapkan,” bisik Rio dan mengelus puncak kepala Ify.
“Masalahnya,
Yo, gue sama Via juga nggak bisa buat karya tulis, apalagi karya tulis
penelitian. Lo bayangin aja, belum lagi latar belakang, masalah, pembahasan,
dan kawan-kawannya. Elo bayangin deh, Yo, itu ribet banget. Gue nggak bisa,”
ucap Ify. “HHHHHHUUUUUUAAAAAAAA.......
nilai gue bakal jelek!!!!” Ify histeris dan Rio masih tetap memeluknya. Mungkin
saja Rio berpikir dengan memeluk Ify maka gadis itu tidak akan histeris lagi.
Rio
menoleh ke arah Gabriel. Sahabatnya itu tak jauh beda dengannya. Via juga
histeris seperti ini. Rio jadi mengerti mengapa Ify sama Via sahabatan. Tingkah
mereka nyaris sama. Rio melihat Gabriel telah menyuruh Via duduk di kursi
koridor dan Gabriel sendiri berjongkok di depannya sambil menepuk pelan bahu
Via. Tiba-tiba wajah Rio memerah, kenapa ia sampai memeluk Ify???
Rio
kembali fokus kepada Ify. Ia ingin melepaskan pelukannya dan ternyata Ify masih
memeluknya. Wajah gadis itu juga tenggelam di dadanya. “Nilai elo nggak bakal
jelek, Fy. Lo pasti bisa ngerjainnya,” ujar Rio menenangkan Ify.
“Nggak
mungkin, Yo. Nilai gue sama Via itu udah nyaris banget di bahasa Indonesia.
Nulis puisi aja kita berdua cuma dapat cukup. Jahatkan Ibu Uci. Kalau jelek
kita mesti ikut perbaikan di akhir semester.” Ify terdiam sejenak. “Coba aja...
coba aja... gue sekelompok sama Alvin, pasti dijamin nilai gue bagus banget.
Alvin kan pinter meski kacamatanya tebel banget. Alvin juga ganteng. Daud
jelek. Kalau sekelompok sama Alvin kan dapat bonus banyak, Yo.”
Rio
heran. “Bonus banyak?” ulang Rio. Memangnya Alvin kayak undian yang banyak
bonusnya.
Ify
mengangguk. “Selain dapat nilai tinggi, gue nggak perlu repot-repot ngerjain
penelitian, pasti dia senang kerja sendiri. Terus, gue juga bisa ngeliatin
wajah ganteng Alvin. Asyikan, Yo. Kalau kacamata Alvin dibuka, gantengnya
keliatan banget.”
Rio
menggeram. Ia tidak suka mendengar Ify mengatakan Alvin ganteng. Rio
menggeletukan giginya dan mempererat pelukannya pada Ify. “Biar gue yang bantu
elo ngerjain karya tulis.”
Ify
tercengang dan melepaskan pelukannya pada Rio yang semakin erat itu. Lalu
dengan mata berbinar-binar Ify menatap Rio. “Beneran, Yo??” tanya Ify ulang dan
wajahnya kembali ceria.
Rio
tersenyum lebar sembari mengangguk. “Pasti. Gue bakal bantuin sampai tuntas dan
elo bakal dapat nilai tinggi dan pastinya nggak perlu sekelompok sama Alvin.”
“ASSSSYYIIKKK....
EELLLOOO BBAAAIIKKK BAAAANGGGEETTT SIIIHHHH, YYYOOOO.... Saaa....yyyaangg...
sama Rio!!!” seru Ify dan menghadiahkan pelukan kilat kepada Rio lalu berlari
menuju Via yang duduk di kursi koridor tanpa menyadari bahwa Rio mematung
mendengar ucapannya yang ‘sayang sama Rio’.
“Vvviii... kita nggak perlu lagi meratapi nasib. Rio bakal bantu kita
ngerjain karya tulis,” ucap Ify kepada Via. Ify tidak perduli dengan kehadiran
Gabriel karena ia tidak perduli ketika sepatunya mengenai kaki Gabriel.
Hahaha.... kasian banget si Iyel.
“BENENERAN???
DEMI APA???” tanya Via.
Ify
mengangguk. “Iya, Vi. Rio udah janji. Asyik banget!!!!!!!”
Via
menjentikan jarinya. “Ini dia baru harapan nilai kita bakal bagus, nggak cukup
lagi.”
Gabriel
yang sendari tadi diam kini berdiri dan bertanya pada Rio, “Jadi elo bantuin,
Yo?”
Rio
mengangguk. “Kasian banget, Yel. Mana Ify muji-muji Alvin pinter dan ganteng.
Gue rada kesel, Yel. Jadi gue bilang mau bantuin.”
Rio
mengangkat alisnya sebeleha. “Kesel karena Ify bilang Alvin ganteng? Hmm... elo
cemburu, Yo,” bisik Gabriel.
Rio
menegang. Cemburu. Dia cemburu. Kenapa dia harus cemburu. Kenapa? “Cemburu,
Yel?” tanya Rio dan Gabriel mengangguk.
“Kenapa
gue bisa cemburu?”
Gabriel
tertawa geli. “Karena elo udah suka sama Ify.” Gabriel menjawab dengan singkat,
padat, dan jelas.
**************
Jreng... jreng... jreng....
Daud
memetik gitar yang berada di pangkuannya dengan semangat. Saat ini seluruh
kelas GNISHS mendapatkan anugrah yang paling indah, yaitu guru-guru rapat yang
artinya bahwa jam kosong. Kalau jam kosong berarti bisa sepuasnya mau ke mana
saja. Mau ke kantin kek silakan. Mau numpang nongkrong di posnya Pak Satpam ya
monggo. Mau berjemur layaknya ikan asin di tengah lapangan boleh-boleh aja.
Atau mau nyanyi-nyanyi di koridor depan kelas tidak dipermasalahkan. Pokoknya
bebas.
Kelas
XI IPA 2 tidak menyianyiakan kesempatan yang ada. Beberapa penghuni kelas
tersebut kompak berkumpul di koridor depan kelas mereka sambil bernyanyi-nyanyi
asyik, gaje, dan apapun yang penting membuat senang.
“Gue
request dong, Ud. Gue mau lagu Kasih
Putih,” pinta Ify semangat. Ia benar-benar menyukai sesi nyanyi bareng. Tadi
aja Via udah kebagian nyanyi lagu dangdut ntah apa judulnya yang Ify ingat
liriknya itu ada yang kayak gini.
Aku cinta dia, Mak...
Aku sayang dia, Mak...
Yang penting.... dia setia....
“Masa
lagu mellow sih, Fy,” protes Rizky. Orang lagi maunya asyik-asyik Ify malah mau
yang sendu-sendu. “Ditolak!!!!”
Ify
mencibir. “Gue maunya itu. Gue mau pengkhayatan nih. Giliran gue lagi nyanyi
dong, ntar udah gue suruh Via lagi nyanyi lagu dangdut khusus buat elo, Ky!!!”
“Oke...
giliran Ify, Ky. Kita mesti sportif,” ucap Daud dan membuat Ify tersenyum
lebar. Sebelum ia berdiri mau menyanyi, Ify sempat-sempatnya melet-melet ke
arah Rizky.
“Ehem...
ehem...,” ucap Ify seolah-olah sedang mengetes microphone. Padahal yang jadi microphone-nya
itu adalah tiga buah spidol papan tulis.
“Banyak
gaya lo, Fy!!!” celetuk Septian.
Ify
tidak memperdulikannya. “Mulai, Ud!” ujar Ify dan Daud mulai memetik gitar.
Sedalam yang pernah kurasa.... Ify mulai
bernyanyi. Matanya terpejam dan kepalanya bergerak-gerak. Pertama bergerak ke
kanan. Gerakannya itu lho alay banget. Kepalanya bergerak dan bahunya juga
bergerak miring ke kanan. Gerakan kedua juga sama, akan tetapi hanya saja ke
kiri.
Hasratku hanyalah untukmu terukir manis
dalam renunganku jiwaku... jiwaku menyatu... Di lirik yang kedua ini, Ify
benar-benar mengkhayati isi lagu dan membuat teman-temannya seperti
terhipnotis.
Namun,
di lirik yang ketiga Ify benar-benar membuat bencana. Gadis manis itu tiba-tiba
menyanyikan lirik tersebut dengan di dangdutin. Biarkanlah kurasakan hangatnya sentuhan hatimu... Bawa daku penuhiku...
berilah diriku ka....
“Sttooopppp.... lo ngacau aja sih,
Fy!!!!” Lagi-lagi Rizky yang protes.
“Lo
apaan sih, Ky. Sedih salah, dangdut salah!” seru Ify pura-pura marah. Padahal
ia sengaja.
Rizky
mencibir. Ia tahu kalau Ify sengaja dari sorot mata Ify yang menyembunyikan
tawa. “Orang lagi menghayati, lah elo seenak jidat mengacau.”
“Bodoh
amat! Habis gue geli liat tampang elo semua menghayati itu lagu. Apalagi si
Tian noh...” Ify menunjuk Septian yang duduk adem anyem sambil menyender di
tembok kelas “... masa Tian mejamin mata terus tangannya kirinya tergenggam
gitu dan tangan kanannya megangin tangan elo, Ky. Masa elo nggak sadar
sih!!!!!!”
Rizky
segera melihat tangannya yang berada di sebelah Septian. Saat melihatnya Rizky
langsung menarik tangannya. “Iihh... apa-apaan sih lo, Yan!!!” dengus Rizky.
Septian
mengerjapkan matanya lalu nyengir kuda. “Ah elo malu-malu, Ky. Tadi juga
ngehayati itu lagu dan balik genggam tangan gue!” ujar Septian kalem. Rizky
membuang muka dan teman-temannya yang lain menertawakannya. Hahahha...
“Lagu
Adera yang lebih indah aja yuk,” usul Patton.
“Boleh
tuh... boleh....” Daud antusias menyambut ide Patton. Sampai-sampai ia
melepaskan gitarnya dan menyerahkannya pada Patton.
“Lah
ini gitar kenapa dikasih ke gue?” tanya Patton heran melihat gitar Daud sudah
berada di pangkuannya.
“Sekarang
elo yang main gitar. Gue mau nyanyi dan jadi model video clip-nya bareng yayang imut Via,” jawab Daud santai dan
menarik tangan Via.
“Eh
cieeeee Viaaaaa...,” ledek Ify. Anehnya Via tidak membalas ledekan Ify. Apa Via
udah suka sama Daud? Batin Ify bertanya-tanya.
“Elo
bengong aja, Fy. Cepetan. Lo sama gue!” ucap Rizky yang sudah berdiri di
hadapan Ify.
Jadi,
sekarang Patton yang bermain gitar, sedangkan Septian duduk di sebelah Patton
untuk bernyanyi. Sementara Via dan Daud berdiri berhadapan begitu juga dengan
Ify dan Septian.
Intro
lagu Lebih dari Indah mulai mengalun.
Saatku tenggelam dalam sendu.... Waktuku enggan untuk berlalu... Kuberjanji
tuk menutup pintu hatiku dan ntah untuk siapapun itu... Semakin ku lihat masa
lalu... Semakin hatiku tak menentu... tetapi satu sinar terangi jiwaku saat
kulihat senyummu...
Ify dan kawan-kawannya mulai bernyanyi
bersama. Daud dan Rizky sendiri sudah berakting layaknya cowok desprate karena patah hati. Via dan Ify
sendiri belum berakting hanya berdiri sambil tersenyum-senyum. Tidak tahu
alasan mengapa mereka senyum.
Saat
memasuki reff pertama, Dan kau hadir merubah segalanya menjadi
lebih indah.... Daud dan Rizky menunjuk pasangan masing-masing sambil
tersenyum lebar. Muka patah hati tadi langsung berganti dengan wajah senang ala
orang baru jatuh cinta. Kemudian gaya mereka beranti lagi, kini tangan Daud dan
Rizky kompak terangkat ke atas seperti hendak meraih langit. Kau bawa cintaku setinggi angkasa membuatku
merasa sempurna dan membuatku utuh tuk menjalani hidup berdua denganmu....
Lagi
asyik-asyiknya menyanyi tiba-tiba seseorang berteriak. “SSSSTTTOOPPPP!!!!!!!!”
Ify
dan kawan-kawannya mendadak berhenti bernyanyi. Petikan gitar Patton pun tak
terdengar lagi. Mereka malah melihat Shilla yang ditemani kedua temannya telah
berdiri di tengah-tengah mereka dengan wajah kesal.
“ELO...”
Shilla menujuk Ify “... dasar cewek freak.
Berani-beraninya elo meluk Rio kemareennnn....” jerit Shilla histeris. Dia
benar-benar kesal melihat kejadian kemaren di mana Rio memeluk Ify dan Rio
mengusap puncak kepala Ify. Hal itu benar-benar membuatnya cemburu dan yang
paling penting, harga dirinya sebagai cewek tercantik di sekolah ini nyaris
habis. Masa dia yang seorang model kalah sama cewek freak kayak Ify yang hobinya main kejar-kejaran???!!!
Ify
masih terbengong. Rio memeluknya kemaren? Batin Ify. Aha... dia ingat. Kemaren Rio
memeluknya saat curhat mengenai kelompok tugas karya tulis. “Memang kenapa
kalau Rio meluk gue? Nggak boleh?” tantang Ify. Sorry... Sorry aja ya kalah sama nenek lampir seperti Shilla.
Wajah
Shilla memerah karena kesal. “Jelas nggak boleh, Freak. Lo itu nggak selevel sama Rio. Lagian semua orang udah tahu
kalau gue itu pacarnya Rio!”
Ify
mencibir. Pacarnya Rio? Kapan tuh diresmiin? “Di mimpi lo kali, elo jadi
pacarnya Rio. Ngaku-ngaku aja lo!! Iri ya sama gue.”
“Iri
sama elo? Ngapain juga!” Shilla mulai berang. Sejak kapan sih dia iri sama Ify?
