Andaikan Part 6


 Andaikan Part 6


Berhenti buat gue ge-er!

          “Io..Rio.” panggil Ify. Tapi Rio seperti tidak mendengarkannya. Lantas Ify menggoyang-goyangkan kedua tangannya di depan wajah Rio.
          “Kenapa, Fy?” tanya Rio kaget.
          “Elo ngelamunin apa sih? Dea ya? Hihihi…kangen?? Gue ke belakang dulu deh, ngambilin nasi buat lo.” Tanya dan ucap Ify beruntun tanpa mendengar terlebih dahulu jawaban Rio.
          Rio menatap Ify kaget dan sedikit kesal dengan gadis itu. Ya iyalah, mana nggak kesal ditanya tapi belum sempat dijawab malah udah pergi.
          “Cuma ada ini, Yo. Gue beli tadi soalnya nggak sempet lagi masak.” Ujar Ify yang sudah membawa sepiring nasi beserta ayam bakar. Dia duduk di sebelah Rio dan menyodorkan sepiring nasi itu untuk cowok di sebelahnya ini.
          “Nggak apa-apa. Makasih ya, Fy.” Ucap Rio lembut dan berhasil membuat Ify tertegun (lagi). ify mengagguk dan memalingkan wajahnya ke TV menonton OVJ. Film kesukaannya, Ify tertawa sendiri.
          Rio menatap sang Gadis yang asyik tertawa itu. “Gue mau jawab pertanyaan lo, Fy. Karena lo udah salah paham. Gue malah nggak ingat sama Dea.” Batin Rio.
          “Fy..” panggil Rio.
          “Ya?” balas Ify. Matanya tidak lepas dari TV.
          “Lo lihat gue. Gue mau ngomong sama lo.” Ucap Rio tegas. Ify menatap Rio. “Jawaban untuk pertanyaan lo, gue nggak ngelamunin Dea dan nggak sama sekali kangen sama dia. Udah jelaskan? Jadi, lo jangan salah paham.” Ujar Rio dan membuat Ify bingung setengah hidup.
          “Kenapa lo bilang gitu sama gue?” tanya Ify spontan.
          “Karena hati gue nggak mau lo salah paham dan sedih.” Jawab Rio. Ify mendesah berat. Dia hanya dapat menganggukan kepala dan kembali menikmati kelucuan film OVJ.
          “Kenapa lo harus bilang kayak gitu, Yo?? Jangan buat gue kembali berharap sesuatu yang nggak mungkin,” batin Ify.

Kamu sebenarnya siapa aku??

Pagi ini Ify baru saja hendak berangkat ke sekolah. Kali ini penampilannya berbeda, walaupun Ify rada terpaksa. Alasannya harus tampil beda, pertama kacamatanya goyang gara-gara jatuh saat ia mencari handphone Rio di lokasi kecelakaan. Kedua, rambutnya masih basah dan harus diurai agar tidak bau serta cepat kering. Jelas ini penampilan baru dari Ify.
          “Fy….” Panggil Ro yang kini berdiri di pintu depan.
          Ify yang mengdengar panggilan Rio balik badan dna kini menghadap ke Rio. “Ada apa?”
          “Lo jangan pergi ke sekolah dengan penampilan seperti itu kalo nggak ada gue. Cepet masuk dan ubah kayak biasa,” perintah Rio otoriter.
          Alis Ify terangkat sebelah. “Memang kenapa?” tanya Ify.
          “Pokoknya nggak boleh. Cepet ubah kayak biasa,” jawab Rio dan ia menatap Ify tajam. Akhirnya, Ify pun mematuhi perintah Rio. Ia segera kembali ke rumah. mengeringkan rambutnya dengan hairdrayer. Tidak sampai sepuluh menit, rambut Ify sudah kering dan ia segera menguncir rambutnya.
          Rio menatap Ify yang sudah kembali ke penampilan semula. Tetapi ia merasakan ada sesuatu yang kurang. “Kacamata lo mana?” tanya Rio.
          Ify mendelikan matanya. Rio ini kenapa? Mengapa Rio memerintah dia sekhendak hatinya saja?? Rio siapa bagi dirinya?? “Frame-nya goyang,” jawab Ify pendek.
          Rio tidak bisa marah maupun protes sebab apa yang Ify bilang itu sudah benar. Kacamata yang frame-nya goyang pasti tidak bisa dipakai. Walaupun nekat, nanti bisa jadi bahan ketawaan orang lain bahkan dicap aneh.
          Ify menatap Rio yang masih diam dan memandang dirinya. Akhirnya Ify menghela nafas dan segera keluar rumah. Ia harusnya berangkat sekarang kalau tidak mau terlambat. “Gue sekolah dulu ya, Yo. Kalo lo mau pulang, kunci rumah lo letak aja di bawah pot bunga Azalea,” pamit Ify. Ia menoleh ke belakang untuk melihat apakah Rio mendengar ucapannya. Ify terkejut dan segera memendam rasa keterkejutannya itu. Ia tak sadar kalau Rio telah berdiri di depan pintu luar dan melihat dirinya. Dengan cepat, Ify segera meninggalkan rumahnya. Ia takut nanti Rio akan mengansumsi tentang dirinya yang tidak-tidak.
          Selepas Ify pergi Rio menghela nafas berat. Ia tahu kalau Ify kesal karena ucapannya yang begitu otoriter melarang Ify berpenampilan baru. Namun, sejujurnya Rio –tidak tahu kenapa dia tidak rela kalau Ify berpenampilan begitu manis dan cantik ke sekolah tanpa dirinya. Dirinya tidak rela kalau orang-orang akan menyadari kalau Ify memiliki bulu mata yang indah, bola mata bening yang selalu berbicara dan rambut yang begitu indah dan mempesona. Ia tidak rela. Ia tidak ingin orang lain menyadari itu. cukup dirinya dan hanya dia, Rio.
          “Maafin gue, Fy. Gue egois. Gue bukan siapa-siapa lo, seenaknya saja menyuruh lo. Tapi jujur, Fy. Lo udah mulai menghapus nama Dea di hati gue. Gue nggak tahu kenapa bisa, lo punya cara sendiri untuk membuat gue tertarik,” ucap Rio lirih.

********************



BERSAMBUNG...... 


*Udah lama nggak buka Blog. Berarti udah lama nggak posting. Gue minta maaf sama yang nunggu cerbung aneh bin hancur binti nggak karuan gue ini. Gue post sampai ending. Tapi satu cerbung dulu yang lainnya menyusul. Ini aja post-nya jam 00.17 malem. Habis gue sibuk banget, tugas masih banyak. Isi LKS sejarah, presentasi Pkn, tugas mulok+fisika, jahit alas meja, masih banyak lainnya belum lagi ulangan harian terakhir. Terus ujian toefl bentar lagi. tanggal 3 Desember udah semesteran. Gila!! Maaf ya sampai curcol gini, habis capek banget.

0 comments:

Posting Komentar