Cinta Gue itu, Elo!! Part 10




 Cinta Gue itu, Elo!! Part 10




                “DOOORRRR!!!!” seru Agni dan Via serentak. Mereka berdua mengejutkan Ify yang lagi asyik melamun.
                “RIO!” latah Ify tiba-tiba. Memang saat ini, ia sedang memikirkan Rio.
                “HAHAHAHAHAHAAA…….” Tawa Agni dan Via meledak. Ify manyun abis. Rio yang duduk di bangku Gabriel tersenyum-senyum mendengar kekasihnya menyebut namanya.
                “Apaan sih kalian,” ucap Ify kesal.
                “Peace, Fy. Habis lo ngelamun mulu. Noh Rio, itu sama Gabriel,” ujar Via sambil duduk di bangku Rio. Agni mau menyempil dekat Via.
                “Jangan, Ag. Nanti bangku Rio patah, lo sama Via kan nggak muat. Lo tau kan?” ganti Ify meledek Via. Memang di antara mereka bertiga, postur tubuh Via yang paling besar. Namun Via masih tergolong langsing. Dasar Ify-nya saja yang jahil.
                “Ish…..Ify…” rajuk Via.
                “Hati-hati, Fy. Nanti lo dikaduin sama Gabriel,” ujar Agni dan terkekeh pelan.
                “Gue juga bakal ngadu sama Rio, wek,” ucap Ify tanpa sadar. Tiba-tiba Agni dan Via menatapnya dengan kedua mata menyipit. Untung saja suasana kelas saat ini sepi dan untungnya lagi kelas XI IPA 3 bukan kelas penggosip.
                “Maksudnya, Fy?” tanya Agni.
                Ify menutup mulutnya tiba-tiba dengan telapak tangan kanannya. Ia sadar ia kelepasan bicara, padahal ia yang meminta Rio untuk tidak memberi tahu orang lain. Tapi sekarang dia sendiri. “Nggak ada maksud apa-apa kok, Ag,” jawab Ify.
                Agni dan Via tiba-tiba mengangguk. Lalu segera menarik Ify dan menghampiri bangku Gabriel yang dihuni oleh Rio, Alvin dan Cakka.
                “Kenapa?” tanya Gabriel angkat bicara.
                “Gue mau, lo berempat ikut kita ke taman belakang. Ada yang mau dibicarain,” jawab Agni dan segera keluar kelas dengan menarik Ify. Rio jadi heran, kenapa Ify-nya ditarik-tarik seperti itu???
                “Gue pikir udah waktunya, Vin. Lo cari dia dan bawa ke taman belakang juga,” ujar Rio. Alvin mengangguk dan segera pergi mencari dia yang dimaksud. Sementara Cakka, Rio dan Gabriel segera menuju taman belakang.