“Elo itu jelek! Freak!”
“Bilang
aja elo nggak pernah dipeluk Rio. Iri kan. Ngatain gue jelek sama freak. Iri ya... lo iri ya...” ujar Ify.
Ia menampilkan senyum mencemoohnya kepada Shilla. Memang cuma Shilla aja yang
bisa sinis? Ify juga bisa!
“Gue
suka sama Rio dan orang-orang sudah tahu!”
Ify
tersenyum miring. “Gue juga suka sama Rio dan orang-orang BARU tahu!” Shilla
menggeram mendengarnya.
“DENGER
YA CEWEK FREAK! YANG BOLEH SUKA DAN DEKETIN
RIO ITU CUMA GUE. CUMA ASHILLA!”
“SIAPA
BILANG?? PERATURAN DARI MANA??”
“DARI
GUE! KARENA GUE SUKA RIO.”
“JIDAT
ELO! MANA ADA! BERDASARKAN PASAL 28 J AYAT 1 UU JATUH CINTA SAMA RIO, SETIAP
CEWEK YANG JATUH CINTA SAMA RIO, BERHAK MELAKUKAN PDKT KEPADA RIO TANPA
TERKECUALI. INI BARU BENAR!” ujar Ify seenak jidat. Dari mana pula ia menemukan
isi pasal tersebut.
Shilla
tercengang mendengar apa yang diucapkan Ify. Teman-teman Ify yang bernyanyi
bersama Ify tadi jangan ditanya, mereka ternganga mendengarnya. Ify dapat
pencerahan dari mana sampai mengucapkan kalimat ajaib itu?
“Ngawur
lo! Gini aja, kita bersaing. Kita berdua mendekati Rio, siapa yang dipilih Rio
itu yang berhak jadi pacar Rio,” usul Shilla.
“Dasar
dodol lo! Yang dipilih Rio memang bakal jadi pacarnya, Bego!” sahut Ify kesal.
“Maksud
gue itu, kita berdua boleh mendekati Rio sampai Rio memilih di antara kita,”
ralat Shilla. Dia kesal juga dikatain bego oleh Ify.
Ify
tampak berpikir. Mendekati Rio?? Shilla juga mendekati Rio?? Ify melihat Shilla
dua kali. Style menang Shilla, batin
Ify. Cantik tetap gue, tapi tetap aja sih, kecil kemungkinan kalo ada Shilla.
Ify memiringkan kepalanya dan aha.... dia dapat ide.
“Gimana
kalo kita adakan pertandingan. Hasil pertandingan ini yang menentukan siapa
yang boleh mendekati Rio.” Ify membuat penawaran.
“Yang
kalah bagaimana?” tanya Shilla. Ia sepertinya tertarik.
Hmmm...
Ify melihat-lihat ke arah teman-temannya siapa tahu dia mendapatkan wangsit dan
uhu... “Yang kalah harus jadian sama Daud!” cetus Ify riang.
Apa
yang Ify katakan membuat empat respon. Pertama, Daud tertawa senang sambil
mengucapkan terima kasih yang banyak untuk Ify. Bodoh amat siapa yang menang,
yang penting Daud nanti bakalan jadi pacar Shilla atau Ify dan itu sangat
menguntungkan. Kedua, teman-teman Ify bersorak huuuuu... ke Daud. Iri lantaran
keberuntungan Daud. Ketiga, Via, Angel,
dan Aren ternganga. Benar-benar pertandingan mengerikan. Mereka bertiga kompak
bergidik. Ihh... jadi pacar Daud belum pernah terbayang di benak mereka sama
sekali. Keempat, Shilla. Gadis cantik itu awalnya tercengang lalu mendadak mengangguk-ngangguk
sambil tersenyum penuh kemenangan. Mungkin dia berpikir kalau dia tidak akan
kalah.
“Oke.
Gue setuju!”
“Sipp.
Gue ulangin, kita bertanding. Siapa yang menang boleh mendekati Rio dan yang
kalah tidak boleh mendekati Rio sama sekali dan harus jadian sama Daud. Deal?” Ify mengulurkan tangannya.
“Deal,” ucap Shiila. Bukannya menyambut
uluran tangan Ify, Shilla hanya mengenakan jari telunjukknya pada jari telunjuk
Ify lalu cepat-cepat melepaskannya. Melihat tingkah Shilla ini membuat Ify tak
segan-segan ingin menimpuk kepalanya dengan pot bunga yang ada di dekat tembok.
Memang dia beracun sampai-sampai Shilla bertingkah seperti itu! Ify
menggeletukkan giginya.
“Sekarang
tinggal nentuin jenis pertandingannya,” ucap Ify dan mulai merenung memikirkan
pertandingan apa yang cocok. Tangan kanannya mengusap-usap dagunya. Shilla
sendiri juga memikirkan pertandingan apa yang harus dilaksanakan.
“LOMBA
LARI!”
“MODELING!”
Ify
dan Shilla kompak menyuarakan ide masing-masing. “Nggak bisa. Harus lomba
lari,” ucap Ify ngotot.
“Modeling
dong. Lomba lari itu untuk kuli!” Shilla ikutan ngotot juga.
“Lomba
lari!”
“Modeling!”
“Lomba
lari!”
“Modeling!”
Teman-teman
yang ada di antara Shilla dan Ify kompak menutup telinga. Tidak tahan mendengar
Shilla dan Ify berdebat.
“Stop... gue ada ide,” cetus Septian.
Kompak semua mata menatap ke arahnya.
“Ehehem...
gini aja, kita adain lima lomba. Pertama lomba modeling. Kedua lomba lari.
Ketiga lomba nyanyi. Keempat lomba....”
“Lomba
masak nasi goreng,” celetuk Rizky dan membuat Shilla dan Ify menatapnya tajam.
“Kan Rio sukanya cewek yang bisa masak dan yang mendekati Rio nanti harus bisa
masak biar diterima Rio,” tambah Rizky cepat sebelum ia dicincang oleh dua
gadis cantik itu.
Ify
dan Shilla mengangguk. Mereka berdua tampak puas. “Lomba ke lima apa?” tanya
Shilla.
Daud
mengangkat tangannya tanda ia mempunyai usulan. “Berhubung Rio adalah cowok
yang pintar, jadi mesti diadain lomba adu otak. Dan gue usulin lomba ngerjakan
soal matematika.”
Shilla
dan Ify kompak terbatuk. Matematika adalah kelemahan mereka. Siapa sih yang mau
mengerjakan soal matematika? Iihhh.... Shilla dan Ify kompak ingin menolak,
namun Daud telah menyela duluan. “Ini wajib kudu dilaksanain. Karena kemampuan
elo berdua sama, dibawah rata-rata untuk matematika...” Shilla dan Ify melotot
hingga bola matanya ingin keluar medengar kata ‘dibawah rata-rata’ yang
diucapkan oleh Daud, sedangkan Daud tidak memperdulikan sama sekali “... jadi
gue kira ini sangat fair.”
“Iya...
iya... gue setuju,” timbrung Via. Tidak hanya Via, tetapi teman-teman yang lain
juga menyetujui. Kapan pertandingan Shilla dan Ify ini menjadi persetujuan
bersama?
Ify
dan Shilla hanya mengangguk. “Sekarang juri, siapa jurinya?” tanya Rizky.
“Via!”
jawab Ify cepat. Shilla juga tidak mau ketinggalan, ia segera menjawab. “Aren
dan Angel!”
Tiba-tiba
Rizky maju ke depan dan berdiri di antara Angel dan Ify. Ia menggeleng-geleng.
“Nggak bisa. Teman-teman kalian nggak bisa dijadikan juri, nanti adanya malah
kecurangan,” tolak Rizky. “Gue saranin jurinya itu Alvin. Dia nggak deket sama
Ify walaupun sekelas dan dia nggak deket juga sama Shilla, jadi dia netral.”
Ify
dan Shilla mengangguk setuju.
“Juri
kedua gue. Karena gue dengan ikhlas membuat soal matematika, maka gue cocok
jadi juri,” ucap Daud dan mendapatkan tatapan tajam dari Shilla. Bukannya
takut, Daud malah mengedipkan matanya dan membuat Shilla ternganga.
“Elo
deket sama Ify, ntar elo curang!” seru Aren.
“Denger
ya, Aren...na... gue nggak bakal curang. Kalau gue curang, kulit gue makin item
hingga gue nggak terlihat sama sekali lagi! Gue bersumpah!” ujar Daud yakin.
“Setuju!”
ucap Ify.
“Ngomong-ngomong
jurinya mesti lima orang juga biar ganjil. Kalo tiga kedikitan,” timpal
Septian.
“Gimana
kalo Agni, Ray, dan Zahra?” usul Rizky lagi. Tidak mau pusing, Ify dan Shilla
langsung mengangguk. “Dan gue jadi mc-nya,” tambah Rizky disertai cengiran
lebarnya. Akhirnya ada moment yang
mengasyikan juga.
“Ehem....”
Septian berdeham dan menarik perhatian orang-orang terutama dua peserta
pertandingan. “Selama sebelum dan saat pertandingan, tidak boleh ada
kecurangan. Siapa yang ketahuan curang langsung dinyatakan kalah dan bakal
jerawatan. Setiap peserta dan sahabat peserta tidak boleh menyogok dan mengacam
juri untuk membuat si peserta atau sahabat peserta menang,” ucap Septian
layaknya seorang juri besar. Padahal dia sendiri bukan juri, hehehe...
Ify
dan Shilla mengangguk setuju lalu saling bersalaman. Kali ini mereka
benar-benar bersalaman dikarenakan Patton menarik tangan keduanya dan
memaksakan untuk bersalaman. “Bilang deal!”
ujar Patton. Ify dan Shilla mengikuti.
“Sekarang
kita rival. Perlombaannya minggu
depan. Hari sabtu!” ucap Ify dan langsung disetujui oleh Shilla juga semuanya.
*******
Selama lima hari ini Via selalu dibuat repot oleh Ify.
Gadis chubby itu benar-benar tidak
menyangka kalau sahabatnya serius menatang Shilla. Via sendiri sudah mendengar
dari Ify bahwa ia sangat menyukai Rio. Via tidak akan meragukan apa yang Ify
katakan karena pada saat mengatakannya wajah iIy benar-benar serius,
khidmat—mengalahkan khidmatnya upacara 17 Agustus--, tetapi khidmat apa
hubungannya?? Satu hal lagi, belakangan ini, saat mendengar nama Rio, Ify sudah
bertransformasi menjadi boneka kepala putar. Ehem, maksudnya kepala Ify
langsung berputar liar mencari sosok Rio.
Repotnya
Via sungguh luar biasa. Dua hari yang lalu, Ify latihan modeling dan dua ribu heels milik Via patah—nggak
ding—pokoknya Ify benar-benar parah dalam hal berjalan menggunakan sepatu hak
tinggi. Sampai-sampai Via marah kepada Ify. “LO CEWEK ATAU BUKAN SIH, FY???”
Via sangat geram lantaran Ify tidak berhasil berjalan mulus dengan high
heelsnya. Ada-ada aja musibah yangg diciptakan Ify. Mulai dari haknya patah,
Ifynya terpeleset, hinggga hal aneh, yaitu high
heels coklat kesayangan Via lepas dari kaki Ify lalu terbang dan akhirnya
nangkring di atap saung rumah Via. Sementara Ify—sang pelaku—terduduk di tanah
dengan menampilkan cengiran lebarnya. Via mendengus kesal karena hal ini.
Hari
ketiga dan keempat, Via belum lepas dari kata repot dan sial. Via sangat sial
karena dapur kesayangan mamanya kena badai katrina ala Alyssa Saufika. Belajar
membuat nasi goreng setidaknya tidak terlalu parah untuk Ify minus kuali yang
terjatuh dan tepat mendarat di atas kaki Via. Untung saja Via hanya mendapat
memar di kakinya dan sialnya Via tidak bisa membalas sama sekali apa yang Ify
lakukan padanya. Ngomong-ngomong, mengenai nasi goreng yang berhasil Ify masak,
rasanya hanya satu, yaitu ASIN, tapi kadar keasinannya selalu berbeda. Terakhir
belajar, masakan Ify berada di tingkat tertinggi rasa asin, yaitu PEDAU
BANGET!!!! Via tidak yakin kalau Ify bisa mengalahkan Shilla di lomba memasak
nasi goreng dan modeling.
Di
hari kelima, Via tidak mendapatkan sial hanya saja repot. Repot menemani Ify
latihan lari cepat dengan catatan Via harus membawa foto Rio—fotonya hasil
curian Ify dari dp bm-nya Rio dan liat dp Rio numpang di hpnya Rizky—berukuran
16R ke lapangan tempat Ify berlatih. Alasan Ify waktu itu hanya ‘biar semangat’
dan ini membuat Via misuh-misuh. Seperti yang telah Via perkirakan, Ify akan
menang telak di lomba lari. Kecepatan lari Ify bisa dibilang WOW apalagi saat
berlari ia melihat foto ‘Rio tercinta’—tulisan yang ada di balik foto Rio—kalian
diam-diam aja. Jangan kasih tahu Ify ya?
Dan
sekarang adalah hari keenam di mana Via dan Ify sudah menghabiskan setengah
hari di kamar Ify untuk latihan menyanyi. Pagi tadi, saat mau berangkat ke
sekolah, Via diculik Ify dan dibawa ke rumah sahabatnya itu. Via sih fine-fine aja diajak bolos sekolah, dia
juga ingin sih, alasannya simpel kok, dia nggak mau ketemu sama Ibu Uci dan
membahas tentang karya tulis ilmiah, hoho.... Saat Via bertanya kenapa Ify
mesti berpenampilan ala penculik kesiangan—pakai piama dan penutup kepala serta
wajah—untuk menculik dirinya?? Ify menjawab biar dramatis dan sekali-sekali
nggak apa-apa mendalami peran menjadi penculik siapa tahu dia bisa menculik
hati Rio. Via hanya mengangguk-ngangguk atas jawaban Ify, padahal dalam hati ia
ingin sekali berteriak, “ELO LEBAY ALAY BIN UPAY BANGET SIH, FY!!!!!” Tentu
saja menurut Via, Ify itu lebay, alay, dan upay. Ify nggak perlu menyamar jadi
penculik toh Ify hanya perlu menelpon dirinya dan ia dengan suka rela akan
datang.
