Akhirnya aku posting lagi cerita ini. Ini cuma satu part doang karena beberapa yang udah diketik disimpen dulu dan sisanya masih banyak belum selesai diketik, hoho.... jujur aku kerjanya lambat habis males banget mau ngetik itu... kerja dua kali... salah aku juga sih, nulisnya dibuku *maklum hobby*. Oh iya, maaf kalo part ini ngecewain dan nggak seperti yang kalian bayangin *kayak ada yg bayangin aja*. Jujur, ini merupakan salah satu part membosankan. Walaupun ini membosankan, part ini harus ada untuk kelanjutan part sebelumnya. Dan alasan utama part ini membosankan adalah saya nggak terpikirkan lagi mau bagaimana. Untuk warning, part berikutnya masih membosankan, hoho....
Ngomong-ngomong, selamat membaca :)
Lovely Maid Part 16
Gadis
itu meringkuk dalam selimut tebal yang menyelimuti hampir seluruh tubuhnya.
Yah… selimut itu menyelimuti dirinya sampai dagu gadis itu. Memang malam ini
sangat dingin, ditambah lagi dengan hujan yang terus mengguyur tanpa henti.
Drrraaaazzzzzzz……….
Drrrraaazzzzzz………
Hujan
masih setia membahasahi bumi. Kedinginan, gadis itu menarik lagi selimutnya dan
semakin meringkukan tubuhnya hingga berbentuk bulan sabit.
Tes…
tes… tes…
Air
hujan berhasil menembus atap berbahan seng rumah gadis itu. Namun tampaknya
gadis itu belum menyadarinya sama sekali.
Tes…
tes… tes…
Tetap
saja air hujan itu terus menetes dan membasahi kakinya. Gadis itu tampak
bergerak menarik kakinya sendiri. Sepertinya, ia mulai menyadari sesuatu.
Gadis
itu mengangkat kakinya hingga lepas dari balutan selimut dan membuatnya merasa dingin
karena kulitnya merasakan langsung bersentuhan dengan permukaan air hujan.
Tes…
tes… tes….
Yeah….
Yang ketiga kalinya akhirnya gadis cantik itu membuka matanya, otomatis kakinya
langsung turun dan dia merasakan basah di tempat kakinya mendarat. Dengan cepat
gadis itu mengambil posisi duduk dan bola matanya membuka lebar tatkala melihat
kasurnya sudah basah.
Itu
berarti….
Yap,
gadis itu mengangkat wajahnya ke atas dan ia menemukan air hujan yang tetap
setia menetes. Dan akhirnya….
“RUMAH
GUE BOCORRRR!!!!!!!!!” seru gadis itu. Dia langsung turun dari tempat tidurnya
menuju dapur. Namun, bola matanya lagi-lagi terbelalak kaget saat menemukan
dapurnya sudah digenangi air setinggi mata kaki. Lagi-lagi….
“GUE
KEBANJIRAN!!!!!!” teriak gadis itu lagi.
Dengan
cepat gadis itu mencari baskom dan benda-benda lainnya yang sejenis, seperti
ember. Bahkan gadis itu mengambil mangkuk dan gayung sebagai alat tempurnya
menghalau hujan yang dengan tidak tahu malunya membahasi rumahnya. Hujan tak
berperi kemiskinan.
Aturannya
orang miskin mah jangan dibanjirin, kasihan tau ah!!!
Sebodo
dengan banjir yang di dapur, gadis itu langsung berlari ke kamarnya. Saat ini
yang paling membutuhkan pertolongan pertama pada detik-detik kebanjiran adalah
kamarnya. Ketika tiba di kamar, gadis itu langsung meletakkan ember di atas
tempat tidur yang atapnya bocor.
“Alhamdulilah,
teratasi,” gumam gadis itu.
Lalu ia
mulai memeriksa yang lainnya dan sukses dia harus meletakkan baskom yang ia
bawa di lantai tepat di atap yang memiliki diameter kebocoran sekitar 0,5 cm.
Benar-benar malam yang buruk.
“Lo kok
jahat banget sih hujan. Gue itu miskin. Rumah gue bolong-bolong. Kok elo malah
buat banjir rumah gue sih??? Coba rumah orang kaya aja, kayak rumahnya senior
di sekolah gue yang sombong itu, pasti cepet antisipasinya. Lah gue? Mesti pake
ember, baskom, bahkan mangkuk dan gayung. Lo tega banget sih!!!” dumel gadis
itu sambil memperhatikan air hujan yang terus menetes di baskom.
