Petualangan Cinta Ify
Bagian A
Bagian A
"Fy, lo tunggu sini. Gue ke kopsis bentar," ujar Via.
Gadis itu berpipi cubby dan rambutnya sebahu.
Ify mengangguk malas. Ia pun mendudukan
dirinya di bangku taman. Gadis berdagu tirus itu menatap sekelilingnya. Ramai,
batinnya. Memang saat ini adalah
jam istirahat. Banyak siswa-siswi Global Nusantara International School memilih
untuk menghabiskan waktu di taman ini. Ada yang hanya bersantai ria, ada juga
yang berpacaran atau
sekedar mengobrol dengan sahabat dan teman dekat, seperti dirinya dan Via.
Hanya saja, sekarang ini, ia tengah ditinggal Via yang lagi pergi ke kopsis (koperasi siswa).
Ify alias Alyssa Saufika Umari menatap nuansa
alam taman sekolahnya ini. Taman yang sungguh asri. Banyak pepohonan dan
bunga-bunga, seperti mawar,
anyelir, asoka yang sengaja
di tanam berjejer rapi di taman ini serta diatur sedemikian rupa sehingga menciptakan suatu keindahan.
Ify tersenyum lebar ketika bola matanya menangkap
seekor capung yang lagi asyik
terbang di depan wajahnya. Capung dengan warna kulit kuning bercampur hitam dan
badannya montok memberi rasa ketertarikan pada diri Ify. Tanpa ada rasa malu, ia berdiri dan
mulai menangkap capung itu. Tangannya bergerak lincah mencari celah agar sang
Capung jatuh dalam perangkapnya. Namun sayangnya ia kalah gesit.
"Yah capung. Susah banget sih gue nangkep
elo. Makanya lo itu jangan unyu-unyu banget, gue kan jadi tertarik. Coba lo
amit-amit, ogah banget gue nangkep elo sampai ngejar-ngejar gini," dumel
Ify dan menatap ke arah capung. Ia melotot kesal. Ify merasa ada sepasang mata
lain mengamati dirinya.
Tiba-tiba Ify jadi terdiam. Kedua mata
beningnya terfokus kepada sosok yang tengah menatap dirinya. Jantungnya berdebar-debar. Tatapan
bola mata itu sungguh tajam, tetapi penuh keteduhan dan kelembutan. "Ya
Allah, gue kenapa?? Jantung ini kok berdetak mulu, nggak kompromi banget,"
batin Ify. "Matanya. Ya ampun, meleleh gue," tambahnya. Dua bola mata
kecoklatan milik sang pemuda
masih menatapnya. Ify masih terdiam dan menatap fokus pemuda itu.
Seperti disengat lebah, Ify tersadar.
"Gue apa bukan sih yang dia lihat?" Ify bertanya-tanya. Lalu ia
melihat sekelilingnya. Kepalanya berputar ke kanan, kiri, dan belakang untuk
melihat apakah ada yang lain yang tengah dlihat oleh sang pemuda manis nan tampan itu. Tetapi, hasilnya nihil. Ia tak
menemukan objek lain. Pada saat ia menghadap kembali ke depan, matanya bertemu
lagi dengan mata penuh keteduhan tadi. Ia jadi salah tingkah sendiri. Lantas
Ify menggarut kepalanya yang sebenarnya tidak gatal dan nyengir kuda ke arah si
Pemuda. Tanpa disangka-sangka bibir pemuda tersebut melengkung. Ia tersenyum.
"Oh My God, manis banget," jeritnya
dalam hati. Ify tertunduk malu, takut
ketauan kalau ia terpesona. Ketika ia mengangkat kepalanya kembali, si pemuda udah balik badan dan tidak melihat dirinya lagi. "Yah
dia udah berpaling," ujar Ify lesu.
Ify merasa merinding secara tiba-tiba. Ia
merasakan sebuah tangan memegang pundaknya. Ify jadi parno sendiri. "Jangan ada 'sesuatu', Ya Allah.
Hambamu ini yang imut-imut tiada tara, cantik nan manis tiada banding, pinter
nggak ketulungan takut banget yang namanya sama hantu sejenis Mbak Kunti, Tante
Lampir, Oom Pocong dan sanak family-nya.
Lagian Ify juga nggak pernah gangguin mereka, jadi jangan suruh mereka gangguin
Ify, ntar kecantikan Ify hilang, kemanisan Ify sirna....," do'a Ify dalam
hati. Do'anya udah ngelantur ke mana-mana. Nggak jelas. Mulutnya masih
komat-kamit saja.