************
               
                “Nah kita mulai saja, nggak usah nunggu Alvin dia juga nggak terlalu terkait,” ucap Via membuka sesi ntah apa namanya.
                “Kalo Debo datengin Ify, terus minta Ify jadi pacarnya. Apa yang bakal lo lakuin, Yel?” tanya Agni menunjuk wajah Gabriel.
                Gabriel mengerenyitkan dahinya. Kenapa juga Agni tanya-tanya seperti itu. Jelas dong dia nggak perduli. “Yah, gue mah biarin aja. Gue kan udah punya Via,” jawab Gabriel.
                “Lo?” telunjuknya sudah pindah ke muka Cakka.
                “Ya nggak dong, Ag. Hati bang Cakka-kan hanya untuk Agni seorang,” jawab Cakka dan mengerling genti ke Agni dan membuat Agni bergidik ngeri.
                “Kalo lo, Yo?” tanya Agni.
                Rio menatap Ify sejenak. “Gue nggak rela. Nggak rela siapa saja ngedeketin Ify, termasuk Debo. Karena Ify pacar gue,” jawab Rio tegas.
                “Lo jadi nembak Ify, Yo?” tanya Cakka tidak percaya. Rio mengangguk.
                “Kapan?”
                “Mau tau aja lo!” balas Rio pendek dan menarik Ify ke sampingnya….
                “Eeeccciiieeee…..Iiiifffyyyy…….” ledek Agni dan Via. Muka Ify merah abis dan ia ngumpetin wajahnya di belakang bahu Rio.
                “Selamat, Yo!” ujar Cakka sambil menyodorkan tangannya untuk bersalaman. Rio segera menyambutnya.
                “Yoa, Bro. Oh iya, sebagai permintaan Ify. Lo semua jangan ember kalo gue sama Ify pacaran,” ucap Rio.
                “Bener tuh, Fy??” tanya Via memastikan.
                “Iya. Itu pribadi gue yang minta. Jadi, tolong penuhi ya??”
                “Ya udah. Siip lah kalo gitu,” Gabriel yang menjawab untuk mewakili semuanya.
                “Hahahha….sian amat lo, Yo. Tidak diakui,” ledek Cakka.
                “Dari pada lo, jadian aja belom. Sok-sok pula lho,” balas Rio ganti meledek dan berhasil buat bibir Cakka manyun.
                “Udah-udah, duduk di sana yuk. Sekalian nunggu Alvin,” ajak Rio dan ia menarik tangan Ify. Keenamnya duduk di bangku taman belakang. Taman ini memang sepi. Jarang sekali dikunjungi oleh orang-orang. Kebayakan siswa-siswi GNIHS sering kali di taman utama.
                Tak alam kemudian, sosok pemuda tampan dengan kulit putih dan mata sipit datang menghampiri mereka. Ia mengajak seseorang. Agni yang melihatnya pertama kali, menyadari siapa yang dibawa Alvin.
                “Mau ngapain dia?” tanya Agni ketus.
                “Tenang dulu, Ag. Positive thingking dulu,” ujar Cakka mencoba menyabarkan Agni.
                Tak lama kemudian, Alvin bersama Shilla datang ke meja mereka. Rio melihat Ify menundukan wajahnya. “Tenang aja, kok,” bisik Rio pelan.
                “Hai semua,” sapa Shilla sedikit kaku.
                “Kenapa ke sini?” tanya Via to the point. Ia tidak mau basa-basi lagi.
                “Duduk dulu, Shill,” ajak Alvin. Shilla mematuhi Alvin, ia segera duduk di sebelah Alvin.
                “Gue mau minta maaf. Maafin gue, Fy,” ucap Shilla pelan dan menundukan wajahnya. Sementara Ify yang wajahnya tenggelam segera bangkit saat mendengar ucapan perminta maafan dari Shilla. Sayangnya, Ify belum juga mengapik perminta maafaan Shilla.
                “Gue tahu, Fy. Gue salah banget kemarin. Gue tahu, gue udah ngata-ngatain elo kemarin. Gue tahu gue egois. Gue benar-benar nyesal, Fy. Gue salah banget sama lo. Sama lo juga, Ag, Vi. Gue benar-benar minta maaf,” ucap Shilla, air matanya mulai menitik.
                “Kenapa diam saja, Via?” tanya Gabriel, melihat gadisnya yang diam saja tidak mengapik Shilla yang meminta maaf.
                “Gue nggak tahu harus gimana, Yel,” jawab Via. Ia juga tidak tega melihat wajah Shilla. Tapi, ia benar-benar bingung mau ngelakuin apa.
                Sementara itu, Rio menatap gadisnya yang diam terpaku. “Tunggu apa lagi, Ify. Dia udah minta maaf. Apa yang lo tunggu?” tanya Rio bingung.
                “Gue takut, kalau nanti dia….dia meminta elo, Rio,” bisik Ify sangat pelan. Hanya dapat didengar oleh Rio. Rio terkekeh pelan. Ify-Ify.
                “Gue sadar kalo gue mungkin nggak pantes lagi sama-sama dengan kalian. Masalah Rio, Fy. Gue bodoh, merasa bodoh. Ternyata Agni benar, gue hanya terobsesi sama Rio. Nggak sayang sama sekali. Gue rela Rio sama siapa saja, termasuk elo. Gue Cuma minta maaf, terserah kalian mau maafin atau nggak. Yang penting gue udah berusaha minta maaf,” ucap Shilla.
                “Siapa yang nyadarin elo?” tanya Agni spontan.
                Wajah Shilla memerah, lalu tanpa suara ia menunjuk Alvin. “Wah, lebih mendenger bujukan si Kodok Medok daripada sahabat sendiri,” ucap Agni dan ia tersenyum.
                “Iya curang banget. Kemarin-kemarin gue sampai bebal ngingetin elo. Lha, giliran Alvin langsung lo dengerin,” tambah Via dan sedikit manyun.
                Shilla jadi serba salah. “Gue….gue….”
                “Memang benar ya, kalau cinta yang ikut campur, semua didengerin,” gumam Ify.
                “Oke….gue minta maaf lagi karena lama buat minta maaf,” ucap Shilla.
                “Udahlah, Shill. Capek gue denger lo minta maaf mulu. Kita bertiga masih tetap sahabat elo, kita kangen elo,” sambut Agni hangat.
                Mata Shilla terbelalak. Ia tidak menyangka akan diterima di sini lagi. Bareng sama ketiga sohibnya lagi. Bersama-sama sahabat adalah hal yang menyenangkan.
                “Salaman dulu dong, tanda kalian udah baikan. Jangan lagi berantem Cuma gara-gara Rio. Jelek lagi orangnya,” ujar Alvin.
                Keempat gadis itu bersalaman dan berpelukan. “Kita sama-sama lagi, jangan sampai bertengkar,” ucap Via. Keempatnya mengangguk bersama-sama.
                “Nah, kan enak lihat kalian berempat lagi,” ucap Cakka memecah kesunyian.
                “Hehehe…..” keempat gadis manis itu cengengesan.
               