Drrrrttt…….ddrrrtttt……..
whuuussss……..
Hujan
semakin deras saja ditambah lagi dengan angin kencang yang setia menemani
turunnya hujan. Dan tentu saja membuat gadis itu cemas.
“Jangan
sampai dah!” harap gadis itu.
Krreeeekkk……..
kreeek…… blaaaashhhhh………
“Oh
My………!!! Atap rumah gue!!!!!!!!!” seru gadis itu histeris dan buru-buru lari ke
dapur.
Perkiraan
gadis itu ternyata benar. Ya ampun, atap dapurnya terbuka satu dan masih ada
waktu untuk memperbaikinya karena masih satu paku yang menjadi penahan antara
seng dengan kerangka atap.
Melihat
atap rumahnya yang lagi sekarat, gadis itu segera keluar rumah dan berlari
menuju rumah salah satu sahabatnya.
“AGNI….
AGNI…. AGNI!!!!!” teriak gadis itu sambil menggedor-gedor pintu rumah
sahabatnya.
Namun
belum ada juga sahutan.
“AGNI….
AGNI…. AGNI….!!!!”
Tetap
nihil.
“AGGNIIIIIIIIIIIII
TOLONGIIIIIN GUEEEEEE!!!!!!!!” teriak gadis
itu lagi.
Rumah
yang menjadi target tak kunjung membukakan pintu. Beda halnya dengan rumah di
sebelahnya. Terdengarlah suara krasak-krusuk dan gedoran yang mengangguk tidur
penghuni rumah sebelah.
************
Shilla
tengah menikmati tidur dalam balutan selimut hangat di cuaca hujan malam hari
ini. Sangking enaknya, ia sampai bermimpi bertemu pangeran super ganteng yang
menyambut kedatangannya di sebuah istana megah.
“Oh My Princess, would you dance with
me??” pinta sang Pangeran sambil mengulurkan tangannya.
Dalam mimpi itu Shilla mengangguk
malu-malu dan menyambut uluran tangan sang Pangeran hingga jarak mereka semakin
dekat dan Shilla merasa tidak asing dengan wajah sang Pangeran.
“Why My Princess?? You’re so
beautiful,” tanya dan puji sang Pangeran sambil tersenyum.
Senyum itu… Shilla merasa tidak
asing… senyum itu… senyum miring yang pernah ia lihat. Senyum itu milik…
“AGGNIIIIIIIIIIIII
TOLONGIIIIIN GUEEEEEE!!!!!!!!” teriak suara yang langsung menghancurkan mimpi Shilla ke
dalam bentuk puzzle-puzzle mimpi.
“Ya
ampun Via!!!!!” ucap Shilla cepat dan kini ia sudah terbangun dari mimpinya,
bahkan sudah dalam posisi duduk.
Dengan
segera, gadis itu berjalan menuju pintu keluar untuk mengatahui apa yang Via
lakukan di tengah malam seperti ini.
*************
“AGNI…
AGNI…. AGNI BANGUN DONG!!!! BUKA PINTUNYA!!! TOLONGIN GUE!!!!” ucap Via dengan
suara yang cukup kencang. Ia tidak perduli dengan dirinya yang sudah basa kuyub
akibat hujan yang masih saja turun.
Ketika
membuka pintu, dia langsung mendapati Via yang dalam keadaan basah berdiri di
depan pintu rumah Agni.
“Lo
kenapa hujan-hujanan gini, Vi?” tanya Shilla yang langsung menghampiri Via.
Via
menoleh dan kini menatap Shilla dengan sorot mata berbinar-binar. Kenapa??
Nggak tahu…
“Ya
ampun, Shilla!!! Lo bangun tanpa perlu gue bangunin. Tolongin gue buat bangunin
Agni dong. Di tidur kebo banget.”
Drrrtttttt………. Drrrttttttttt……..
“Memang
kenapa bangunin Agni tengah malem gini?” tanya Shilla bingung.
Bukannya
menjawab, Via langsung menunjuk ke arah rumahnya. “Atap gue,” ucap Via.
Bola
mata Shilla melebar. Itu atap rumah Via hampir melayang. “Cepet bangunin Agni.
Itu kudu mesti diperbaiki!!!!!!!!” seru Shilla cepat.
“Makanya,
elo yang teriak.”
Shilla
mengangguk. “AAAAAAAAGGGGGGGGGGGGNNNNNNNIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII…………… AAAAAAAAGGGGGNNNNNNNNNIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII……………..!!!!”
teriak Shilla.