"WOI, PY. LO NGAPAIN??" teriak
seseorang di telinganya.
Ify kaget dan segera membalikan badannya.
"ASTAGA, VIA. GUE KIRA LO SIAPA. KUNTI, POCONG ATAU APA DEH. GUE UDAH
PARNO SENDIRI TAU, LO TAUKAN KALO GUE TAKUT BANGET SAMA MEREKA. ISH....LO,"
omel Ify panjang lebar dengan suara toa-nya.
Via tertawa mendengar penuturan Ify. "Lo
yang bego kali, Py. Helow...sekarang ini siang dan elo masih sempatnya aja
mikir kayak gitu."
Ify cengo dan ia menatap ke arah langit. Dua
detik kemudian ia mengangguk-ngangguk sok ngerti. Tidak kurang dari satu
setengah detik, ia sudah menampilkan sederet gigi putihnya ke Via.
"Nah lo," sungut Via. Ify tambah
nyengir. "Lo liatin apa sih, Py? Kok sampe segitunya?" tanya Via
penasaran.
"Gue
hampir lupa, Vi!!" seru Ify. Ia segera menarik
tangan Via hingga si Chubby terduduk
dengan kasar di sebelahnya.
"Lo liat ke depan, Vi," ucap Ify.
Via manut. "Liat tiga cowok yang duduk di bangku ujung noh."
Lagi-lagi Via menuruti Ify, ia menatap bangku yang ditunjuk Ify. "Hah?!
Itukan.... Ada urusan apa Ify sama mereka," batin Via.
"Vi, taukan apa yang gue maksud?"
tanya Ify tanpa mengalihkan pandangannya.
"Iya gue tau. Urusan sama mereka
apa?" Via balik bertanya.
"Nggak ada sih," Ify meringis. Via
malah melengos. "Tapi, yang item manis itu namanya siapa?"
"Yang mana? Item ada dua tuh, yang pesek
atau yang mancung?"
"Hmm...yang pesek. Tapi kok lo nyebut
pesek sih, Vi," dengus Ify sedikit kesal. Nggak terima orang itu dihina
Via, meskipun Via sahabatnya.
Via memperhatikan sosok yang dimaksud Ify.
"Itu Mario," jawab Via.
"Jadi Mario namanya," gumam Ify. Via mendengar gumaman Ify. Alis
kanannya terangkat ke atas. "Ada apa dengan Rio, Fy?" tanya Via.
Ify gelagapan sendiri. "Nggak kok,
Vi," jawab Ify cepat. Via hanya mengangkat kedua bahunya.
*********
Hari-hari Ify jadi berubah. Ia tidak lagi cuek dengan makhluk
berjenis kelamin cowok, terlebih-lebih lagi 'dia'. Hobi Ify pun mengalami
perubahan. Sekarang ia sering liatin orang main basket, walaupun dari kejauhan.
Tentu hal ini mengundang pertanyaan tersendiri bagi sohibnya.
Hari ini Ify kembali menekuni aktivitas
sekaligus hobi barunya. Seperti biasanya, ia menarik Via secara paksa. Tetapi
harusnya Ify nggak perlu narik-narik Via dan melakukan pemaksaan karena pada
akhirnya Via akan menerima tawaran Ify penuh rasa ikhlas. Sebab di lapangan
basket nanti, pujaan hatinya akan unjuk kebolehan dan Via tidak akan melewati
kesempatan itu.
Sudah setengah jam Ify dan Via menonton
permainan basket. Lama-lama Via merasa bosan karena Gabriel udah berhenti main.
Ify pun sebaliknya, berdasarkan pengamatannya Rio sekarang tengah beristirahat
sambil minum air mineral.
"Eh, Fy. Dari minggu kemarin elo seneng
banget mantengin orang basketan. Elo liatin siapa sih?" tanya Via
penasaran.
"Hehehe...," bukannya menjawab Ify
malah cengengesan.
"Jawab dong Ify," paksa Via.
"Gue liatin Rio." Ify pun akhirnya menjawab. Ia malu-malu dan wajahnya
tersipu-sipu. Via bukannya menunjukan reaksi senang, malah ternganga.
"Nggak salah lo, Fy?" tanya Via
lagi. Ia masih tak percaya.
Ify mengangguk yakin. "Ya dong, Vi. Gue
belom katarak lagi," balas Ify sedikit sewot.