“Keeeerrreeeeeennnn
baanggeetttt, Fy. Elo memang keren kalau nyanyi plus bermain piano, meskipun
elo itu suka telat, jarang mandi, lupa sisiran suka ketiduran, dan terus....”
Ify memplototi Via “... dan tentu saja seseorang yang akan dicintai Rio.” Via
menambahkan dengan cepat sebelum Ify mengamuk.
“Gue
gitu... Alyssa Saufika,” ucap Ify narsis. “Gue Alyssa ratunya piano dan suara
malaikat,” tambah gadis itu.
Via
mengangguk setuju. Ify memang jago banget bermain piano, namun ia jarang
memainkannya, Ify lebih sering bernyanyi sambil memetik gitar. Ify sendiri mau
tampil bermain piano sambil bernyanyi karena bujukan Via akan fakta tentang
Rio, yaitu Rio menyukai cewek yang nyanyi sambil bermain piano dengan begitu ia
bisa duduk di sebelah cewek itu ikut bernyanyi dan memetik gitar. Mengetahui
hal ini Ify langsung setuju.
“Ahh...
terakhir latihan matematika. Ya aammpunn...,” keluh Ify. Ia benar-benar tidak
mengerti matematika. Haruskah ia memahami matematika?? Namun, ia lebih suka
memahami Rio. Haruskah ia mengerti matematika?? Ify lebih suka mengerti Rio.
Dan haruskah Ify jatuh cinta pada matematika?? Ya ampun.... Ify akan langsung
menolak bila ia harus jatuh cinta pada matematika karena ia sudah jatuh cinta
pada Rio. Gubrak!!!!!
Matematika??
Mendengar kata matematika, bola mata Via langsung melotot. “MATEMATIKA, FY???
LO MAU BELAJAR MATEMATIKA DENGAN GUE SEBAGAI GURUNYA?? GUE BELUM MAU JADI
PEMBAWA AJARAN MATEMATIKA SESAT, IPONG!!!!!” jerit Via histeris. Dirinya dan
Via sama-sama tidak bisa matematika. Nilai mereka hanya berkisar lima sampai
enam. Untung-untung lagi bila mereka berhasil meraih nilai enam.
Ify
mencibir dan memukul kepala Via dengan guling winnie the pooh-nya.
“Issh...,”
umpat Via.
“Nggak
gitu juga kali, Vi. Gue sama elo itu parah di matematika. Ngapain belajar sesama bolot, bukannya jadi cerdas malah jadi double bolot,” ujar Ify. Via
mangap-mangap layaknya ikan koi. Mulutnya terbuka lalu tertutup lagi.
“Terus
lo mau belajar sama siapa?”
Ify
menggeleng. “Nggak belajar.”
“Tadi
ngapain elo pake histeris segala bilang matematika?”
“Biar
elo histeris juga,” jawab Ify singkat dan membuat Via murka. Ingin sekali ia
mencekik Ify saat ini, tapi dia ingat. Sahabat... sahabat... batin Via.
“Kalo
lo nggak belajar, ntar elo kalah, Fy. Bakal jadi pacarnya Daud.”
Ify
menyeringai. “Kalo gue kalah, Daud buat elo kok. Gue tau elo nggak rela Daud
diambil orang lain.”
Via
menggeletukan giginya. “Sialanss...,” desis Via.
Ify
tertawa. Hahaha.... “Canda ah, Vi. Gue nggak mau belajar, toh Shilla juga dodol
di matematika, pasti dia juga nggak bisa. Santai...”
Mendengar
ucapan Ify, Via mengangguk-ngangguk. Iya juga sih, Shilla juga terkenal dengan
kedodolan matematikanya selain profesi modelnya. Habis, Ibu Winda selalu
mengingat dan mengatakan kepada kelas-kelas yang diajarnya siapa saja murid
yang parah di mata pelajarannya itu. “Benar juga. Keduanya memang sama-sama
dodol kok,” batin Via. Dia sendiri tidak menyadari kalau dirinya juga termasuk
kaum duafa nilai matematika.
******
#Lomba Modeling
Aula
sekolah yang menjadi tempat perlombaan sekaligus pembukaan pertandingan Alyssa
vs Ashilla—berdasarkan tulisan yang ada di spanduk—telah dimulai dengan lomba
modeling sebagai lomba pembukanya.
Di
bagian depan Aula, telah berdiri Ify dan Shilla dengan kostum masing-masing.
Sementara di depan mereka dalam jarak 10 meter telah duduk lima orang juri
dengan meja masing-masing serta papan pegang berbentuk tanda jempol yang
berarti setuju.
Sementara,
Rizky sang MC berdiri di tengah-tengah bagian aula antara peserta dan juri. Di
sekelilingnya dalam jarak batas berdiri teman-teman sekolah mereka yang ingin
sekali melihat pertandingan double A
ini.
“Hadirin
sekalian, selamat datang di pertandingan Alyssa versus Ashilla. Huuuu.....!!!”
seru Rizky membuka pertandingan pagi ini. Terdengar suara yeeeeee.... dari para
penonton sekitar. Aha... pertandingan Alyssa vs Ashilla ini tersebar tadi malam
via BBM. Siapa pun yang membuat iklan broadcast
itu niat banget!!! Bahkan aula sekolah ini hasil pinjaman Shilla kepada pihak
sekolah. Ngomong-ngomong berguna juga itu anak, hahaha....
“Pertama,
terima kasih kepada juri yang telah bersedia datang pagi ini,” ucap Rizky sopan
layaknya mc acara nasional. Rizky sepertinya sangat mendalami peran.
“Baiklah... kita mulai pagi ini dengan lomba modeling!!!!!!”
Ify
yang sudah berdiri di sebelah Shilla menampilkan wajah sok tegarnya. Via yang
berdiri di pinggir kanan terkekeh geli melihat tampang sahabatnya itu. Via
beneran tahu kalau Ify sudah tidak tahan untuk melemparkan high heels dari kakinya. Hal ini tentu saja berbeda dengan Shilla
yang terlihat sangat percaya diri dengan penampilannya.
“Kepada
Ashilla Zahrantiara silakan memulai perfomance-nya!!!”
panggil Rizky.
Shilla
menampilkan senyum andalannya yang menurut Ify jelek. Gadis itu berjalan
lenggak-lenggok di atas karpet merah (ngomong-ngomong karpet merahnya sengaja
Shilla bawa sendiri dari rumahnya, niat amat!). Saat gadis itu berjalan ia
sengaja mengibaskan rambutnya dan sontak saja suara tawa menggema di aula.
Ify
tidak perduli lagi. Ia ngakak sejadi-jadinya. Shilla memang tampil memukau
dengan dress selutut berwarna merah
muda dan sepatu hak tinggi berwarna senadah serta rambut panjang tergurainya.
Tapi tolong.... Ya ampun... Kalau saja Shilla tidak mengibaskan rambutnya
penampilannya sangat memukau... habis itu rambut ternyata menyembunyikan lebel
harga plus merk dress yang gadis itu
pakai.
“Huhahahaha....
dress nenek lampir harganya Rp
499.000, huhahaha...,” ujar Ify tak bisa ditahan. Matanya jeli banget lihat
tulisan harga yang tergantung di punggung Shilla. Tingkah Shilla ini
benar-benar bikin ngakak, buktinya Alvin yang merupakan sosok pendiam ikutan
tertawa, meskipun tidak terbahak-bahak, tapikan wajahnya memerah. Hahaha...
Shilla
tetap menampilkan senyum ‘modelnya’, meskipun ia benar-benar ingin melempar Ify
yang menyebut-nyebut harga dress
barunya. Ia juga merutuki dirinya yang lupa membuang lebel harga dan merk dress ini. Akan tetapi, Shilla
merasa puas karena ia berhasil melalui lomba modeling ini dengan sempurna bila
insiden lebel harga tidak dihitung.
“Tepuk
tangan yang meriah dong!!!!!!” seru Rizky setelah Shilla kembali berdiri di
sebalah Ify. “Kita sambut, penampilan terakhir dari Alysaaaaa....!!!”
Ify
berdeham. “Jangan bikin ulah ya, Cantik!!” bisik Ify pada high heels-nya.
Shilla yang mendengarnya
mencibir. “Sama sepatu aja ngomong. Freak
banget!” umpat Shilla.
Ify
mendengarnya, namun ia cuek aja. Ify mulai berjalan di red carpet milik Shilla. Lima langkah pertama Ify sukses, ia butuh
sepuluh langkah lagi untuk aman sampai ke depan. Sepuluh langkahpun Ify masih
aman dan ia semakin percaya diri, bahkan di depan juri Ify berbalik dan
mengibaskan rambut panjang sebahunya yang tergurai. Wow.... lengkap dengan
senyum manis ala Alyssa terpampang di wajah cantiknya. Ify merasa sukses besar.
Dan sekarang ia butuh berjalan lima belas langkah agar sampai dengan sukses di
tempat semula.
“Dress gue kagak baru, jadi nggak bakal
ada insiden lebel harga,” ujar Ify dalam hati. Hari ini ia mengenakan long dress berwarna hitam dengan hiasan sedikit
manik-manik di pinggirnya. Sederhana. High
heels abu-abunya tampak kooperatif di kakinya. Tidak bertingkah atau belum
bertingkah??
Tujuh
langkah Ify berhasil berjalan dengan aman dan saat langkah kesembilan....
“Hhuuuaaaa........”
Braaak.....
Ify
sukses keseleo dan jatuh dengan—kali ini posisinya elit—terduduk bak putri.
“Huaaahhaa....
kuli sih, nggak mungkin pake high heels,”
ledek Shilla. Ia merasa bisa membalas Ify yang tadi menertawakan dirinya.
“Aduh....
Ify!!!!” seru Via yang langsung menghampiri Ify. Gadis berpipi chubby itu membantu sohibnya berdiri.
“Lo
bisa berjalan nggak nih?” tanya Via.
“Gue
udah keseleo puluhan kali, Vioongg. Pasti bisa dong!!!” jawab Ify dongkol.
Hahahaha.....
tawa menggema di aula. Teman-temannya menertawakan aib Ify yang nggak bisa
memakai high heels.
“Oke...
Ify silakan melanjutkan lombanya,” ujar Rizky selaku mc.
Ify
kembali berlenggak-lenggok di red carpet hingga ia berdiri di sebelah Shilla.
“Gue
pasti menang,” desis Shilla.
“Udah
tahu kok,” balas Ify tidak peduli. Ia juga yakin kalau dirinya pasti kalah di
bidang lomba modeling.
“Mana
teriakannya untuk Shilla????” seru Rizky bak mc lomba menyanyi. Huuuuu.....
terdengar suara menggema.
“Mana
teriakannya untuk Ify!!!!” seru Rizky. Kembali terdengar suara huuuu... Nggak
tahu huuu itu mendukung atau menolak. Teman-temannya pada suka nerikain huuuu
doang.
“Kita
lihat penilaiannya. Kepada juri silakan memegang papan nilainya,” ucap Rizky. “Point
untuk Shilla adalah....” Tampak Alvin, Daud, dan Zahra mengangkat papan untuk
point suka. “...Shilla mendapat tiga point.”
“Dan
point untuk Ify adalah dua,” ujar Rizky saat melihat Agni dan Ray mengangkat
papan point suka.
“Gue
menang!!!!” seru Shilla ke Ify.
“Lo
memang menang sekarang, tahu nggak kalo bentar lagi lo kalah. Karena habis ini
lomba lari!!” balas Ify ke Shilla dan buru-buru melepaskan high heels-nya dan
berlari menuju ke arah Via.
Alyssa
vs Shilla adalah 0 vs 1.
#Lomba Lari
Via
menatap khawatir Ify yang asyik melakukan pemanasan. Long dress Ify sudah berganti dengan baju olahraga khas Global
Nusantra Internasional Senior High School.
“Lo
yakin bisa lari, Fy?” tanya Via.
Ify
mengangguk mantap sambil melemskan kakinya. “Lo jangan lupa rencana kita, Vi,
biar gue tetap semangat!” ujar Ify dan dibalas dengan anggukan Via.
“Ify
mamen... gue bakal hitung berapa cepat elo lari dua keliling lapangan besar
ini!!” seru Patton dan bertos ria dengan Ify. “Gue tadi takjub bener liat lo,
Fy. Elo kalo didandanin dikitan cantik juga,” gombal Patton dan mengedipkan
sebelah matanya ke Ify dan Ify balas kedipin Patton lalu ia tertawa
terbahak-bahak.
“Sompret
lo, Fy!!!!” balas Patton. Ternyata Ify tertawa karena ia sukses membuat Patton
hampir terjatuh gara-gara ia kedipin.
“Ify
elo gombalin!!!” balas Ify tak mau kalah.
“Penonton
harap berdiri di pinggir lapangan!!!!” seru Rizky dengan toa-nya. Septian dan
Patton mendadak menjadi tim disiplin. Mungkin karena ini pertandingan Ify vs
Shilla teman-temannya pada kompakan buat kooperatif.
“Peserta
silakan berdiri di garis start!!!” ucap Rizky.
Ify
sudah berdiri di balik garis star dengan seragam olahraga tanpa sepatu,
sedangkan Shilla mengenakan training hitam dan baju kaos biru serta sepatu sport
berwarna biru. Ia mendelik ke arah Ify.
“Elo
udik banget sih. Kuli kali ya. Nggak punya sepatu???!!!”