************

                Sudah lebih seminggu Ify menjadi pacarnya seorang Mario Stevano. Hari-hari pacaran mereka berjalan seperti biasa. Tidak ada masalah dan baik-baik saja. Hari ini adalah hari Minggu. Hari yang disukai Ify, karena hari ini ia bebas melakukan apa saja. Rencanya pada hari adalah mengunjungi taman favorite-nya. Acha sedang pergi bersama mamanya. Belakangan ini Acha sangat lengket pada mama. Tidak pernah mau lepas, dan jadinya begini. Ify yang ditinggal. Hingga ia harus menjadi penghuni rumah seorang diri.
                Lagi asyik melamun, handphone-nya berbunyi. Ia melihat nama Rio yang tertera di layar handphone-nya. Rio menelpon Ify.
                “Halo, Iyo. Ada apa?” tanya Ify langsung.
                “Wah, udah bangun ternyata. Kira tidurnya kebo,” ledek Rio.
                Ify mendengus kesal. “Ada apa sih, Iyo?” tanya Ify lagi.
                “Aku ke rumah kamu ya, Fy. lima belas menit lagi sampai. Kita jalan hari ini. Mau ya?? Harus mau. Aku berangkat ke rumah kamu, aku tiba kamu udah siap,” jawab Rio. Tanpa memberi kesempatan Ify bertanya lagi, Rio langsung menututp teleponnya.
                “Cih, dasar,” kesal Ify. Lalu ia segera berganti pakaian, untung saja dia sudah mandi.
                Tak berapa lama kemudian, bel rumahnya berbunyi. Ify yakin itu Rio. Dan dia segera keluar dari rumah. Hari ini, Ify memakai baju terusan selututnya yang berwarna putih bercampur biru. Saat ia membuka pintu, Ify langsung dapat melihat sosok Rio yang berdiri dengan senyum menawanya.
                Rio benar-benar tampan dengan balutan busana yang ia pakai. Ify tak bosan-bosannya memandang Rio. Dia benar-benar beruntung bisa menjadi kekasihnya seorang Rio. Siswa GNIHS kelas XI IPA 3. “Sweet banget,” puji Rio. Ify hanya tersipu-sipu.
                “Kenapa ngajakin jalan?” tanya Ify.
                “Nggak ada apa-apa. Ayo berangkat. Hari ini gue benar-benar mau nghabisin waktu sama lo,” jawab Rio.
                “Mau kemana dulu? Terus nanti lo ketahuan wartawan, kan gawat,” tanya dan peringat Ify.
Rio tertawa pelan. “Nggak akan, gue bawa topi sama kaca mata yang lo belikan waktu itu,” jawab Rio. “Oh iya, lo pakai gelang gue. Jangan pernah dilepas ya?” pinta Rio dengan sungguh-sungguh sambil memasangkannya di pergelangan tangan Ify.
“Siip, Iyo. Janji kok. Jadi kita pergi kemana?” tanya Ify.
“Bawel juga ternyata. Ayo ikut,” jawab Rio dan menarik tangan Ify.