"Bukannya gitu sih, Fy. Rio kan...,"
Ify langsung menyela ucapan Via. "Rio itu
manusia bukan dedemit, Via sayang. Lagian wajar kali gue suka liatin dia. Rio
itu sungguh menawan dan tampan. Wah....gue suka sama dia," seru Ify
tertahan. Ia tersenyum-senyum gak jelas banget. Ditambah lagi ia masih ingat
sangat jelas senyum manis Rio. Jadilah ia semakin sumringah.
"Jadi lo suka sama Rio, Fy?"
Ify mengangguk patuh.
"Apa aja yang lo tahu tentang Rio, Fy?"
Via bertanya.
"Nggak tahu banyak. Yang gue tahu namanya
Rio dan ia kelas XI. Seangkatan kita. Tapi gue nggak tahu XI apa," jawab
Ify.
Via ngakak, hahahahaha.... Ify manyun habis,
bibirnya maju sampai tujuh centi. "Emang dia siapa?" tanya Ify kesal.
Via mengatur tawanya agar mereda.
"Dengerin nih. Rio itu anak XI IPA 1, kelas unggulan itu. Dia itu
bintangnya sekolah kita, pemenang olimpiade MIPA berturut-turut. Fans-nya
banyak banget. Dari kelas X sampai XII ada. Terus, dia itu keren banget, Fy. Cool lagi, walaupun cungkring dan
sedikit pesek. Senyumnya, Fy. Senyumnya. Melting
dah kalau udah melihatnya," jelas Via matanya berbinar-binar.
"Yang terpenting, dia itu ketua OSIS
sekolah kita," tambahnya.
Ify yang diam jadi kaget. "Rio ketos? Kok
gue nggak tahu,” batin Ify. “Kok gue nggak tahu ya, Vi?” tanya Ify ke Via.
“Mana bisa lo tahu siapa si Rio. Kalo lagi
baris lapangan aja elo tidur mulu. Upacara lo tidur. Elo kan kebo banget. Terus
waktu jam-nya arahan dari ketos, lah
lo aja kabur gitu. Malah mendok di taman
belakang untuk tiduran,” jawab Via.
“Terus kenapa lo nggak cerita?”
“Yeee, elo. Gue mah udah bosan cerita. Lo
nggak dengerin gue sih, jadi males gue.”
Ify mencibir. “Terus kenapa Rio nggak
terkenal?”
Via berkecak pinggang dan tangannya terlipat
di depan dada. “Ify, lo aja yang nggak kenal sama Rio. Wajar sih elo sama Rio
kan sama-sama terkenal. Tapi bedanya elo terkenal karena kebar-baran elo, mulut
ember elo, suara toa, terus tingkah ajaib elo yang menurut lo langkah itu.”
“Enak aja elo ngatain gue, Via. Gue itu
terkenal karena kecantikan gue, hidung gue mancung, kemanisan gue, suara merdu
gue, terus….ahdkjuue%())%(W…….” Via membekep mulut Ify.
“Stop, Ify. Diem. Lo ngumber fitnah tuh,” ucap
Via dan terakhir ia tersenyum geli ke arah Ify.
“Dasar manusia iri sama kecantikan gue. Sabar,
Fy. Biasa jadi orang cantik memang mesti sabar empat kali lipat,” ujar Ify
kepada dirinya sendiri.
Via geleng-geleng kepala melihat tingkah ajaib
sohibnya itu. Ify memang terkenal dengan keajaibannya. Di saat orang
menjelek-jelekinya, maka ia senantiasa tertawa dan berasa bangga karena kejelekannya itu. Punya rasa malu yang nyaris nggak ada dan narsisnya
minta ampun. Yang paling tinggi, sifat kekanak-kanakannya masih sangat
melengket di dirinya. Bahkan bermain kejar-kejaran masih Ify lakukan bersama
orang yang terpaksa karena ulahnya itu, ya Via. Partner kejar-kejaran Ify.
“Back to
Rio, Fy. Bukan apa-apa nih, elo beneran suka sama Rio?” tanya Via serius.
“Iya dong, Via. Masa iya gue mimpi,” jawab Ify
kesal.
“Gue bingung, Fy. Kenapa ya Allah memberikan
elo rasa cinta kepada cowok yang nggak mungkin jadi milik elo,” ucap Via
bingung.
“Maksud elo, Vi?” tanya Ify.
“Gini, Fy. Elo sama Rio itu beda banget. Rio
itu berkelas, lah elo? Cewek-cewek yang naksir Rio aja levelnya tinggi semua.
Lah elo?” jawab Via yang makin buat Ify bingung.
