Udah lama nggak posting yak? Makasih buat yang udah ngunjungin blog aneh ini. Makasih jg buat yg udah do'a-in gue *pede amat*. Karena berkat do'a itu jg, gue masih ditempat yg sama untk ketiga kalinya. Walaupun udah nggak paralel lagi. Makasih banget, lho.
Sipp. Silakan baca cerpen ini bila kamu tertarik :D
A Promise
A Promise
"Huaaaaaa Rio..... Udah 2012 tahu.
Happy new year ya!!" ucap Ify riang. Gadis manis berdagu tirus ini begitu
senang menyambut pergantian tahun. Matanya berbinar-binar menatap langit malam
yang hanya dihiasi kelap-kelip bintang-bintang. Tidak ada kembang api yang
menghiasi langit malam. Tidak ada bunyi terompet yang terdengar. Semua tampak
biasa-biasa saja, tetapi mengapa gadis ini menyambutnya dengan luar biasa??
Rio -pemuda hitam manis- yang duduk di
sebelah gadis berdagu tirus tadi menatap gadis itu dengan sorot mata heran.
Wajar saja kalau dia heran. Apa sih yang luar biasa di malam ini? Padahal dia
sedikit kecewa. Rencananya ia tadi mau mengajak sahabatnya itu pergi untuk
menyambut tahun baru di Pantai Ancol. Tetapi tidak jadi, karena mobil Rio
dipakai Papanya. Sementara motornya, Rio tak berani mengendarainya malam ini.
Karena dia tahu bahaya apa yang menanti dia dan sahabatnya ini bila pergi
malam-malam dengan mengendarai motor. Dia takut Ify terluka. Takut kalau
terjadi apa-apa dengan Ify karena baginya Ify adalah permata berlian. Dalam
hidupnya, Ify adalah satu-satunya seseorang yang tak ingin disakiti maupun
tersakiti, baik oleh orang lain. Tetapi, terutama olehnya. Rio tidak tahu
bagaimana rasa kecewanya terhadap dirinya sendiri bila ia sampai menyakiti Ify.
"Ih...Rio. Gue kan ngucapin selamat
tahun baru sama lo. Kenapa elo diam aja sih, Iiiyooo?" tanya Ify sebel.
Wajahnya cemberut. Kedua pipinya mengembung.
Rio benar-benar tidak bisa menahan ketawanya
saat ia melihat wajah cemberut Ify. Itu sungguh menggemaskan.
Kedua pipi mengembung dan bibirnya sedikit
manyun. Kedua bola matanya memancarkan sorotan 'lo nyebelin' yang membuat kedua
bibirmu melengkung membentuk senyuman. Yah karena sorot matanya itu mendukung
kesan menggemaskan yang terlihat di wajah manisnya. Tak kuasa menahan tawa,
maka meledaklah suara tawa Rio.
"Nah kan. Kok ketawa sih? Gue kan lagi
sebel sama lo. Apa lo nggak lihat wajah marah gue ini? Ini udah marah tingkat
dewa tau," sungut Ify kesal. Kenapa orang-orang termasuk sahabatnya ini,
nggak ada yang pernah menyadari kalau dia sedang marah? Ify selalu heran akan
hal tersebut.
Rio cengo dan melongo dalam waktu bersamaan.
Dia dengar tadi apa?? Marah tingkat dewa?? Ify-Ify. Marah tingkat dewa apanya.
Dia marah saja begitu menggemaskan. Tidak terlihat sama sekali aura merah di
sekitarnya. Nggak bisa marah, sok-sok mau marah.
"Lo bilang lagi marah, Fy? Nggak salah.
Bukannya lagi ngelawak?" tanya Rio setelah tawanya menghilang.
Ify makin cemberut. Tapi tunggu...sekarang
gadis tirus itu bukan hanya cemberut tapi sudah menenggelamkan kepalanya pada
lipatan kakinya. Kalau sudah seperti ini, Rio tahu Ify sudah sangat kesal. Bila
Ify tak memandang wajahnya, berarti Ify sudah naik darah. Ya pasti dan Rio juga
sadar, ia harus meminta maaf sekarang juga. Kalau tidak, maka ia akan didiamkan
Ify sampai mood gadis itu kembali lagi jadi baik.
"Ify....." panggil Rio dan
mengangkat kepala Ify yang tertunduk tadi.
"Gue minta maaf. Tadi gue cuma canda
doang kok," ucap Rio serius.
Wajah Ify langsung terangkat dan kini kedua
matanya menatap sahabatnya itu. "Happy new year, ya!" tambah Rio
lagi.
Maka sumringahlah wajah Ify yang langsung
disambut senyum manis Rio.
"Senang banget tahun baru kali
ini," ucap Ify tulus.
Alis Rio terangkat sebelah. Ify bilang
senang? Malam tahun baru ini menyenangkan? Dia tidak salah dengar (lagi).
"Kenapa lo bilang senang?" tanya
Rio dan tersadar akan sesuatu. "Lo bukan nyindir gue karena rencana
gagalkan?" tambah Rio cepat.
Ify tersenyum malas dan memajukan bibirnya beberapa
centi. Ia manyun. "Jelas nggaklah cuma gara-gara rencana itu gagal gue
nyindir elo. Gue benar-benar senang tahu," jawab Ify.