“Suka-suka
gue dong!!!” balas Ify kesal. Sibuk banget dari tadi ngurusin dirinya. “Lo aja
nggak tahu apa guna telapak kaki saat berlari. Elo nggak tahukan berapa
koefisien gesek antara telapak kaki dengan permukaan lapangan? Lo nggak tahukan
apa pengaruhnya untuk kecepatan lari?” tambah Ify sok dengan teka-teki
fisikanya. Padahal alasannya tidak mengenakan sepatu karena ia lupa membawa
sepatu sport miliknya.
“Peserta
siap-siap start berdiri. Lari dua keliling lapangan besar dan empat juri akan
berada di sudut belokan lapangan dan satu orang juri mencatat waktu kecepatan
berlari,” jelas Rizky.
“Ify...
Ify.... Ify...!!!” seru teman-temannya. Ify sangat yakin dia bisa menang. Wong
Rizky aja kalah lomba lari dengan dirinya, apalagi Alvin, hahaha... Ify ingat
banget saat dia menyalip jauh Alvin saat ambil nilai lari jarak splint.
“Satu...
dua... tiga... muuu....lllaaaaiiii....!!!!!” seru Rizky.
Ify
berlari dengan cepat dan oh ho... Shilla tidak bisa dianggap lemah. Nenek
lampir itu berlari cukup cepat. Ify terus berlari dan wajahnya menampilkan
senyum lebar saat Via berdiri di pinggir lapangan sambil memegang foto Rio
berukuran 10R.
“Huaaaa...
vitamin gue!!!!” seru Ify sambil menatap foto Rio untuk beberapa detik.
“Ciieeee
Ify... terang-terangan banget!!!!!!” goda Septian yang berdiri di sebelah Via.
Ify
semakin semangat berlari apalagi foto Rio terpampang di depan matanya. Hari
ini... entah kenapa Ify berfirasat untuk membawa foto Rio sebab dia tidak yakin
Rio hadir di acara ini dan dia benar, sampai saat ini Ify belum melihat Rio
sama sekali. Bukankah hari ini libur??? Berarti Rio tidak ke sekolah.
Satu
lapangan sudah Ify lewati dan ia melihat Shilla yang berjarak cukup jauh dari
dirinya. Ify segera menghampiri ke tempat Via berdiri. Ia berhenti sambil
mengambil napas.
“Kok
elo berhenti sih, Fy?” protes Via.
“Gue mau nambah vitamin dulu, Vi.
Lagian itu nenek lampir masih jauh,” ujar Ify dan matanya berbinar-binar
melihat foto Rio. Padahal itu foto agak buram. Dasar cinta!!!
“Lo
kagak takut waktu elo lama?” tanya Patton yang melihat stopwatch-nya.
“Bodoh!!!!”
balas Ify dan tetap menatap Rio yang berada di dalam foto. “My Vitamin!!!”
gumam Ify.
“Wow...
Ify mendadak macet dan ia tidak menyadari bahwa Shilla telah melalui
dirinya!!!” ujar Rizky sembari merekam dengan handycam miliknya.
Ify
mangap-mangap. “APPPAAA!!!!!” histeris Ify segera berlari mengejar Shilla.
Kekuatan vitamin benar-benar memiliki khasiat. Ify berlari bak angin dan
wuusssh... dia sudah berdiri di garis finish.
Plokk...
plokk... tepuk tangan menggema di lapangan, meskipun yang menonton tidak
terlalu banyak, setidaknya memiliki penonton layaknya lomba tujuh belas
agustus.
“Prrrriiitttttt...,”
fluit Alvin berbunyi. Alvin adalah juri yang berada di tengah lapangan.
“Pemenangnya Alyssa dengan waktu tiga menit 17 detik,” ujar Alvin dengan toa pinjaman
Rizky.
“Asssyiiikkk!!!!
Alyssa versus Ashilla satu sama!!!!!” seru Ify puas.
#Lomba Menyanyi
The words I need
to hear to always get me through the day and make itu ok
I Miss you
Shilla
mengakhiri penampilan bernyanyinya. Gadis itu mengenakan dress berwarna biru
dengan sepatu high heels hitam. Ify
yang berdiri di pojok ruang musik ini melotot melihat Shilla yang begitu
mempersiapkan pertandingan ini. Jujur Ify sedikit minder. Ia sudah bermusuhan
dengan high heels dan ia juga tidak
mau mengenakan dress lagi. Cukup sudah petualangan Ify dengan dua benda
bertandakan feminim itu. Lihat saja sekarang, Ify hanya mengenakan seragam
pramuka sekolahnya dengan sepatu pantofel-nya. Sepatu wajib bagi siswi di
Global Nusantara dan tentu saja berwarna hitam.
“Siap
lo, Fy?” tanya Via yang berdiri di sebelah Ify.
“Tentu
dong, Vi!!! Gue gitu!!!” jawab Ify semangat dan sekali lagi melirik kostumnya.
Cuek aja, Ify, yang penting suara lo badai, batin Ify.
“Gue
yakin lo pasti waah banget ntar, meskipun si nenek gombreng ini lumayan bagus
juga,” cerocos Via. “Siapkan dengan piano lo?” tambah gadis berpipi chubby itu.
Ify
lagi-lagi mengangguk. “Gue bakal nyanyi lagu itu aja, Vi. Nggak apa-apa kan?”
“Pasti.
I’m sure about you,” balas Via.
Ify
mencibir ke Via yang sok berbahasa Inggris, biasanya juga pake bahasa minang.
“Dasar lo. Bahasa minang aja kenapa?” sahut Ify.
Via
menampilkan cengirannya. “Eh... itu elo udah dipanggil sama Rizky,” ujar Via
dan mendorong Ify menuju ke tengah ruangan.
Masih
sempat saja Ify mendelik kesal kepada Via sebelum gadis berdagu tirus itu duduk
di depan piano berwarna putih.
“Inilah
dia penampilan dari Alyssa Saufika Umarriiii.....,” sambut Rizky disertai tepuk
tangan dari teman-temannya.
Jemari
Ify mulai menari di atas tuts piano itu. Memainkan intro lagi dan akhirnya
gadis itu mulai bernyanyi diiringi oleh melodi yang ia ciptakan sediri melalui
tarian jarinya di atas tuts hitam putih itu.
Semua ini bermula
dari perasaan...
Yang kemudian
tumbuh menjadi harapan...
Yang lalu berubah
menjadi pikiran tak terucap...
Yang lalu berubah
menjadi kata-kata tak terucap...
Dan lalu
kata-kata itu semakin keras...
Hingga menjadi
tangisan...
Aku akan kembali
saat kau memanggilku...
Tak perlu ucapkan
selamat tinggal....
Hanya karena segalanya
berubah...
Tak berarti
semuanya tak pernah seperti ini sebelumnya...
Yang bisa kau
lakukan adalah mencoba mengenal siapa saja teman-temanmu...
Saat kau
berangkat menuju perang...
Ambilah bintang
di ufuk yang gelap...
Dan ikutilah
cahayanya...
Kau akan kembali
saat semuanya berakhir...
Tak perlu ucapkan
selamat tinggal...
Kini ita kembali
ke awal....
Sekarang hanya
ada perasaan dan tidak ada yang tahu...
Tapi mereka dapat
merasakannya...
Tak berarti kau
harus melupakannya...
Biarkan
kenanganmu semakin kuat...
Hingga semuanya
ada di depan matamu...
Kau akan
kembali...
Saat mereka
memanggilmu...
Tak perlu
ucapakan selamat tinggal....
(Terjemahan The
Call-Regina Spektor)
You’ll come
back...
When they call
you...
No need to say
good bye...
Ify
mengakhiri penampilannya dengan tiga lirik terakhir. Gadis berdagu tirus itu
ternyata memejamkan matanya saat bernyanyi. Apakah Ify benar-benar mendalami
lagu tersebut?
“Ify....
Love you fulll!!!!” teriak Patton
yang berdiri di sebelah Via. Via misuh-misuh karena teriakan Patton tepat di
telinga kanan Via.
Huuu.....
teman-teman yang lain berteriak. Ify tersenyum lebar. Ia menyukai lagu ini dan
memainkan lagu ini dengan piano membuat Ify merasa lega. Rencana awalnya, Ify
akan bermain piano dengan lagu Almost is Never Enough, tetapi Ify sebelum ia
tampil Ify memilih untuk berganti lagu menjadi lagu The Call. Lagu sederhana,
tetapi sangat indah untuk didengar.
“Tepuk
tangannya dong!!!” teriak Rizky. “Oke... berhubung udah jam dua belas, jadi
kita bakal istirahat selama satu. Namun sebelum itu segera kita melihat point
yang didapatkan oleh Alyssa dan Ashilla,” tambah Rizky.
Ify
dag dig dug banget jantungnya. Kalau ia kalah di lomba ini pasti kesempatan
menangnya akan semakin menipis. Ia sadar nasi gorengnya jauh dari kata enak dan
matematika Ify hanya berdoa semoga Shilla mengalami overerror sehingga ia
memiliki kesempatan.
Lain
hal-nya dengan Shilla yang tampak yakin banget bakal menang. Shilla memang
tampilan baik, apalagi dengan kostum yang ia gunakan. Suaranya juga termasuk
bagus. Dia sendiri mendengar penilaian ini dari Ibu Ira, guru musik Global
Nusantara.
“Oke...
cara penilainnya sekarang cukup berbeda. Kalau tadi kita satu-satu memberi
nilai kepada peserta, sekarang kita langsung menilai keduanya. Tentu saja
dengan papan penilaian yang baru. Setiap juri telah diberikan masing-masing dua
papan bergambarkan wajah Alyssa dan Ashilla. Papan ini persembahan dari tamu
spesial kita,” ujar Rizky panjang lebar dan mengundang rasa penasaran
teman-temannya sekaligus kedua peserta itu sendiri.
“Jadi...
penilaian untuk lomba menyanyi ini adalah......”
Alvin
dan Ray kompak mengangkat papan bergambar wajah Shilla yang lagi tersenyum
lebar, sedangkan Agni, Zahra, dan Daud mengangkat papan bergambar wajah Ify
yang sedang tertawa lebar. Gigi putih Ify yang berbaris dengan rapi pun
terlihat. Ngomong-ngomong, papan ini pemberian dari siapa?
“Yes... yes... gue menang!!!” sorak Ify
gembira dan ia bertos ria dengan Via dan Patton.
“Gue
sih udah yakin lo bakal menang, Fy. Saingan lo nyanyi mah cuma Via. Kalo kalian
berdua duet, gue serasa mendengar nyanyian surga,” ujar Patton. Yeah...
teman-teman sekelas Ify memang hobi nyanyi-nyanyi nggak jelas ketika jam
pelajaran kosong atau pulang sekolah sambil menunggu angkutan umum. Bahkan,
mereka memang janjian buat ketemuan di cafe hanya untuk bernyanyi ria. Sudah
jelas suara Ify dan Via sangat terkenal karena kece badai.
Via
dan Ify yang dipuji Patton langsung saja menghadiahkan cowok berkulit hitam itu
dengan senyuman adalan ‘duo Pi’. Wajah Patton bersemu merah dan membuat Via dan
Ify tertawa terbahak-bahak.
“Ogah
lagi gue muji elo berdua,” dengus Patton dan kabur dari kedua gadis itu.
“Good job, Fy. Ayo kita makan bakso dulu.
Gue laper banget!!!” ajak Via dan segera menarik Ify menuju pintu gerbang.
Kantin sekolah tidak buka karena hari ini libur sebab ada rapat guru yang
sangat penting. Pilihan Via tentu saja Bakso Pak Rahmat yang berada di
pengkolan sekolah.
“Ngomong-ngomong,
Alyssa versus Ashilla, dua versus satu,” ujar Ify tepat saat Shilla dengan
angkuh berjalan melewatinya.
*****
“Jadi, berapa skornya, Yel?” tanya Rio kepada Gabriel.
Dua sahabat itu sedang berjalan keluar dari ruang musik. Keduanya tadi melihat
penampilan Ify dan Shilla.
“Dua-satu.
Ify dua, Yo,” jawab Gabriel.
Rio
mengangguk-ngangguk. Seandainya saja ia tahu lebih awal setidaknya ia bisa
melihat pertandingan itu dari awal. Seharusnya Rio kesal kepada dua gadis itu
sebab ia menjadi hadiah lomba pertandingan. Nasi sudah menjadi bubur, jadi apa
boleh buat. Lagian... Rio diam-diam menyukai sepak terjang Ify dalam
pertandingan ini. Pertandingan konyol. Bukankah kedua gadis itu bisa langsung
saja bertanya kepadanya, apakah ia menyukai salah satu dari kedua gadis itu?
“Rugi
banget kita nggak lihat lomba lari, Yo.” Gabriel mulai bercerita saat keduanya
telah duduk-duduk di depan mobil yaris hitam milik Gabriel.
“Memang
kenapa, Yel? Lo sih kagak ngasih tahu dari awal,” tanya Rio sekaligus menggerutu
kepada sohibnya itu.
Bukannya
menjawab Gabriel malah tertawa sambil mengotak atik handphone-nya. Laki-laki berkulit agak hitam itu tertawa tidak
santai dan melototi gambar yang ada di handphone-nya.
“Apaan
sih, Yel?” desak Rio.
“Ini
nih lo lihat,” ujar Gabriel dan menunjukan gambar yang ia lihat kepada Rio dan
langsung saja Rio senyum-senyum sambil mengulum senyum. Ada apa dengan cowok
ganteng satu itu?
“Ya
kali, Yo, lo kayak anak gadis aja. Ketawa ya ketawa aja, Bro. Kagak usah pake
malu-malu kucing segala. Gue tahu kok lo suka,” ledek Gabriel dan ekspresinya
sok kalem.
“Diem
lo, Yel!!” dengus Rio.
Hahaha...
Gabriel tetap saja tertawa. Ify memang kocak abis. Gambar alias foto yang ia
dapatkan dari Patton adalah foto Ify sedang menatap foto Rio yang dipegang oleh
Via saat Ify sedang mengikuti lomba lari. Di bawah foto itu tertulis, Vitamin
Ify. Berkat ini Ify lari bagai angin. Wuuussh....
