Sebel-Sebel juga Cinta Tuh! Part 6
Suasana kelas XI IPA 3 sangat ribut. Hampir di setiap bangku, semua
penghuni kelas itu sibuk dengan buku pekerjaan rumah mereka alias Peer. Siapa
sih yang berani nggak mengerjakan peer-nya Madame Winda kalau hukumannya
menyapu setiap sudut sekolah ini. Yang benar saja, semua siswa di sini maunya
sekolah, menuntut ilmu, bukan latihan menjadi tukang sapu. Jadi, mau tidak mau
mereka harus mengerjakan peer itu.
Seorang gadis dengan rambut dikuncir ekor kuda berjalan santai menuju kelas
XI IPA 3. Ya dia salah satu penghuni dari kelas tersebut. Kalau kata
siswi-siswi yang kekurangan cowok ganteng dan kecentilan, kelas XI IPA 3 itu
adalah kelasnya para titisan Dewa Yunani, soalnya di sana ada 4 pangeran
mereka. Siapa lagi kalau bukan The Viper.
“Pagi everybody!!!” sapa gadis itu dengan wajah cerianya. Hari ini entah kenapa Ify menjadi lebih ceria, ia hanya merasa hari
ini akan mulai meniti hari-hari penuh semangat mentari. Kesuraman selama ini
seakan mulai menguap.
“Tumben lo ceria banget! Biasanya juga ngomel-ngomel kalo dateng,” ujar
Rizky tanpa mengalihkan pandangannya dari buku peernya.
Ify tersenyum sangat manis sekali. “Gue lagi seneng aja,” balas Ify dan
berjalan menuju bangkunya.
“Kok bisa sih, Fy? Lo jadian beneran sama Rio??!!!!” tanya Sivia dengan suara
gede-nya.
Uhuukk..... Ify terbatuk. Benar-benar merusak suasana, gerutu Ify.
“Beneran, Fy? Kalo gitu selamat dong. Kan gue juga bisa jadian sama... ada
deh,” ucap Shilla.
“Gue jadian sama Rio? Iya, kalo hidungnya udah mancung ke keluar. Lo berdua merusak pagi indah gue aja. Gue lagi seneng
tau. Kesuraman gue serasa menguap dan lo berdua” Ify menunjuk Shilla dan Via
bergantian, “merusaknya dengan sangat tidak enak. Menyebut nama yang membuat
hidup gue dalam gelap gulita,” ujar Ify dan mencibir.
“Udah deh, Fy, lo ngomel mulu. Lebih baik elo buat peer matematika, ntar lo
dijemur sama Monster Winda,” ucap Agni menghindari perseteruan Ify lawan Via
dan Shilla.
“Peer matematika mah kecil, udah gue kerjain tau, kan semalem....”
“Semalem gue ngajarin elo matematika. Benerkan, Meine Liebe?” sambar Rio
yang baru tiba di kelas dan mendengar Ify yang tengah berbicara lalu ia
langsung menyambar begitu saja.
“Ciiieeeee...Iiiffyyy.....so sweeet banget pake belajar bareng.....” seru
teman sekelasnya.
Ify membalikan tubuhnya dan sekarang berhadapan dengan Rio. “Dengerin gue
ya, Rio jelek! Walaupun elo udah minta maaf sama gue dan udah nepatin janji
elo, tapi kita berdua tetap enemy. I’m not your girlfreind and you never be my
boy. Catet itu di kepala lo.”
“Yeah.... memang lo bukan pacar gue, Fy...”
“Bagus kalo lo udah tahu,” ucap Ify sambil menaikan alisnya sebelah dan
menatap Rio males.
“Gue belum selesai, calon istriku. Calon Nyonya Mario,” ujar Rio lembut dan
matanya yang tajam dan penuh pesona itu menatap Ify dengan intens.
“Ogggaahh!!!!” pekik Ify dan langsung berlari menuju bangkunya sendiri,
lalu menenggelamkan kepalanya di tumpukan tasnya.
Sementara Rio tertawa terbahak-bahak atas ulah Ify. Rio tahu malah sangat
tahu mengapa Ify berteriak seperti itu bukannya membalas ucapannya. Karena
kemarin malam. Kemarin malam adalah
moment kemenangan mutlak untuk Rio.
***********
“Fy… lo kenapa sih nenggelemin kepala
lo di tas?” Tanya Sivia ketika melihat tingkah bodoh teman sebangkunya itu.