"Terus?"
"Gue senang karena sampai tahun 2012
kita masih sama-sama. Kita masih bersahabat. Kita masih tetanggaan. Yang terpenting,
lo masih duduk di samping gue untuk menyambut tahun 2012. Gue seneng banget
tahu," jawab Ify.
"Hanya karena itu lo udah seneng?
Beneran, Fy?"
Ify mengangguk. "Gue seneng banget.
Belum tentu tahun depan kita akan sama-sama gini. Kita nggak tahu jalan hidup
kita-kan? Gue sama lo juga nggak tahu apa masih bisa menjalani 2012
bersama-sama. Nggak ada yang tahu."
Rio berhasil dibuat Ify takjub. Rio harusnya
sudah menyadari kalau Ify nggak segampang itu untuk mudah kecewa karena hal
yang tidak terlalu penting. Ify itu sederhana, sesederhana akan hal-hal yang
membuat dirinya senang. Rio harusnya tahu itu. Ify adalah seseorang yang bila
ditawarkan berlian atau emas, maka ia akan hanya memilih emas. Sehingga ia
tampak seperti berlian.
“Iya juga ya, Fy. Tapi gue senang deh kalo lo nggak kecewa karena
rencana itu gagal,” ucap Rio. Ify mengangguk paham.
“Jadi, apa hadiah tahun baru 2012 untuk gue?” pinta Ify menagih janji.
Seperti kebiasaan tahun-tahun lalu, pasti Rio akan memberikannya hadiah. Tahun
2011 saja Rio menghadiahkan Ify sebuah buku diary yang super cute. So cute.
Buku diary dengan gambar stitch berwarna biru dan sebuah pena berhiaskan stitch
pula. Yang membuat hadiah itu tampak istimewa karena di dalamnya ada tulisan
yang khusus Rio tulis untuknya. Waktu Ify tanyakan, Rio bilang tulisan yang ia
tulis itu adalah hadiah yang sesungguhnya dan buku diary itu tempat Ify
menuliskan semua apa yang telah mereka lakukan bersama-sama. Karena tulisan
tersebut berupa janji ataupun bisa dibilang jadwal kegiatan mereka
bersama-sama. Sewaktu mendengar hal tersebut, Ify menjerit senang. Karena pada
intinya tulisan itu mengatakan kalau mereka berdua akan selalu bersama. Salah
satu janji Rio yaitu merayakan tahun baru bersama-sama. Dan itu sudah terjadi
tepat sekarang.
“Hadiah? Yah, sebenernya hadiah gue untuk lo tahun ini rencana itu
tadi. Berhubung gagal, gue kasihnya besok-besok aja ya. Lagi bokek nih,” jawab
Rio dan menggaruk rambutnya yang tidak gatal sama sekali itu.
Ify seperti sedikit cemberut. “Tenang aja kok, Fy. Nanti gue bakal
beliin apa aja deh buat elo,” tambah Rio cepat. Sebelum Ify benar-benar
berdrama berlebihan. Berdrama dengan tema ‘Rio adalah seseorang yang paling
mengecewakan di dunia ini’ plus air mata berlinang yang mengalahkan derasnya
aliran sungai Kapuas.
Sahabatnya itu masih diam saja dan menatap dirinya datar. Rio
memperhatikan sudut mata Ify mulai menitik. Berarti drama tangisan Bombay itu
akan segera dimulai. “Gue janji, Ify sayang. Besok gue beliin. Lo mau apa? Gue
beliin besok. Bila perlu kita beli penjualnya juga,” ucap Rio. Penjualnya?? Lo
emang baik deh, Yo. Tapi nggak usah deh!!! Kalo penjualnya giginya boneng??
Tampangnya sangar?? Lebay?? Kriminal?? Pereman pasar?? Yaikksssss……OGAH!!!!
Ify tertawa terbahak-bahak. Membuat Rio melongo dan kemudian tersadar
kalau dia sudah dikerjain Ify. “Aduh…..Rio….Rio…..masih aja lo ketipu sama
gue,” ucap Ify disela-sela tawanya. Ify masih cekikikan karena tidak sanggup
menahan rasa gelinya melihat tampang Rio yang penuh rasa bersalah itu. “Ngomong-ngomong
tampang lo oke banget tadi, Yo. Melas-melas gimana gitu. Takut banget ya kalo
gue kecewa?” ledek Ify dan menujulurkan lidahnya. Melet.
“Siapa juga yang nggak cemas kalo lo kecewa ujung-ujungnya nangis
Bombay. Gue masih ingat tahu. Dulu ada gadis kecil yang nangis histeris karena
nggak ditemenin beli permen yupi di warungnya Bu Uci. Padahal anak laki-laki
yang dimintai tolong itu benar-benar nggak bisa karena sedang sakit perut,”
ucap Rio membela diri dan mengancungkan kedua jari telunjuknya yang berarti
satu sama.
Ify melengos. Rio menyidirnya. “Ya, ya. Gue akuin itu,” ujar Ify.
