Cinta Gue itu, Elo!! Part 8



 Cinta Gue itu, Elo!! Part 8




“Weits, Bro. Udah masuk sekolah aja lo,” sapa Gabriel menyambut sahabatnya yang masuk sekolah pada hari ini.
“Yoi, Yel,” balas Rio. Ia dan Gabriel pun bertos ria. Penghuni kelas XI IPA 3 yang jumlahnya dapat dihitung dengan dua tangan soalnya belum pada datang terheran-heran dibuat Rio. Pasalnya Rio jadi lebih hangat daripada biasanya.
“Tuh samperin, pujaan hati lo. Pasti kangen berat tuh. Bang Rio kangen Neng Ify, Uy,” bisik Gabriel ditelinga Rio.
Tuingg….Rio menoyor Gabriel. “Omong lo dijaga, Yel. Lo bisik-bisik aja gue rasa satu kelas ini tahu. Suara lo kegedean untuk bisik-bisik,” ucap Rio.
Gabriel nyengir. “Samperin tuh, Yo. Mumpung udah dateng,” ucap Gabriel tanpa bisik-bisik. Rio melotot ke Gabriel. Sedangkan yang diplototin malah menampilkan jejeran gigi putihnya. Lantas Rio meninggalkan bangku Gabriel.
“Pagi, Fy,” sapa Rio dan duduk dibangkunya. Rio dapat melihat Gabirel nyengir meledeknya.
“Pagi juga, Iyo,” balas Ify dan asyik memainkan handphone-nya. Ia membalas sapaan Rio tanpa melihat wajah Rio. Ia masih teringat kejadian kemarin. Apalagi kata-kata itu.
Kesal dengan tanggapan Ify yang hanya begitu saja, Rio segera mengambil buku tugas dan buku paket biologinya dari dalam tas. Diletakkannya buku itu di atas meja dengan hentakan keras. Ia kesal. Kenapa juga Rio mesti kesal?? Ify bukan siapa-siapanya. Ingat Rio, Ify bukan siapa-siapa lo. Harusnya  lo biasa saja.
Ify melirik ke arah Rio. Sebenarnya ia malu bertemu dengan Rio sejak insiden kemarin. Dipeluk Rio…..Rio rindu padanya…..aish….dan yang paling penting kenyataan bahwa ia adalah orang yang penting bagi Rio. Ify masih sangat jelas mengingat apa yang dikatakan Rio. Berani taruhan. Cewek manapun bakalan terbang dan tersanjung-sanjung bila mendengarkan kalimat tersebut langsung esklusiv dari Rio sendiri. Plus, di depan mata pula. Jelas, Ify mendapatkan kehormatan itu.
“Jawabannya simple, Fy. Karena lo orang yang terpenting dalam hidup dan hati gue.” Kalimat itu terus teriang-iang dalam benak Ify hingga saat ini. Hingga Rio berada di sebelahnya. Oh hampir lupa, Ify melirik Rio yang sibuk berkutat dengan buku biologi-nya. Emang ada apa dengan Biologi?? Ah iya, peer Biologi. Ify ingat dan dia sudah mengerjakan peer tersebut.
“Kenapa belum ngerjain, Iyo?” tanya Ify dan melihat Rio. Tadi malu, lha sekarang??
“Nggak ada yang ngasih tahu gue. Cuma ALVIN, itu pun jam lima pagi,” jawab Rio tanpa mengalihkan pandangannya dari buku Biologi. Ia memberi tekanan saat menyebut nama Alvin. Ntahlah apa maksudnya. “Dulu ada sih yang suka ngingetin gue buat peer, sekarang orang itu udah nggak,” tambah Rio.
“Oh iya, benar juga,” gumam Ify tanpa sadar. Namun, Rio tetap mampu mendengarnya. Ia menatap Ify begitu dalam. Dia yakin, pasti yang itu.
“Bener juga apanya, Fy?” tanya Rio balik.
Ify tersentak dia menyadari kalau dirinya salah ucap. Gimana nih? Batin Ify. “Nggak ada apa-apa kok, Yo,” jawab Ify cepat. “Gue keluar dulu ya, nungguin Agni sama Via,” tambah Ify buru-buru dan segera meninggalkan Rio, tanpa memberikan pemuda hitam manis itu kesempatan untuk bertanya lagi.

