Maaf ya kalo ngebosenin dan ngecewain.
Lovely Maid [Part 18]
“Jadi hari ini kita nggak latihan?” tanya Alvin untuk
yang kesekian kalinya.
Saat ini, Alvin, Rio, Gabriel, dan Cakka sedang
duduk-duduk di ruang musik sembari menunggu PARTNER latihan mereka. Ingat tuh
partner latihan yang sejak sejam lalu belum muncul-muncul juga. Yang bener aja
dong!!! Masa kaum elit kayak mereka menunggu keempat adik kelasnya dari
kalangan bawah itu.
“Pulang aja elah,” usul Cakka yang sudah bosan banget.
Dari tadi ia hanya memetik gitar dengan malas untuk membunuh waktu. Sejak dulu
ia tidak pernah menunggu, bahkan ia adalah orang yang ditunggu. Dan sekarang???
Beneran kurang ajar tuh adik kelas!!!!!
“Yel... lo udah dapat belom nomor hape mereka?” tanya
Alvin.
Gabriel menggeleng. Dia sudah bertanya pada semua orang
yang ia tahu kenal dengan keempat adik kelas miskinnya itu dan hasilnya nihil.
Tidak ada nomor hape dan sekarang lihat??!!! Hanya satu orang saja yang belum
membalas sms yang ia kirim.
Tak lama kemudian, dahi Gabriel mengkerut. “Sialanss,”
desis Gabriel. SMS yang baru masuk itu sangat membuatnya kesal. Udah lama
balas, pertama kali yang dikirimin SMS, dan hasilnya...??!?!!! Bener-bener buat
Gabriel keki abis. “Gue nggak tau semiskin apa mereka,” ucap Gabriel membuat
Alvin dan Rio menaikan alis sebelah. “...hape aja nggak punya. Pulang aja kita
lah,” lanjut Gabriel.
“Hahahaha...” Cakka tertawa ngakak, beda banget dengan
Alvin dan Rio hanya mengendikkan bahu. “Kasih pinjem deh hape lo pada yang
kagak kepakai. Kalo begini terus kan susah juga,” ujar Cakka dan dihadiahi
toyoran dari Gabriel.
“Kenapa nggak punya lo? Diantara kita, hape lo yang
paling banyak!!!” protes Gabriel.
Cakka cengengesan. “Lo tahu sendiri, Yel, kalo pacar gue
banyak. Satu hape untuk satu pacar dong!” balas Cakka dengan cengiran lebarnya.
Rio mendengus. “Kita pulang aja. Gue duluan!!!” pamit Rio
dan segera menghilang di balik pintu berwarna coklat itu.
******
“Beneran mau pulang sekarang?” tanya Agni di ruang tivi
di rumahnya. Hari ini sudah menunjukkan pukul lima sore. Langit pun telah
berganti menjadi jingga. Kampung delima pun sudah diterpa oleh warna jingga
tersebut.
Ify mengangguk yakin. Ia dan sahabat-sahabatnya sudah
selesai memasak juga sudah selesai makan. Bahkan Shilla sudah selesai mencuci
piring akibat kalah hompimpah dengan Ify dan Agni. “Gue pulang aja. Ray udah
mau pulang,” jawab Ify sambil memasangkan sepatu Ray. Bocah laki-laki yang
berada di hadapan Ify tersebut mengangguk-ngangguk dengan senyum lebarnya.
“Ya udah deh, besok kita ketemu di sekolah lagi,” ujar
Agni. Ia khawatir kalau Ify pulang sekarang. Angkot saja sudah jarang. Taksi
juga jarang lewat daerah kampung delima ini. “Tapi gue anter dan tunggu sampai
lo dapat taksi,” tambah Agni.
“Gue ikutan ya,” pinta Shilla.
“EH, KALO LO PERGI JUGA, GUE SAMA SIAPA, SHIILLONGG!!!!”
seru Via dari kasurnya. Manja bener itu bayi besar.