“Masalah hadiah tahun baru kali ini gue nggak minta apa-apa, Yo. Gue udah
seneng banget dari awal januari tahun lalu sampai januari tahun ini, lo masih
ada untuk gue. Duduk sama gue di sini, menunggu pergantian tahun. Ini udah
hadiah banget untuk gue tau. Jadi lo nggak usah ngasih apa-apa lagi,” lanjut
Ify dan melemparkan senyum manisnya pada Rio.
“Untunglah, nggak ada acara nangis Bombay lagi. Lo memang semakin jadi
lebih baik,” tanggap Rio dan mengacak-acak rambut Ify.
“Ya dong. Kita itu harus berubah menjadi semakin baik, bukan semakin
buruk. Dan gue harus seperti itu,” balas Ify. Lalu Ify mengubah posisi duduknya
dan menghadap Rio. “Jadi, kita masih sahabatkan, Yo? Apa lo udah bosan
sahabatan sama gue?” tanya Ify hati-hati.
“Berapa lama kita udah sahabatan, Fy?” tanya Rio dengan senyumannya.
Ify seolah berpikir. Telunjuknya sibuk menyentuh jari kelingkingnya.
Kemudian pindah ke jari manisnya selanjutnya jari tengahnya dan lanjut lagi ke
jari telunjuknya dan kemudian menunjuk ibu jarinya. Dan terakhir kembali lagi
pada jari kelingkingnya. Ternyata Ify lagi asyik menghitung. “Enam tahun, Yo,”
jawab Ify seperti anak SD yang sedang ditanyain soal matematika ‘empat tambah
dua hasilnya berapa?’
“Nah itu lo udah tahu. Gue nggak pernah ngeluhkan selama itu?? Pernah
nggak gue bilang kalo gue nyesel sahabatan sama lo??” Ify mengangguk-angguk
yakin. Emang nggak ada kok. “Nah, jadi jangan lo tanya lagi kalau gue bosan
sahabatan sama lo. Karena gue sama lo akan selalu sama-sama. Ify dan Rio. Alyssa
dan Mario. Saufika dan Stevano. Umari dan Aditya,” ucap Rio dan mencubit kedua
pipi menggemaskan Ify.
Ify cemberut dan mengelus kedua pipinya yang dicubit Rio setelah tangan
Rio berhasil ia singkirkan di pipi mulusnya. “Sakit, dodol!! Lo kira pipi gue
bakpau,” gerutu Ify dan sialnya Rio hanya menanggapinya dengan cengiran khas
ala Rio. Yang membuat otak benar-benar mendidih sangking emosinya karena hal
itu. Siapa sih yang nggak kesal kalau diberi cengiran Rio yang terlihat seperti
cengiran ‘anak kucing yang ketahuan maling ikan tapi nggak mau ngaku’. Bukannya
minta maaf tapi malah sok merasa nggak melakukan suatu kesalahanpun dan tampang
melasnya yang membuat ketipu. Berhubung Ify biasa menghadapi kucing, eh salah
Rio maksudnya jadi Ify sudah hapal bertul tabiat sahabatnya itu. Maka karena
itu otak Ify mendidih, sangking geregetannya.
“Tapi ada yang kurang tadi, Yo. Nama lo-kan ada Halingnya kenapa nggak
lo bilang, Haling dan…..” ucapan Ify terhenti. Jelaslah emang nama Ify sampai
empat kata. Cuma tiga kali….
“Sama siapa hayo?” tantang Rio.
“Hehehe….nama gue Cuma tiga kata ya, Yo?” cengir Ify.
Rio mendengus sedikit kesal lantaran tulalitnya Ify kambuh. “Lagian
Haling itu nama marga gue. Nggak usah disatuin sama nama lo. Nanti semua yang
bermarga Haling pada mau dekat sama lo. Nggak boleh. Cuma berlaku untuk Mario
Stevano Aditya. Kagak yang lain,” ujar Rio.
Ify mengangguk paham. Dia juga sayang Rio. Ia hanya mau Rio yang
menjaganya. Perduli dengannya dan segala-galanya. Karena Rio adalah sahabatnya
yang paling berharga. Susah, senang, sedih, kesal, sebel, gondok selalu mereka
lewati bersama. Tidak pernah dengan orang lain.
Angin malam semakin berhembus. Rio melirik jam yang melekat
dipergelangan tangannya. “Udah jam setengah satu malam, Fy. Pulang yuk?” ajak
Rio.
Ify mengangguk. “Ayo,” setuju Ify.
Kemudian kedua sahabat itu meninggalkan tempat ritual tahun baru
mereka. Taman kompleks. Sebelum benar-benar berpisah, Rio menarik tangan Ify
agar berdiri di depannya. Ia ingin mengucapkan sesuatu. “Tahun baru nanti, gue
janji. Gue akan sama-sama dengan lo lagi. Di taman itu. Gue janji,” ucap Rio. “Ini
kado tahun baru gue untuk elo, Ify,” tambah Rio.
“Huaaa…makasih Rio. Gue juga janji, nanti gue akan selalu sama elo.
Kita akan selalu bersama,” balas Ify.
“Nah, gitu. Sekarang cepat lo masuk
rumah lo. Gue mau lihat kalo lo benar-benar pulang dan tidur. Bukannya
loncat-loncat kegirangan karena bakal menjalani 2012 sama gue,” ledek Rio.