“Gue males ngeliat muka Rio. Dia itu
selalu cari masalah sama gue. Merusak hari-hari gue!!!” jawab Ify dari balik
tas.
Sivia mengangguk-ngangguk walaupun ia
tahu Ify tidak akan melihatnya. “Tapi sekarang Rio udah nggak ngeliatin elo
kok, Fy,” ucap Sivia.
“Beneran?” Ify langsung memastikan.
“Iya, beneran kok. Rio nggak ngeliatin
elo.”
Mendengar ucapan Sivia, Ify langsung
mengangkat wajahnya dan saat ia tanpa sengaja melihat ke arah bangku Rio. Mata
Ify langsung melebar dan ia………
“SIIIIIVVVVVVIIIIIIAAAAAAAAAAA!!!!!!!!”
teriak Ify kesal.
Via yang dari tadi sebenarnya sudah
mengulum senyum jadi semakin tertawa terbahak-bahak. Ify benar-benar lucu.
Respon yang Ify berikan memang membuat siapa saja bisa tertawa, terlebih-lebih
lagi Rio. “Rio memang nggak ngeliatin elo kok, Fy. Tapi dia menatap elo dengan
penuh cinta,” ujar Sivia tenang dengan ekspresi polosnya dan membuat Ify
semakin gemes dan kesal sendiri.
“Penuh cinta apanya??? Elo udah nggak
waras sama kayak dia sih, Vi!!! Ogah banget gue sama Rio. Apalagi tadi, lo
nggak liat dia ngedip-ngedip mata sama gue. Hiiiiyyyyyaaaaayyy…….. males
tau!!!!” ujar Ify.
Sivia mengangkat alis sebelah.
“Dikedipin Rio nggak masalah kali, Fy. Malah elo termasuk yang beruntung. Rio
itu bintangnya sekolah kita. Fans-nya banyak amat lagi. Apalagi Rio itu ganteng
dan manisnya bikin nggak nahan. Lo-nya aja yang burem ngeliat Rio ibarat
ngeliat Sule,” jelas Via panjang lebar.
“Tapi kan, lo nggak liat Rio itu
gimana ke gue??? Gue kesal tahu. Dia itu nyebelin. Paling nyebelin dalam hidup
gue.”
“Terserah elo deh, Fy. Tapi nanti
kalau elo tiba-tiba naksir Rio dan Rio udah punya cewek elo jangan pernah
ngemis-ngemis sama gue buat Rio deket sama lo lagi.”
“Nggak mungkin!!!!!!” balas Ify cepat
dan segera mengeluarkan buku matematikanya karena ia sudah melihat Madame Winda
yang berjalan menuju kelas mereka.
*****************
“Selamat pagi semua!!!!” sapa Ibu
Winda saat tiba di kelas dan beliau segera duduk di kursi singgasananya.
“Pagi, Buuuuuuuuuuuuu!!!!!!!” balas
semua siswa.
Hari ini penampilan Ibu Winda tidak
seperti biasanya karena hari ini tampak mulai dengan warna-warna ceria.
Seketika pandangan heran tergambar jelas diraut seluruh penghuni XI IPA 3.
Pasti ada apa-apanya dengan Ibu Winda saat ini.
“Pagi ini, Ibu tidak bisa mengajar lama-lama,
hanya beberapa menit saja dikarenakan Ibu harus pergi menghadiri suatu
undangan,” ucap Madame Winda memulai pidato paginya.
Saat Madame Winda mengucapkan ‘tidak
bisa mengajar lama-lama’, raut wajah penghuni XI IPA 3 langsung mendadak lebih
ceria daripada apapun. Bayangkan????!!! Terbebas dari pelajar mematikan ala
matematika bersama Madame Winda adalah hal yang luar biasa. Mengingat bahwa
Madame Winda jarang sekali tidak masuk untuk mengajar dan kehadiran beliau yang
hampir selalu full.
“Tetapi, sebelum Ibu pergi, Ibu mau
memperkenalkan seorang teman baru untuk kalian. Dia baru saja pindah ke sini,”
ucap Madame Winda.
Kasak-kusuk mulai memenuhi kelas XI
IPA 3. Semuanya pada penasaran siapa murid baru itu. Ify sendiri juga penasaran
sebenarnya. Gadis yang dari tadi memendam rasa kesalnya itu sedikit dapat
melupakan rasa kesal ketika mendengar teman baru. Asyik juga ada murid baru.