************

#Dufan
“HAH??!! Kita ke dufan?” tanya Ify tak percaya. Saat ini ia dan Rio sedang mengantri tiket masuk ke dufan.
“Memang kenapa? Lo belum pernah ke dufan??” tanya Rio balik.
“Bukan gitu sih, Iyo. Tapi aneh saja lo bawa gue ke dufan,” jawab Ify. Dia merasakan Rio menarik tangannya dan tiba-tiba merasakan punggungnya dicap. Berarti dia sudah boleh masuk ke dufan.
“Gue udah lama nggak ke dufan, terakhir waktu gue SD kelas 5,” ucap Rio dan ia menarik Ify yang diam terpaku.
“Kalo gitu, gue ikutin semua yang lo mau. Mau naik itu juga nggak apa-apa, gue ikutin,” seru Ify semangat. Rio tersenyum lega, dia sangat bersyukur telah jatuh cinta pada gadis berdagu tirus ini. Gadis yang benar-benar mengerti dirinya.
“Kalo gitu ayo kita naik ke sana,” ajak Rio dan menarik Ify sambil berlari.
“Hei….Rio….pelan-pelan dong. Jatuh nih gue-nya,” protes Ify. Namun pacarnya itu tidak perduli sama sekali.
Setelah mencoba wahana bermain itu, Ify merasa pusing. Yang benar saja, dia seumur-umur ke dufan, baru pertama kali naik Rollycoster, itupun bersama Rio. Saat wahana itu berjalan dengan sangat cepat, Ify hanya mampu berteriak dan menututup matanya. Ia tak berani melihat ke bawah. Apalagi gerakan yang begitu cepat. Dan lihat akibatnya sekarang, ia merasa mual.
“Bilang dong, Ify kalau nggak bisa naik yang cepat-cepat gitu. Gue kan jadi salah sama lo,” ucap Rio dan menepuk punggung Ify.
“Habis lo, semangat banget mau coba yang itu. kan gue nggak enak nolaknya,” ujar Ify.
“Dasar bodoh!” ucap Rio dan mengacak-acak rambut Ify.
“Ayo, kita naik wahana yang lain, Iyo,” ajak Ify. Ia dengan semangat menarik tangan Rio. Tau-tau mereka sudah mengantri di wahana yang bentuknya seperti kurungan ayam.
Tak terasa hari sudah menunjukan pukul tiga sore, saat ini mereka berdua sedang duduk di bawah pohon sambil menikmati makanan yang ada dipangkuan masing-masing. “Makasih ya, Fy,” ucap Rio.
Ify mengangguk dengan mulut penuh. Ify juga menikmati hari ini, ia sangat senang. Ify paling suka saat mengajak Rio ke rumah Kaca. Selama di rumah kaca, Rio selalu mengomel-ngomel kagak jelas. Habis dia kebentur kaca mulu. Yang paling Ify ingat, ‘habis hidung gue, udah pesek tambah ke dalem lagi deh’. Rio memang suka sekali menggerutu.
“Kenyang,” seru Ify. “Kita ke taman yuk, Yo. Mau ya?”
Rio mengangguk. Apa sih yang nggak ia kasih untuk Ify. Gadis ini benar-benar membuat dia rela memberikan apa saja yang penting bisa membuat dia tersenyum.
“Kalo gitu kita berangkat,” ucap Rio.