Tulisan
alay ala Patton, namun Patton keren juga dapat mengambil foto Ify dengan tepat.
Sebab foto Ify tersebut sangat memperlihatkan kalau gadis itu benar-benar
terpesona dengan sosok Rio. Apalagi Patton dengan iseng menambahkan efek blush on di kedua pipi Ify. Wajah Ify
benar-benar kocak.
“Eh...
Yo, andai kata nih kalo Ify kalah gimana?” Gabriel bertanya iseng. “Kalau kalah
sih katanya mesti jadian sama Daud,” tambah Gabriel dan sukses membuat mata Rio
melotot.
“Masa
sih, Yel?”
Gabriel
mengangguk serius. Kali ini dia jujur. Informasi ini Gabriel dapatkan dari
Rizky secara langsung. Gabriel sendiri sangat ingat bahwa Rizky sedikit jengkel
dengan keputusan yang dibuat Ify dan disetujui oleh gadis itu sendiri bersama
Shilla. Kenapa bukan dirinya? Itu yang Gabriel ingat saat ia bertanya kepada
Rizky mengenai berita menggemparkan ala Ify dan Shilla. Gabriel pribadi sih
setuju saja Daud yang beruntung asalkan tidak ada Via di sana. Eh... Yel,
ketahun nih???
“Kalo
gitu Daud gue combaling sama Via aja. Ify bilang Via kan jodohnya Daud. Gue
yakin Ify rela kalau Daud sama Via dan gue tentu saja milih Ify. Shilla?
Kenalin aja sama Riko. Selesai,” jawab Rio santai dan membuat Gabriel melotot
kepadanya.
“Nggak
bisa dong, Yo. Via itu sama gue, mana ada sama Daud. Ify melantur tuh bilang
Daud jodohnya sama Via,” balas Gabriel tidak terima.
Ganti
Rio yang tertawa ngakak.
“Memang
lo nggak rugi ngelepas cewek setenar Shilla?”
Rio
menggeleng santai. “Kalo gue merasa rugi udah gue terima dia dari lama juga,
Yel. Gue lebih tertarik sama Ify,” ujar Rio dan matanya menangkap sosok Ify
yang sedang tertawa bersama Via sambil berjalan menuju dapur sekolah. Ah...
gadis itu... Ify sangat menarik di matanya, meskipun gadis itu hanya mengenakan
seragam pramuka sekolahnya.
“Yel...
kayaknya udah mau mulai lomba memasaknya. Gue pengen lihat,” ujar Rio.
Gabriel
mengangguk setuju dan keduanya berlari menuju dapur sekolah yang berada di
gedung bagian belakang.
*****
“Shill, lo yakin di lomba memasak ini?” tanya Angel yang
sedang membantu Shilla bersiap-siap dengan celemeknya.
Shilla
mengangguk.
“Kalo
lo kalah gue angkat tangan, Shill. Lo sendiri yang setuju bakal pacaran sama
Daud,” ujar Aren dan bergidik ngeri.
Shilla
melotot ke arahnya. “Gue pasti menang. Masa iya gue sama Daud? Hello... apa
kata dunia?”
Angel
dan Aren hanya mengangguk, meskipun mereka tidak yakin dengan apa yang
dikatakan sohibnya ini. Tidak ada pilihan lain selain mengangguk, bukan? Atau
mereka akan mendapatkan amukan Shilla.
“Oke,
deh. Lo siap-siap dibagian elo. Itu Ify udah di depan mejanya,” ujar Aren.
Shilla
tersenyum puas dan segera menuju meja yang berseberangan dengan meja Ify.
Ngomong-ngomong, izin meminjam dapur sekolah ini adalah atas usaha Alvin.
Diam-diam saja. Berhubung Alvin adalah murid teladan, Ibu kepala dapur setuju
saja bila Alvin yang meminta.
#Lomba Memasak
Nasi Goreng
Tiga
puluh menit telah berlalu. Via yang sejak tadi mengamati apa yang dilakukan Ify
sangat cemas. Sudah dua kali Ify salah menambahkan bahan, sahabatnya itu malah
memasukan garam. Via tahu Ify cemas, dia saja yang melihat cemas. Via menyadari
ia dan Ify bukanlah tipe remaja SMA yang hobi berkutat di dapur seperti Zahra.
Aha... Via dan Ify tahu bahwa Zahra hobi memasak karena mereka pernah
berkunjung ke rumah Zahra dan melihat secara langsung Zahra memasak.
Sekali-kali
Via melihat Shilla yang juga berkutat dengan masakannya. Shilla tidak salah
memasukan garam, tetapi Via tahu Shilla kebanyakan memasukan cabe. Nasi goreng
Shilla terlihat seperti nasi dicabein.
“Semangat,
Fy!!!” seru Via kompak sambil menunjuk-nunjuk kecap. Kecap adalah salah satu
pemusnah rasa asin. “Dasar Ify pe’a,” desis Via kesal. Masa sih Ify tidak
menyadari hint yang ia berikan.
“Sabar
aja kali, Vi,” ujar Gabriel dan terkekeh geli.
Via
mendengar suara itu langsung berbalik ke sebelahnya dan ia menemukan Gabriel
yang telah berdiri di sebelahnya bersama... ehem... Rio. “Lo dateng?” tanya
Via.
“Pasti
dong. Nemenin Rio. Pengen banget lihat acara ini. Katanya langkah,” jawab
Gabriel dengan mengkambing hitamkan Rio. Benar-benar ‘sahabat sejati’,
ckckck....
Ify sibuk membolak-balik nasinya. Ia menggerutu. Kenapa
rasanya asin? “Kebelet nikah ya gue?” batin Ify. “Kalo sama Rio sih nggak apa-apa,” tambah Ify
dalam hati lalu ia tanpa sadar tertawa-tawa.
“Udah
gila. Freak lagi,” cibir Shilla yang
tidak sengaja melihat Ify tertawa sendiri. Ketidaksengajaannya membuat Shilla
beruntung karena ia dapat melihat hasil masakan Ify. “Bagusan gue,” gumam
Shilla dan tersenyum puas.
Ify
mendengar apa yang Shilla katakan. “Bodoh amat,” ujar Ify dan menambahkan kecap
di nasi gorengnya dan Ify tidak menyadari bahwa Sivia dari barisan penonton
bernapas lega.
“Oke...
waktunya tinggal lima belas menit lagi,” ujar Rizky memperingatkan.
Lagi-lagi
Patton dan Septian menjadi tenaga bantuan. Kali ini menjadi kulit angkut
piring. Kedua laki-laki tersebut masing-masing membawakan enam piring untuk Ify
dan Shilla.
“Yang
enak, Fy, gue minta entar,” ujar Septian dan meletakan piring yang ia bawa di
sudut meja.
“Gue
kasih kualinya, Ian. Tenang aja sama gue. Gue nggak bakal lupain teman,” sahut
Ify cuek dan tetap saja tangannya bergerak membalik nasi. “Nggak enak nanti gue
rela suapin elo deh, Ian,” batin Ify dan tertawa lagi. Pantas saja Ify dikatain
Shilla freak toh Ify memang hobi tertawa
sendiri tanpa memberithu alasan ia tertawa.
Merasa
sudah masak Ify segera mewadahi nasi gorengnya di lima piring kecil dan sisanya
ia taruh di piring cukup besar. Kali ini Ify mencoba menggoreng telur mata
sapi. Dan mata Ify melotot sebesar telur mata sapi yang ada diimajinasinya. Ia
melotot saat Shilla sudah menghiasi nasi gorengnya. Gadis berdagu tirus itu
menatap secara bergantian nasi gorengnya dengan nasi goreng Shilla.
“Nasi
goreng gue hitem kayak kulit Daud,” dengus Ify. “Nggak apa-apa deh, dari pada
Shilla, nasi dicabein. Memang ada nasi goreng cabe-cabean???!!!” tambah Ify dan
lagi-lagi gadis itu tertawa. Kali ini tertawa cukup keras dan membuat para
penoton menatapnya. Ify sadar sedang ditatap memamerkan cengiran andalanya.
Seng...
song... cuss.... telur mata sapi Ify berhasil dimasak dalam tujuh menit. “Andai
aja lomba masak telur mata sapi,” gerutu Ify. Ia memandangi telur mata sapinya
yang begitu cantik. Pinggirnya tidak gosong, kuningnya berada di tengah dengan
warna putih di sekelilingnya. Benar-benar indah. “Maafkan Ify, Sapi. Lo harus
dimutilasi biar bisa dibagi-bagi,” ucap Ify dan membuat Rizky sang mc tertawa terbahak-bahak.
“Lo
kayak mau nyembelih manusia aja, Fy,” ledek Rizky dengan mikrofon dalam keadaan
on. Tentu saja semua orang
mendengarnya.
“Awas
aja lo, Ky,” balas Ify kesal dan menulikan orang-orang yang menertawakannya.
Ify mulai mengambil pisau dan memotong telur mata sapi itu menjadi enam bagian.
Ify jago memotong. Segera Ify letakan di atas setiap piring nasi goreng telur
mata sapi yang kini sudah menjadi telur segitiga sama kaki mata sapi.
“Waktunya
tinggal sepuluh detik lagi. Kita hitung mundur... sepuluh... sembilan...
delapan... tujuh.... enam... lima... empat... tiga.... dua.... SA...TUU!!!!”
teriak Rizky heboh. “Silakan taro nasi gorengnya di depan masing-masing juri.
Kepada Patton dan Septian dimohon segera membantu karena tenaga kuli kalian
sangat dibutuhkan,” tambah Rizky dan segera mendapat toyoran dari nama yang
bersangkutan.
Rizky
meringis pelan dan plakk... Ify dengan sengaja menambahkan toyorannya pada
Rizky. “Apaan sih, Fy,” gerutu Rizky. Ify berjalan cuek saja. Ia tidak mau lagi
mengantar nasi goreng ke meja juri. Dengan wajah memelas andalannya Ify meminta
Patton mengangkut semua nasi gorengnya. Ify benar-benar terluka saat melihat
nasi goreng cabe-cabean Shilla. Meskipun nasi goreng itu cabe-cabean setidaknya
nggak hitam kayak punyanya. Dan Shilla dapat wangsit dari mana sehingga nasi
goreng cabe-cabeannya dihiasi dengan selada juga tomat? Ify sedih.
“Gue
bakal kalah nih,” ucap Ify pelan dan mencari-cari sosok Via. Kedua bola mata
Ify melebar saat melihat Rio yang berdiri di sebelah kanan Gabriel dan Gabriel
yang berdiri di sebelah kanan Via. “Kok ada Rio?” batin Ify. “Ya ampun... ya
ampun.... gue dari tadi malu-maluin aja. Ya ampun. Mana nasi goreng ala Afrika,” dumel Ify dalam hati. “Aduh..
malu nih.”
“Oke....
kita segera memberi penilaian karena juri sudah mencicipi nasi goreng setiap
peserta. By the way, ada yang mau
jadi sukarelawan buat nyicipin nasi goreng kedua peserta? Kalau mau silakan dua
orang maju ke depan,” ucap Rizky.
Padahal
tidak ada angin. Nggak badai juga kok. Hujan pun nggak turun. Matahari masih
terbit di timur. Dan Rio berjalan dengan langkah lebarnya ke depan menuju meja
Ify.
“Hooaa....
nggak disangka sang pangeran menghampiri meja IFY. Apakah ia akan menyicipi
nasi goreng masakan Ify?” seru Rizky.
Apa???!!
Ify mangap-mangap saat Rio telah berdiri di sebelahnya dan aw... Kenapa Rio
harus tersenyum semanis itu sih? Semanis kecap ABC yang membuat nasi goreng Ify
berwarna hitam tanpa mutung. Ajaib.
“Apa?
Rio bakal nyicipin nasi goreng ala Afrika gue karena kecap manis ABC yang
semanis senyuman Rio?” cerocos Ify bak kereta api dan terakhir gadis manis itu
meletakan tangan kanannya di mulutnya dengan bola mata melebar karena sadar Rio
mendengar cerocosannya.
“Pasti
dong, Fy. Gue udah berdiri di sini juga. Gue penasaran nasi goreng ala Afrika
lo karena kecap manis ABS yang semanis senyuman Rio,” ledek Rio dan mengulum
senyum.
Pesawat
kamikaze cepat hancurin dapur sekolah ini. Atau Alien Do Min Jun culik aja gue
sekalian. Atau gue rela ditelan black hole. Ini benar-benar merusak harga diri.
Muka gue. Cinta gue... Ya ampun.... batin Ify. Ia benar-benar mati kutu. Ify
tidak perduli dengan Shilla yang melotot kepadanya dan kemudian tertawa karena
Rio mengejeknya.
“Kamu
nyicipin yang aku aja, Yo. Nasi goreng aku nggak ala Afrika kok,” ujar Shilla
dengan suara sok dimanis-maniskan.
“Iya
nasi goreng lo memang nggak ala Afrika, tapi nasi goreng elo nasi goreng
cabe-cabean. Nasi dicabein. Mana level Rio sama cabe-cabean,” cerocos Ify.
Bukankah tadi ia sedang malu dan sekarang? Ia meledek Shilla, padahal jelas ia
tahu kalau nasi goreng Shilla lebih baik dari punyanya.
Hahaha....
Hari ini Ify benaran kocak abis. Lawak bener. Habis mengejek Shilla, Ify
langsung menenggelamkan wajahnya di balik meja. “Ky, umumin aja hasilnya. Gue
tahu kok kalo gue kalah,” ucap Ify dari balik meja.
Hahaha....
lagi-lagi temannya tertawa. Via gemas sendiri melihat tingkah Ify sekaligus
malu. Bagaimana bisa Ify bertingkah ajaib gini? Via geleng-geleng kepala.
“Oke...
oke.... berhubung Rio sudah maju buat nyicipin nasi goreng ala Afirika karena
kecap manis ABC yang semanis senyuman Rio punya Ify dan Riko juga telah maju
untuk menyicipin nasi goreng cabe-cabean ala Shilla, kita persilahkan terlebih
dahulu.”