Shilla mendengus kesal dan akhirnya memilih mengalah. Via
benar nanti Via dengan siapa kalau dia ikut Agni mengantar Ify. Bagaimana kalau
ada maling? Kan Via bisa digebukin langsung. Kalau ada gempa? Kan Via nggak
bisa lari.
“Gue pulang ya. Hati-hati di rumah. Sekali-kali, rumah
gue dibersihin elah,” pamit Ify sekaligus pinta gadis berdagu tirus itu dengan
cengiran lebarnya.
“Dasar banget. Nanti Via yang bersihin rumah elo, Fy,”
ujar Shilla dan dia menunjuk Via yang lagi berbaring di kasur. “Kelamaan
istirahat dia,” tambah Shilla dengan volume suara lebih pelan.
Ify terkekeh pelan dan mengangguk.
“Kak Ify, Lray digendong, ya? Kenyang habis makan,” pinta
Ray dengan nada manjanya. Ify mengangguk dan segera meraih Ray dalam
gendongannya. Lumayan berat sih, tapi Ify sudah biasa. Anggaplah ini olahraga
angkat besi, hehehe...
“Nggak berat tuh, Fy?” tanya Shilla dengan raut wajah
horror seolah baru nonton film hantu. Agni tertawa melihat reaksi Shilla.
Memang di antara mereka berempat Shilla yang memiliki motto “sebisa mungkin
jauhin anak-anak”. Tidak tahu apa alasannya.
“Kakak itu yang belrat. Kak Ify selring kok gendong
Lray,” protes Ray dan memasang wajah kesal ke Shilla. Dipandang anak kecil
seperti itu membuat Shilla meringis. Ia tidak tahu harus bereaksi apa. “Iya
kan, Kak Ify?”
Ify tertawa lalu mengangguk. Ray tersenyum senang dan
memelet ke arah Shilla. semakin cengo lah wajah gadis cantik itu.
“Kita pulang ya!” pamit Ify lagi dan meninggalkan daerah
rumah sederhana tersebut bersama Agni dengan Ray yang ada digendongannya. Rumah
yang menjadi tempat mereka berteduh. Rumah dengan segala kenangan. Kenangan
yang tidak akan pernah lupa dari benaknya maupun ketiga sahabatnya.
*****
Ify sangat bersyukur bisa sampai rumah pukul tujuh malam
lewat sepuluh menit. Untung saja ia cepat mendapatkan taksi. Ify harus
berterima kasih karena Agni telah menemaninya, terlebih lagi taksi itu datang
karena Agni yang mencarinya sampai menuju jalan raya utama. Ify sungguh
bersyukur.
Gerbang mewah di hadapannya membuat Ify lega. Lega karena
ia sampai dengan selamat bersama Ray. Kali ini Ify beruntung karena Ray tidak
mau digendong sejak di taksi. Biasanya Ray minta pangku bila mereka pergi
dengan taksi. Tadi Ray tidak ingin dipangku. Ify senang sebab ia lelah
menggedong Ray cukup lama. Ketika taksi tepat berhenti di depan gerbang mewah
ini, Ify juga senang karena Ray tidak mau digendong dan memilih turun sendiri.
Rasa lelah itu cukup berkurang.
Setelah membayar uang taksi—tentu saja dengan uang
Ray—Ify segera membawa Ray ke dalam rumah. Ify tidak perlu memencet bel karena
Ray sudah berteriak duluan dan tentu saja Pak Satpam mendengarnya.
“BAPAK SATPAM!!! LRAYYY PULANG SAMA KAK IFY!!!!!” itulah
teriakan Ray di depan pintu gerbang. Ify terkekeh pelan dan mencubit pipi Ray
gemas. Dengan teriakan Ray, gerbang pun
langsung dibuka dan saat gerbang itu dibuka Ify cemas!!! Di depannya telah
berdiri seorang.... ya ampun!! Itu Tuan mudanya, Rio. Dan Ify baru ingat kalau
hari ini latihan untuk lomba. Wajah Rio sama dengan jadwal latihan. Waduh!!!