*************
Lagi
asyik-asyinya tidur di dalam balutan selimut hangat, tiba-tiba terusik dengan
teriakan cempreng yang bisa ia kenali di mana saja. Itu teriakan cempreng
sahabatnya sekaligus tetangga rumahnya. Dengan lesu dan menggosok kedua matanya
dengan punggung tangan, Agni bangun dan segera menuju pintu depan.
Cklek….
Pintu
rumah terbuka dan Agni langsung menemukan kedua sahabatnya yang menatapnya
penuh binar-binar, seperti menemukan secumpuk emas di tengah jalan.
“Kenapa?”
tanya Agni.
Via
langsung menunjuk ke arah rumahnya, tepat ke arah atapnya yang bocor. “Tolongin
gue ya, Ag? Kan lo jago tuh dengan hal beginian,” pinta Via.
“Ayolah,
Ag. Kasihan Via-nya. Lo kan the best.” Kali ini Shilla juga memohon.
“Oke…
tapi gue pinjem mantel lo ya, Shill. Kalo pake payung ribet. Dan Via ambil
tangga di sebelah rumah Ify,” ucap Agni.
Keduanya
langsung berlari mengambil apa yang Agni suruh, sementara Agni mengambil
peralatan tempurnya.
************
Bukannya
berbicara, Rio malah mengambil piring dan meletakkannya di lantai sebelah. Lalu
tangannya ia letakkan di kedua bahu Ify, lalu ia menatap kedua bola mata Ify
dengan intens. “Gue mau bilang… Bagi gue elo itu….”
Haatttccchiiimmm…….
“Bagi
gue el… haaaatttccchiiiimmm…..!!!!”
“Gue
ngantuk!!!!”
“Bagi
gue elo itu…………..”
“Apaan
sih!!!!” seru Ify kesal. Lama-lama ia kesal juga.
Ehehemm…
Rio masih menatap Ify dengan begitu intens. Bola matanya masih terkunci untuk
menatap bola mata di depannya. “Bagi gue….”
“Ya,
bagi elo, gue ini siapa?” tanya Ify jutek. Lama-lama dia benar-benar kesal
dengan tuan mudanya ini.
Rio
tetap bergeming dan Ify memutar bola matanya malas. Ia segera berdiri dan
mengambil piring yang Rio pindahkan tadi.
Kali ini tidak ada penahanan dari Rio dan Ify segera berjalan menuju
dapur…
“BAGI
GUE ELO ITU… malaikat gue, Ify,” ucap Rio yang pada akhir ucapannya, ia ucapkan
sangat pelan dan mirip seperti gumaman tak jelas.
“Apaan,
Kak?” tanya Ify yang telah menatap ke arah Rio lagi.
“Apaan
apanya?” tanya Rio balik dengan santai.
Ify
mendengus kesal. “Tadi lo bilang, bagi elo, gue itu siapa?”
“Bagi
gue elo itu MAID TERSAYANG gue.”
Bola
mata Ify sukses melebar. Maid tersayang???? Ada kata tersayang?? Dan imbuhan ter-
bisa berarti paling dan nggak sengaja. Tapi sepertinya dalam ucapan tuan
mudanya itu, imbuhan ter- lebih merujuk pada yang paling disayang bukan nggak
sengaja tersayang. Tapi… apa itu tidak keliru???
“Maid
tersayang???” ulang Ify pelan.
Rio
tersentak. Apa yang udah dia bilang?? Maid tersayang?? Itu sungguh bukan Rio
banget, masih mending bila dia mengatakan maid terbaik, bukan maid tersayang.
Dan kini itu semua sudah terlanjur.
“Bagi
gue elo memang maid terbaik gue dan tersayang juga, soalnya, ehem… Ray sayang
banget sama elo. Sebentar-bentar elo.”
“Ah
iya… gue tau kok. Gue balikin piring dulu,” ucap Ify dan pergi meninggalkan
Rio.
“Ntar
siang, kita latihan nyanyi duet sama LCT!!!” ucap Rio mengingatkan dan dia
segera menuju kamarnya.
*****************
Whuuuuuuuusssssssssss………….
Angin beserta air hujan masih setia mengguyur bumi. Seorang gadis yang sedang
sibuk di atap rumah dengan palu dan paku sebagai alat perangnya.
“Ayo
Agni!!! Semangat!!!!” seru Via sambil mengangkat tangannya ke atas.
