Andaikan Part 12
Mrs. Mario
Ify lagi asyik menyiram tanaman bunga kesukaannya di halaman. Hari ini
minggu. Saatnya menyibukan diri dengan kebun-kebun bunganya. Ify sejak pukul
delapan pagi tadi telah asyik mengurus bunga-bunga cantik di halamannya. Ozy dan
Deva mengepel rumah. Hari ini jadwal bersih-bersih.
Lagi asyik-asyiknya
memotong daun-daun bunga yang sudah layu, tiba-tiba bunyi klakson motor
terdengar. Ify menoleh ke gerbang. Dilihatnya ada Ray datang bersama Rio.
“DEVA…..OZY……ADA RAY TUH!” teriak Ify. Kemudian kembali sibuk dengan
bunga-bunganya.
“Hai Kak Ify,” sapa Ray.
“Halo Ray. Ozy sama Deva
di dalam tuh. Masuk aja. Tapi hati-hati, lantai itu baru dipel,” ucap Ify tanpa
mengalihkan pandangannya dari pekerjaannya. Ray manggut-manggut dan berjalan
masuk ke rumah. Ify dapat mendengar teriakan histeris ketiga bocah itu. Pasti
mereka sedang bertos ria, pikir Ify.
Rio yang tadi mengikuti
Ray masuk berhenti di belakang Ify. Ia mengamati gadis itu yang lagi asyik
dengan bunga-bunganya. Jemari lentik Ify dengan hati-hati memotong daun, batang
dan bunga-bunga yang layu. Rio mengamatinya.
Hmmm…Hmm…..Rio berdeham.
Namun, Ify tidak bereaksi sedikitpun.
“Pagi Ify,” sapa Rio
lembut.
Ify hanya terdiam
sejenak untuk mengenal pemilik suara itu. kemudian kembali bekerja. “Pagi,
Rio,” balas Ify tanpa menatap Rio. Rio jadi kesal sendiri, padahal ia sudah
rapi-rapi dan keren gini untuk bertemu Ify. Tapi gadis itu tidak menoleh ke
arahnya.
“Asyik banget ngerawat
bunga ya, Fy? Nyokap gue juga suka tuh,” ucap Rio.
Ify mengangguk. “Pasti
dong,” jawab Ify pendek dan tidak memperhatikan Rio. Rio semakin kesal dan ia
mendekati Ify kemudian merebut paksa gunting bunga yang dipegang Ify.
Ify cemberut. “Balikin
dong,” pinta Ify dan kini ia menatap Rio. Ify terpesona. Rio lebih keren dari
biasanya. Rambutnya di-spike, terus ia memakai jeans hitam dan kemeja panjang
yng digulung hingga siku. Penampilannya sederhana, tapi begitu keren.
“Nah lo liat gue juga.
Kesal tahu dipunggungi gitu,” ujar Rio.
“Maaf, Yo. Gue suka banget
sama bunga sih,” balas Ify.
Rio mengangguk maklum.
“Jalan yuk, Fy,” ajak Rio.
“Ke mana?”
“Ikut aja deh. Mau ya?”
pinta Rio.
Ify berpikir kemudian
mengangguk. “Gue perlu ganti baju nggak nih?” tanya Ify.
Rio mengamati gadis di
depannya itu. Gadis itu memakai celana jeans panjang dan baju kaos biru polos.
Rambutnya dikuncir acak-acakan. Namun membuat gadis itu semakin terlihat manis
saja. “Nggak usah, Fy. Udah cantik kok. Tapi, lo udah mandikan?”
“Pasti dong. Gue ambil
jaket sama handphone dulu ya,” ujar Ify dan melesat ke dalam rumah. Rio
terkekeh pelan. Dulu yang ia tahu Ify itu gadis kutu buku dan cupu, ternyata
tidak. Dia terlalu bodoh dulu.
“Ayo berangkat! Gue udah
pamit sama trio bocah itu,” ucap Ify. Rio mengangguk dan mereka berdua menaiki
motor cagiva biru Rio. Semenjak sama Ify Rio selalu membawa motor, bukan lagi
mobil. Ntahlah, Rio suka saat ia dan Ify sama-sama menerjang angin di atas
motornya.
@Pantai
Ternyata Rio membawa Ify
ke pantai tempat yang waktu itu mereka kunjungi. Rio segera menarik tangan Ify
dan membawa gadis itu berlari menuju tepi pantai. “Main air yuk, Fy,” ajak Rio.
Ify mengangguk antusias. Dia segera melepaskan tangannya dari genggaman Rio dan
segera berlari sedikit ke dalam pantai. Rio mengikuti Ify saat Rio mendekat Ify
langsung nyipratin air ke Rio hingga Rio hampir menelan airnya.
“Asin tahu, Fy!” seru
Rio. Ify hanya tertawa lepas. Ia sungguh bahagia, padahal hanya bermain air
sama Rio. Rio tak mau kalah dan membalas Ify hingga gadis itu berlari menjauh.
Namun Ify hampir terpeleset dan nyemplung ke air. Untung saja Rio sigap dan
menarik Ify segera, hingga kepala Ify menempel pada dadanya. Ify jadi
deg-deg-an dan ia bisa mendengar dekat jantung Rio.
“Hati-hati, Fy. Ntar
benaran nyemplung,” nasihat Rio. Ify mengangguk.
“Makasih udah nolongin,”
ucap Ify.
“Sama-sama. Berdiri di
tepi aja yuk, Fy,” ajak Rio.
“Ayo,” seru Ify dan
menarik tangan Rio. Rio sendiri terkaget-kaget, pertama kalinya Ify mengenggam
tangannya duluan. Biasanya juga Rio.