“Yang jelas dong, Vi. Gue nggak ngerti nih,” rajuk Ify.
“Gue nanya elo jawab. Gimana?”
“Siip, gue setuju. Gih tanya,” sambut Ify
semangat.
“Rio itu penampilannya rapi, lah elo, Fy? Rapi nggak?”
“Nggak. Gue sering lupa pake dasi.”
“Rio itu juaranya
GNIS. Elo?”
“Ranking lima belas.”
“Rio on time,
rajin dan berwibawa. Lo-nya?”
“Ngaret. Kalau menurut Depa gue Miss Terngaret
di dunia. Nggak rajin-rajin amat.
Berwibawa? Bukan gue banget,” jawab Ify kalem.
“Rio wangi gitu, lah elo??”
“Wang…..”
“Jarang mandi, lupa sisiran. Apaan tuh. Nggak
banget sama Rio-nya,” potong Via cepat sebelum Ify menyelesaikan ucapannya. Ify
manyun semanyun-manyunnya. Bibirnya udah maju tiga centi.
"Adanya sangat ketidaksamaan antar elo
sama Rio itu. Ibarat berbanding terbalik gitu, udah keliatan banget kalo elo
susah untuk dapetin Rio,"
lanjut Via.
Ify cemberut. "Nggak gitu juga kali, Vi.
Emang siapa aja yang naksir Rio?"
Via menghela nafas. "Ashilla Zahrantiara.
Lo tau dia kan?" tanya Via balik.
Otak Ify berpikir keras. Shilla....Shilla....
Aha dia ingat. "Nenek Lampir yang berantem sama gue waktu kelas X
dulu?"
"Yap. Elo tau diakan? Model. Gaul. Modis.
Kulitnya putih banget. Lo yakin Rio nggak tertarik sama dia? Buta kali
Rio."
"Alah ketimbang Shilla mah. Dia tuh nggak
bagus-bagus amat. Senyum model dia itu?? Nggak ada manis-manisnya, lebih baik
dia itu kagak senyum. Masih manisan senyum gue," seloroh Ify.
Via diam-diam menyetujui ucapan Ify. Dia juga
mengakui sih. Kalau senyum Shilla itu rada maksa.
"Shilla benaran suka sama Rio?"
tanya Ify lagi. Via mengangguk. "Rio udah tahu?" tanyanya lagi.
"Udah rahasia umum lagi, Fy, kalo Shilla ngejar-ngejar Rio. So, gue rasa Rio tahu," jawab Via.
"Tapi mereka belom pacarankan?"
"Belum sih."
Seulas senyuman tercipta di wajah Ify.
"Kalo gitu gue punya kesempatan. Alyssa Saufika Umari nggak kalah cantik
sama si Shilla. Bahkan lebih," seru Ify.
Via geleng-geleng kepala. "Lo mimpi mulu,
Fy."
"Ish...Via nggak dukung banget. Bete
ah," Ify merajuk. Pipinya kembung. Via tertawa ngakak.
Tanpa memperdulikan Via yang menertawainya Ify
kembali bertanya. "Terus kalo gue yang manusia terngaret, jarang mandi,
nggak rapi ini, nggak pantes sama Rio. Gue pantesnya
sama siapa?" tanya Ify sedikit sewot.
Via bergaya seolah-olah sedang berpikir.
Telunjuknya ia letakan di pelipis. "Hmmm..." Via seperti masih
berpikir. Namun ia udah mengambil posisi berdiri. "Lo jodohnya DAUD,
Fy," seru Via dan memberi penakan pada kata yang di capslock. Kemudian Via
mengambil langkah seribu. Kabur.....
"VIIIAAAAAA...., SINI LO. JANGAN KABUR.
ENAK AJA LO BILANG GUE JODOHNYA DAUD. DAUD ITU JODOHNYA ELO, VIA," teriak
Ify sambil berlari mengejar Via.
Dilihatnya Via berbelok ke koridor kanan dan
tawanya masih pecah. Ify dan Via yang memang hobi kejar-kejaran susah untuk
saling menangkap. Tiba-tiba suara bruk... Seperti ada benda yang jatuh
terdengar. Ify semakin cepat berlari. Ketika ia sudah memasuki koridor kanan,
Ify melihat Via sudah terkapar jatuh menimpa seseorang. Masih dalam keadaan
berlari Ify ngakak hebat. Ketika sadar bahwa ada orang di depannya, Ify
berusaha untuk mengerem. Karena lantainya licin Ify sulit berhenti.
