Haruskah Aku Harus menuggu ??? *Last Part*



Hari-hari Ratna di bangku SMA dilewati dengan canda tawa bersama teman-temannya. Ratna orangnya memang mudah bergaul. Itulah salah satu yang menyebabkan Ratna tidak sulit untuk mencari teman. Selain itu Ratna orangnya ramah dan bisa ngertiin orang, tidak heran kalau Ratna menjadi tempat curhat teman-temannya.
   Tapi hari ini Ratna tidak mood untuk sekedar bergabung dengan teman-temannya di bawah pohon akasia, tempat nongkrong favorit mereka. Selain adem dan sejuk, dari sana kita dapat melihat langsung cowok-cowok atau  cewek-cewek yang lagi main basket. Pokoknya asyik deh tempatnya, paling PW-lah kalau mau nonton pertandingan basket. Duileh lagi promosi ye??
   Selembar foto tergenggam di tangan Ratna. Foto seorang cowok kira-kira berusia delapan tahun yang lagi tersenyum ceria. Di kelas, di bangku persis samping jendela Ratna duduk. Itu merupakan tempat duduk favoritnya karena dapat melihat langit dengan puas kalau lagi suntuk.
   Seperti sekarang, Ratna lagi suntuk banget. Ntah kenapa Ratna menjadi sedikit pusing untuk mengingat-ingat tentang si Dia. ”Apakah dia Rangga yang ini?” tanya Ratna pada dirinya sendiri untuk sekian kalinya dan menunjuk-nunjuk foto yang digenggamnya. Cowok yang selalu dia tunggu, ntah kapan dia akan kembali. Cowok yang dengan yakinnya berjanji kalau dia pasti akan pulang. Tetapi, dia tidak bilang kapan dia pulang. Ratna yang dulu masih kecil, plos, dan lugu percaya aja sama dia dan Ratna kecil selalu menunggunya pulang hingga dia lelah menunggu.
   Padahal Ratna sudah hampir lupa akan kenangan tentang Rangga. Tetapi, ketika mulai masuk SMA kenangan itu kembali muncul. Seperti air yang telah membeku, dan kini  kembali mencair. Mengenang semua kejadian bersama Rangga kecil membuat Ratna kembali rindu kepadanya. Kecewa dengan Rangga yang telah membohonginya. Air matanya pun mengalir membentuk anak sungai di pipinya dan Ratna pun tertidur. Untung saja sekarang guru lagi rapat dan Ratna pun bisa tidur dengan tenang.