Saat mereka sudah di tepi
pantai. Keduanya menatap pantai hingga sejauh mana mata keduanya mampu
memandang. Ify menikmati setiap pergerakan ombak-ombak pantai yang begitu
indah. Bola matanya berkilat-kilat senang.
“Fy….” Panggil Rio.
“Hmm…kenapa, Yo?” tanya
Ify. Ia memperhatikan Rio yang menatapnya begitu lekat. Ify sering menyadari
kalau Rio menatapnya begitu dalam. Tetapi, tatapan Rio kali ini berbeda. Ify
jadi bingung sendiri.
“Gue ingin lo jadi orang
pertama yang gue datengin waktu gue merasa kangen. Gue mau lo jadi orang yang
bakal selalu ada buat gue. Selalu menemani gue dalam suka maupun duka. Selalu
bersama gue dalam menjalani hidup ini. Gue ingin menjalani hidup bukan dengan kata hidup gue.
Tapi hidup kita. Gue ingin lo jadi bagian hidup gue hingga selamanya, Fy,” ucap
Rio.
Ify menatap Rio lekat.
“Gue minta maaf sama tingkah gue yang dulu-dulu itu sama lo. Gue ingin lo tahu
kalau lo pemilik seutuhnya hati gue. Setiap ruang hati gue untuk lo, Fy. Nggak
ada ruang untuk yang lain. Gue sayang banget sama lo, Fy. Cinta sama lo.”
“Yang dulu biarlah, Yo.
Nggak usah diungkit-ungkit terus. Lo udah minta maaf, kenapa minta maaf lagi.
Gue udah maafin lo kok, Yo,” ujar Ify dan tersenyum. Bagi Rio senyum Ify
seperti senyum malaikat.
“Gue ingin….pantai ini
menjadi saksi kalau gue mencintai elo, Fy. Kalau gue pemilik hati elo dan lo
pemilik hati gue. So, would yo be Mrs. Mario, Alyssa Saufika Umari?” ucap Rio.
Mata Ify berkaca-kaca.
Rio mengutarkan perasaan kepada dirinya. Dulu hal ini hanya mimpi Ify. Bunga
tidur yang selalu menemani Ify. Namun sekarang semua menjadi nyata. Dulu
semuanya hanya sekdar pengandaikan bagi Ify. Ify hanya bisa mengatakan semua
yang ia inginkan terhadap Rio dimulai dengan kata andaikan. Andaikan Rio dekat
dengannya. Andaikan Rio mempunyai rasa yang sama dengannya. Andaikan Rio
menembaknya. Menyatakan perasaan kepada dirinya.
Namun kini semua itu
sudah lalu. Sekarang tidak lagi dimulai dengan kata andaikan. Dia tidak perlu
menunggu Rio terlalu lama lagi. karena Rio sudah ada di sini, tepatnya hati Rio
sudah memilih Ify. Saat ini, di tepi pantai dengan pantai menjadi saksinya, Rio
meminta Ify menjadi Mrs. Mario. Berarti menjadi kekasih pemuda manis itu.
Pemuda yang telah membuatnya berkenalan dengan cinta, merasakan sakit hati dan cemburu. Juga mengajarkan dia untuk bersabar
dan membuat dia putus asa. Mencintai Rio mengajarkannya banyak hal.
Kini Rio telah
menyatakan cintanya, untuk apa Ify menolak. Ia tidak harus menolak. Karena Rio
sudah tahu kalau Ify memang menyukai Rio. Sebenarnya untuk apa Rio menyatakan
persaannya?? Tho, dia tahu kalau Ify memang menyukai dirinya.
“Gue mau kita punya
ikatan, Fy. Bukan sekedar saling sayang. Gue mau, gue menjadi Mr. Mario dan lo
Mrs. Mario. Gue mau merasakan kenyamanan yang gue rasakan saat bersama lo.
Bersama Alyssa Saufika Umari, Mario Stevano Aditya Haling menjadi lebih baik
dan merasa lengkap. So, gue tanya lagi. Maukah Alyssa menjadi Nyonya Mario?
Mendampingi Tuan Mario dari sekarang hingga nanti,” ucap Rio.
Ify berkaca-kaca dan
kemudian dia tersenyum lebar dan akhirnya mengangguk. “Gue mau jadi Mrs. Mario.
Gue sayang sama lo Rio dari tiga tahun yang lalu sampai sekarang,” jawab Ify.
Rio langsung melompat
kepelukan Ify. Ia memeluk gadis itu. Dan memang benar, kenyamanan hidup ia
dapatkan ketika ia bersama Ify. Dan semoga Mario dan Alyssa bersama hingga
nanti.
****END****
Gimana ceritanya?? Endingnya jelek ya?? Gue nggak ada niat buat ganti endingnya. Biarlah sesuai dengan apa yang udah gue buat dulu. Hehehehe.... Oh iya, terima kasih buat yang udah baca cerbung gaje saya ini. Ini termasuk cerbung stok lama *apaandahini*
Happy Reading ya!!
Semangat juga untuk mengunjungi blog saya, hehehhee.....
*Ngomong2 siapa pembaca cerbung Dia (Seperti inikah seharusnya cinta), aku cuma mau nawarin, kalau aku buat sequelnya pada mau baca nggak?? Soalnya ending itu novel gantung banget, namun keren. Gue aja suka banget. Tapi, gue tanya dulu sama yang nge-repost-nya dulu. Kalo dia yang mau buat sequel-nya, gue post sequel gue di blog aja. tapi, kalau dia nggak buat sequel-nya, gue bakal post di facebook. Bagi yang mau ditag, inbox or dinding saya. Tapi, nge-post-nya tunggu cerbung Dia (Seperti inikah seharusnya cinta) end dulu dan gue dapet izin untuk buat sequel-nya dari yang nge-repost itu cerbung.