Sebel-Sebel juga Cinta Tuh! Part 8
Ify berjalan mengendap-ngendap di kantin.
Membeli Pop Ice Melon kesukaannya dan kemudian bergabung dengan anak-anak lain
yang untung saja mengenali dirinya.
“Lo kenapa, Fy?” tanya Rahmi.
“Nggak. Cuma mau duduk di sini aja,”
jawab Ify pendek dan matanya terus melirik ke arah meja yang berjarak tiga
meter dari tempatnya duduk sekarang.
Rahmi tidak merespon sama sekali dan kembali menikmati bakso pesanannya.
Ify terus melirik ke arah meja yang
dihuni oleh Dea dan Rio sembari mempertajam pendengarannya. Namun apa daya,
keterbatasan indra pendengarangn manusia hanya dapat membuat Ify mendengar
sayup-sayup apa yang dibicarakan oleh Rio dan Dea. Ditambah lagi dengan suara
berisik anak-anak yang lain.
“Ada kemajuan nggak sih?” tanya Ify
pada dirinya sendiri.
Rahmi yang mendengar apa yang dibicarakan
Ify membuatnya menoleh ke arah gadis bedagu tirus itu. “Kemajuan apaan sih,
Fy?”
“Eh… nggak kok, Mi. Gue ke tempat Via
dulu ya. Selamat makan aja,” pamit Ify dan segera menyambar Pop Ice-nya dan
berjalan menuju meja yang dihuni oleh ketiga sohibnya.
************
“WOI IFY!!!!” seru Sivia saat Ify
mengambil tempat duduk di sebelah dan hanya saja Ify tidak mengikuti obrolan
mereka dan melirik ke arah meja yang dihuni Rio dan Dea, meja yang hanya
berjarak satu meter dari mereka.
“Ify kenapa sih?” kali ini Shilla yang
bertanya.
“Diam… nanti gue nggak dengar,” ucap
Ify sambil menempelkan jari telunjuknya di bibir namun tidak menoleh sama
sekali ke arah Via, Agni, dan Shilla.
Via, Agni, dan Shilla saling lirik dan
bermakna, Ify kenapa sih?
“Lo liatin siapa sih, Fy?” tanya Agni
dan mengikuti arah pandang Ify. Dahi Agni berlipat, bingung. Kenapa pula Ify
melihat ke meja yang di huni Ourel dan Olin????!!!!
“Ify liatin siapa sih, Ag?” tanya Via.
Dia juga heran, dari kemarin Ify mendadak berubah. Lebih sering sendiri dengan
wajah penuh sumringah. Dia takut aja, kalau Ify ternyata dirasuki semacam
makhluk halus.
Agni mengedikkan bahunya ke atas. “Gue
juga nggak tahu, tapi dia ngeliat Ourel sama Olin,” jawab Agni.
Dengan cepat Via menoleh ke arah Ourel
dan Olin dan matanya menangkap sosok Rio dan Dea yang sedang bercanda dengan
asyiknya.
“Bukan Ourel sama Olin, Agni
Sayang!!!!” seru Via tertahan.
“Terus siapa, Vi?” tanya Shilla dan
Agni hanya mengangguk ingin tahu.
Senyum lebar Via mengembang. “Lo berdua
liat, Ify memata-matain Rio sama Dea. Jangan-jangan Ify cemburu,” jawab Via dan
menunjuk Rio dan Dea lalu Ify yang masih focus dengan acara mengupingnya.
“HAH???!!!” bola mata Shilla melebar.
“Iya, Shilla Sayang. Ify cemburu
melihat kedekatan Rio dan Dea. Kan selama ini yang dekat dengan Rio cuma Ify.
Ya kan?”
Shilla menjentikan jarinya. “Gue
setuju sama lo, Vi. Bener banget!!! Berarti Ify suka sama Rio dong. Jadi kita…”
Shilla dan Sivia langsung berpelukan
girang. Kalau seperti ini harapan untuk jadi pacarnya Alvin dan Gabriel bisa
terwujud. Cihhhuuuyyyy!!!! Assyiiikkk!!!!
Agni menatap Shilla dan Sivia kesal.
Kalau seperti ini, bisa-bisa mereka dekat dan si Cakka itu bakalan mendekati
dirinya lagi. Oh My…
Lalu Agni melihat ke arah Rio dan Dea
lalu Ify, kalau Ify cemburu kenapa Ify harus tekekeh-kekeh saat melihat Rio dan
Dea tertawa. Kenapa dia bergumam ‘yes’ sendari tadi. Kenapa??? Pasti ada
sesuatunya.
“Tos dulu, Vi. Bentar lagi kita nggak
jomblo. Asyik!!!!” seru Shilla girang dan ber-high five riang dengan Via.