*****

Rangga berjalan bergegas menuju kelas sepuluh A untuk memanggil seorang siswa, dia di suruh oleh Pak Witno guru Bahasa Inggris. Padahal Rangga tadi mau main basket bareng teman-temannya, berhubung lagi disuruh nggak jadi dech.
   Pintu kelas sepuluh A telah berada di depan mata Rangga, setelah menaiki tangga Rangga pun baru nyampai di gedung kelas sepuluh. Sekarang Rangga tinggal mencari kelas A. Tulisan kelas sepuluh terpampang megah di atas pintu kelas itu sendiri. Sehingga Rangga tak perlu susah payah untuk mencari kelas tersebut.
   Rangga merasa deg-degan ketika mau masuk ke kelas itu. Perasaan itu nggak tahu kenapa muncul, tidak seperti biasanya Rangga merasa begitu. Kalau mau pergi kemana-mana Rangga malah yang dibuat sibuk. Mengapa tidak, cewek-cewek di sekolah ini pada senyam-senyum kepadanya. Malah ada yang mau dekat-dekat dia terus. Perlu dikatahui, Rangga adalah salah satu cowok idola di sekolah ini. Dengan tubuh atletis, muka dominan Asia, model rambut keren yang sangat pas dengan mukanya, dan sering tersenyum, membuat kesan ramah pada wajahnya. Tentunya mendapatkan point plus dimata para cewek-cewek, pastinya cewek-cewek yang kekurangan cowok ganteng.
   Krek....bunyi pintu kelas dibuka Rangga. Kelas itu sangat sepi. ”Gimana mencari orangnya, wong penunggu kelas ini aja nggak ada.” batin Rangga. Mata Rangga berkeliling mencari sosok yang mungkin ada di sini. Tepat ketika Rangga melihat ke arah jendela sebelah kanan dari pintu senyum tersungging di wajahnya. Segera Rangga menghampiri sosok itu.
   Rangga mencoba membangunkannya, tetapi tiba-tiba terhenti. Secarik kertas putih yang tergenggam di jari-jari mungil dan putih itu mengundang perhatian Rangga. Diambilnya kertas itu perlahan-lahan agar sang empunya tidak terbangun. Pelan-pelan Rangga mengambil kertas itu, dan akhirnya berhasil. Rangga sangat terkejut ternyata itu adalah selembar foto yang berukuran 4R. Dan sangat terkejutnya lagi kalau foto itu adalah potret dirinya sendiri. Rangga sangat mengenali dirinya sendiri. Rambut yang menghiasi kepalanya, senyumnya, dan pose berfoto yang sangat Rangga hafal. Karena dari kecil hingga sekarang hanya ada perubahan sedikit.
   Begitu Rangga sadar, dia segera melirik cewek yang sedang tidur itu. Rangga memperhatikan dengan saksama sosok cewek itu. Rambut panjang sepinggang yang dibiarkan tergurai dan menutupi hampir seluruh wajahnya. Perlahan dengan sangat pelan Rangga mencoba menggeserkan rambut yang menutupi wajah itu. Terlintas dibenaknya wajah itu. Rangga mulai megingat. ”Oh ternyata dia cewek yang kemarin dan kalau nggak salah namanya Ratna.” ujar Rangga yang mulai ingat.
   ”Glek... Ratna.” pikir Rangga lagi. ”Hmm.. siapa tau dia Ratna yang itu”, pikir Rangga lagi. Segera Rangga mencari sesuatu yang dapat membuktikan bahwa dia adalah Ratna yang selalu Rangga cari dan yang selalu Rangga rindukan. Caileh... ck...ck...ck...kata-katanya puitis dech. Hehehe...
   Rangga mencari di bawah kolong meja dan ketika mau membuka tasnya cewek itu bangun.
*****
Mata Ratna mencoba membuka. Perasaan aneh tiba-tiba muncul. Ratna melihat sosok seorang cowok yang lagi mencari sesuatu di dalam tas. Ratna bukan memperhatikan tas itu, ntah milik siapa Ratna tidak peduli. Kemudian Ratna mengenali sosok itu. Dan refleks tanpa disadarinya Ratna memeluk cowok itu dari belakang. ”Rangga” teriak Ratna seketika.
   Rangga terkejut dan berhenti melakukan pencarian. Dia terpaku ketika dua buah tangan melingkar di pinggangnya. Rangga menoleh dan seketika Ratna melepaskan pelukannya. ”Bukankah dia cowok yang kemaren.” batin Ratna. Wajah Ratna memerah dan Rangga tersenyum melihatnya. Segera Ratna mengutuki dirinya dengan berbagai umpatan. ”Kenapa bisa begini sich?” ujar Ratna menyesal.