“Silakan masuk, Nak,” ucap Ibu Winda
dan seketika kelas menjadi hening.
Seorang siswi berambut panjang dengan
wajah manis masuk ke kelas XI IPA 3 sambil tersenyum. Wajah yang cantik dan
rupawan, ditambah lagi kesan ramah yang dimiliki oleh gadis itu. Sepatu putih
bersihnya dan tas selempang berwarna merah muda menambah kesan feminism pada
diri gadis itu.
“Silakan berdiri di sini, Nak, dan
perkenalkan namamu,” ujar Madame Winda.
Dari bangku tengah terdengar bunyi
krasak-krusuk sendiri. “Eh, Ag, dia cantik banget. Hilang deh gelar kecantikan
gue,” dengus Shilla.
Agni teman sebangkunya hanya mendengus
kesal dan menatap Shilla galak. “Ampun, Ag. Nggak lagi deh,” ujar Shilla cepat.
Ia sadar kalau topic yang ia bicarakan tidak menarik untuk saat ini.
“Eheheem…..” Madame Winda berdeham
ketika mendengar suara keributan. “Shilla, Agni, diam!!!!” perintah Madame
Winda. Seketika Shilla dan Agni langsung mematung.
Aura monster yang menyelimuti Madame
Winda langsung hilang ketika beliau tersenyum kepada anak baru itu. “Sialakan
perkenalkan diri.”
“Halo semua!!!” sapa Anak baru dengan
ceria hingga kedua tangannya bergerak bersamaan untuk menyempurnakan sapaan
perkenalannya.
“Halo!!!!!”
“Nama aku Dea Christa Amanda. Aku
pindahan dari Medan. Salam kenal ya!!!!” ujar Dea.
“Baiklah, Dea. Kamu silakan duduk
bersama Sion. Dan Sion tolong angkat tanganmu,” ucap Madame Winda.
Dea segera mengangguk dan berjalan
menuju bangku di mana dia akan duduk bersama Sion.
“Baiklah anak-anak. Seperti yang Ibu
katakana tadi, Ibu harus pergi. Jadi, ibu hanya memberikan kalian tugas. Ingat,
tugas itu harus diselesaikan hari ini juga. Buka halaman 135, kerjakan Latihan
7.1. Semuanya. Tidak ada diskon untuk kali ini,” ucap Madame Winda. Kenapa
beliau menambahkan kata ‘diskon’??? Jawabannya mudah sekali. Karena murid-murid
tersayangnya ini sering kali meminta diskon atas tugas yang diberikan oleh
beliau. “Ada pertanyaan???” tambah Madame Winda.
“Tidak, Buuuuuuuu!!!!!!!!”
“Ibu tinggal dulu. Kerjakan
tugasnya!!!” pamit Ibu Winda dan segera keluar kelas.
***************
Sepeninggalan Ibu Winda, Agni dan
Shilla langsung menarik kursi mereka ke bangku Ify dan Via. Mereka memilih
untuk bergabung di bangku duo Pi karena bangku itu di belakang dan sangat
strategis buat mengobrol.
“Geser dikitan, Vi,” ujar Agni dan
meletakan bukunya di meja.
“Eh… liat anak baru itu, dia cantik
banget ya?? Gue yang paling cantik merasa tersaingi nih,” ujar Shilla memulai
pembicaraan.
“Ganti topic kali, Shilla!!!!” ujar
Agni gemes. “Dari tadi lo ngebahas tentang cantik… cantik… dan kecantikan.
Bosan tau!!!!!!”
“Habis gue kan envy sama
kecantikannya. Rambut lurus panjang dan hitam. Pengen!!!” ucap Shilla dan
menatap rambut si Anak Baru dengan pandangan benar-benar ingin. Untung saja
nggak sampai air liurnya ngences kayak di komik-komik.
“Shilla dan kecantikan. Kayak apaan
dah. Jangan di dengerin deh, Ag. Kita liat jawaban Ify aja, dia udah nomor
empat tuh,” timpal Via dan melihat hasil pekerjaan Ify.
“Cepet banget sih, Fy!!! Lo kayak
kalkulator aja ngerjain soal kayak gini,” komentar Agni saat melihat jawaban
Ify dan kemudian menyalinnya.