“Nyebelin banget lo!!! Tapi bagaimanapun elo yang terbaik. Lo sahabat
gue yang terbaik,” ucap Ify. “Dadah Rio. Met malem ya,” pamit Ify dan berjalan
menuju rumahnya. Saat pintu rumah itu sudah tertutup. Rio masuk ke dalam
rumahnya.
**************
"Lo tetap diam gini aja,
Yo?" tanya Alvin sambil menyeruput es tehnya tanpa memandang wajah
sahabatnya yang duduk tepat di sebelahnya.
Rio yang ditanyai tidak menjawab
sama sekali. Menghela nafas pun tidak. Bahkan bersusah-susah untuk mengeluarkan
bunyi dehaman 'hn'.
"Gimana sih, lo. Maju, Bro.
Maju. Dua hari lagi udah mau 2013. Lo masih aja diam di tempat. Apa sih yang lo
tunggu?" tanya Alvin sedikit kesal. Siapa juga yang tidak prihatin -kata
yang pantas mungkin- terhadap sahabat sendiri kalau sahabatnya tidak maju-maju.
Pahit manis bersama dilalui dengan sahabat dong.
"Gue belum siap, Vin,"
jawab Rio akhirnya.
Alvin mendengus kesal. "Apa
lagi yang lo tunggu. Udah setahun lo sama dia pisah gini. Diam-diaman. Dia
sahabat lo, Rio. Kalian itu sahabat," ujar Alvin gusar.
"Gue udah ngecewain dia.
Terlalu ngecewain."
Alvin menggeleng frustasi. Rio
ini benar-benar deh. Saat Rio terpaksa pindah dengan keluarganya ke Manado, Rio
sudah meminta Alvin agar menjaga Ify untuknya. Alvin menyanggupinya sampai pada
akhirnya Alvin tak mampu menjaga Ify karena pada waktu itu hanya Rio yang
mampu. Karena itu memang perannya Rio. Tetapi, saat Rio sudah kembali. Rio
menjalankan tugasnya lagi. Ia menjaga Ify. Ia melindungi gadis itu. Namun dalam
diam, tak ada satupun kata yang keluar dari bibirnya. Bahkan ia sering menolong
Ify -mungkin- tanpa sepengetahuan Ify sendiri.
“Waktu itu elo nggak ada, Rio. Lo
memang nggak ada di sana waktu Ify sangat membutuhkan elo. Ini bukan salah elo.
Hanya saja Ify memang dicoba kekuatannya. Apa dia bisa melewati suatu masalah tanpa
elo. Itu juga bisa membuktikan, artinya elo di mata dia, Yo. Sisi positifnya,
Rio adalah seseorang yang paling berharga untuk dia. Lo orang yang dicarinya
pertama kali. Cuma elo. Tiap malam dia manggil elo. Hingga apa akhirnya dia
berhasil yakini dirinya, kalo elo memang nggak di sisinya waktu itu. Tapi elo
selalu ada di dalam hatinya.”
Rio mengusap rambutnya dengan
jemarinya. “Itu salah gue, Alvin. Di sana. Gue nggak ada waktu dia butuh gue.
Gue nggak ada, Vin. Dia ngelewati itu sendirian. Gue nggak bisa bayangin berapa
banyak air mata yang keluar. Berapa banyak, Vin? Dan bodohnya lagi gue nggak
bisa nenanginnya. Gue salah Alvin. Gue udah ngecewainnya,” ucap Rio frustasi.
“Terserah elo, Yo. Lo belom tanya
ke dia, apa dia kecewa sama lo atau nggak. Gue kira, Ify masih butuh elo.
Karena Cuma hanya elo untuknya. Gue juga tahu, elo bukan hanya menganggap Ify
sahabat, tapi lebih dan Ify juga sepertinya begitu. Dia nunggu elo, Rio. Cuma
elo yang bisa jagainnya. Ngelindunginya,” ujar Alvin dan melemparkan botol
teh-nya yang telah kosong ke tempat sampah yang tak begitu jauh dari tempat
mereka.
“Gitu ya, Vin? Terus itu siapanya
Ify?” tanya Rio sinis sambil menunjuk dua orang yang sedang bercengkrama hangat
di pinggir lapangan. Ya tentu saja Ify dengan Gabriel. Ify yang sedang tertawa
lepas dengan Gabriel yang berada di sebelahnya. Gabriel yang mendapatkan senyum
Ify. Gabriel yang membuat Ify tertawa. Semua Gabriel. Tidak ada lagi Rio. Tidak
ada nama Rio. Dan sepertinya Rio salah kalau dia kembali ke sekolah ini.
Alvin berdecak kesal. Sulit
baginya untuk menyakinkan sahabatnya satu ini. “Gabriel Cuma ada saat Ify lagi
senang aja. Kemarin siapa yang nolong Ify waktu ditodong preman di ujung gang
sekolah? Siapa yang menyelamatkan Ify dari tragedy kecelakaan?? Bulan lalu,
siapa yang nyelamatin Ify dari jurang waktu camping?? Terus, siapa yang
membopong Ify saat dia pingsan?? Siapa yang menyelamatkan Ify dari amukan
mantannya Gabriel?? Siapa, Yo?? Lo udah tahu jawabannya,” ujar Alvin membuka
kilasan flash back lama.