"WOI....WOI...MINGGIR. KAGAK BISA
BERHENTI NIH," teriak Ify. Namun orang yang dimaksud nggak ngeh sama
sekali. Malah ia melihat Ify dengan ekspresi
'cewek atau alien sih' tak lupa dengan wajah cengo dan dahi berlipat.
"AAAAWWWWWAAAASSSS, BEGOOO AMAT SIH.
WOI..... MING...." jerit Ify tak selesai.
Brrruuuukkk..... Alhasil Ify menabrak orang itu dan Ify jatuh persis di
atas orang itu.
"ADAAAUU...." teriak Ify.
******
Rio berjalan santai menyusul sohibnya menuju kantin sekolah yang
masih buka untuk membeli air mineral lagi. Ternyata sebotol air minum tadi tak
cukup menghilangkan rasa dahaganya.
Saat memasuki koridor kanan, Rio mendapati
bahwa sohibnya, Gabriel
sudah terkapar dengan wajah nggak banget di lantai. Di sebelah Gabriel juga ada
seorang gadis yang tengah terduduk juga dalam posisi dan ekspresi tak jauh beda
dari Gabriel sendiri.
Rio bergegas menuju tempat terjadi perkara. Ia
bukan mau menolong sohibnya itu. Terlihat dari senyum nakalnya dan alisnya udah
naik turun. Rio ingin menggoda Gabriel yang tengah menatap cewek itu dengan
tampang berbinar-binar penuh cinta. He is
falling in love at first sight.
Tetapi... ketika
Rio memalingkan pandangannya ke mulut koridor. Ia seperti terhipnotis memandang
sosok seorang gadis yang tengah berlari begitu cepat dengan tawa renyahnya.
Namun, ketika bola mata si sosok di mulut koridor bertemu pandang dengan
matanya. Air muka sang gadis
berubah jadi panik. Ia melotot tajam ke arah dirinya. Rio mendengar suara
sayup-sayup sang gadis. Tetapi ntah kenapa ia masih
terpaku akan sosok itu. Gadis itu seperti magnet yang membuat Rio tak berhenti
memandangnya. Di saat gadis itu sudah sibuk berteriak-teriak menyuruhnya
minggir, Rio masih diam membatu. Dan akhirnya, gadis tadi menubruk Rio hingga
mereka berdua terjatuh di lantai, tak jauh jaraknya dengan Via dan Gabriel.
“ADAUUUU……” rintih gadis itu.
Rio terkejut dan langsung merubah posisinya
dari terbaring menjadi duduk. Ia mendapati gadis tadi masih terbaring dan
memegang punggungnya yang mungkin terasa sakit.
“Maaf. Lo sakit di mana? Perlu ke UKS?” tanya
Rio to the point. Ify, gadis yang
menubruk Rio masih merintih kesakitan. Ketika mendengar ada orang yang bertanya
padanya Ify langsung mengomel tanpa melihat siapa yang berbicara padanya.
“Lo sih bego amat. Gue udah nyuruh minggir,
nah lo diam mulu. Sakit ini pinggang. Awas aja ya kalo gue patah pinggang jadi
encok kayak mbah-mbah, gue tuntut elo ke Kak Seto,” omel Ify.
Rio bukannya marah malah tersenyum geli. Gadis
di depannya ini lucu sekali. Menggemaskan pula. Di saat gadis lain menjaga
image di depan Rio, gadis ini tampil apa adanya.
“Silakan aja kalo mau nuntut gue. Tapi, gue
rasa lo nggak sampai encok deh. Perlu ke UKS?” tanya Rio lagi.
“Lo nyolot amat sih, gue yang jatuh bukan elo.
Kalo elo yang jatuh mah gue kagak perduli. Sakit tahu nih pinggang,” oceh Ify.
Nah lho, Ify yang jadi sewot.
“Maaf deh. Gue bener nggak sengaja,” ujar Rio
lagi. Gadis di depannya ini belum juga mengangkat kepalanya walaupun Rio sudah
tahu siapa gadis ini. Gadis yang ia
lihat di taman sekolah yang asyik sendiri mengejar capung-capung yang
berterbangan dengan bebas.
“Lo pikir maaf bisa ngilangin ini sakit. Nggak
sengaja apanya, jelas-jelas gue udah teriak minggir. Lo diam aja, nah lho
jangan-jangan lo terhipnotis akan kecantikan dan kemanisan gue?? Iya kan??