“Mesti kudu cepat, Ag. Buat antisipasi
tiba-tiba si Kesuraman datang merusak kehidupan gue,” ucap Ify seenak udelnya
saja.
Tawa Via dan Agni pecah mendengar
ucapan Ify. Ify… Ify… terlalu mendramatisir keadaan. Kalau Rio mah bukan si
Kesuraman, tapi si Matahari Pagi penuh pesona dan keceriaan. Membawa hari-hari
menuju zaman keemasan. Karena Rio memang luar biasa kerennya.
*************
Beda lagi dengan The Viper, keempat
pangeran Global Nusantara ini lagi sibuk dengan pekerjaan masing-masing hanya
saling menimpali saja kecuali ya Cakka. Dia terlalu focus dengan tugas
matematika dan hasilnya dia langsung berpindah haluan.
“Gue nggak mudeng sama Matematika,
tapi gue mudeng sama Agni,” ucap Cakka dan menutup bukunya lalu beralih menatap Agni.
“Gaya lo, Cak. Mana ada sih pelajaran
yang lo mudeng???!!! Nggak bosan lo ditolak Agni, pindah hati, Bro. Tuh….”
“Move on, Vin. Lo kayak nggak tau aja
istilah barunya. Jadul lho!!!!!!!!!” teriak Gabriel di telinga Alvin.
“Sompret lo, Yel. Biasa aja kali. Lo
nggak inget sama istilah lupa. Gue manusia, Bro!!!” dumel Alvin. Lalu ia
beralih lagi ke Cakka. “Tuh anak baru, Kka. Cantik lagi. Lo nggak tertarik????
Dia cukup manis juga,” ujar Alvin.
“Di hati gue masih ada Agni, Vin.
Tapi, boleh juga dia dijadiin cadangan ya nggak, Yo?”
“Apaan sih???!!!!” Tanya Rio bingung.
“Anak baru itu,” jawab Gabriel.
“Cantik. Gue naksir,” ujar Rio
singkat.
Mata Alvin, Cakka, dan Gabriel
langsung membola. Tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Rio. Rio
tiba-tiba naksir sama anak baru itu. Terus Ify dikemanain???
“Ify dikemanain, Yo?” Tanya Alvin
dengan tampang bingungnya.
“Ya nggak dikemana-kemanain. Gue
ngumpul tugas dulu ya di meja,” ujar Rio dan bangkit dari duduknya lalu
berjalan menuju meja guru.
“Rio kenapa sih?” Tanya Cakka dengan
bingung.
*****************
“Pengumuman
untuk seluruh pantia acara bakti social diharapkan kumpul segera di ruang OSIS.
Terima kasih!!!!”
“Love you, Ify. Kita ke ruang OSIS dan
tugas kita selesai. Lo emang the best-nya matematika,” ujar Sivia senang dan
membereskan bukunya.
“Love you????!!! Ogah bener!!! Emang
gue lesbiola, lo aja sama Agni,” balas Ify dan tertawa riang saat melihat
tampang cemberut Sivia.
“Kok gue sih, Fy??? Shilla noh!!!”
protes Agni.
“Terserah deh yang penting bukan gue,
karena gue maunya sama….”
“Gue dong ya, Fy????” sambar Rio cepat
dan kini udah berdiri di sebelah Ify.
Ify memutar bola matanya malas. “Lo
lagi lo lagi. Bisa nggak sih lo nggak ganggu hidup gue Mario Jelek Pesek Item Abal
Kw-nya Robert Pattison?!!!?!!!!!!”
“Gue nggak ganggu hidup elo. Gue cuma
mau ajak anak buah gue ke ruang OSIS. Lo kira gue bisa nyelesain tugas kita
sendiri,” balas Rio santai. “Cepet lo masukin buku-buku lo,” perintah Rio
otoriter.
Dengan tampang kusut Ify memasukan
buku-bukunya setelah selesai dia langsung berjalan menuju meja guru dan
meletakkan tugasnya, lalu mengambil ancang-ancang kabur. Dan melesatlah Ify
keluar kelas.
“Woiiii behel!!! Tungguin gue!!!!!”
teriak Rio dan berlari mengejar Ify.
“Mereka berdua itu apa-apaan sih??”
Tanya Shilla bingung.
“Nggak usah bingung, Shill. Ayo ke
ruang OSIS,” timpal Gabriel dan berjalan menuju ke ruang OSIS.