“Cciiiieeee Iiifffy cembuuurrruu
niieee yeeeeee……..” ledek Sivia tepat di depan Ify.
Uhuk… uhuk…
Ify terbatuk dan menampilkan ekspresi
kesalnya pada Via. “Tadi lo bilang apa, Vi?” tanya Ify dengan tampang
horror-nya.
Namanya saja Sivia, dia tidak ngeh
dengan aura wajah Ify dan dia malah menjawab pertanyaan Ify dengan tampang
meledek. “Lo cemburu kan sama Rio dan Dea?”
“SIAPA YANG CEMBURU!!!!!!” jerit Ify
kesal.
“Lho???!!! Terus kenapa lo nguntit
mereka?” kali ini Shilla ikutan bertanya.
“Ini bagian dari rencana gue. Nanti
gue kabarin elo semua kalau gue udah berhasil.”
“Elo bohong, Fy. Nggak mungkin. Elo
pasti cemburu!!!”
Ify memutar bola matanya malas. “Apa
coba alasan gue cemburu??? Gue itu ogah sama Rio.”
“Lo cemburu, Fy!!!”
“Bisa nggak sih kalian diem kayak
Agni. Gue itu lagi ada misi tau!! Yang pastinya gue nggak cemburu sama sekali.
Titik!!!!”
Via dan Shilla saling cemberut.
Sedangkan Agni tertawa terpingkal-pingkal. “Gagal lagi dong,” ledek Agni ke
Shilla dan Via.
“Agni!!!!!” rengek Shilla.
Agni balas melet.
“Lo gitu banget sih, Fy. Kenapa juga
lo nggak suka sama Rio? Kan kalo elo suka sama Rio, gue sama Shilla bisa jadian
juga,” ucap Via manyun.
“Kalo gitu lo berdua harus do’ain misi
gue berhasil. Kalo misi gue berhasil, lo berdua terserah mau jadian sama
anggota the Viper. Mau Cakka kek, Alvin kek, Gabriel kek, bahkan Rio kek,
silakan gue ikhlas.”
“Beneran, Fy???”
Ify mengangguk.
“Lo emang sahabat yang paling
baik!!!!” seru Via dan Shilla kompak dan mereka langsung memeluk Ify.
“Ag… Ag… tolongin gue. Sesak nih!!!!”
pinta Ify dengan wajah memelas.
“Nggak apa-apa sekali-kali dipeluk
kayak gitu, Fy. Itung-itung buat latihan pernapasan. Sesak sedikit nggak
apa-apa,” ujar Agni dengan tampang polosnya dan tambahan gratisan untuk Ify
cengiran khas ala Agni Tri Nubuwati.
“Ag… tolong dong!!! Via Shilla!!!!
Sesak tau!!!!” jerit Ify kesal.
“Aku sayang IFY!!!!” balas Via dan
Shilla kompak.
Dan Agni tertawa hebat melihat wajah
Ify yang benar-benar seperti orang kehabisan oksigen.
**************
“Woi, Ify!!!!!” teriak Rio tepat di
hadapan gadis manis itu.
Ify memutar bola matanya malas. Ada
nggak sih yang lebih baik dari ini. Sore-sore udah kedatangan tamu yang sangat
tidak diundang. “Elo ngapain sih di rumah gue???”
Rio menampilkan senyumnya yang
menurutnya dapat meluluhkan siapa pun termasuk Ify. Dan Ify membalasnya dengan
cibiran. “Senyum jelek nggak usah diperlihatkan. Gigi gingsul lo belum bisa
membantu senyum lo jadi manis,” ucap Ify ketus.
Rio terkekeh pelan. “Lo aja yang
terpesona tapi nggak mau nyadarinya,” ledek Rio dan mencolek dagu Ify.
“MARRRRIIIIOO!!!!!” jerit Ify
kesal. “Pulang nggak lo!!!” usir Ify
kasar.
“Oke… oke… sorry, Ify Sayang!” ujar
Rio dan mengedipkan sebelah matanya.
Ify benar-benar ingin melempar Rio
dengan sebuah pot bunga kalau saja kepala Rio itu kepal dengan semen. Huh!!!!
“Nggak usah kedip-kedip mata segala. Sok manis lo!!!!!” semprot Ify.
Rio tertawa ngakak. “Kalo kayak gini
elo lebih Ify banget. Kalo kemarin elo kayak alien ntah dari mana. Mungkin dari
lumpur tanah,” ucap Rio dengan wajah seriusnya.
Bugghhhh….
Lengan Rio sukses menjadi tempat
pendaratan remote tivi. “Makan tuh remote!! Lo itu yang alien Rio jelek, itam,
cungkring. Pulang lo. Pulang!!!!!”
“Gue mah ganteng, Fy. Mau pembuktian??