*************

“Sttsss….diem, Fy,” bisik Agni kepada sahabatnya yang kini berdiri tepat di sebelah kanannya. Ify mengangguk patuh. Saat ini keduanya sedang mengintip dari balik tembok gudang olahraga. Mengintip salah satu sahabat mereka yang kini lagi duduk berdua di bawah pohon bersama seorang Gabriel Stevent Damanik.
Agni dan Ify sangat sungguh berusaha menghindari tawa mereka berdua pecah. Mereka yakin, bahwa Via nanti akan memberi mereka kabar, kalau dia telah menyandang lebel sebagai pacar seorang Gabriel. Namun, karena kejahilan mereka, Agni dan Ify memilih untuk melihat secara illegal bagaimana proses tembak menembak Gabriel-Via. Tentu saja, mereka berdua ingin melihat wajah Via yang memerah.
“Vi, kalau kamu daun, aku rela deh jadi kotak sampahnya,” ucap Gabriel memulai rayuan gombalnya yang nggak mutu banget. Ya lah nggak mutu, masa milihnya kotak sampah?? Hueeeekkkkkk…
“HAH?!!!”
“Karena dengan jadi kotak sampah, aku bisa menangkapmu,” lanjut Gabriel sambil mengeluarkan senyum memikatnya. “Menangkapmu ke dalam hatiku,” tambah Gabriel. Via tersipu-sipu malu. Wajahnya sudah sangat memerah.
Di lain tempat, mereka tak menydari kalau Agni dan Ify sudah tidak tahan menahan tawa. Bibir keduanya melebar ke samping karena tawa itu hampir saja pecah.
“Norak banget, Fy. Masa kotak sampah. Ihhh…..” ucap Agni dan bergidik ngeri. Ify ikutan senyum doang. Ia benar-benar tak menyangka kalau Gabriel senorak ini.
Ify jadi teringat saat Rio menggodanya untuk pertama kali. Rio tidak norak seperti Gabriel. Mungkin karena Rio artis kali yak?? Teringat Rio, Ify jadi ingat lagi kejadian kemarin. Kejadian yang benar-benar menjadi kenangan yang sulit dan mungkin tak mampu ia lupakan.
“Fy…..Ify….coba lo lihat tuh, dengerin benar-benar juga. Gabriel nembak Via,” bisik Agni. Ify mengangguk dan cepat memperhatikan Via dan Gabriel. Ify melihat bahwa Gabriel benar-benar menunjukan kalau dia menyayangi Via. Dari mata Gabriel saja, terlihat dengan jelas bahwa pemuda itu menganggap Via sebagai satu-satunya gadis pemilik hatinya. Dalam hati Ify iri dengan Via. Ia ingin bila Rio meminta dirinya menjadi kekasihnya.
“Bodoh!” tuding Ify pada dirinya sendiri. Jelas itu tidak mungkin. Dulu saja dirinya sendiri yang menolak tawaran menggiurkan dari Rio. Dan kini ia mengkhayal bila Rio menyatakan persaaannya pada Ify. Bagaimana bisa???
“Fy?” panggil Agni.
“Eh, Ag. Kenapa?”
“Ayo kita kabur, sebelum Via dan Gabriel melihat kita,” ajak Agni. Ify terdiam. Jadi dia tidak melihat dengan jelas sesi tembak menembak Gabriel dan Via?? Jadi dia sibuk mengkhayal tentang Rio. Jadi……….
“Fy….” Panggil Agni.
“EH, AH, iya, Ag,” ucap Ify dan segera meninggalkan tempat mereka bersembunyi. Keduanya segera menuju ke kantin untuk menanti Via bercerita tentang asal muasal lebel pacar Gabriel melekat pada gadis berpipi chubby itu.