“Kak Lrio, kangeeeennn!!!!” seru Ray dan langsung meraih
Rio untuk dipeluk. Rio mengusap kepala Ray dan membalas pelukan Ray. Ify tahu
bahwa Rio sangat menyanyangi Ray.
“Selamat malam, Tuan Muda,” sapa Ify sopan. Dia cemas.
Baru kali ini dia cemas melihat wajah garang Rio. “Aku ke dalam duluan,” tambah
Ify dan segera berjalan cepat menuju kamarnya. Takut dibasmi Rio secara
mendadak.
******
Melihat Ify dan Ray sudah masuk ke dalam Taksi, Agni
memutar badanya dan berjalan menuju arah pulang. Ia terkekeh saat melihat uang
dua puluh ribu yang berada di tangannya. Ini adalah pemberian dari Ify. Ify
bilang uang itu dibelikan gorengan atau roti saja untuk cemilan malam ini. Agni
geleng-geleng kepala, Ify seperti emak-emak yang mempunyai anak tujuh tapi
hidupnya melarat.
Walaupun begitu ia tetap membelanjakan uang tersebut
seperti yang disarankan Ify. Namun, Agni tidak membeli gorengan tetapi roti. Ia
takut suara Via yang notabane-nya akan mengikuti lomba menyanyi akan mengalami
sedikit gangguan apabila makan gorengan. Setidaknya ini pencegahan walaupun
Agni yakin minyak gorengan tidak bisa mengalahkan powernya suara Via.
Sambil membawa bungkusan Agni berjalan dengan santai
menuju Kampung Delima. Tadi ia cukup jauh berjalan untuk mencari taksi. Dalam
perjalanan pulang, Agni melewati restoran yang cukup mewah dan tempat parkirnya
penuh dengan mobil. Gadis manis itu tidak naif bahwa dalam benaknya ada
keinginan untuk mencoba berkunjung ke sana.
“AGNI!!!!!!”
Agni sedikit tersentak saat mendengar suara yang
memanggil namanya. Kepalanya menoleh ke kanan dan ke belakang namun ia tidak
menemukan siapapun. Lalu ia melihat ke arah restoran cukup mewah itu dan
mendapati seseorang ia kenal memanggil dirinya.
“Hai, Kak Obiet,” sapa Agni saat ia telah berdiri di
pelataran parkir restoran. Sempat-sempatnya ia menyebrang jalan dan sekarang
berada di depan Obiet. Dapat hidayah apa dia mau repot-repot seperti ini???!!!
“Ngapain malam-malam gini di luaran?” tanya Obiet.
“Tadi nganterin sohib gue cari taksi. Ini mau pulang.”
Obiet mengangguk-ngangguk dan wajahnya tetap tersenyum
lebar. Ia selalu suka melihat wajah adik kelasnya ini. Adik kelas yang ia temui
saat mobilnya mogok. Adik kelas yang terlihat ogah-ogahan dan misterius. Pemuda
manis itu tidak menyangka bahwa ia menemukan Agni yang menghampirinya.
“DASAR PLAYBOY CAP KALENG!!!!”
PLAK...
Umpatan dan suara tamparan yang sangat keras itu
mengundang orang untuk melihatnya, termasuk Agni, meskipun ia pendiam dan
seperti tidak ingin mengetahui hal lain di dunia ini yang tidak berhubungan
dengan dirinya tetap saja suara tamparan itu mengundang minatnya. Kepalanya
otomatis segera melihat ke arah mobil merah yang hanya berjarak dua meter dari
tempat ia berdiri.
Di sana ia melihat kakak kelasnya. Sekali lagi, KAKAK
KELASNYA. Perlu dicatat KAKAK KELASNYA ini adalah kekak kelas yang sering
ngebully ia dan sahabat-sahabatnya. Kakak kelas songong karena memiliki harta
berlimpah. Kakak kelas yang selama ini diam-diam Agni kutuk dalam diamnya.