Rio tidak mampu menjawab
pertanyaan Alvin. Memang benar. Jawabannya hanya satu. Dirinya. Rio. Semua
pertanyaan yang diucapkan Alvin memang hanya memiliki satu jawaban, yaitu
dirinya. Tak bisa Rio pungkiri hal tersebut. Karena dia-lah yang menolong Ify
setelah ia bersekolah kembali di Global Nusantara International Senior High
School ini. Rio ibarat belahan jiwa Ify karena setiap sesuatu yang berhubungan
dengan Ify apa itu musibah atau sekedar rasa sakit, Rio langsung menyadarinya.
Ify yang hampir terluka, pasti Rio segera menolongnya. Ntah ini permainan
takdir atau bukan, Rio selalu berada di dekat Ify. Bahkan saat Ify pingsan
ketika upacara, Rio merasakan sesuatu yang tidak beres dengan dirinya dan
ternyata benar. Ify pingsan karena sakit demam. Ify yang keras kepala ngotot
untuk tetap upacara dan karena itu-lah dia jatuh pingsan.
“Harusnya lo perjuangin apa yang
seharusnya milik lo Rio. Lo sama Ify itu ibarat satu paket komplit. Bila kalian
pisah, di antara lo berdua pasti ada yang kurang. Perhatikan baik-baik senyum
Ify, Yo. Perhatikan,” ucap Alvin dengan nada yang terdengar seperti memberi
perintah.
**************
“Nggak lucu, Iel. Udah ah,
males,” ucap Ify sedikit merajuk dan menampakan wajah kesalnya dengan jelas di
depan Gabriel.
Bukannya merasa bersalah Gabriel
malah membuat kelucuan yang nyarisnya sangat tidak lucu. Garing abis!!!! Ify
hanya tertawa kecil menanggapinya. Tidak tertawa tidak enak rasanya, kurang
sopan gitu. Tapi, mau tertawa itu bukanlah hal yang lucu. Semua tampak biasa
saja. Yang ada Ify yakin kalau dirinya tampak aneh saat tertawa kali ini.
“Tuh kan, lo aja ketawa. Memang
lucu-kan?” tanya Gabriel dengan pede-nya. Kalau jadi Gabriel mah, enakan kabur.
Malu….malu!!!
“Ya….ya serah elo deh, Yel. Gue
balik ke kelas dulu yak,” jawab Ify malas-malasan dan segera pergi dari pinggir
lapangan. Gabriel yang tidak mau ditinggal oleh Ify malah menarik pergelangan
tangan Ify agar tidak ke mana-mana.
“Apaan sih, Yel?”
“Jangan tinggalin Abang Iyel
dong, Neng Ify,” ucap Gabriel dengan suara manjanya dan kontan membuat Ify
tertawa. “Istirahat masih lama, Fy, lo
di sini aja. Bentar lagi gue main basket nih sama anak-anak,” tambah Gabriel.
Ify langsung mengangguk setuju.
Basket? Pikirnya. Satu-satunya jalan yang tepat untuk memperhatikan dia.
Mencari tahu apa penyebab dia sedikit berubah. Yah lewat jalan ini-lah, agar
Ify dapat dengan segera mengetahuinya.
“Nah gitu dong, Fy. Kan ntar gue
masukin point yang paling banyak untuk lo deh. Jadi lo duduk di sini dan nonton
gue baik-baik,” ucap Gabriel.
Ify mengangguk doang.
Ya….ya…..serah lo deh, Yel, batin Ify. Mau lo nyiptain point kek nyiptain apa
aja kek, terserah elo. Gue nggak perduli. Kalo lo nyiptain pesawat baru gue
perduli soalnya kalo orang nanya ntar kan gue bisa jawab ‘yang nyiptain itu
pesawat temen sekolah gue dulu yang pernah naksir sama gue’, lanjut batin Ify.
Ia tersenyum-senyum sendiri membayangkan hal tersebut. Bukannya Ify tak tahu
kalau Gabriel menyukai dirinya. Ify tahu itu kok. Sangat tahu malah.
Nonton basket sendirian dengan
dikerumunin orang-orang yang nggak ia kenal mana enak. Dengan segera Ify
mengambil handphone-nya yang tersimpan dalam saku kemejanya dan langsung
mengetik SMS. Tentu saja kepada Via, sahabat ceweknya sejak masuk SMA.
Tak lama kemudian, Ify mendengar
suara Via yang memanggil dirinya. Gadis berpipi chubby dan bermata agak sipit
itu melambaikan tangan. Langsung Ify membalas lambaian tangan Via dan tak butuh
waktu lama Via sudah duduk di sebelah Ify.
“Untung aja lo nge-SMS gue kalo
anak-anak bakal basketan. Bisa-bisa gue ditonjok Alvin Kodok itu kalo nggak
nonton,” cerocos Via setelah duduk di sebelah Ify.
“Memang apa hubungannya, Vi?”
tanya Ify bingung. Tentu saja Ify bingung, soalnya Via bilang mereka nggak
pacaran. Terus, kenapa Alvin sepertinya memaksa Via untuk menonton mereka.