***********************

Kantin Global Nusantara Internasional High School terlihat sangat padat. Salah satu dari banyak meja di kantin yang mewah tersebut, dua orang gadis sedang asyik menikmati minuman yang mereka pesan. Tiba-tiba seorang gadis berpipi Chubby datang menghampiri keduanya.
“Hai, Fy, Ag,” sapa Via sambil mengambil tempat duduk disebelah Agni. Ia tidak mau di sebelah Ify karena tempat yang Ify kosongin dekat tembok, jadi ntar kejepit. Lagian dia mau mesan dan sibuk untuk keluar duduk dari bangkunya.
“Wah, Via udah dateng,” sambut Agni hangat dan berusaha menyembunyikan cengiran jenakanya. Melihat Via ia jadi ingat, wajah malu-malu tapi mau yang tercetak jelas di wajah manis Via.
“Lo nggak mesan apa-apa, Vi?” kali ini Ify yang bertanya.
“Nanti aja deh, gue mau cerita,” jawab Via. Wajahnya tiba-tiba menjadi merah. Blushing uy.
“Apa?”
“Gue….gue udah jadian sama Gabriel,” ujar Via memulai ceritanya.
“Wah benarkah?” tanya Ify dengan ekspresi berlebihan. Jelas-jelas ia sudah tahu duluan.
“Hehehe….iya dong. Iyel nembak gue romantic banget,” jawab Via dan senyum-senyum nggak jelas. Syndrom orang lagi jatuh hati. Senyum-senyum kagak jelas dan tiba-tiba wajahnya bulshing.
“Yup, romantic banget. Apalagi pake perumpamaan kotak sampah. Fourpel WOW deh,” ledek Agni.
“Kok lo tahu, Ag? Memang romantic kok,” tanya dan ucap Via polos.
“Buahahhhaaahhahha…..” tawa Ify dan Agni pecah. Via…Via…kadang tegas dan terkadang lemot.
“Kenapa ketawa?” tanya Via bingung.
“Jelas ketawa dong, masa Iyel gombalin lo pake kotak sampah. Biar aku bisa menangkap hatimu,” ledek Agni.
Via berpikir. Agni kok tahu?? Gimana bisa?? Punya indera keenam?? Iya pasti itu. pasti. Pasti Agni punya indera keeenam.
“Ag, lo punya in…….” ucapan Via berhenti kerena menyadari sesuatu. Indera keenam itu hanya imajinasi. “Ah…..Agni…..Ify…..lo berdua ngintipin gue yak an?” pekik Via nggak terima.
“Peace, Vi…. Lo sama Gabriel norak amat,” ledek Agni lagi. Via manyun.
“Kalo kamu jadi daun, aku rela jadi kotak sampahnya,” ucap Ify memulai membully Via.
“Karena aku bisa menangkapmu dalam hatiku,” lanjut Agni dengan gaya yang terlalu berlebihan dan kesannya lebih norak dari yang asli. Dari yang Gabriel mengucapkan.
“Hueekkkkk…mau muntah, Vi. Lo berdua norak amat,” ledek Agni dan dia bertos ria dengan Ify.
“Curang lo berdua ah,” rajuk Via. Ify dan Agni kontak nyengir lebar. Sementara Via tetap merajuk dengan kedua tangan terlipat di dada.