Sahabatnya
di sebelah merasa sedikit sulit memayungi dirinya dengan Via agar tidak terlalu
terkena air hujan yang turun dengan derasnya.
“Ayo
Agni!!! Our Heroin!!!” seru Via lagi.
Shilla
memutar bola matanya bosan. “Bisa diam nggak sih, Vi??? Bisa-bisa kita
kehujanan berdua di sini dan elo mau kita kena demam berjamaah?? Kalo elo
sendiri sih nggak apa-apa, gue ogah!!!!” ucap Shilla dan menatap kesal Sivia.
Via
menampilkan cengiran andalannya. Ekspresi luar biasa yang dimilikinya, yang
bisa-bisa membuat orang merasa dia adalah makhluk yang sangat suci. Tidak
merasa bersalah.
Shilla
hanya menatap Via sebentar lalu kembali melihat Agni yang masih berkutat dengan
seng, paku, dan palu. Shilla jadi berpikir-pikir, kalau tidak ada Agni
bagaimana dengan mereka?? Pasti bila terjadi hal seperti ini, dia dan Via hanya
akan memilih untuk menampung air hujan dengan baskom-baskom dan ember-ember.
Tidak lupa juga memohon-mohon bahkan bersujud-sujud agar hujan berhenti.
“Huaaaaaaaa…. Pakunya lepas!!!!!!” teriak Agni
dan melihat sebuah paku yang berwarna keabu-abuan meluncur ke bawah dan dia
hanya diam saja.
Sementara
Via dan Shilla keduanya mengakat wajah ke atas dan melihat Agni yang juga
sedang melihat paku yang meluncur ke bawah.
Bagai
gerakan slow motion, paku kecil itu menyusuri bagian cekung seng dan dengan
santai mengikuti alur yang membawanya turun.
“Itu
pakunya jatuh ya, Ag?” tanya Shilla memecah keheningan.
“Iya,
Shill. Pakunya jatuh dan itu….”
“Cuma
paku kan, Ag? Pasang lagi dong, rumah gue bakalan kebanjiran kalo belum di
pasang juga,” potong Via.
Agni
mengangkat sebelah alisnya. “Tapi Via, itu paku terakhir,” ucap Agni dari atas.
Bibir
Via terbuka sesaat dan kedua bola matanya melebar tak percaya. “Itu paku
terakhir, Ag? Jadi kalo nggak ada paku, nggak bisa nempel? Jadi… cari pakunya,
Shilla!!!!!!!” seru Via dan dia melihat ke atas seng dan paku itu meluncur ke
bawah.
Langsung
saja Sivia bergerak ba-bi-bu mengikuti arah jatuhnya paku berharga itu.
Sedangkan Shilla kerepotan sendiri mengikuti pergerakan Sivia. Kadang Sivia ke
kanan dan tidak berapa lama ke kiri. Lalu mundur ke belakang dan mereka saling
bertumburan dan itu membuat keduanya terduduk di halaman yang berlantaikan
tanah. So pasti membuat celana mereka kotor dan basah.
“VIAAAAA!!!!!”
seru Shilla kesal.
“Paku,
Shill. Paku sangat berharga tau!!!!!” balas Via dan matanya masih memicing
dengan tajam untuk mencari sebuah paku yang sangat berharga itu.
“Tapi….
Coba kita orang kaya, kan nggak gini jadinya!” ucap Shilla.
“Iya
ya, Shill. Punya rumah yang nggak bocor, nggak kedinginan dan nggak perlu
ngelakuin hal kayak gini,” ucap Sivia nimbrung, ia sedikit melupakan perihal
paku berharganya.
“Punya
suami ganteng, keren, kaya, baik, nggak sok. Itu impian gue banget, Vi. Terus
punya anak yang imut dan cantik kayak gue, sama satu anak lagi yang ganteng dan
keren kayak suami gue,” ucap Shilla sambil membayangkan apa yang ia katakana.
Bibirnya membentuk senyuman dan bola matanya berbinar-binar gembira. Bermimpi
memang hal yang sangat menyenangkan dan sayangnya itu hanya berlebel mimpi.
“Itu
mimpi gue juga kali, Shill. Ntar rumah kita deketan kayak gini. Gue, elo, Agni,
dan Ify. Tapi rumahnya udah gede bagus juga. Wowwww……. Indah banget
ngebayanginnya, Shill.”