*****************
Sumpah. Ify benar-benar ingin menyekik
Dayat. Bisa-bisanya ketua panitia itu menyuruh mereka kumpul dan sekarang
lihat!!! Ify benar-benar dijajah oleh Rio. Semua tugas yang mereka buat harus
Ify yang menyelesaikannya sementara Rio hanya memberikan contoh dan sekarang
lihat???!!!! Hantu satu itu sedang asyik mengobrol bersama anggota yang lain
dan parahnya itu mereka membahas si Anak Baru????!!! What the hell bangetkan
sih Rio??!!!!
Satu lagi kesalahan Dayat yang membuat
Ify masih jengkel dengan pemuda itu, masa sih hanya tim work dia dan Rio yang
terdiri dari dua orang. Gimana bisa???!!! Ify benar-benar harus meminta
keadilan. Dia harus mencari anggota suka rela dan Dayat harus menerimanya.
“Gue benci sama lo, Rio,” desis Ify
setiap kali ia selesai menyelesaikan tugasnya. Dan sekarang jumlah tugas yang
telah Ify selesaikan mencapai sepuluh lembar dan itu berarti sudah sepuluh kali
pula Ify mengatakan kalau dia membenci Rio. Toh, sebenarnya ia sudah mengatakan
benci pada Rio hingga ribuan kali.
Di tengah-tengah kekesalannya,
seseorang menghampiri Ify dan mengajak gadis itu mengobrol. “Hai, Fy. Lagi
ngapain??? Sibuk amat,” sapa dan tanya orang yang datang menghampiri Ify.
Ify mengangkat wajahnya dan ketika
senyumnya sumringah. Orang yang menghampirinya itu adalah pujaan hatinya. Ya
ampun!!!!!! Sekian lama tidak melihat pujaan hati –semua karena Rio— sekarang,
ia bisa melihat sang Pujaan Hati langsung di depan mata.
“Hehhe…. Nggak juga sih, Bo. Cuma
ngerjain tugas kepanitian bakti social. Lo mau ikutan?” tanya Ify penuh
antusias. Dihampiri sang Pujaan hati siapa sih yang nggak senang????!!! Apalagi
selama ini Ify diam-diam menyukai Debo dari kelas X SMA. Kesempatan Ify
memperhatikan Debo hilang semenjak Rio datang mengusik hidupnya.
“Gue mau-mau aja sih, Fy. Apalagi satu
tim sama lo. Tapi, gue udah jadi ketua panitia acara tahunan sekolah. Dan acara
itu mulai dirintis dari sekarang. Sorry ya, padahal kita bisa menghabiskan
waktu bareng-bareng untuk mengerjakan tugas-tugas ini,” ucap Debo.
Ify memaksakan dirinya untuk tersenyum
walaupun sedikit kecewa tapi tidak apa-apa karena Debo mengatakan ‘menghabiskan
waktu bareng-bareng untuk mengerjakan tugas-tugas ini’. Itu udah menunjukan
sebuah perhatian bukan??? Itu tandanya Debo perhatian sama Ify, tidak kayak
Rio. Tanpa sadar Ify menoleh ke arah Rio dan menatap tajam penuh aura
kejengkelan kepada laki-laki itu.
“Gue duluan ya, Fy. Ke sini cuma mau
ngobrol sama lo, sih, hehehe…. Tapi gue mesti mengunjungi Pak Duta buat masalah
kepantiaan gue. Duluan ya. Jangan kerja mulu, istirahat ya,” pesan Debo sebelum
pamit dan kemudian pergi menuju ruang guru.
Tahu rasanya mendapat setumpuk coklat
kesukaan???? Seperti itulah perasaan Ify sekarang. Berbunga-bunga. Siapa juga
yang nggak senang diberi perhatian seperti itu. “Jatuh cinta itu indah,” gumam
Ify dan kembali melanjutkan tugas-tugasnya. Sekarang, mengapa tugas-tugas ini
menjadi sangat indah??!!!!!!
**************
“Ag, mau Cakka bantuin nulis
laporannya nggak?” tanya Cakka yang kini telah duduk di sebelah Agni.
“Nggak perlu!!!!” jawab Agni cuek.
“Yah… tapikan entar lo capek.”
“Nggak juga!!!”
“Lo kenapa sih, Ag?? Masa iya gue
nggak boleh bantu. Kita kan satu team.”