Ayo kita tanyain sama semua orang yang lewat. Gue ganteng atau nggak. Kalo
mereka bilang jelek, gue rela deh pertunangan kita batal,” ucap Rio.
Pertunangan?????!!!! Oh My…. Jerit Ify
dalam hati. Sial… sial… kenapa sih Rio harus ungkit-ungkit itu. Ify hampir gila
mengingat malam itu. Issshhh……
“Kok diam sih, Meine Liebe?”
“Fy…”
“Woi Sayang….”
Tidak ada sahutan sama sekali dan
malahan mata Ify menatap lantai dengan pandangan kosong.
Rio menatap Ify dan memandangi bola
mata gadis itu. Tatapannya kosong dan hampa. Dampaknya membuat Rio menampilkan
evilsmile-nya. Dan…
Cup…
Pipi mulus Ify menjadi tempat
pendaratan bibir Rio sekilas. Dan langsung saja…..
“SETAN LO RIOOO!!!!!” teriak Ify kesal
dan kedua lengannya otomatis memukul
bahu Rio.
Rio sendiri tertawa terbahak-bahak.
Ini sudah yang ketiga kali Rio mencuri ciuman Ify diam-diam.
“Pipi gue makin nggak perawan!!!!!!!
Gue nggak rela!!!!!!” teriak Ify lagi. Dia benar-benar menatap Rio dengan
tatapan tajamnya.
“Kenapa sayang? Wajar aja kali y ague
cium elo. Kane lo tunangannya gue,” ucap Rio dengan tampang innocent-nya.
Sumpah Ify benar-benar ingin
mencabik-cabik wajah Rio yang sok polos bin putih bin nggak bersalah itu.
Bisa-bisanya pemuda itu berkata seperti itu padahal kan…. Aaaarrrrrgggghhhhh…….
“Lo nyebelin banget sih Rio!!!!!!!!”
“Nyaman
enak benaran liatin gue, iya kan Ify Sayang?”
“Dasar dusun lo!!! Nggak nyambung
dodol!!!!! Lo itu nyebelin!!!!”
“Tapi lo suka sama gue!”
“Nggak.”
“Kalo gitu sayang?”
“Ogah.”
“Gue tau, pasti cinta.”
“Mau muntah.”
“Kalo gitu, lo mau jadi istri gue.”
“Ogah sampai elo mancung juga ogah!”
“Terus rasa elo ke gue apaan dong?”
tanya Rio dengan mimic muka yang dibuat-buat polos. Matanya menatap Ify
layaknya penuh binar-binar cinta.
“Gue benci lo karena lo itu nyebelin.
Gue sebel sama elo!!!!!!”
Rio tersenyum lebar. Dia menjentikan
jarinya. “Gue makin cinta sama elo, Fy. Ternyata elo itu beneran cinta sama gue
karena gue itu nyaman enak benar diliatin dan elo senang betulan sama gue. Makasih Ify Sayang. Nanti
Abang Rio bakalan makin ganteng untuk elo,” ucap Rio dan melebarkan kedua
lengannya untuk memeluk Ify.
Buru-buru Ify melompat dari sofa dan
berdiri.
“Eh… my honey Ify mana?”
“Untung gue selamat!!!!” gumam Ify.
“Kok elo kabur sih, Fy? Kan gue mau
meluk elo. Mau mencurahkan seluruh rasa sayang dan cinta gue sama elo. Kok elo
gitu sih?” ucap Rio dengan suara yang dibuat imut-imut.
“Nggak usah sok imut-imut Rio!!!!! Gue
muak!!! Gue tau kalo elo cuma bercanda. Cukup!!! Ini gila!!!!!” teriak Ify
kesal.
Tawa Rio pecah…
huaahhhhaahahhaahahha…. “Ketauan banget ya, Fy? Lo memang lucu sih. Coba lo
liat wajah lo tadi, pasti lo bakalan ketawa guling-guling,” ledek Rio.
Ify cemberut. “Pulang lo!!!”! usir
Ify. “Lo pulang Rio!!! Lama-lama gue bisa gila kalo ngadepin elo mulu. Bisa
nggak sih elo nggak usah ngeliat gue. Kalo gue ada lo pura-pura nggak liat
aja!!!!!” pinta Ify konyol.
“Nggak bisa dong, Fy. Elo selalu
terlihat di mana-mana bagi gue. Karena lo tau, gadis kayak selalu teringat oleh
gue walaupun gue nggak mau mengingat elo.”
“Kalo gitu elo pulang sekarang!!!! Gue
bisa ubanan dini kalo lo di sini!!!!”
“Eits… eits… nggak bisa lo ngusir gue
gitu aja, Fy.”
“Ini rumah gue!!!!!”
“Tapi gue di sini di suruh sama Papa.
Katanya minta nama-nama yang mau elo undang di acara tunangan kita nanti.”