“Ih….Ify. Nggak friend banget
dah,” jawab Via sok kesal. Ify tahu kalau Via pura-pura kesal, Nampak dari
kilatan jenaka di matanya. “gue udah jadian sama Alvin kodok itu. Baru kemarin
sih,” lanjut Via cenge-ngesan.
Ify mencibir, Ya-lah mana Ify
tahu kalau Alvin dan Via pacaran kalau baru kemarin jadiannya.
Dasar….nenek-nenek…. Umpatan Ify untuk Via yang kadang-kadang sering mendadak
tulalit. “Yeee….itu mah baru. Mana gue tahu,” timpal Ify.
“Sorry deh, Fy. Biasa gue lupa,”
balas Via plus dengan cengirannya. Ify mengangguk paham. Lalu kedua
memperhatikan lapangan yang mulai diisi oleh anak-anak basket.
****************************
Rio bersama Alvin telah bergabung
di antara anak-anak basket tersebut. Keduanya tampak dingin dan diam saja saat
Sion memberikan mereka arahan. Ntahlah, Rio dan Alvin juga tidak begitu
perduli. Mereka berdua juga tidak begitu terkenal di antara anak basket. Jadi,
kalau dipilih alhamdulilah. Nggak dipilih, masih ada kesempatan kok. Lagian ini
juga cuma iseng-iseng diistirahat. Tapi mau iseng-iseng atau nggak pasti selalu
ramai yang menonton. Soalnya sih ada………..
“GABRIEL……GABRIEL…..GABRIEL!!!!!
“KAK IYEL!!! SEMANGAT YA!!! KAK IYEL!!!!”
Belum lagi yang ini. Norak dan
lebay banget.
“WE LOVEEE YOUUU
GABRIEEELLLLL!!!!” Yaiks…. Ini udah terlalu berlebihan. Biasa aja kali. Cuma
Gabriel. Tapi kalau ada yang bilang seperti itu di depan orang-orang udik
tersebut, jangan kaget aja kalau balik-balik udah nggak utuh. Salah sendiri,
padahal anak ayam cari makannya di kandang harimau. Jelas dong keot.
Wajar sih mereka pada histeris
karena Gabriel. Siapa yang nggak kenal sama Gabriel? Bintang basket yang baru dinobatkan beberapa
bulan lalu. Wajah tampan serta senyum mempesona sebagai nilai plus-nya. Tapi
satu, sedikit sombong yang melahirkan sikap yang terlalu percaya diri.
“Oke…..kita mainnya two by two.
Waktunya sepuluh menit untuk setiap battle, okey,” ucap Sion. “Yang pertama,
Riko dan Lintar lawan Goldi sama Rizky. Yang kedua, Alvin dan Rio, lawan
Gabriel dan Cakka, yang ketiga……..dan terkahir gue sama Irsyad lawab Kiky sama
Debo,” lanjut Sion. “Langsung aja deh,” tambahnya lagi.
Battle pertama sudah berlalu
sejak dua menit yang lalu. Tidak terlalu menggemparkan. Biasa saja. Ternyata
tujuan Sion itu baik untuk bermain dua lawan dua. Karena dengan cara tersebut
akan terlihat kemampuan yang sesungguhnya. Dan karena itu juga mudah ditemukan
letak kekukarangan sehingga mudah untuk diperbaiki. Seperti, Rizky. Dia sedikit
salah dalam melakukan shooting. Selebihnya oke-oke saja, hanya kelincahan dan
kecepatan yang belum terlalu maksimal.
“Langsung yang kedua,” seru Sion
dari pinggir lapangan.
Jadilah Alvin dan Rio masuk ke
lapangan. Semua penonton biasa saja. Hanya sedikit yang berteriak. Memang sih,
Rio dan Alvin tidak memilki fans yang begitu banyak seperti Gabriel. Ibaratnya,
bila fans Gabriel lima belas, maka fans Rio dan Alvin hanya lima. Tiga
berbanding satu. Tapi, Rio dan Alvin tidak begitu perduli. Alvin hanya
tersenyum saat mendapati Via dengan semangatnya berteriak menyebut namanya.
Rio sebenarnya juga ikut-ikutan
Alvin, menoleh ke arah Sivia dan matanya bertemu dengan Ify yang ternyata
diam-diam mencuri pandang ke arah dirinya pula. Tak bisa dipungkiri, kedua-nya
saling terpaku. Sahabat yang sudah lama tak ‘bersahabat’, tentu saja rindu yang
menyergap. Dalam benak masing-masingnya terputar dengan jelas kenangan-kenangan
yang dilalui bersama. Namanya sahabat, tentu memiliki kisah tersendiri yang
menjadi memori bersama. Memang seperti itulah kodrat sahabat. Namun, mencari
dan menjadi sahabat itu tidak-lah mudah. Banyak tipu daya-nya. Terkadang kita
menganggap seseorang adalah sahabat, ternyata ia hanya teman. Dan sebaliknya,
kita menganggapnya teman dan ternyata dia adalah sahabat buat kita. Karena
itulah, banyak terjadi sesuatu dalam persahabatan. Memang sulit mencari orang
yang benar-benar bisa klop dengan kita.
"KYA..... GABRIEL.... IEL...
IEL!!!"
"SEMANGAT IEL....!!"