Rio
mengambil piring nasi goreng milik Ify dan kemudian tertawa melihat sepiring
nasi goreng itu. Beneran ala Afirka, batin Rio. Laki-laki tampan itu terkekeh
pelan dan kemudian mengambil sesuap dan memasukannya ke dalam mulut. Sueerrr...
boleh Rio bawa pulang nasi goreng ini? Ini benar nasi goreng ala Afrika karena
kecap manis ABC yang semanis dirinya. Rio memang suka makanan manis, tapi please, ini nasi goreng, Rio sukanya
nasi goreng pedas manis. Akan tetapi, ini Ify yang memasak dan Rio mencoba
menahan rasa manis yang akan membunuhnya perlahan-lahan itu. Dengan susah payah
akhirnya Rio berhasil memakan nasi goreng tiga suap.
“Hebat....
Rio memakan tiga suap nasi goreng Afrika ala Ify, sedangkan Riko hanya berhasil
memasukan sesuap nasi goreng milik Shilla,” ucap Rizky terpana dengan
kesanggupan Rio. Rizky sendiri akan menolak nasi goreng Shilla, apalagi milik
Ify. Dia tidak mau membuat ususnya ternoda.
“Oke...
Rio dan Riko silakan kembali ke barisan penonton, “ ujar Rizky.
“Eh...
bisa gue bawa ini?” tanya Rio sambil menggoyangkan sepiring nasi goreng di
tangannya. Rizky mengangguk dan Rio segera menuju barisan penonton bersama Riko
yang berjalan santai tanpa membawa apapun.
“Oke...
kita lihat hasilnya.....” Rizky menahan napas dan kemudian tersenyum lebar
melihat hasil yang diperlihatkan oleh juri. “Empat banding satu, Ashilla menang
untuk lomba kali ini,” ujar Rizky dan disertai anggukan puas Shilla.
Ify
yang dari tadi bersembunyi dibalik meja segera keluar dan melepaskan celemeknya
lalu berlari menghampiri Via.
“Dua
sama, Fy. Lo gimana sih? Udah latihan juga,” protes Via saat Ify telah berdiri
di dekatnya.
“Kan
gue nggak janji buat menang, Vi. Lagian mana Rio pake acara maju segala. Kan
gue malu banget ketemu sama dia. Gue benar-benar parah tadi,” ujar Ify sedih.
“Memang
sih elo malu-maluin banget. Kalo jadi elo sih gue udah ngumpetin muka gue di
bawah kasur,” balas Via tidak berperasaan.
“Gitu
amat sih, Vi. Gue kan malu banget ketemu Rio.”
“Kenapa
malu ketemu gue, Ify?” tanya Rio yang telah berdiri di depan Ify dengan
sepiring nasi goreng di tangannya lengkap dengan senyuman manis milik pemuda
itu.
“Ehe...
eh... Rio... duluan ya. Gue sama Via buru-buru ke ruang lomba matematika. By the way, nasi goreng itu jangan
dimakan deh,” ujar Ify cepat dan menarik Via menuju ruang kelas XI IPA 2.
“Hahaha....
parah lo, Yo. Godain Ify gitu amat. Lo nggak liat dia mati kutu tadi di depan,”
ucap Gabriel dan tertawa.
Kesempatan.
Hap... Rio menyuapi sesendok nasi goreng ke Gabriel. Rio melihat mata Gabriel
melebar dan sahabatnya itu bersusah payah menelan nasi goreng yang ia suapkan.
“Manis kan, Yel?” ledek Rio.
“Asem
lo, Yo!! Gue butuh air,” kesal Gabriel dan menuju dapur sekolah mencari aqua
diikuti Rio yang tertawa keras. Rio ke dapur sekolah untuk mengembalikan piring
yang ia bawa.
“Lo
berdua beneran ikhlas nih jadi kuli di pertandingan ini?” tanya Rio iseng
kepada Patton dan Septian yang sedang mencuci piring, sedangkan Rahmi dan Acha
merapikan meja tempat Ify dan Shilla memasak.
“Temen
kelas kesayangan tuh, Yo. Mana mungkin kita berdua kagak ikhlas ya kan, Ian?”
jawab Patton dan meminta kepastian dari Septian.
“Yo’i,
Ton. Mana ada yang nggak mau berkorban demi Ify. Teman paling kece, jahil,
seperjuangan, sebaik, dan pasti semanis Ify. Kita-kita pasti bantu dong. Lo
lihat aja teman-teman kelas kita yang paling banyak bantuin acara ini,” ucap
Septian.
Patton
dan Septian sengaja mengatakan teman kelas kesayangan dan semanis untuk Ify di
depan Rio. Kedua pemuda itu ingin melihat reaksi Rio. Gotcha... harusnya Patton
dan Septian memberitahu Ify untuk tidak usah mengikuti acara konyol ini karena
sang pangeran tentu saja telah terpikat dengan putri sarap kayak Ify.
Sebenarnya, Patton dan Septian tidak sengaja melihat adegan Rio memeluk Ify di
koridor sekolah dan terlebih lagi tadi, Rio sendiri memilih untuk menyicipi
nasi goreng ajaib milik Ify.
“Lo
berdua memang teman kelas paling oke,” respon Rio lalu mengangguk-ngangguk dan
meninggalkan tempat mencuci piring.
“Ngaku
aja apa susahnya sih, Yo. Ify memang ajaib, tapi dia luar biasa!!!” seru Patton
dan kemudian bertos ria dengan Septian.
*****
#Lomba Matematika
“Pasti
Shilla nggak ngerti itu soal. Udah keringatan dia,” bisik Angel di telinga
Aren. Angel dan Aren sedang memperhatikan Shilla yang duduk di sebelah kanan
Ify. Kedua gadis itu berdebar siapa yang pada akhirnya akan menjadi pacarnya
Daud, bukannya penasaran siapa yang akan boleh melakukan PDKT pada Rio.
“Nggak
kayak Ify ya. Lihat Ify santai-santai aja,” ujar Via. Gadis chubby itu tidak sengaja mendengar
bisikan Angel.
“Heh??
Lo bilang Ify bakal bisa? Lo pikir dia dewa matematika?” balas Aren sengit.
“Lagian
temen lo itu bukan tampang santai, tapi tragis nggak bisa ngerjain itu soal,”
tambah Angel dan tak segan menunjuk-nunjuk ke arah Ify.
Via
meringis mendengar ucapan Angel. Angel benar sih, Ify memang dalam keadaan overdown. Cepat-cepat Via bergeser
menjauhi Angel dan Aren. Dia malu. “Ify sih malu-maluin,” keluh Via dan kini ia
berada tepat di sebelah kanan meja Ify dengan jarak tiga meter.
Via
terkekeh dalam hati. Begini ya rasanya ngeliatin orang ujian? gumam Via. “Apa
perlu gue telpon rumah sakit ya? Soalnya Ify udah kolaps gitu,” ujar Via pelan.
“Hah? Lo pikir Ify lagi berjuang di medan perang,”
ujar seseorang dan Via melebarkan matanya kemudian menampilkan cengiran
andalannya.
“Canda,
Yo. Sohib gue itu. Tapi gue benerkan, tampang Ify sedih banget. Frustasi pasti
dia,” ucap Via dan membuat Rio melotot.
Gabriel
yang berdiri di sebelah Rio tertawa dan terpaksa Daud selaku pembuat soal
sekaligus juri memberikan peringatan tegas kepada Gabriel. Ceilah Daud...
ckckck... Gabriel meringis mendengar peringatan dari Daud, ia benar-benar tidak
tahan untuk tidak tertawa.
“Memang
segitu parahnya Ify di pelajaran matematika? Seperti yang diceritakan Ibu
Winda?” tanya Rio.
Via
mengangguk. “Bukan hanya Ify sih, gue juga. Kalau kata Madam Winda sih gue sama
Ify itu kembar kolaps,” cerita Via dengan wajah polosnya dan tidak sadar bahwa
dua pemuda itu menertawakannya diam-diam.
Boleh merobek kertas soal ini? Bolehkan ia mencoret-coret
kertas ini dan menggambar wajah Daud lengkap dengan tanduk iblisnya? Ify
benaran frustasi. Ia bisa santai pada awalnya, tapi kan.... Ify berharap ia
bisa mengerjakan salah satu soal di antara lima soal essai yang dibuat Daud.
“Mengapa tidak pilihan ganda saja sih?” keluh Ify kesal.
Bosan.
Ify mengedarkan pandangan ke sekelilingnya dan ia nyaris tidak dapat menahan
tawanya saat melihat wajah Daud yang sok tegas dan sangar, padahal semakin
lawak. “Dasar pelawak Ambon,” ujar Ify pelan.
Iseng.
Ify melihat Shilla dan langsung terkekeh pelan. Model itu keringatan? Huhuy....
mendingan gue dong, cuma frustasi dan hampir kolaps, batin Ify. Eh..... mana
ada bego???!!! raung Ify dalam hati. Tentu saja mendingan Shilla. Terkadang hal
ini membuat Ify berpikir, mengapa Shilla terlihat lebih anggun daripada
dirinya? Padahal apa yang mereka kerjakan sama.
Berpikir
Ify.... stop ngeliatin orang.
Berpikir untuk memecahkan soal-soal mematikan ini sekaligus berhenti menganggap
dirimu bar-bar dan nenek lampir itu anggun.
Rizky tak sabar ingin mengatakan waktunya hampir habis.
Dari tadi ia tidak sabar untuk mengejek Ify. Wajah Ify persis saat ulangan
harian matematika. Kolaps. Dia tidak sadar diri kali ya? Rizky sendiri adalah
salah satu kaum duafa nilai matematika di kelas XI IPA 2.
“Sebentar
lagi... satu menit lagi...,” gumam Rizky dalam hati. Ia sabar menunggu selama
60 detik dan ya.... sekarang waktunya. “Baiklah kepada para peserta waktunya
tinggal 60 detik lagi, alias satu menit. Dan spesial untuk Ify, segera
kumpulkan jawabanmu pada Daud karena muka lo udah kolaps tingkat dewa,” ucap Rizky
dan sengaja meledek Ify yang melotot ke arahnya dan mendelik kesal.
Tak
teras penonton yang mengikuti pertandingan Alyssa vs Ashilla ini tidak
berkurang, bahkan bertambah. Ini pertandingan konyol dan termasuk sejarah di
Global Nusantara.
Ify
melirik jawabannya dan melepaskan penanya dari genggamannya. Bodoh amat, batin
Ify. “Kalo gue kalah toh tinggal jadi pacar Daud, ntar Daud-nya gue suruh
pacaran sama Via aja. Kan dia jodohnya Daud,” ucap Ify pelan dan terkekeh geli.
Dengan
menyetel wajah sok yakin dan tegar, Ify segera menghampiri Daud dan memberikan
lembar jawabannya. Dan Ify membuat semua orang di ruangan tersebut tertawa
dengan ucapan konyolnya.
“Ud,
kalo gue kalah dan TERPAKSA jadi pacar elo. Elo TOLAK gue ya? Ntar Via yang
bakal jadi pacar elo karena gue...” Ify memasang wajah sedihnya. “...karena gue
nggak mungkin mengkhianti Via,” lanjut Ify dengan ekspresi berlebihan.
“AL...LYY...SSAA....!!!!”
Via mengucapkan namanya dengan penuh tekanan dan Ify langsung memasang wajah
polosnya.
“Canda,
Via Cantik,” cengir Ify.
Hahaha....
semua orang tertawa dan Ify segera berlari keluar ruangan karena ia melihat
gelagat Via yang akan memarahinya.
“Oi...,
Fy. Lo mau ke mana? Ini mau diumumin juga kali!!!” panggil Rizky dia lupa
mengumumkan waktu habis dan untung saja Alvin tanpa banyak omong segera menarik
lembar jawaban Shilla. Alvin membuat Shilla terkejut dan menatap Alvin ngeri.
“Oke...
eh... udah diambil jawabannya,” ujar Rizky dengan cengiran khusus untuk Alvin. “Kita
tunggu jawabannya selama Daud mengoreksi,” tambah Rizky.
“Eh...
yang ngoreksi Madam Winda, beliau ada di sekolah. Kalian tunggu lima belas
menit, gue sama Alvin dan Ray pergi ngoreksi ini sama Madam Winda dulu. Kan
beliau objektif banget kalo menilai,” ucap Daud dan disetujui oleh
teman-temannya.
“Kepada
saudari Sivia Azizah tolong dibawa kembali sahabat somplaknya untuk bergabung
bersama. Bukan sekarang waktunya untuk menghabiskan masa jomblo sebelum jadian
dengan Daud,” ledek Rizky dan Via melotot ke arah Rizky. Enak saja Rizky
meledek Ify terus. Belum tahu dia pembalasan Ify nanti. Via segera keluar
ruangan dan mencari Ify. Tidak perlu bingung. Pasti Ify ada di taman belakang.
Sumpah... Ify nervous
abis. Nggak dia sangka bahwa persejetujuan bagi yang kalah akan menjadi
pacarnya Daud menakutkan bagi dirinya. Ini benar-benar gila. Apalagi dari tadi
Daud tertawa penuh kemenangan.
Saat
ini Ify dan Shilla sudah berdiri di depan kelas, ruangan yang dipakai adalah
ruangan lomba matematika tadi. Spanduk Alyssa vs Ashilla bertengger dengan
megahnya di dinding ruang kelas tersebut.
Ify
dengan seragam pramuka lusunya menatap Via cemas yang sekarang sudah
terbahak-bahak sambil duduk di bangkunya. Terlebih lagi Ify melihat Rio yang
sedang tersenyum. Ya ampun... apakah Ify tidak bisa memiliki senyum itu?
Diliriknya Shilla yang sama cemasnya dengan Ify. Lebih baik batalkan saja?
Pikiran itu terlintas dibenak Ify. Batalkan... batalkan... tapi...