********************
#Taman
                Jadi disinilah mereka berdua saat ini. Duduk di bangku favorite mereka sambil menatap ke arah danau. Sore ini mengingatkan Ify pada sore kemarin. Di mana Rio mengakui kalau dia merindukan Ify selama seminggu lebih.
                “Lo nggak ada manggung lagi bulan ini, Yo?” tanya Ify.
                Sudah saatnya mungkin Rio harus memberi tahu Ify. Bagaimana pun Ify berhak mengetahui jadwal manggungnya. “Gue mulai besok sampai dua minggu ke depan manggung, Fy. Tapi tetap di Jakarta kok. Masalahnya selama dua minggu itu juga, gue nggak bakalan sekolah,” jawab Rio.
                Jadi selama dua minggu ia tidak akan bertemu dengan Rio?? Jangan-jangan karena itu, Rio mengajaknya ke dufan dan begitu baik untuk hari ini. “Sibuk ya, Yo. Memang acara apa?” tanya ify.
                “Manggung sama artis-artis senior itu, Fy. Gue lupa namanya apa, hehehe,” jawab Rio cengengesan.
                “Wah, kalau gitu lo harus nampilin yang terbaik, Yo. Soalnya lo tahukan, ini kesempatan lo. Nanti lo semakin terkenal,” ujar Ify bersemangat.
                “Bener juga, Fy. tapi, dua minggu gue nggak bakalan ketemu sama lo. Nggak bisa lihat wajah jelek lo. Kan kangen, Fy,” ucap Rio dengan tampang polosnya.
                “Yeeeee….ngatain jelek lagi. Yaelah, baru dua minggu aja, Yo. Gue emang ngangenin sih,” balas Ify dan memasang tampang manisnya.
                Rio tertawa. “Gue kira, lo dulu gadis pendiam dan pemalu juga aneh. Nggak tahunya…..” ujar Rio sambil geleng-geleng kepala.
                “Biarin, wek,” balas Ify sambil melet-melet.
                “Dasar. Nanti kalo gue kangen sama lo, Fy. Gue ngapain ya?” Rio bertanya-tanya.
                “Nggak usah ngapa-ngapain. Tenang aja kok, Yo. Lo pasti nggak bakal kangen sama gue, lo kan sibuk banget di sana.”
                “Sok tahu, lo,” timpal Rio pendek dan Ify cemberut. “Udah jangan cemberut lagi dong, lo jelek kalo cemberut gitu,” sambung Rio. Ify semakin manyun aja.
                Ify tetap diam saja, ia tidak mengeluarkan suara sedikit pun. Namun dalam benaknya, ada sesuatu yang sangat Ify ingin tanyakan. “Yo, kalo di sana lo ketemu sesama artis dan seumuran. Lo jatuh cinta sama itu artis nggak ya?” ucap Ify dengan gumaman.
                Ify telah memikirkan kemungkinan itu. Bagaimana bisa ia yakin kalau Rio tidak akan jatuh cinta sesama artis. Sama-sama sempurna dan ada dibidang yang sama. Itu pasti ada kemungkinannya.
                “Nggak dong, Fy. Lo nggak rela ya?” goda Rio.
                Ify mengangguk. “Gue takut aja kalo lo ninggalin gue dan milih sama artis. Tapi, bagaimanapun sesuai keputusan lo aja, Yo. Gue juga nggak maksain kok, gue sadar diri. Kalau gue ini siapa,” ujar Ify.
                Ini yang Rio tidak mau dengar dari Ify. Gadis itu merasa dia tidak pantes untuk dirinya. Rio menarik Ify ke dalam pelukannya. “Jangan pernah ngomong kayak gitu lagi, Fy. Kalo lo ngomong kayak gitu, gue nangkepnya kalo lo terpaksa jadi pacar gue,” ucap Rio tepat di telinga Ify.
                Jantung Ify berdegup kencang. Ternyata apa yang dilakukannya selama ini salah. Hal itu menyakitkan bagi Rio. “Maaf,” lirih Ify berucap.
                “Dihati gue hanya ada lo, Ify,” bisik Rio lembut. Ify mengangguk dan keduanya menikmati matahari yang mulai kembali ke peraduannya.