*********

“Yel, cewek lo tuh. Udah ngambek aja dia. Tambah bullet pipinya,” ujar Cakka sambil menunjuk Via.
“Lo yang bullet kali, Cakdut. Cakka gendut,” balas Gabriel dan menunjuk perut Cakka dengan dagunya. Alvin dan Rio tertawa geli.
“Tunggu dulu gue bingung. Lo udah jadian sama Via, Yel?” tanya Alvin bingung. Pasalnya dia sendiri yang belum tahu kalau Gabriel sudah jadian dengan Via. Karena dia sendiri pergi menghilang dari tadi dan baru kembali sekarang. Ntahlah pergi ke mana.
“Ya elah lo, Vin. Baru juga tuh satu item jadian. Baru setengah jam yang lalu,” Cakka menjawab seenak udelnya saja.
“Oh…selamat deh,Yel. Lo kan memang suka sama Via udah dari lama. Ngomong-ngomong, punya nyali juga lo. Gue kira bakal dipendem terus,” ucap Alvin dan untuk kalimat terakhir dia melirik Rio.
Rio sadar Alvin menyindir dirinya. Ia tidak perduli. Matanya menatap meja yang dihuni oleh Ify. Rio jadi teringat saat dia tertawa melihat Ify ngambek dan mencak-mencak sendiri. Saat itu ia juga melihat dari kejauhan. Saat ini, ia melihat Ify lagi. Gadis itu sedang tertawa. Setelah pengamatannya beberapa bulan ini, Ify tidak terlalu pendiam lagi. Rio ketahui Ify bisa juga tertawa dan jahil. Lantas, tanpa sadar Rio senyum-senyum sendiri.
“Yeeeee…..ada yang udah senyum-senyum sendiri,” ledek Cakka. Ntah kenapa hari ini Cakka begitu retook sekali. Dari tadi dia ngomel mulu, ledekin orang lain dan ngatain orang lain seenak perutnya.
“Iri, lo,” tuding Rio.
“Cakka lo layanin, Yo. Dia lagi PMS hari ini. Yuk kita  makan. Ikut gue,” ajak Gabriel sebelum Rio dan Cakka saling melempar argument.
Ternyata Gabriel mengajak ketiga sohibnya menuju meja yang dihuni oleh tiga cewek teman sekelas mereka. “Vi, gue sama mereka bertiga duduk di sini ya?” pinta Gabriel sambil tersenyum.
Via menyadari sang Kekasih datang langsung cepat menoleh ke Gabriel dan ketika melihat senyum Gabriel yang begitu wow itu, senyum manis Via langsung tercetak di wajahnya. “Iya, Yel,” ucap Via.
Langsung saja Gabriel mengambil tempat duduk di sebelah Via. Cakka di sebelahnya Gabriel. Lalu Alvin duduk diujung pada bangku Ify. Ia diujung. Sementara Rio, memilih duduk di sebelah kanan Ify. “Lo mepet dinding dong, Fy,” ucap Rio.
Dengan segera Ify menggeser posisi duduknya. Sekarang ia mepet di dinding dan Rio duduk di sebelahnya.
“Nah, Vin. Lo pesen makanan deh, gue laper,” perintah Cakka.
“Oke deh, mau pesan apa?”
“Gue biasa, Vin,” ujar Rio dan diikuti oleh Gabriel dan Cakka. Berarti pesanan mereka sama. Kayak yang biasa.
“Lo Ag, Vi, Fy?” tanya Alvin.
“Nggak. Kita udah makan. Via mungkin mau pesan,” Agni menjawab.
“Iya gue mau pesen, bakso sama pop ice coklat,” ucap Via.
“Cuma itu aja?” tanya Alvin untuk memastikan. Semuanya mengangguk, kecuali satu orang.
“Eh, gue boleh titip mesen pop ice melon nggak?” tanya Ify pelan dan hati-hati. Sayang, Alvin tidak mendengar hanya Rio yang mendengar suara Ify.
“Biar gue yang pesenin,” ucap Rio dan segera berdiri dari posisi duduknya. “Yuk, Vin. Kita pesen,” ajak Rio.
“Lha? Bukannya…”
“Nggak usah banyak omong deh, cepet,” ujar Rio dan segera berjalan. Yang lainnya heran.