Pemuda bernama Gabriel hanya
tersenyum menanggapi itu semua. Lalu bola matanya menangkap sosok seorang gadis
yang membuatnya mabuk kepayang bahasa lebay-nya jatuh cinta. "Gue bakal
masukin point yang banyak untuk elo, Fy!!" seru Gabriel dengan noraknya.
Ify tak berkomentar apa-apa, dia hanya tersenyum. Tapi aslinya sumfeh
merinding. Cowok keren, ganteng dan macho tiba-tiba jadi norak??!! Huaaaa....
Mama.... Ogah bener!! Tapi Gabriel bertingkah norak gini baru-baru ini saja.
Tepatnya sejak mulai menaksir Ify. Makanya, Ify jadi tersangka utama oleh
fans-nya Gabriel itu karena membuat pangeran mereka sedikit berubah ke jalan
yang salah. Memang Ify pembawa ajaran sesat???!!!
"Point buat Ify? Mimpi kali
lo! Gue nggak bakalan ngalah lagi sama lo."
"Kenapa lo, Yo?" bisik
Alvin. Rio hanya menunjuk Gabriel dengan matanya. Alvin mengangguk paham.
"Jadi?"
"Lo main baik-baik. Gue
juga. Gue nggak mau dia ngegantiin gue," ucap Rio.
"Oke deh, Bro. Taktik
biasa," balas Alvin setuju sambil menunjuk jam yang melekat di pergelangan
tangannya. Rio mengangguk.
PRIIITTT.... Pertandingan di
mulai.
***********
Lima menit pertandingan telah
berlalu. Point masih di pimpin oleh Gabriel dan Cakka. 21-15. Penonton pun
sibuk meneriaki nama Cakka dan Gabriel.
Di tengah lapangan Alvin melihat
jam di tangannya. Ia mengangguk-ngangguk. Dicarinya sosok Rio yang juga melihat
ke arahnya. Keduanya mengangguk bersamaan.
Kini bola berada di tangan Cakka,
Alvin mendekati Cakka dan berusaha merebut bola yang berada di tangan pemuda
itu. Dengan cekatan bola berhasil berada di tangan Alvin. Kini ia segera balik
badan dan coba mengoperkan bola pada Rio yang kini berdiri tepat di sebelah
Gabriel. Rio memberikan isyarat kepada Alvin agar mengoper bola itu sekarang.
Dengan cepat Alvin mengoper bola.
Fans setia Gabriel dan beberapa
penonton cowok sibuk mengomentari Alvin yang tidak-tidak. Alvin bego-lah karena
mengoper bola nggak tepat sekali. Tidak mungkin Rio dapat menangkap bola
tersebut.
Bola orange itu masih meluncur,
Rio sadar Gabriel mulai mengambil ancang-ancang untuk merebut bola tersebut.
Namun, sayang sekali. Ya sayang sekali untuk Gabriel. Karena saat baru
merasakan gelagat Gabriel, Rio segera maju dan seperti hampir terbang untuk
merebut bola tersebut. Saat kedua tangannya berhasil memenjarakan bola di
tangannya. Rio yang tepat berada di garis three point segera melakukan
shooting. Whuuuusss....si Bulat Orange langsung menerjang angin dengan kekuatan
penuh dan akhirnya masuk ke ring dengan mulus. Tanpa menyentuh bibir sang Ring.
Tepuk tangan menggema. Fans-fans
Rio berteriak heboh walaupun tak begitu terdengar.
"Tuh kan, nggak salah kami
sukanya sama Rio. Lihatkan dia hebat banget," ucap salah satu fans Rio
dengan pamernya.
Permainan masih terus berlanjut.
Kalau tadi Cakka dan Gabriel yang tampak menguasai permainan. Tapi kini
kebalikannya, Alvin dan Rio yang sangat menguasai lapangan dan pertandingan
ini. Rio dan Alvin bergantian mencetak angka. Kalau Rio yang mencetak three
point itu karena operan bola yang Alvin berikan. Kalau Alvin yang mencetak
angka karena Rio yang mengoper bola. Kerja sama mereka benar-benar dan
betul-betul hebat. Tak disangka sama sekali karena selama ini Rio dan Alvin
tampak biasa-biasa saja. Taktik yang diperlihatkan mereka berdua benar-benar
oke punya. Sampai-sampai Gabriel dan Cakka hanya mampu menambah 3 point angka,
hasil three point Gabriel. Sedangkan Rio dan Alvin berhasil melakukan three
point enam kali dan shotting biasa empat kali.
PRIIIITTTTT..... Pertandiangan
untuk battle yang kedua ini benar-benar seperti serasa nonton pertandingan
sesungguhnya dan tentu saja dimenangkan oleh Rio dan Alvin dengan skor 24-41.
Benar-benar spektakuler.
Di akhir pertandingan, Rio dan
Alvin berjabat tangan dengan Gabriel dan Cakka. Untung saja selama pertandingan
aura wajah Rio biasa saja. Sehingga tidak menimbulkan rasa dongkol untuk orang
lain. Mereka hanya menganggap kalau Alvin dan Rio lagi mengasah kemampuan
mereka dengan bintang basket itu.