************
               
                "Rio," panggil seorang laki-laki yang usianya kira-kira sudah kepala tiga.
"Ada apa, Om?" tanya Rio. Laki-laki tersebut adalah manager-nya Rio. Ia memberikan selembar kertas pada artis mudanya.
 "Ini jadwal kegiatanmu selama dua minggu di sini. Memang tidak terlalu padat. Dan satu lagi, nanti kamu akan berduet dengan Dea Christa Amanda. Om rasa kamu sudah tahu dia siapa."
Rio mengangguk-ngangguk paham. Setelah merasa om-nya sudah pergi Rio melipat kertas tadi menjadi empat lipatan dan menyimpannya dalam saku celana jeansnya. Saat ini yang benar-benar Rio inginkan adalah Ify menemaninya di sini. Kira-kira gadis itu lagi apa ya??
"Hei," sapa seseorang. Rio mendelik kesal karena sudah menganggu dirinya mengingat wajah sang kekasih.
"Aku boleh duduk di sini?" tanya gadis itu lembut. Rio mengangguk doang. Ia tidak begi perduli. Lagian, ia akan beranjak dari tempat ini sebentar lagi.
"Aku boleh kenalan nggak?" tanya gadis yang telah duduk di samping Rio. Rio mengangguk malas. Lalu menoleh ke gadis itu.
"Dea," ujar gadis berambut panjang sebahu lebih dikit dan warnanya sedikit pirang. Gadis itu juga menyodorkan tangan kanannya.
"Rio," balas Rio dan menyambut uluran tangan Dea. Kemudian buru-buru melepasnya.
"Ternyata kamu lebih keren dari yang di televisi, ya? Nggak nyangka bisa ketemu kamu dan duduk berdekatan," puji Dea dan tak lupa menyetel senyum manisnya.
"Hai, Dea," sapa seorang gadis yang tiba-tiba saja datang.
"Hai, Angel. Gue lagi sama Rio nih. Lo ganggu aja," sungut Dea dan menunjuk pemuda yang duduk di sebelahnya.
"Kenalin, Angel," ucap Angel.
"Rio," balas Rio pendek. Ia risih dan males banget berada di antara dua orang perempuan ini.
"Lo temen duet-nya Dea kan?" tanya Angel.
Rio mengangguk dan Dea matanya berbinar-binar. Jadi dia nanti mempunyai kesempatan untuk dekat dengan Rio. Rio memang tampan sekali dan dia jatuh hati.
"Gue ke dalem duluan," pamit Rio dan segera bangun dari tempatnya duduk. Ia segera menuju kamarnya. Ia ingin menelpon Ify sepertinya.
"Yah, Rio-Rio. Nanti aja ke dalemnya," ucap Dea cepat. Namun usahanya gagal, Rio tak berbalik sama sekali.
"Lo naksir dia, De?" tanya Angel yang sudah menggantikan posisi duduk Rio tadi.
"Siapa sih yang nggak naksir dia? Rio udah punya pacar belum?"
"Setahu gue belum. Nggak pernah ada berita yang membahas tentang Rio dengan seorang cewek."
"Kalo gitu gue yang pertama. Lo janji bantuin gue dapetin dia. Oke?"
"Sip. Selama acara ini lo deketin dia. Peluang lo besar," balas Angel.
"Tapi kayaknya dia dingin deh sama cewek," analisa Dea.
"Dia dingin, lo yang harus hot," balas Angel dan mengedipkan sebelah matanya.
"Hahahaha...bisa aja lo, Ngel. Gue pastiin, gue bakal terkenal dengan lebel pacarnya Mario Stevano. Pasti gue bakalan lebih tenar dari sekarang,” ucap Dea percaya diri.
Memang benar, dibanding Rio Dea lebih terkenal. Lantaran penyanyi solo wanita tersebut sudah terjun ke dunia taris suara semenjak sekolah dasar dan kini juga sampingan menjadi bintang film remaja.
"Oke, gue bakal bantu lo.”