“Vi…”
“Shilll…”
“VIA
SHILLAAA PAKUUUNYAAAA MANAAAAAA!!!! MAU BUNUH GUE SAMPAI MATI KEDINGINAN!!!!”
seru Agni kesal.
Khayalan
indah Via dan Shilla terbuyarkan sepenuhnya karena teriakan Agni yang berhasil
mengalahkan suara hujan yang masih setia turun dengan derasnya.
“PAKU…
PAKU…!!!!” seru Via tiba-tiba dan dia berlari ke sana kemari mencari paku,
benda kecil yang sangat mereka butuhkan saat ini. Via sudah tidak peduli dengan hujan yang telah membasahi
seluruh tubuhnya. Ia tidak peduli. Sekarang yang penting paku.
Whuuuuuuuuusssssssss……..
dddddrrrrrrttttttttttttt…….. suara hujan dan angina beradu.
“Via….
Cepat dong… sengnya mau lepas lagi nih!!!!” seru Agni.
“Gue
cari dulu, Ag!!!” balas Via.
Shilla
tak kalah repot, dengan payungnya yang tetap melindungi dirinya dari hujan,
Shilla masih mencari paku itu, benda kecil yang saat ini sangat mereka
butuhkan.
Matanya
melirik ke atap seng dan turun lagi ke tanah. Dari tanah ke atap seng, dan itu
terjadi berulang-ulang. Hingga menjadikan dirinya seperti hadiah boneka
surprice yang kepalanya bergerak ke atas dan ke bawah.
Sebuah
benda sedikit cemerlang mungkin karena terkena cahaya lampu menarik perhatian
si Chubby Via. Dengan berjalan ala kodok loncat, Via seperti mengendap-ngendap
menuju benda yang menarik perhatiannya dan ternyata……..
“Pakunya
ketemu!!!!!!!!!” seru Via. Dia menyambar benda mati itu dan
mengancung-ngancungnya ke atas. Yeah!!!!!
“Cepetan
lo manjat, Vi. Gue bakalan pegangin tangganya,” ucap Shilla penuh semangat dan
dia telah berdiri di sebelah tangga yang menghubungkan permukaan tanah dengan atap rumah.
Via
menelan salivanya. Manjat ke atap rumah?? Hujan-hujan?? Pake tangga?? Ini kan
rumahnya. Tapi….
“Kenapa
harus gue?” tanya Via.
“Karena
ini rumah elo, Via!!” jawab Shilla gemas.
“Terus?”
Alis
Shilla bertaut. “Terus elo yang udah basah kuyub, tanggung tuh. Lagian gue
nggak bisa manjat.”
“Oh
gitu ya…,” gumam Via.
Shilla
mengangguk.
“TAPI
KENAPA HARUS GUE????!!!!!!” teriak Via tiba-tiba. Dia paling takut dengan
namanya manjat. Nggak mau.
Shilla
jadi kesal sendiri. “KARENA IFY NGGAK DI RUMAH VIIIIAAAAA!!!!!” balas Shilla
nggak kalah kencang.
“PAKUUUUNYYAAAA
MMMAAAANNNAAAAAAAAAA!!!!!!” seru Agni yang semakin kesal di atap rumah.
“IFYYYYYYYYYYYY
PULLLLAAAANGGGG DOOOONGGGG!!!!!!!” teriak Via.
Bletak….
Shilla menimpuk kepala Via seenak jidatnya.
“Cepetan,
Vi. Lo mau masuk angin????” seru Shilla dongkol.
Via
menelan salivanya dan mengamati tangga kayu yang terlihat sangat rapuh. Dari
belakang Shilla mendorong-dorong punggung Via.
“Cepetan,
Vi,” ucap Shilla.
Via
mengangguk pasrah dan dia mulai menaiki anak tangga pertama. Satu anak tangga
telah berhasil ia naiki, masih ada empat belas anak tangga lagi yang perlu ia
naiki. “Jangan liat ke bawah,” batin Via. Dengan semangat yang sangat kecil,
Via akhirnya menginjakkan lututnya di atap seng. Tanpa sengaja ia melihat ke
bawah, melihat Shilla yang mengacungkan jempol ke arahnya. Bukannya membalas
pujian Shilla, Via malah menatap ngeri ke bawah. Bukan menatap Shilla karena
tiba-tiba Shilla menjadi kembarannya Nenek Lampir. Bukan, sueeerrr deh. Tapi
ketinggian yang berhasil ia naiki.
“IIhhhhh…..,”
Via bergidik sendiri.