Sungguh, ia ingin tertawa saat melihat Cakka memegang
pipi kanannya. Pipi itu merah meskipun tidak ada cap jemarinya. Namun sebisa
mungkin gadis itu tahan karena meski sudah ditampar Cakka masih menyadari bahwa
yang menonton aibnya ini adalah adik kelasnya a.k.a adik kelas miskinnya. Agni
tahu Cakka sendari tadi melotot ke arahnya yang menandakan ‘berita ini kesebar.
Lo mati’. Agni yakin ini maksud dari tatapan Cakka.
Obiet yang mengikuti pandangan Agni hanya terkekeh pelan.
Memang ini adalah pertama kalinya Cakka di tampar cewek dan Obiet sebisa
mungkin seperti tidak perduli. Lagian dia tidak ada urusan dengan Cakka.
“Kak Obiet, gue pulang duluan ya. Makin malam ini,” pamit
Agni. Ia ingin segera meninggalkan Cakka dan tatapan menyebalkannya.
“Gue anter aja gimana, Ag?”
“Nggak usah, Kak. Dekat lagi ini. Lagian jalannya sempit
kok, susah lewat kendaraan,” tolak Agni dan segera berjalan cepat meninggalkan
restoran dengan Cakka yang Agni yakin masih melotot ke arah dirinya.
*****
Ify menyadari bahwa Ray sudah kenyang dan tidak ingin
makan lagi. Namun dengan penuh kesadaran dan rasa takut bin cemas Ify tetap
memasak menu sederhana berupa sambal telur mata sapi. Melihat telur mata sapi
membuat dahi Ify makin berlipat karena mengingatkan dia akan mata Rio yang
melotot ke arahnya. Bagi Ify itu menakutkan.
Rio melotot ke arah Ify yang sedang memasak di dapur yang
tidak jauh dari meja makan di mana tempat Rio dan Ray sedang duduk saat ini.
Mata Rio semakin melotot ketika ia mendengar cerita Ray ke mana ia dan Ify
pergi hari ini.
“Iya, Kak Lrio. Lray tidurl di lrumahnya Kakak Agni
terlus makan deh. Enak banget, Kak Lrio. Lray makan banyak dan sekalrang Lray
kenyang. Tapi masakan Kak Ify kok halrum ya, Kak Lrio?” celoteh Ray.
Rio menganggung-ngangguk. Dia setuju dengan pendapat Rey.
Masakan Ify memang harum banget dan membuatnya semakin lapar. Namun... dahi Rio
berkerut mengingat ucapan adik kesayangannya itu, ‘tidur di rumah Agni’.
Bukannya Agni itu sohibnya Ify dan termasuk orang miskin???!!!
“PIIINNGGKKYYY!!!!!” teriak Rio.
“IYA, TUAN MUDA RIO,” balas Ify dan berjalan dengan cepat
sambil membawa lauk menuju meja makan. “Ini lauknya udah mateng,” ujar Ify
sambil meletakan sepiring sambal telur mata sapi di hadapan Rio.
“Gue bukan mau makan. Sini lo duduk, gue sidang dulu,”
ucap Rio dengan mata melotot-lotot.
“Dih.... serem amat. Mana melotot terus itu mata.
Sumpahin matanya keluar,” dengus Ify dalam hati. Dia diam saja dan duduk di
kursi yang posisinya berada di hadapan Ray.
Ify melihat Ray senyum-senyum ke arahnya dan Ify membalas
senyum Ray dengan cengiran lebarnya.
“Heh Pinky gue nggak nyuruh elo nyengir!!” bentak Rio dan
membuat Ify langsung menatap ke arah Tuan Muda resenya.
“Hari ini elo bawa Rey pergi dan pulang kemaleman.”
Ify mengangguk.
“Gue bisa memaklumi dan memaafkan itu tapi gue denger
dari Rey sendiri kalo dia tidur di rumah Agni Agni itu. Yang bener aja dong,
adek gue lo suruh tidur di tempat orang miskin!!!!!” desis Rio dengan tatapan
tajamnya.