****************

                Saat ini Ify, Via, Agni dan Shilla sedang duduk-duduk menikmati waktu senggang mereka di pantai. Memang ini pertama kalinya mereka berpergian bersama-sama lagi sejak insiden kecil dahulu. Keempat gadis manis itu, duduk dengan kaki selonjoran di bibir pantai. Tak peduli dengan ombak-ombak pantai yang menerjang mereka berempat.
                “Sudah lama ya nggak kayak gini,” ucap Shilla memecah kesunyian.
                “Iya juga, kita berempat mesti sering-sering jalan-jalan bersama,” Agni menanggapinya.
                “Ngomong-ngomong, Shill. Lo nggak cerita kalau lo udah pacaran sama Alvin. Gimana bisa sih?” tanya Via. Ia dapat kabar ini dari Gabriel.
                "Ngapain nanya-nanya, nggak mau. Itu aib," tolak Shilla cepat.
"Nah, cerita nggak?? Atau lo mau...," ancam Agni dengan gaya premannya sambil menunjuk arah pantai. Bisa ditebak kalau dia akan menceburkan korbannya ke dalam pantai.
Shilla meneguk salivanya dan mengirimkan tatapan memohon pada Ify dan Via. Yang diminta tolong, malah menggeleng kompak. "Oke gue cerita. Yang nembak Alvin itu gue," ujar Shilla.
                Ify, Via dan Agni cengo dibuatnya. Walaupun jaman udah emansipasi wanita, tapi ogah banget berlaku dalam urusan asmara. Di mana harga diri seorang cewek, kalau ia yang nembak cowok duluan.
 “Kok lo mau sih, Shill?" tanya Via heran.
                "Alvin yang maksa. Habis dia udah tahu kalau gue suka sama dia," jawab Shilla.
"Nggak jelas, Shill. Cerita lebih banyak dong," pinta Ify.
Shilla menggeleng cepat. "Ogah. Itu aib, yang jelas lo bertiga udah tau gue yang nembak Alvin. Jangan bocor tuh."
"Hahhaha...siip, lo tenang aja," tanggap Agni dan diikuti anggukan Via dan Ify.
Semilir angin pantai berhembus. Menerbangkan rambut-rambut keempat gadis yang memang sengaja diurai. Bau garam begitu tajam menusuk. Keempatnya hanyut dalam diam. Saling memikirkan hal yang berbeda-beda.
"Agni, kenapa sih lo belum jadian sama Cakka?" tanya Via yang lebih dulu memecah kesunyian diantara mereka.
Gadis manis namun sedikit tomboy itu menoleh ke arah Via dengan cepat. "Gue belum percaya sama dia. Lo tahukan, dia itu playboy. Ogah gila sama dia," balas Agni.
Via mengangguk-ngangguk setuju. Cakka memang terkenal dengan ke-playboy-annya. Percuma punya pacar keren, tapi buaya darat. Mending ngejomblo. Lebih banyak makan hatinya.
"Rio belum masuk juga ya, Fy?" ganti Shilla yang bertanya.
Ify mengangguk. "Baru juga empat hari Rio nggak masuk," jawab Ify sambil menghitung dengan jarinya.
"Nah, lo nggak kangen sama Rio?" goda Agni.
"Nggak, wek. Diakan mau menggapai mimpinya, gue nggak boleh nuntut banyak sama dia. Adanya gue harus dukung dia," ucap Ify diplomatis.
Shilla mendesah. "Untung aja gue nggak jadi pacarnya Rio. Gila banyak banget harus tahu dirinya. Mana saingan makin banyak pula. Rio sih pasti sering bertemu artis-artis muda yang dipoles, pasti cantiklah. Lagian, gue juga nggak sesabar Ify."
Ify tertegun mendengarnya. Dia seperti jadi teringat sesuatu. Iya ya, apakah hati Rio akan selalu untuknya? Apakah hanya dia yang terlihat oleh Rio? Ify tidak bisa menjamin Rio agar selalu melihatnya. Tapi sebaliknya, Rio bisa percaya dengan Ify. Ify pasti akan selalu menjaga hatinya untuk Rio. Alyssa's hearth always forever for Mario.
Tapi Rio sudah janji dengannya. Ify harus yakin dengan apa yang Rio katakan. Tidak ada yang bisa dipercaya, kecuali Rio. Dalam suatu hubungan, memang kepercayaan yang paling berperan. Termasuk pacaran, dengan menjalin hubungan. Berarti kita telah memberikan kepercayaan kepada orang lain. Dan dari itu juga, tidak ada yang bisa dilakukan selain percaya. Percaya dengan orang tersebut. Dalam kasus Ify, Ify harus percaya dengan Rio. Ify just only trust Rio.

***************

BERSAMBUNG.....

0 comments:

Posting Komentar