“Vi,
cepetan mana pakunya? Makin deras nih,” pinta Agni dan menjulurkan tangan
kirinya. Bukannya bermaksud tidak sopan, hanya saja tangan kanannya lagi
menahan bagian ujung seng.
Via
mengerenyitkan dahinya, jadi dia harus berjalan ke tempat Agni? Dan itu
jaraknya dua meter. Kok menakutkan gini sih?? “Ya Tuhan, apa harus gini jadi
orang miskin,” batin Via. Benar-benar tidak adil!!!!!
“Cepetan,
Vi. Lo tinggal merangkak aja, pelan-pelan, licin. Ntar lo nyungsep ke bawah.”
Wajah
Via membiru. Nyungsep ke bawah?? Berarti dia jatuh dengan posisi tidak elit
dong?? Dan dia bakalan mencium tanah?? Ogah!!!! Mending ada Kak Alvin!!!!
“Cepetan,
Vi! Ntar lo demam!!!!” ucap Agni lagi.
“Harus?”
Agni
mengangguk yakin. Dan mau tak mau Via merangkak menuju tempat Agni.
Tak
sampai tiga menit, Via sudah berada di sebelah Agni. “Nih pakunya, Ag,” ucap
Via. Dan Agni mengambil benda kecil tersebut.
“Elo
pegang ini seng, Vi. Gue pakuin sekarang.”
Via
mengangguk. Udara semakin dingin dengna hujan semakin mengguyur.
Tok..
tok.. tok… tok… TOK…
“Selesai,”
ucap Agni.
Via
menatap atap seng yang sudah menempel kembali di kerangka atap rumahnya.
Pelan-pelan senyum lebar terukir di bibir manis cewek chubby itu.
“YYEEEAAAAAAAAAAHHHHHHHH!!!
RUMAH GUUUUEEEE BAGUUUSSSS LAAAGGIIII!!!!” seru Via jingkrak-jingkrak. Hingga
tanpa sadar ia meloncat-loncat pelan dalam posisi duduk dan tentu saja….
“VVVVVVVVIIIIIIIIIIIAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA…………!!!!!”
teriak Shilla dan Agni bersamaan.
Yah,
Sivia sukses merosot dari atap seng persis seperti paku tadi.
BRRRRRUUUUUKKKKKKKkkkk…………………
****************
Bersambung ke Part 17
22 comments:
Ditnggu secepetnya banget part selanjutnya
ify dikit amat. lagiiiiiiiiiiiiiiii
Lanjutin dong..
Lucu banget Via, Shila, sama Agni. Bikin ngakak. hahahahahahaha....
Jangan lama - lama ya.
Lanjutannya selalu di tunggu :D
Apanya yg ngebosenin, yg ada dari awal sampe akhir suksses bikin ngkak :D lanjut kak shel..!! Jgn lama2 loh -_-
Go,, go,, semangaatt. Kak shel jangan lama - lama dong ngaretnya. udah penasaran nih. part selanjutnya panjangin lagi dong kalo updatenya lama. yayayaya? Semangat kak Shelly!!!!
lanjut kak, banyakin shiel-nya juga yaa
Lanjut lagi ath,, keren nih..!
ini kapan di lanjut kakkk? aku menunggu
Kk kpn langjut ceritanya
Kak lanjut bnyakin rify nya ya
lnjut donk kk
ish bisaa mati penasaran ini mah:'( kapan di lanjutnyaa kaaa? huhuhu jngn lama2 dong:(
Kak, pliss lanjut donk., :'(
Udah lama kaka gak post lagi ni cerbung, padahal kan ni cerbung bagus pake banget, lanjut ya kak, aku tunggu lho
Duh...
Ka......
Cerbungnya bagus banget .......
1000 jempol deh
mana lanjutannya ka.....
Di tunggu ya ka...
Kak lanjutan nya mana kak
ka shel lanjut dong..Kok lama banget ;(
ka shel lanjut dong..Kok lama banget ;(
nga dilanjutin nih._. pdhal udh asik bgt cerbungnyaa
Kkak shelly lanjut dong :-) penasaran sama part selanjutnya
kakak baik deh,LANJUTIN DONG ....!!!!����
Penulis yang cantik dan baik hati :v tolong lanjutinn dong, boring gue, itung itung selingan untuk menemani waktu jones kwkwwk :v
Penulis yang cantik dan baik hati :v tolong lanjutinn dong, boring gue, itung itung selingan untuk menemani waktu jones kwkwwk :v
Posting Komentar