Andaikan Part 10
Bahagia itu sederhana. Bersamamu dan mereka
sudah membuatku bahagia.
Ify sedikit manyun dan menggerutu di dalam mobil. Rio keterlaluan. Masa
mereka terlambat menjemput Deva, Ray dan Ozy. Rio sih banyak tingkah banget.
Pulang ke rumah dulu ambil mobil, baru jemput trio bocah itu. Apalagi Deva dan
Ozy terus-terusan menelpon dirinya.
Sebenarnya Rio mau
tertawa melihat wajah Ify saat ini. Gadis itu sungguh lucu. Wajahnya sedikit
cemberut dan sekali-kali manyun. Rio memperhatikan Ify. Gadis itu tidak lelah.
Tak terlihat goresan penat pada wajahnya. Namun Rio tahu gadisnya itu sedang
kesal. Rio memperhatikan jaket hitam kesayangannya membalut tubuh Ify. Dirinya
jadi ingat dengan kejadian dulu. Saat ia marah Ify memakai jaketnya. Tetapi
sekarang, ia malah memaksa Ify memakai jaketnya.
“Jangan cemberut lagi
dong, Fy. Gue udah SMS Ray kok, kalo gue telat,” ucap Rio lembut dari balik
kemudinya.
“Lo sih lama banget.
Kalo Cuma tuker motor sama mobilkan sebentar. Lha, elo malah sibuk ganti
jaketlah dan ambilin gue jaket. Kasihan tahu kalo mereka menunggu. Menunggu itu
tidak enak sekaligus menyakitkan,” balas Ify dan matanya tetap fokus ke depan.
Sesuatu yang maknanya
ganjil tertangkap telinga Rio. Menunggu. Ya menunggu, Rio sadar menunggu maksud
Ify itu, menunggu yang ia lakukan selama ini. Rio hanya diam. Dia sadar Ify
sudah sering terluka dulu gara-gara pikiran sempitnya.
“Maaf, Fy,” ucap Rio.
Dilihatnya Ify mengangguk dan Rio tersenyum. Ify memang gadis yang tulus dan
baik hati. “Nah, kita udah sampai,” ujar Rio saat melihat gapura Global
Nusantara Internasional Junior High School.
Wajah Ify sumringah da
ia tersenyum lebar. Rio terpesona dengan senyum itu. “Berhenti di sana aja,
Yo,” ucap Ify sambil menunjuk parkiran yang kosong dan tak jauh berada
dengannya.
Rio segera memarkirkan
mobilnya di tempat yang ditunjuk Ify. Saat mobil itu telah terparkir dengan
sempurna, Ify segera turun dari mobil dan melangkah keluar meninggalkan Rio yang
menatapnya dengan tampang melongo.
“Gue ditinggalin?” tanya
Rio tak percaya. Akhirnya dia geleng-geleng kepala. Dia segera keluar dari
mobil dan berlari menyusul Ify.
“Masa lo ninggalin gue
yang ganteng ini, Fy,” ucap Rio selolah-olah terluka. Ify menoleh ke sebelah
kanan dan mendapati wajah Rio yang menatap dirinya.
“Eh….maaf, Yo. Gue
kangen banget sama adik-adik gue,” balas Ify dan merasa tak enak sedikit.
“Oke gue bisa maklum.
Lain kali jangan tinggalin gue ya?” pinta Rio. Nadanya sedikit manja, Ify mau
tertawa. Kemudian ia mengangguk. “Siip. Gue janji.”
Rio tersenyum lebar dan
kemudian menggandeng tangan Ify mencari adik-adik mereka.
*******************
“Kaaaaaakkkkkkkkkk
Iiiiiiiiiiifffffffyyyyyyyyyyy……………….” Teriak Ozy, Deva dan Ray serentak dan
segera berlari menghampiri gadis manis yang tersenyum lebar ke arah mereka.
Ify terhuyung-huyung
menerima pelukan dari ketiga bocah itu. “Kak Ify. Aku kangen lho sama kakak,”
ucap Ray manja. Ia tidak sadar dengan kehadiran kakaknya yang tepat berada di
samping Ify.
Rio manyun mendengar
ucapan Ray. Masa Ify dulu yang ia kangenin. Padahal Rio juga merasa sepi ketika
Ray tidak ada di rumah. Tetapi Rio tidak menyangka kalau Ray sudah sedekat itu
dengan Ify.