“Oke...
kita bakal umumin skor matematika Ify dan Shilla,” ujar Rizky dengan dua lembar
kertas di tangannya. “Oke... hasil ini benar-benar bikin ngakak bin mules binti
takjub. Hanya karena trigonometri sederhana membuat si pemenang berhasil
mengalahkan musuh. Keren. Nilai mereka berbeda 15 point sebab si pemenang
untung saja menuliskan perhitungan trigonometri sinus, cosinus, dan tangen.
Benar-benar keren,” tambah Rizky. Ia melayang-layangkan kertas di tangannya.
“Banyak
amat mukadimah elo, Ky!!!” protes Patton dari tempat duduknya. Rahmi, Acha, Septian,
Oik, Via, dan Gabriel tampak mengangguk setuju. Huuuu..... teman-teman yang lainnya
juga mendukung.
Rizky
meringis. Dia suka sekali melihat wajah cemas Ify. Wajah cemas Shilla nggak
lucu, habis Shilla bikin orang ngira dia bakal makan orang. “Baiklah.... skor
dengan nilai 30 berhasil dimiliki oleh A... A.... Ashillaa... yyeeee!!!!” seru
Rizky dan membuat Ify menoleh lesu ke arahnya.
Jadi
pacar Daud... jadi pacar Daud... nilainya hanya lima belas. Jadi pacar Daud...
jadi pacar Daud.... nggak mungkin!!!!!! Jerit Ify dalam hati.
Suara
sorakan mulai terdengar. Rizky sendiri iseng melihat ke arah sang pangeran
a.k.a Rio. Pemuda itu menatap cengoh ke arah Rizky lalu menatap lekat Ify.
“Gotcha,” batin Rizky. Ditambah lagi ekpresi Via antara sedih dan ingin
tertawa. Daud sendiri mendelik ke arah Rizky.
“Oke-oke....
kepada saudari Shilla harap tenang,” ujar Rizky penuh hormat saat melihat
Shilla seperti pemenang lomba ini. “Sesungguhnya... atas nama dewa
trigonometri, Ify.... alias Alyssa Saufika Umari a.k.a sahabat somplak Sivia
Azizah... berhasil menjadi pemenang pertandingan Alyssa vs Ashilla dengan skor
matematika 45. Tepuk tangan yang meriah dong!!!!” seru Rizky dengan berteriak
dan sukses membuat Shilla mengerjap-ngerjapkan matanya melihat kertas jawaban
Ify dengan lingkaran nilai 45 beserta tanda tangan super rumit Madam Winda.
“Yes... yes... gue menang... inilah
namanya keadilan!!!” seru Ify. “I love
full trigonometri. Thanks Madam
Winda yang selalu ngocehin gue tentang sin, cos, dan tan. Uhuy....,” ujar Ify
dan memberikan senyum cemoohnya pada Ify.
“Keren,
Fy, ngomong-ngomong, gue seneng banget lo menang. Akhirnya gue nggak perlu
menjalankan rencana gue,” ucap Rio dengan senyum lebar di hadapan Ify.
“Hua....
Rio.... akhirnya... meski nggak jadian!!!” seru Ify. “Eh.....” lagi-lagi Ify
bertindak bodoh di hadapan Rio. Ify meringis lalu kaget saat Rio mengelus
puncak kepalanya.
“Please deh lo berdua, minggir dulu, kita
mesti ngucapin terima kasih kepada kelima juri kita. Juri silakan maju ke
depan,” ucap Rizky dan mengusir Rio serta Ify untuk menjauh. Terpaksa Ify
mengambil tempat duduk di dekat Via.
“Keren
lo menang. Empat puluh lima nggak terlalu buruk,” puji Via dan Ify memeluk Via
penuh kasih sayang. Sahabat sejatinya. Malu... senang... sedih... mereka lewati
bersama.
“Tentu
saja biasanya kita dapat selawe, Vi,” ucap Ify lalu tertawa diikuti oleh Via.
“Eh... liat tuh si Shilla dia terdiam di sudut. Kenapa Rizky nggak ngusir dia
kayak ngusir gue sama Rio?” protes Ify.
“Udah
deh... tuh liat Rizky lagi ngoceh di depan. Lagian lo nggak suah protes lagi.
Ini Rio udah duduk di belakang elo,” omel Via dan membuat Ify langsung
menunjukan sisi anggunnya. Padahalkan dia....
bar-bar abis.
“Terima
kasih kepada Ray, Daud, Agni, Zahra, dan Alvin. Kalian luar biasa banget. Ini
menjadi sejarah buat angkatan kita di Global Nusantara ini.” Kelima orang yang
disebutkan namanya itu mengangguk. “Terima kasih juga buat Alyssa dan Ashilla
yang rela menjadi tokoh utama hari ini. Kalian berdua keren plus lawak banget. Dan... terima kasih
untuk Rio yang menerima dengan lapang dada bahwa ia menjadi korban pertandingan
ini,” lanjut Rizky dan mendapatkan berbagai kutukan. Pertama kutukan dari Ify.
Gadis itu benar-benar akan membalas perbuatan Rizky yang meledeknya
habis-habisan. Kedua dari Rio. Pemuda itu sedikit mengutuk kesal Rizky yang
mengatakannya korban. Sedangkan Shilla, gadis itu masih tetap saja diam di
tempatnya berdiri. Mungkin saja merutuki nasibnya.
“Dengan
demikian acara ini kita tu....!!!!”
“HUUAAAA....
AAAALLVVIINNN.... KEREEEEEENNNN BAAANGGEEEETT!!!!” sorak Ify dan Via. Dua
sahabat itu sampai berdiri dari tempat duduknya dan menatap Alvin dengan begitu
terpesona.
Alvin
melepaskan kacamata frame tebalnya
dan mengacak-ngacak rambutnya tanpa perduli orang di sekitarnya. Pemuda yang
dianggap culun tersebut tidak menyadari atau pura-pura tidak menyadari bahwa
dirinya termasuk cowok keren? Lihat saja duo Pi itu berteriak norak.
“Addduuuuhh...
gue terpesona berat sama Alvin nih. Lo keren banget, Vin!!!!” seru Ify dengan
suara toanya. Tidak menyadari bawah Rio melototkan matanya mendengar seruan Ify
untuk Alvin. Kabar yang dia dengar Ify menyukai dirinya dan sekarang...
bagaimana bisa Ify memuji Alvin di depan dirinya?
“Patah
hati elo, Yo!!!” ledek Gabriel dan terdiam saat Rio balik menertawakannya
ketika mendengar Via berseru penuh pujian untuk Alvin.
“Gue
jatuh cinta, Vin, sama elo. Boleh gue....”
Gabriel
langsung membekap Via dengan buku tulis yang ia temukan di meja yang ia duduki.
“Elo jodoh gue, Vi,” bisik Gabriel dan membuat wajah Via memerah ditengah
remaja SMA yang masih menatap takjub Alvin.
“Oke....
harap tenang dulu. Minggu depan kita bisa buat acara baru lagi dengan target
Alvin Jonathan Sindunata. Gue ikhlas jadi mc-nya lagi,” ucap Rizky dan berhasil
membuat para remaja itu berhenti berteriak. “Marilah kita sambut pasangan resmi
kita. Daud dan Ashilla!!!” seru Rizky. Daud dengan wajah penuh kemenangan maju
ke depan, sedangkan Shilla...
“GUE
NGGAK MAU!!!!!” teriak gadis itu dan berlari meninggalkan ruangan diikuti oleh
Angel dan Aren.
“Yaa....
kayaknya elo harus berusaha deh, Ud, kejar dia,” ucap Rizky.
“Yoookkk....
kita bantuin Daud buat menemukan putrinya. Yang berhasil membawa Shilla ke
hadapan Daud, tugas dan peer matematikanya selamat selama satu minggu!!!” seru
Patton dan membuat hampir seisi ruangan berlari keluar kelas untuk mengejar
Shilla meninggalkan Rizky, Rio, Alvin, Ify, Zahra, Gabriel, dan Via.
“Gue
mau ngejar juga!!!” seru Ify dan Via berbarengan, namun keinginan mereka
terhenti karena dihentikan oleh Rio dan Gabriel.
“Tugas
matematika kita, Vi...,” ucap Ify sedih.
“Peer
matematika kita, Fy,” ucap Via sedih.
“Lo
berdua mesti kudu wajib belajar matematika sama....”
“ALVIN
KAH?” tanya Via dan Ify kompak.
Gabriel
dan Rio langsung misuh-misuh kesal.
“Kalo
Alvin mau deh. Nanti Alvin jangan pake kacamata kalo ngajarnya. Kan buat
vitamin,” ucap Via dan diikuti anggukan Ify.
“Gue
mau pulang deh, Yo, sumpeh dah. Gue patah hati nih,” ucap Gabriel ngenes.
“Tenang
aja, Yel, gue juga nggak mau ngajarin Via sama Ify. Bisa-bisa gue stress
duluan. Gue pulang ya. Yok, Ra,” pamit Alvin sekaligus mengajak Zahra pulang.
“Eh....
Zahra kok bisa? Hei.... kita ikutan pulang juga!!!” seru Ify dan membuat Rio
menghela napas sedih.
“Gue
duluan, Bro, lo berdua selamat deh jatuh cinta sama dua somplak ini,” pamit
Rizky dan sempat-sempat saja menertawakan Rio dan Gabriel serta meledek duo Pi.
“Fy....
elo beneran suka sama Alvin?” tanya Rio pelan.
“Dan
elo, Vi, boleh nggak gue jadi pacar elo?” tanya.... eh salah.... tembak Gabriel
langsung. Ia tidak bisa membiarkan Via semakin terpesona oleh Alvin.
“Eh...,”
Via kaget. “Gabriel nembak gue, Fy? Beneran?” tanya Via kepada sahabatnya.
Ify
tidak mengerti karena dari tadi ia melihat Alvin yang menghilang bersama Zahra
di balik tembok. Ify hanya diam.
“Gue
serius, Vi, boleh nggak?” tanya Gabriel lagi dan kedua bola mata Via yang
sedikit sipit langsung memaksa melebar.
“Mata
elo nggak bakal belo juga, Vi,” ujar Ify tanpa berperasaan dan merusak momen
Via-Iyel. Rio langsung membawa Ify keluar kelas disertai ucapan good bye Ify untuk Via.
“Jadi,
Yel, gue....”
Rio membawa Ify menuju parkiran mobil Gabriel. Mereka
duduk di depan mobil itu cukup lama. Ify deg degan. Hati normalnya telah
kembali menguasai dirinya. Hati yang selalu berdebar bila ada Rio di dekatnya.
Hati yang telah tertaut oleh Mario Stevano Aditya Haling. Hati yang dipenuhi
oleh cinta untuk Rio.
“Yo...
kalau seandainya gue kalah gimana?” tanya Ify memecahkan keheningan.
Rio
tersenyum lebar dan menampakan gigi gingsulnya. Ify gemas sendiri. “Gue udah
ada rencana. Daud bakan gue jodohin sama Via, kan kata elo Via jodohnya Daud.”
Ify
tertawa ngakak. “Rencana kita sama banget, Yo, dan akhirnya gue menang. Via
sama Gabriel deh. Ngomong-ngomong, rencana sama berarti tanda jodoh dong.”
Rio
langsung tertawa ngakak. Di mana lagi ia bisa menemukan cewek seajaib Ify dan
seluar biasa Ify? Seunik Ify? Sebaik Ify? Semanis dan secantik Ify? Di mana?
Sungguh... ia sudah jatuh cinta sama Ify sejak insiden tabrakan di koridor itu.
“Hari
ini... bisa dibilang petualangan cinta Ify,” ucap Rio dan membuat Ify melongo
parah.
“Iya...
petualangan cinta Ify. Hari ini elo berpetualang mulai dari lomba modeling yang
gue yakin nggak bakal elo lakuin kalau bukan terpaksa. Lomba lari yang biasa
elo lakukan. Lalu lomba menyanyi yang baru pertama kali elo lakukan. Kemudian
lomba memasak yang gue yakin juga pertama kali lo lakukan dan terakhir ujian
kejam matematika yang setengah mati ingin elo hindari. Bukankah semua itu
petulangan, Fy?”
Ify
mengangguk-ngangguk. Benar juga Rio. Hal-hal yang baru Ify lakukan adalah
petualangan. Ia melakukan itu juga karena bersaing dengan Shilla dengan
gift-nya adalah siapa menang yang hanya boleh pdkt dengan Rio. Ify setuju
dengan Rio. Hari ini benar... Hari ini adalah hari petualangan cinta Ify.
“Jadi...
gue udah menang, Yo, gue sih sebenarnya malu banget mau nanya ini, tapi
berhubung gue hari ini udah kehilangan rasa malu. Boleh juga sih dibilang krisis
rasa malu, gue mau nanya, apa lo setuju kalo cuma gue yang boleh pdkt sama
elo?” tanya Ify dengan wajah bersemu merah. Duileh, Ify... bisa malu-malu kayak
anak kucing juga ya?
Rio
sebisa mungkin berusaha menahan tawanya. Jarang-jarang Rio melihat Ify bersikap
malu-malu tapi mau gini, biasanya juga malu-maluin, haha.... kejam banget si
Rio. “Tapi, Fy, gue denger kemaren itu ada yang bilang menurut pasal 28 J ayat
1 undang-undang jatuh cinta sama Rio, siapapun yang jatuh cinta sama Rio boleh
melakukan pdkt tanpa terkecuali. Jadi gimana tuh, Fy?”
Semakin
merahlah muka Ify. Bolehkan Ify berharap ia diculik bangsa ant? Dibawa ke dalam
hutan dan Rio tidak bisa melihat wajah merah ala kepiting rebus milik Ify.
Hahaha...
tawa Rio akhirnya pecah juga. Ia tidak bisa tidak tertawa bila melihat wajah
merona milik Ify.