   Rangga tetap diam sambil memandangi Ratna. Ratna yang dipandangi jadi merasa risih dan tetap mencari alasan untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya tadi. Aha... tiba-tiba Ratna telah menemukan alasan yang cocok. Segera Ratna bangkit dari tempat Rangga dan duduk ke kursinya. Diikuti Rangga yang duduk tepat di sebelahnya.
   ”Mengapa harus di sebelah sich?” ujar Ratna dalam hati.
   ”Hmm... Begini, tadi tuh bener-bener nggak sengaja kok.” ucap Ratna sedikit pelan dan melihat ke langit. Tentunya agar cowok itu tidak melihat mukanya yang merah. Ratna kemudian diam menunggu respon Rangga. Lima detik, sepuluh detik belum ada jawaban. ”Apakah masih kurang penjelasannya?” tanya Ratna lebih pada dirinya sendiri. ”Ok gue kan lanjutin.” jawab Ratna untuk dirinya sendiri.
   ”Tadi tuh aku kira kamu teman ku yang in...” ucapan Ratna terpotong ketika benda yang dicari-carinya menghilang. ”Tunggu” kata Ratna pendek. Dan mulai menunduk ke bawah meja dan mencari foto itu. Ratna sibuk mencari. Rangga hanya menonton tingkah Ratna, lalu di ambilnya buku dan ketawa cekikian di balik buku. Tentunya agar tidak di ketahui oleh Ratna.
   ”Di mana tuh foto?” tanya Ratna pada dirinya sendiri. Setelah yakin, tidak ada di bawah kolong Ratna pun segera bangkit. Dan apa yang dilihatnya.. Ternyata Rangga tertawa cekikian sendiri. Muka Ratna tiba-tiba mendadak pias. Dia pun melihat dirinya dari atas ke bawah. ”Hmm,, tidak ada yang aneh. Kenapa nich cowok?” tanyanya sendiri. Ratna pun diam, tetapi tawa Rangga tidak berhenti-henti.
   ”Tanya, nggak, tanya, nggak?” tanya Ratna pada dirinya sendiri. ”Hmm, baiklah kan gue tanya”, jawab Ratna seolah mengalah pada perdebatannya sendiri.
   ”Hmm, kamu ketawa kenapa?” tanya Ratna hati-hati. Senyum Rangga mengembang.
   ”Nggak papa kok, cuma lucu aja liat rambut kamu yang...” ucapan Rangga dipotong oleh Ratna.
   ”Kenapa rambut ku?” ucapnya histeris sambil mencari-cari cermin. Rangga tertawa. Setelah sibuk mencari cermin di kotak pengsilnya dan akhirnya ketemu, Ratna segera melihat rambutnya. ”Aneh, nggak ada masalah kok?”, pikir Ratna. Ekspresi bingung pun terlukis di wajahnya. Rangga yang tau Ratna ke bingungan hanya tertawa lagi dan perbuatannya ini semakin membuat Ratna bingung. Ratna kemudian bertanya,”Kenapa dengan ram...”. Tetapi langsung berhenti. ”Bego..bego..bego.. jangan banyak tanya lebih baik diam” umpat Ratna dalam hati.
   ”Kamu kenapa?”  tanya Rangga sambil mengangkat sebelah alisnya.
   ”Nggak papa kok”  jawab Ratna terburu-buru. Lalu melirik ke arah lautan langit.
   ”Hmmm... Kamu mencari ini?” tanya Rangga sambil menunjukkan selembar foto. Yang dia ambil dari saku bajunya. Ratna yang mendengarnya langsung berbalik lalu dia mangangguk kayak anak kecil ketika ditawari permen. Dan ini membuat Rangga kembali tersenyum. Rangga pun memberikan foto itu kepada Ratna.
   ”Ngomong-ngomong dia siapa kamu? Adek kamu ya?” tanya Rangga seolah penasaran.
   ”Bukan kok. Dia tuh teman aku waktu masih kecil. Tetapi dia pergi waktu itu. Padahal dia janji akan menemui aku lagi. Tetapi nggak. Dia bohong.” jelas Ratna panjang lebar. Dia nggak sadar kalau udah bercerita lumayan panjang.
   ”Terus” ucap Rangga penasaran. Cerita gadis di depannya ini, mengingatkan dia akan suatu peristiwa yang berkaitan dengan dirinya dan peristiwa itu mirip dengan cerita cewek yang di sebelahnya itu.
   ”Ya udah itu aja, sampai sekarang dia nggak kembali.” kata Ratna pelan.
   ”Tapi, kalau dia cari kamu dan nggak ketemu sampai sekarang gimana?” tanya Rangga tiba-tiba. Dia benar-benar nggak sadar dengan ucapannya.
   ”Kalau suatu saat nanti kami bertemu dan dia bercerita kalau dia udah mencari aku dan nggak ketemu aku nggak akan marah.” jawab Ratna sambil menerawang ke kejadian dulu.
   ”Jadi kamu marah sama dia dan nggak mau maafin kalau ntar ketemu?” tanya Rangga. Sekarang Rangga benar-benar yakin kalau cewek itu adalah Ratna kecilnya.