Tersentak. Itu yang Ify rasakan saat Rio mengatakan orang
miskin. Ify menghela napas. “Biasa aja, please, jangan berkaca-kaca,” batin
Ify. Belakangan ini Rio sudah jarang mengatakan miskin dan malam ini... saat
Rio mengatakan orang miskin Ify merasakan dentuman di hatinya.
“Di rumah bersih kok. Aku jamin Rey nggak apa-apa,” ucap
Ify dengan raut muka sebisa mungkin untuk normal.
“Awas aja lo sekali lagi bawa adek gue pergi apalagi ke
rumah elo dan sohib-sohib elo itu,” ancam Rio.
“Nggak. Lrey mau ikut Kak Ify ke sana. Lrey mau main ke
sana. Kak Lrio jahat,” rajuk Rey. Ia paham kalau Kakaknya melarangnya untuk
pergi bersama Ify.
“Di sana tempat orang miskin, Rey.”
Rey menggeleng. “Di sana enak. Lrey mau ke sana. Jangan
lalrang-lalrang, Kak Lrio.”
“Kalo kakak bilang nggak ya nggak, Rey!!!” bentak Rio.
Dia kelepasan sampai berteriak di depan adik kesayangannya.
Huaaaa..... hikss.... huaa..... “Kak Lrio jahat. Kak Lrio
malrahin Lrey. Huaaa....”
Rey mulai menangis dan mata Rio berkedip-kedip saat melihat adiknya menangis karena perbuatannya. “Rey... Kak Rio nggak sengaja.”
Menggeleng. Itu lah yang dilakukan Rey. Saat Rio mau
menggendongnya Rey terus menggeleng dan menghentak-hentakan badannya. “Mau Kak
Ify aja. Lrey mau kak Ify... hikss..hikss..”
Ify menghela napas dan memejamkan matanya sejenak. Lalu
ia menuju kursi Rey dan menggendong bocah imut yang sedang menangis itu.
“Jangan nangis lagi ya, Sayang. Kan udah sama Kak Ify,” bujuk Ify. Rey masih
terisak di bahu Ify dan gadis manis itu merasakan ketakutan Rey karena bocah
laki-laki itu memeluk Ify dengan erat.
Rio yang masih diam di kursinya diam-diam menghela napas
lega saat tangisan Rey berubah menjadi isakan kecil. Ify memang babysitter yang
dapat diandalkan.
BERSAMBUNG KE PART 19....
Terima Kasih
S SAGITA D
17 comments:
Di tunggu kelanjutannya kak:) udah berkali² baca gk bosen² pokonya the best deh.. next kak
Punya akun wattpad ngga kak? Nulis di sana dong...☺��
Aku cek blog kakak setaun sekali karna kaka juga update setaun sekali
Kak uploadnya jgn lama" dong ka. Aku udah baca dari kelas 2smp ampe sekarang udh kelas 2 sma nungguin, lanjutin ampe ending dong kaa. Semangat yah kak.
Part 19 nya gak ada ya
Lanjut dong kak pleaseeeee😢😢😢😢😭😭😭😭😭
Lanjut dong kak pleaseeee😢😢😢😢😭😭😭😭😭😭
Ayo lanjut kak😭
ini kapan mau dilanjut ka😢
Ini kapan di lanjut kak 😭
Ahhelaahhh ini kapan dii lanjuutttttttt
Kak kapan di lanjut yah
Kpn d lnjt lg kk
Aku udh baca dr tahun 2017 an kalo ga salah
kak apakah ngga ada niatan tamatin ini cerita😭
Kak, tolong bgt nihh. Cerita nya di lanjut donggg😭😭
Kak gua baca dari masih sekolah SMP sampai skrg gua udah kuliah mau lulus, ini cerita belum ada sambungannya lagi? Kapan di next nyaa😬😭
Posting Komentar