Sueer
terkewer-kewer... culik gue Do Min Joon, pinta Ify dalam hati. Ini benar-benar
memalukan. Rinciannya, yaitu:
Pertama, dia diketawain Rio yang jelas-jelas merupakan
cowok idamannya. Kedua, wajahnya memerah karena Rio menggodanya.
Ketiga, Rio sudah tahu kalau Ify menyukai cowok itu.
Keempat, Ify sudah mengatakan di depan umum bahwa senyum
Rio sangat manis.
Kelima, Ify ketahuan oleh Rio bahwa di lomba lari Ify
sengaja memplototin foto Rio yang dipegang oleh Via (Via tadi memberitahu
kepada Ify saat mereka sedang makan bakso dan Ify mengutuk Patton
berkali-kali).
Keenam, Rio mengetahui tulisan ‘Rio tercinta’ dibalik
foto Ify karena Via keceplosan cerita sama Gabriel.
Ketujuh, Rio mengetahui bahwa Ify mencuri foto Rio dari
dp-nya di BBM dan Ify benar-benar ‘berterima kasih’ kepada Rizky si mulut
ember. Ify sendiri heran mengapa Rizky sepertinya dendam banget sama Ify.
Kedelapan, Rio memakan nasi goreng Afrika karena kecap
manis ABC yang semanis senyuman Rio ala Ify Alyssa (Ini bencana yang Ify buat
sendiri).
Kesembilan.... entahlah Ify tidak sanggup lagi
mengingatnya. Apakah Rio bersedia bersama cewek dengan tingkah ceroboh kayak
Ify. Apakah Rio amnesia kalau menerima Ify? Ya ampun... Ify menggelengkan
kepalanya. Ini benar-benar bencana.
“Jadi,
gimana, Fy? Lo mau nggak?” tanya Rio kepada Ify.
“Hah?
Heh? Maksudnya?” Ify bingung dengan apa yang Rio tanyakan.
“Ck...,”
decak Rio. Sabar, Yo, ini tantangan elo. Petualangan elo, batin Rio. “Lo mau nggak
kalau ending petulangan cinta Ify dilanjutin dengan petualangan cinta Rio?”
Sumpeh
deh Rio alay banget. “Petualngan cinta Rio?” tanya Ify bingung. “Lo mau pdkt
sama siapa, Yo? Pake petualangan cinta Rio segala?”
“Ya
sama kamu lah, Fy,” jawab Rio.
“Aku
bakal nerima kamu apa adanya deh, Yo, nggak usah pake petualangan cinta Rio
segala,” balas Ify dan membuat Rio tertawa hambar.
“Nggak perlu? Dengan kamu
yang ngeidolain Alvin kayak ngeliat pangeran itu?” batin Rio. “Nggak, Fy, kali
ini biar gue yang berjuang buat nunjukin kalau aku beneran sayang sama kamu dan
kamu pun begitu. Aku takut kalau kamu hanya merasa tersaingi oleh Shilla.”
Ify tertawa ngakak.
“Terserah deh, Yo, gue tunggu elo, tapi... kalo lo nembak gue sekarang, gue
nggak nolak kok,” ujar Ify kalem dan membuat Rio tersenyum lebar.
“Pasti dong, Fy, mana
mungkin kamu nolak aku,” gumam Rio dalam hati penuh kemenangan.
“Tapi...”
Alis Rio terangkat
sebelah.
“Gue nggak bisa nolak
kalo Alvin tiba-tiba nembak gue. Habis dia cute
dan keren banget,” ucap Ify serius.
Dan Rio.... “Pokoknya elo
jodoh gue, Fy, nggak perlu pake petualangan cinta Rio, tapi petualangan cinta
RiFy, Rio dan Ify,” ujar Rio cepat dan meraih tangan Ify. “Jujur... aku beneran
sayang sama kamu, Fy,” tambah Rio.
“Yes... akhirnya.... Alyssa Saufika Umari yang kata Sivia Azizah
cewek tomboi, sering lupa sisiran, jarang mandi, sering ketiduran, dodol di
matematika, akhirnya bisa mendapatkan Mario Stevano Aditya Haling sang Ketua
OSIS, juara olimpiade sains, tampan, keren, rapi, dan luar biasa. Yes...
yes...!!!” seru Ify girang dan tersenyum lebar.
“Aku juga sayang sama kamu, Yo,” lanjut Ify dan menatap Rio hangat.
Rio suka perasaan yang
menyelimuti hatinya saat ini. Hangat dan menggembirakan.
“Jadi... pacar aku ini
sering lupa sisiran, jarang mandi, sering ketiduran, dodol di matematika, dan
oh ya... jangan lupakan kesusahan membuat karya ilmiah dan....”
Wajah Ify pias. Malu.
“Eh... tapi aku jago nyanyi kok, Yo. Ngapal undang-undang juga jago. Janji deh
nggak lagi bolos jam arahan ketua OSIS,” sambar Ify memotong ucapan Rio.
Rio tertawa
terbahak-bahak. “Bercanda, Fy. Aku udah lama tahu kok. Tenang saja, kita saling
memahami.”
Ini benar-benar hari luar
biasa untuk Ify. Diterima Rio dan Rio ingin memahami Ify seperti Ify yang lebih
suka memahami Rio dari pada memahami matematika. Gotcha!!!!
“Tapi... Rio jago
matematika dan gue..... gue harus belajar. Masa iya gue bodoh dan Rio
jago???!!” batin Ify. Bola mata Ify terlihat membara dan semangat juangnya
untuk menaklukan matematika mulai bangkit. Good
bye nilai 25 dan wellcome nilai
85. Ify tersenyum-senyum sendiri, sedangkan Rio menatap Ify lembut. Rio
mengerti apa yang Ify pikirkan. Dia pasti akan membantu Ify menaklukan
matematika kalau tidak... bisa saja Ify ditaklukan oleh Alvin.
Sementara itu....
“Sssttt...
jadi mereka jadian, Vi?” tanya Gabriel.
Via
mengangguk dengan mata berbinar. “Aku yakin, Yel,” jawab Via tanpa melepaskan
pandangan pada dua sejoli yang berada dua meter dari mereka. Sejak tadi Via dan
Gabriel menguping di belakang mobil.
“Kayak
kita ya, Vi,” sahut Gabriel dan membuat wajah Via memerah. Ya... hari ini,
gadis chubby ini juga jadian dengan
Gabriel.
Bukankah
hari ini adalah hari yang cerah????
Di koridor sekolah....
“Kenalin
nih, pacar gue, Ashilla,” pamer Daud kepada setiap orang yang ia jumpai di
koridor sekolah ini. Wajah Daud berbunga-bunga seolah bunga matahari tumbuh di
wajahnya, sedangkan Shilla menekuk wajahnya. Ia benar-benar malu. Bagaimana
bisa ia jadian dengan Daud? Apalagi tadi saat bertemu dengan Madam Winda. Guru
matematikanya itu mengatakan bahwa dirinya beruntung karena berpacaran dengan
Daud. Menurut Madam Winda, dengan begitu Shilla dapat memperbaiki nilai
matematikanya yang selalu parah itu. Ingin sekali Shilla berteriak... HEELLLO,
MADAM!!! ADANYA DAUD YANG BERUNTUNG KARENA BERPACARAN SAMA CEWEK TERCANTIK DI
SEKOLAH INI!!!!!
Shilla
benar-benar merutuki Agni dan Patton yang berhasil menangkap dirinya dan dia
kaget saat mengetahui bahwa teman-teman sekolahnya yang datang di hari pertandingan
Alyssa vs Ashilla ini memburu dirinya dengan jaminan tugas dan peer matematika
aman. Sialan nggak tuh.
“Eh...,
Fy, thank you banget. Kalau kata Mr.
Muller sih viele danke, Fy. Gue baru
pertama kali ini punya pacar cantik kayak Shilla,” ucap Daud yang telah
menjumpai Ify, Rio, Via, dan Gabriel di parkiran sekolah.
“Tenang
aja, Ud, kalo kata Ban Kin Moon gomawo.
Kalo kata Conan sih, arigatou. Kalau
gue sih, sama-sama,” balas Ify dengan cengirannya dan membisikan Rio untuk
tersenyum sekeren mungkin. “Syukurin lo, Shill,” batin Ify. Seneng banget Ify
bisa nunjukin ke Shilla kalau Rio menyanyangi Ify.
“Via
imut... lo nggak sedihkan gue tinggalin?” goda Daud ke Via yang langsung saja
membuat Gabriel memamerkan tinjunya.
“Hehe...
santai, Yel, canda doang,” cengir Daud. Gile parah!!!! Dia tobat ganggu Via
sama Ify. Bisa-bisa dicincang Iyel sama Rio. “Oke deh, gue keliling sekolah
dulu. Mau pamer punya pacar kayak Shilla,” pamit Daud dan menyeret Shilla yang
sepertinya enggan mengikuti Daud.
Hahahaha.....
Ify senang banget hari ini. Hari ini ia jadian dengan Rio. Via jadian dengan
Gabriel. Dan tentu saja Daud yang jadian dengan Shilla. Hari yang sangat
membahagiakan.
Di
ujung koridor sana....
“Ini
pacar gue, Ton, Ian, Ky,” pamer Daud kepada Patton, Septian, dan Rizky.
“UDAH
TAU!!!!” balas Patton, Septian, dan Rizky kompak.
“Lo
nggak iri?” ledek Daud.
Patton,
Septian, dan Rizky saling pandang lalu tertawa geli. “Iri sama elo? Males
banget,” sahut Septian.
“Lo
sama Shilla itu kayak kopi susu. Elo kopi, Shilla susu. Nggak malu elo?” ganti
Rizky meledek.
Daud
cuek aja dan Shilla sungguh ingin menenggelamkan wajahnya di dalam karung. Malu
benar dia hari ini!!!! Aarrrghhhh!!!!!
“The End”
Gue
sungguh minta maaf karena terlalu lama menahan cerita ini. Gue pernah
bilang, ini awalnya cerbung dan gue udah nulis sampai 73 halaman di
kertas A4. Lalu gue baca lagi dan ternyata ceritanya mainstream banget.
Jadi, gue rombak jadi cerpen dan jumlah halamannya 67, tapi di kertas
A5, aslinya 34 halaman di kertas A4.
Gue
beneran minta maaf kalau ending sama jalan ceritanya nggak sesuai
bayangan. Inilah imajinasi absurd gue *soalnya ini cerita banyak yang
nanya*. Semoga saja tetap dibaca dan bila sempat tinggalkan kritik dan
sarannya :).
Gue
juga minta maaf bila ada yang baca dan dia nggak suka idolanya dibuat
sikapnya kayak dicerita ini. I'm so sorry. Ini hanya fiktif belaka.
Oke... cuma minjem nama. Gue beneran minta maaf kalau ada yang nggak
suka.
Warning juga...
Pertama,
di sini Rio-nya nggak selalu nongol, lebih dominan pada Ify dan Via
serta Daud. Oke.. ini pertama kalinya gue masukin Daud dengan banyak
peran di cerita-cerita gue.
Kedua,
typo bertebaran karena gue males ngedit, apalagi ini cerita udah sangat
lama selesai dan gue tahan-tahan untuk posting. Rencananya gue mau
barengin sama SSJCT, LM, TL, SIADK dan Sequel Dia. Tapi apa daya, gue
mahasiswa yang dikejar deadline tugas dan laporan serta kuliah lapangan.
Ketikan gue belum selesai.
Ketiga,
sampai saat ini gue masih suka nulis dibuku tulis, kecuali buat cerbung
TL itu gue selalu sempatin ngetik langsung karena saat ngetik imajinasi
gue untuk cerbung ini tetap jalan. Kalau cerbung lainnya gue ngadat.
Jadi, ada tiga setengah buku lagi yang belum gue salin ke laptop. Ini
permasalahan terberat gue. Gue merasa lelah kalau menyalin yang dibuku.
Apakah ada usulan buat masalah ini???
Dan
terakhir.... gue mutusin buat posting hari ini karena yang nanya ini
cerita makin banyak. Daripada gue tahan-tahan... *kayak perasaan lo pada
yang ditahan bertahun-tahun.... caileh...* jadi gue putusin buat
posting hari ini, sekaligus buat menyambut lebaran dan ada moment yang
membuat gue seneng banget akhir-akhir ini, hahaha....
Ngomong-ngomong,
maaf kalau gue nggak sempat balas komentar di blog ini karena itu
susah, sering error ponsel tua gue, jadi malas, tapi gue baca lewat
e-mail gue. Lain waktu gue usahain balas. Gue seneng dengan
komentar-komentar kalian, hehehe.... Oh iya... buat inbox di facebook,
gue juga jarang balas, bukannya sombong, gue jarang buka facebook lagi
palingan dibuka kalau ada yang berhubungan dengan kegiatan di kampus.
*Berasa terkenal, wkwkwk... padahal bukan siapa-siapa*
Dan
juga gue makasih banget buat pengunjung blog yang sering mati suri ini.
Gue nggak nyangka bisa sampai 1184000 pageviews. Buat gue itu luar
biasa. Terima kasih banyak.
Selamat membaca :)
Nb:: kalo kata-kata ini sedikit naris dan membuat kesal, mianne... gue beneran minta maaf.
Minal aidzin walfaidzin mohon maaf lahir batin :) *suasana lebaran*
7 comments:
Dan akhirnya gue bisa lanjutin baca cerpen ini :D keren kak.. Lovely maidnya juga lanjutin yaa kak :D
Gue bacanya smpe ngakakk sumpah ini keren bgt :D :D
menghibur bangeeet,,sampe capek ketawa :D
Sumpahh ini cerita terkerennn yg gw baca kak .. ngakak abiss:D
Ini cerita favorite gue kak udah berapa kali baca tetep aja ngakak!!
Terus berkarya kak
Kak, cerita.ny keren bnget ampe bkin aku sakit perut gegara ktwa trus.
Semangat terus ya kak? ������
Sukaa banget gue :D ngakak parah, seruu abeess, terus berkaryaa kak wkwkwkwk
Posting Komentar