Ucapan Rio sukses membuat Ify seperti
dilempar ke dasar laut, lalu diciduk dengan jaring. Kemudian di lempar ke
angksa, disedot lubang hitam. Lalu ditarik oleh pancingan melewati matahari dan
terakhir terdampar di sofa ruang keluarga rumahnya dengan Rio di sebelahnya.
Arrrggghhhh…!!!!
“Nama-nama yang mau aku undang?” ulang Ify.
Rio mengangguk.
“Maksud kamu di acara tunangan kita?”
Rio mengangguk lagi dan alisnya
terangkat sebelah karena kata ‘kamu’ keluar dari bibir manis Ify.
“Kita pasti bakalan tunangan? Nggak
bisa dibatalin?” tanya Ify lagi dengan wajah polosnya.
“Iya, Sayang. Nggak bisa dibatalin
kecuali kamu…”
“Kecuali aku kenapa?” sambar Ify
cepat.
“Kamu nikah sama aku langsung. Jadi
kita nggak perlu tunangan, langsung nikah.”
Nikah? Batin Ify. Dia nikah???
Nikah??? Nikah???
“NGGAK MAUUUUUUUU!!!! NGGAAAAK MAUUUUU
SAMA RIO JELEEEEEEEKKKK!!!”
“Kan gue-nya Rio ganteng, Fy. Kalo Rio
lain kali aja jelek.”
“Pulang lo!!!! Gue ogah tunangan apalagi
nikah sama elo!!!” usir Ify setelah kesadarannya datang kembali.
“Nggak bisa. Elo mesti kasih tau gue
nama-nama yang bakalan elo undang.”
Ify melotot kesal. “Gue nggak bakalan
tunangan sama elo.”
“Udah nggak bisa dibatalin!”
“Bisa!”
“Nggak!”
“Gue ogah!”
“Gue sama elo harus tunangan!”
Ify terdiam. Masa dia harus tunangan
sama Rio? Dia aja belum tuntas menggapai cintanya. Apa kabar dengan Debo????
Ify udah lama nggak mencari tahu tentang Debo dan kemarin-kemarin Debo datang
kepadanya dan mengajaknya mengobrol. Dan Rio tiba-tiba, sore ini datang ke
rumah dengan meminta nama-nama yang harus dia undang di acara tunangannya
dengan Rio. Apa rencananya gagal????
Tapi kan Rio itu sering ngibul. Catat
ngibul, Fy, batin Ify. Ah iya, Rio sering sekali membohongi dirinya dan
sekarang apa dia rela harus menjadi bahan kibulan Rio lagi????!!!!
“Gue mau telpon Om Zeth dulu. Pasti lo
bohong!”
“Telpon gih, kalo nggak percaya sama
gue.”
“Mana hape lo? Gue pinjem.”
“Nih,” ucap Rio sambil memberikan
handphone-nya pada Ify.
Tut… tut… tut….
Senyum Ify merekah lebar saat
telponnya tersambung.
“Halo, Om!”
“……”
“Nggak, Om? Beneran?”
“…..”
Ify melirik sinis ke arah Rio. “Ify
setuju, Om. Tunggu ta..ma..t S…M…A…,” ucap Ify penekanan.
“….”
“Makasih, Om. Dah… Selamat bekerja
lagi,” ucap Ify mengakhiri telponnya. “Dasar penipu lo. Pembohong.” Semprot
Ify.
Rio nyengir doang. “Jangan ngambek
dong, Fy. Gue ke sini cuma mau menyelesaikan tugas kita yang di sekolah itu.
Belum diselesain sama Dea tadi. Dia keburu pulang ke rumah, di suruh mamanya.
Berhubung gue gentleman sejati, jadi gue bilang sama dia biar gue aja yang
nyelesainnya.”
Mendengar nama Dea disebut dan Rio
bilang gentleman sejati, bukankah itu taktik cowok untuk mendekati cewek. Jadi
dia hampir berhasil dong????!!!
“Kalo gue belum selesai ngerjainnya,
kira-kira lo mau nggak nyelesainnya?” tanya Ify.
“Ogah. Selesain sama elo sendiri. Gue
ogah!!!”
Ify tersenyum lebar.
“Kenapa lo senyum-senyum???” tanya Rio
penasaran.
Ify menggeleng. “Nggak apa-apa. Sini
gue bantuin elo ngerjainnya. Cepet. Mumpung gue lagi berbaik hati,” jawab Ify.
Rio memberikan kertasnya kepada Ify
dan dia merinding melihat Ify yang sedang tersenyum seperti saat ini. “Elo
nggak kerasukan kan, Fy?” batin Rio.
BERSAMBUNG...
1 comments:
yaaampun... ini cerbung oke banget... saya tunggu kelanjutannya ya!!
Posting Komentar