Benerkan??” ucap Ify dan kini ia mengangkat kepalanya dan menemukan sosok yang
special untuk dirinya.
“Ooopppsss…” ucap Ify dan langsung membekap
mulutnya dengan telapak tangannya. Ia kaget, ternyata yang ia tubruk adalah
Rio. Orang yang disukainya. Ya ampun gue udah ngomong apa tadi, malu nih, batin
Ify.
“Hello?” panggil Rio.
“Ya ya?” tanya Ify jadi linglung.
“Gue minta maaf, bener nggak sengaja deh.
mungkin benar kali ya, gue terhipnotis sama lo. Tapi bukan kecantikan elo,
tapi….tawa elo,” jawab Rio. Jantung Ify kembali deg-deg-an. Udah mau lepas
rasanya. Ify jadi terdiam.
“IIIIIPPPPOOOONGGG….” Panggil Via yang dari
tadi asyik berkenalan dengan Gabriel dan belum perduli dengan Ify yang terjatuh
juga sama seperti dirinya.
“WOI, VVIIIIOOONGG….lo kira ini di pasar. Pake
toa,” balas Ify.
“Lo pake toa juga tuh, sama aja dodol,” balas
Via sambil melet. Ify pun balas melet dan keduanya saling melet-meletan. Rio
dan Gabriel hanya cengo melihatnya, kedua gadis ini sungguh ajaib. Kemudian,
mereka berdua tersenyum geli.
“Udah ah, Vi. Capek gue. Enak nggak jatuh?”
tanya Ify yang telah berhenti melet-melet.
“Lo juga jatuh kan? Gimana rasanya?” tanya Via
balik.
“Nggak enak. Sakit pinggang gue, punggung
juga,” jawab Ify polos. Diam-diam Rio
tersenyum dalam hati.
“Tuh yang gue rasain. Makanya jangan
ngejar-ngejar gue tadi,” ujar Via.
“Itu mah gara-gara elo kali. Masa iya lo
bilang gue jodohnya Daud, padahalkan gue suka sama……” mata Ify menangkap sosok
Rio. Gimana mungkin ia bisa melupakan hal itu. Hampir saja ia keceplosan. Ify
pun pura-pura berbisik pada Via. “Nah gitu, Vi,” tambah Ify dan menyikut lengan
Via agar ia ikut dalam acting Ify.
“Hmmm….” Deham Gabriel.
“Eh Iyel, Sorry
deh. kalo gue udah gabung sama Ify jadi gini deh. suka lupa kalo ada orang.
Hehehehe…” ujar Via cengengesan.
“Nggak apa-apa kok,” jawab Gabriel dan kini ia
beralih pada Ify. “Kenalin gue Gabriel, ini sohib gue Rio,” ucap Iel kepada Ify
dan menjulurkan tangannya untuk salaman.
“Ify….”
“Gue Rio,” ucap Rio.
“Ify…,”
balas Ify. Rio dan Ify pun bersalaman. Dalam hati Ify berdo’a supaya ia tidak
gemetaran. Via tertawa sendiri dalam hati melihat tingkah sohibnya itu.
“Udah jam lima
lho. Kalian belum pulang?” tanya Gabriel lagi.
Ify dan Via kompak mengangguk. “Mau pulang
kok. Ini baru mau,” jawab Via.
“Mau kita anter?” tawar Gabriel sebelumnya
bertanya pada Rio melalui isyarat mata.
“Nggak usah,” jawab Via dan Ify kompak. Alis
Rio dan Gabriel terangkat
sebelah.
“Bener?”
Gabriel memastikan.
Ify dan Via mengangguk kuat-kuat. “Kita duluan
ya? Bye….” Pamit Via dan Ify lagi-lagi serentak dan keduanya balik badan
meninggalkan Rio dan Gabriel. Saat tiba di lapangan, mereka beruda
berlari-lari. Sepertinya kejar-kejaran lagi.
“Hahahhaa…..”
tawa Rio pecah. “Lucu banget ya mereka,” ucap Rio. Gabriel mengangguk.
“Ngomong-ngomong,
Yo. Lo bisa jatuh juga kenapa?” tanya Iyel.
“Cabut yuk,
ntar gue ceritain,” jawab Rio. Dan keduanya pun menuju parkiran dan pulang ke
rumah.
BERSAMBUNG.....
5 comments:
baguss bangett...
lanjutin donkk..
Lanjutannya kok gaa ada yaaa?
ini part 2 nya mna? :-/
Lanjtan ny ko gk da
Lanjut kak :)
Posting Komentar