“Gue nggak kenapa-kenapa. Gue cuma
males liat tampang lo. Cakka si Perusak pemandangan. Ogah!!!!!!!!!” balas Agni
lagi.
“Tapi, Ag…”
“Nggak ada tapi-tapian lagi. Atau lo
mau gue…,” Agni mengempalkan tangan kanannya siap untuk memberi pukulan pada
Cakka.
“Iya… iya… nggak lagi. Gue nggak akan
gangguin elo,” ujar Cakka dan segera pergi meninggalkan Agni. “Gue selalu
ditolak,” ujar Cakka dan bergabung dengan kelompok Rio.
*************
“Kenapa lo, Kka?” tanya Gabriel yang
menatap Cakka heran.
“Pasti ditolak lagi,” Alvin menjawab
dan menampilkan cengiran khasnya buat Cakka.
“Apaan sih lo, Vin!! Ada obrolan baru
nggak nih?? Yang nggak membawa tentang kata penolakkan,” tanya Cakka dan
mengambil posisi duduk di sebelah Rio yang asyik dengan blackberry-nya.
“Ada dong, Bro. Lo duduk dan dengerin
cerita kita tentang anak baru itu,” ujar Gabriel.
“Anak baru yang super cantik itu???
Ngalahin si Shilla gebetannya Alvin??” tanya Cakka lagi.
“Iya. Dia cantik banget, Bro. Udah
tinggi juga dan sangat ramah. Seksi lagi,” jawab Alvin dan Gabriel tertawa-tawa
melihat tampang Alvin. “Kenapa lo, Yel??” tanya Alvin heran dan dia merasa raut
wajahnya biasa aja.
“Gue lagi ngebayangin gimana elo
dihajar Shilla kalau dia tahu lo muji-muji si Anak Baru,” jawab Gabriel.
Pleeetaaak…….. satu jitakan mendarat
di kepala Gabriel. “Lo bayangin gue sengsara suka banget!!!” dengus Alvin
kesal.
“Eh, Yo, tadi di kelas lo bilang lo
suka sama Dea kan? Kok bisa???” tanya Cakka.
“Dia cantik, Bro. Siapa sih yang nggak
tergoda???? Naksir, Men. Gue mau pedekate sama dia,” jawab Rio langsung dan
memasukan blackberry-nya ke dalam saku celana panjanganya.
Seketika wajah Cakka langsung melongo
jelek parah. “Hah????!!! Lo nggak salah omong, Yo??? Bukannya lo suka sama
Ify????”
Rio menampilkan cengiran khasnya.
“Bermain sedikit nggak apa-apa kali. Gue mau PDKT sama Dea sekaligus lho tau
apakan???” ujar Rio dengan evil-smile-nya.
“Parah lo, Yo!!!” decak Gabriel.
“Emang gue ngapain sampai dibilang
parah. Gue juga belum ngapa-ngapain.”
“Kehilangan Ify baru nyaho lo,” timpal
Alvin.
“Lo nggak lihat seberapa bencinya Ify
sama gue???!!!!!”
“Dia cewek, Yo. Lo nggak bisa asal
menebak hati cewek. Enakan lo gangguin Ify kayak biasa. Nggak kangen lo??”
tanya Alvin.
“Kita liat aja, gue mau pedekate sama
Dea. Dia super cantik dan seksi, Bro,” jawab Rio dan menampilkan seringaiannya.
***********
Di tengah-tengah mengerjakan tugas.
Ify mendengar obrolan Rio dan teman-temannya tanpa sengaja. Raut wajahnya yang
tadi keruh dan sedikit terhibur akan kedatangan Debo, sekarang makin cerah.
Tadi dia mendengar Rio mengatakan mau PDKT sama Dea, itu berarti………
“Gue mesti ngejalanin rencana Rio itu.
Minimal gue buat mereka dekat. Kalau Rio dekat sama Dea, gue pasti terbebas
dari ancaman mematikan ala Rio. Hidup gue penuh kesuraman langsung berevolusi
penuh kegembiraan. Matahari benar-benar bakalan terbit dari Timur. Gue harus
bisa,” gumam Ify.
“Kalau Rio dekat dengan Dea itu
berarti gue bisa menggapai Debo. Waiting me, Deb,” batin Ify dan tersenyum
gembira.
**************
BERSAMBUNG....
0 comments:
Posting Komentar