**************

Tak lebih dari sepuluh menit Rio dan Alvin telah kembali dari memesan makanan. Di tangan Rio dengan sebuah nampan telah berisi berbagai makanan pesanan teman-temannya. Saat tiba di meja ia segera menarik makanan yang ia pesan lengkap dengan minumnya dan sebuah pop ice melon. Lalu ia menyodorkan ke tengah nampan yang ia bawa tadi. “Ambil deh punya lo semua,” ucap Rio.
Kemudian tangannya mengambil pop ice melon dan menyodorkannya pada Ify. “Ini, Fy pesanan lo,” ucap Rio lembut.
Ify mengangguk kaku. Agni melihat kejadian tersebut mengangkat sebelah alisnya. Dugaannya benar. Pasti benar. Rio dan Ify memang saling suka. Agni tertawa geli dalam hati. Bodoh!!
“Jadi Rio bela-belain mesen makanan karena Ify mau mesan sesuatu,” ucap Agni dan alisnya naik turun serta matanya menatap segelas pop ice.
“Kenapa nggak bilang sih, Fy. Jadi nggak perlu Rio yang mesen, bareng sama gue aja,” ujar Alvin dan tersenyum meledek ke Rio.
“Cih, lo nggak denger sih, Vin,” timpal Rio dan menikmati mi ayam yang ia pesan. Rio tahu kalau ketiga sohibnya sedang menertawai dirinya.
Ify merasa jadi malu sendiri, soalnya dia tahu kalau Rio bela-belain memesankan minuman yang ia inginkan. Padahal, Rio bisa saja meminta Alvin untuk memesankannya. Dan kenapa harus Rio sendiri yang memesannya.
Tiba-tiba saku Ify bergetar. Berarti handphone-nya menerima sebuah sms. Dilihatnya pengirimnya. Ternyata Agni, dia meledek Ify lewat SMS. Ify melirik Agni yang melet-melet ke dirinya. Ify mendengus kesal.
“Berhubung Iyel yang jadian, jadi lo traktir ya Yel?” pinta Cakka dengan suara dibuat-buat manis.
“Belum saatnya, Kka. Ada yang kurang,” ucap Gabriel. Alis Cakka terangkat sebelah, ia bingung. Memang apanya yang kurang?? Gabriel sendiri malah menatap ke Alvin. Alvin menyadari hal itu, memang ada yang kurang. Mereka tidak lengkap.
“Eh, Yo. Lo kapan manggung lagi?” tanya Via tiba-tiba. Heran. Kok tiba-tiba Via nanya tentang jadwal Rio.
“Gue libur selama beberapa hari,” jawab Rio pendek. Via mengangguk-ngangguk dan menatap Ify. Ify tahu pertanyaan yang dilontarkan Via itu sebagai wakil pertanyaan dari Ify. Via terus menatap-natap Ify dan nyengir lebar. Tatapannya itu mengartikan ‘Rio nggak bakal kemana-mana lagi, Fy. Jadi lo nggak perlu memendam rindu lagi’.
“Via….lo kok gitu sih,” sungut Ify sebal dengan suara yang lumayan kencang.
“Kenapa, Fy?” tanya Cakka.
“Nggak….nggak...cuma urusan gue sama Via kok. Nggak kenapa-kenapa,” jawab Ify cepat dan mengirimkan tatapan tajamnya ke Via.
“Iyel, Ify natap gue gitu banget. Takut nih,” ucap Via manja dan membuat orang-orang yang mendengarnya tertawa. “Rio, lo bilangin Ify deh gue takut,” tambah Via. Alis Rio terangkat sebelah dan menatap Ify.
“Kenapa?” tanya Rio.
“Kemarin-kemarin, dia rindu sama lo, Yo,” celetuk Agni.
“HAH????!!!!” respon Ify. “Agni lo ngibul banget,” jerit Ify kesal. Agni dan Via tertawa-tawa. Ify mukanya memerah, apalagi Rio pasti mendengar celetukan Agni.

************



BERSAMBUNG........

0 comments:

Posting Komentar