“Kakak gue, Ray!” seru
Deva dan Ozy serentak. Ray meringis. Ify telah terlepas dari badai pelukan
ketiga bocah itu. Ia tertawa kecil.
“Hmm…Hmmm…” Rio
berdeham. Ray yang berdiri di sebelah Ozy merasa familiar dengan suara dehaman
itu. Ia menoleh ke sebelah Ify dan menemukan kakaknya yang super ganteng itu
tengah menatap dirinya dengan penuh kerinduan.
“Huwaaa….Kak Rio….Ray
kangen tahu,” seru Ray dan melompat kepelukan Rio. Rio kewalahan. Adiknya kini
sudah besar dan berat. Mereka sudah jarang sedekat ini. Ray benar, Ify
memberikan hal baik terhadapnya. Seperti ini, dia bisa kembali dekat dengan
adiki semata wayangnya itu.
“Lo lemot. Masa Ify dulu
yang lo teriakin kangen. Kakak dianggap nggak ada. Dianggap hantu,” ucap Rio
pura-pura merajuk.
Ray meringis. “Habis
kakakkan udah jarang jemput Ray. Jadi
Ray kira kakak bakalan nggak jemput Ray,” balas Ray. Rio tertegun. Begitukah
dirinya dulu? Menelantarkan adiknya.
“Iya-iya. Maafin kakak.
Sekarang kakak akan selalu ada untuk Ray,” ucap Rio.
Ozy, Deva dan Ify
menatap kakak beradik itu sedikit terharu. Apalagi Ray begitu antusias dan
hampir berkaca-kaca mendengar ucapan Rio. Ozy dan Deva tahu kalau Ray ingin
sekali kakaknya kembali seperti dulu. Sebelum berpacaran dengan cewek yang
bernama Dea.
“Gimana kemping kalian?”
tanya Ify mencairkan suasana yang hampir mellow. Ozy, Deva dan Ray akhirnya
bercerita antusias mengenai kemping mereka. Perjalanan uji nyali. Games yang
seru-seru sampai kejadian memalukan, Ray dan Ozy kepeleset dan nyebur ke
sungai. Sedangkan Deva sendalnya hanyut sebelah.
Hahahhahha…..tawa Rio
pecah. Ify tak bisa menahan dirinya untuk tidak terpesona dengan tawa Rio. Dia
tidak sadar sedang ditatap orang lain. “Lucu….lucu….pengalaman menarik tuh.
Gimana rasanya nyemplung ke sungai tanpa persiapan?” ledek Rio ke Ozy dan Ray.
Kedua bocah itu merengut
dan memukul lengan Rio bertubi-tubi. “Tolongin gue dong, Fy. Penganiayaan nih!”
pinta Rio ke Ify. Tanpa Rio sadari ia bersuara dengan begitu manja. Ify
tergelak. Ternyata laki-laki dingin itu, manja juga.
“Tolongin nggak, Dev?”
tanya Ify ke Deva.
“Ya ampun Ify. Habis dah
gue.”
“Nggak usah, Kak. Hajar
terus Ozy, Ray!” jawab Deva. Ify mengangguk setuju. Lalu ia ber-high five ria
dengan Deva, Ozy dan Ray.
“Pem-bully-an!” seru Rio
tak terima. Akhirnya empat orang itu tertawa. Ozy dan Ray berhenti memukuli
Rio.
“Makanya, Kak. Jangan
ngeledekin orang,” balas Ray sambil melet-melet.
“Udah…udah….kita pulang
yuk. Udah mau jam 6,” ajak Ify.
“Tapi makan dulu ya,
lapar nih,” pinta Deva.
Ify menatap Rio. Rio
balas menatap Ify dan mengangguk. “Ya udah, nanti kita makan dulu,” ucap Ify.
Deva tersenyum senang diikuti Ray dan Ozy.
Ify sekarang paham.
Bahagia itu sederhana. Bersama Rio, hanya melihat pemuda itu tertawa ia sudah
bahagia. Bersama Deva, Ray dan Ozy membuatnya bahagia. Bila bersama orang yang
kita sayang, memang bahagia itu mudah sekali di dapat. Bahkan Ify jadi ingat,
dulu saat ia belum dekat dengan Rio. Dia sudah bahagia hanya melihat Rio dan
terkadang berada di dekat Rio. Bahagia itu sederhana.
*******************
BERSAMBUNG.....
0 comments:
Posting Komentar