   ”Tergantung apa alasannya hingga dia nggak kembali.” jawab Ratna datar. Tidak ada pertanyaan lagi dari Rangga dan Ratna hanya diam sambil mengingat kejadian dulu. Dulu yang sudah lama terjadi.
   ”Na, maafin aku ya?” ucap Rangga sungguh-sungguh. Ratna terkejut. Orang yang hanya memanggilnya dengan sebutan ”Na” hanya lah Rangga yang itu. Kontan Ratna mencari sosok yang memanggilnya seperti itu. Ratna takut itu hanya lah halusinasinya. Mata Ratna liar memandangi seisi kelasnya. Dan mata Ratna menagkap sosok seorang cowok yang berlutut di kakinya. Duileh kayak cinderella aja yang mau dilamar.
   ”Na jawab, plis.” ujar cowok itu. Tangan Ratna segera berisyarat supaya Rangga duduk di sebelahnya.
   ”Kamu beneran Rangga Raditya yang....” ucapan Ratna dipotong oleh Rangga.
   ”Yang selalu mencari Ratna kecil ku, Ratna Aulia Gemini. Seorang cewek yang sedang duduk di sebelahku. Cewek dengan mata sembab dan mempunyai banyak pertanyaan yang ingin dia tanya, ketika aku mau pergi dulu.” kata Rangga jelas dan pasti. Dan tangannya meraih dompet di saku celana belakangnya. Selembar foto cewek berkuncir dua yang lagi tersenyum dan pipinya kemerah-merahan. Terlukis di foto itu. Ratna terkejut melihatnya, Ratna sangat kenal siapa itu. Tak sulit baginya untuk menebak. Itu adalah dirinya ketika masih  kecil.
   Perlahan air mata mengalir di pipi Ratna. Rangga langsung membendung air mata itu dengan tangannya secara perlahan-lahan. Kerinduan yang selama ini Rangga dan Ratna sembunyikan akhirnya tercurahkan. Rangga memeluk Ratna dengan penuh rasa rindu dan Ratna pun membalas pelukan itu. Sembilan tahun Rangga mencari Ratna dan sembilan tahun juga Ratna menunggu Rangga. Dan akhirnya Allah swt. Mempertemukan mereka kembali. Ck...ck...ck...kata-katanya Subahanallah.... Hehehe....
   Rasa rindu yang sekian lama dipendam akhirnya terlampiaskan. Rangga kemudian mengajak Ratna untuk pergi ke tempat mereka akan bertemu kembali. Sesuai dengan janji mereka berdua.
   Hati Ratna begitu senang dan terharu. Rangga mengandeng tangan Ratna dan menuntunnya menuju ke bawah, tepatnya ke arah parkiran. Tiba-tiba Rangga baru teringat ketika dia melewati kantor guru dan melihat Pak Witno yang lagi berdiri di depannya. Dengan langkah yang mulai lesu tetapi tangannya tidak dia lepas dari tangan Ratna. Rangga berjalan menuju ke tempat Pak Witno. Ratna hanya mengikuti saja.
   ”Rangga, apakah dia Shintia Lestari?” tanya Pak Witno to the point. Ratna merasakan something yang tidak beres. Dan ternyata benar.
   “Maaf kan saya, Pak. Saya lupa kalau harus mencari dia.” jawab Rangga jujur.
   ”Terus siapa cewek ini?” tanya Pak Witno lagi dan memandang Ratna. Ratna menunduk.
   ”Kalau dia ini penantian saya, Pak. Hidup saya.” jawab Rangga sambil tersenyum.
   “Maksud ka…” ucapan Pak Witno terpotong dengan kata-kata Rangga.
   ”Pokoknya saya terima kasih sekali dengan, Bapak. Karena Bapak saya bisa bertemu dengan Ratna ku ini. Kami mau pergi dulu, permisi.” ucap Rangga. Dan segera menarik tangan Ratna kemudian berlari sebelum Pak Witno sempat memberi respon.
   ”Hey, kembali!” teriak Pak Witno. Rangga dan Ratna yang mendengarnya hanya melambaikan tangan dan berlari lagi menuju parkiran.
   ”Dasar anak-anak zaman sekarang.” kata Pak Witno lagi sambil geleng-geleng kepala dan berjalan masuk ke kantornya.

*****
   
   Rangga dan Ratna yang berpegangan tangan dan berlari di tengah lapangan, tanpa mereka berdua sadari kalau mereka telah menjadi tontonan para siswa-siswi yang melihat mereka. Ada yang suit-suit dan ada juga yang kesal karena iri. Dan tepatnya kaum hawa yang sangat iri dengan Ratna.
   Ratna sama sekali tidak menyesal akan penantiannya dan pada akhirnya mereka dapat bertemu kembali.
   ”Terima kasih Ya Allah telah mempertemukan kami kembali.” ucap Rangga dan Ratna dalam hati bersamaan. Ratna tersenyum melihat Rangga dan Rangga pun tersenyum juga melihat Ratnanya tersenyum.
   Tuhan sungguh adil, bukan?

THE END”

0 comments:

Posting Komentar