"Selamat ya. Keren banget lo
berdua. Waktu latihan ajarin gue taktik lo berdua. Keren, Man," ucap Cakka
kagum dan menjabat tangan Rio dan Alvin bergantian.
"Okelah itu, Man. Bisa
diatur," balas Rio disertai anggukan Alvin.
***************
Di bangku penonton, Ify masih
saja melamun walaupun kini sudah battle yang keempat. Berhubung Sion yang
bertanding, jadi Gabriel berdiri di pinggir lapangan sebagai wasit. Tadi Ify
kembali melihat Rio sebagai sahabatnya dulu. Ify masih ingat dengan jelas
tentang impian sobatnya itu. Rio pernah bilang kalau dia ingin jadi pemain
basket terkenal dengan jumlah fans yang membeludak dan terus berkembang. Dia
benar-benar menginginkan hal itu dan Ify jelas masih ingat. Tadi, Rio sudah
hampir menggapai mimpinya walaupun belum menjadi seperti yang diinginkannya.
Soalnya Ify berani taruhan kalau Rio bakalan ogah dikelilingi cewek-cewek buta
tentang basket itu. Yang hanya sekedar mendadak jadi candu basket gara-gara
pemainnya. Ogah deh!! Bisa-bisa disindir 'jadi artis aja lo!' Di basket mah
nggak dibutuhkan tampang doang, skill yang diutamakan.
Ify jadi terkikik sendiri
membayangkan Rio dengan wajah lusuh dan garang namun tetap cakep yang sibuk
menghalau cewek-cewek nggak guna itu.
Asyik terkikik, Ify tak menyadari
si Bulat Orange meluncur tepat ke arah wajah manisnya. Ya ampun!! Gadis itu tak
mengedipkan matanya saat bola itu terus meluncur. Malah terpaku seperti sedang
melihat 'meteor jatuh'. Berabe deh!!
"IFYY AWAASSS!!!"
Plak…. terlambat... Dengan
suksesnya serasa memenangkan piala oscar si Bola nggak bertanggung jawab itu
langsung menimpuk wajah Ify tepat sasaran. Hidung Ify? Jangan ditanya!!
Berdarah!! Mimisan!! Ya dong, jelas sakitnya. Dihajar si Berat itu siapa juga
yang nggak sakit.
"AADDAWWW!!" teriak Ify
sebelum jatuh pingsan dan ambruk ke lantai.
Rio yang melihat Ify terkapar
langsung menghampiri sahabat tersayangnya itu. Raut wajah cemas menghiasi wajah
cakep Rio. Dengan cekatan ia menggendong Ify dan membawanya berlari ke UKS
tidak perduli Dengan sekitar mereka yang menjadi heboh. Via sendiri melongo
melihat kejadian tersebut, hanya Alvin yang menganggap hal itu biasa saja.
Sementara Gabriel, dia langsung
hendak berlari menyusul Rio dan Ify ke UKS, namun Alvin langsung mencegatnya.
"Mau apa lo?" tanya
Alvin.
"Lihat Ify lah. Dia pasti
butuh gue," jawab Gabriel.
Alvin melengos sekilas.
"Lebih baik lo mundur. Dia udah balik dan Ify nggak mungkin bisa lepas
darinya. Rio itu orang yang Ify tunggu. Pilihan lo satu doang, mundur.
Betapapun lo melangkah maju, Ify udah berlari secepatnya untuk mencapai finish.
Dan pasti, finish-nya itu adalah Rio dan perlu elo tahu, Rio bakalan menyambut
Ify dengan kedua lengannya saat Ify sampai finish. Bahkan, Rio bakal
menjemputnya sebelum Ify di finish," ujar Alvin dan meninggalkan Gabriel
yang terdiam terpaku. Sebelum benar-benar pergi, Alvin meraih Via dan
menggandengnya.
*****************************
Rio membaringkan Ify di ranjang
UKS. Dia sungguh khawatir melihat kondisi Ify yang masih saja pingsan. Aliran
darah masih keluar dari hidung Ify. Petugas UKS mana???!!! Mana???!! Rio
sebodoh amat. Dia mengambil kain bersih yang berada di lemari UKS dan
menuangkan air hangat di wadah yang telah tersedia. Jadi, dengan cekatan ia membersihkan
darah di hidung Ify hingga darah itu benar-benar bersih.
“Lagi-lagi lo tersakiti. Gue
bodoh,” gumam Rio sambil mengompres wajah Ify yang habis terkena bola basket.
“Tapi, kali ini gue ada di samping elo nggak kayak dulu. Gue janji, gue selalu
ada buat elo. Nggak bakalan pergi lagi,” lanjut Rio dan mengompres Ify dengan
sayangnya.
Ify masih saja berbaring dan Rio
masih setia menunggunya. Rio hanya mau Ify segera sadar. Ia tidak sanggup untuk
melihat Ify menderita. Saking lamanya menunggu Ify sadar Rio terjatuh tidur di
sebelah ranjang Ify. Kepalanya terkulai lemas di samping Ify. Ternyata menunggu
orang sakit itu, membosankan.
Ify mengerjap-ngerjapkan matanya.
Ia mulai sadar dari pingsannya. Saat ia berhasil membuka mata, yang pertama
kali ia temukan adalah nuansa putih. Ify merinding. Ia membenci ini. Ia tidak
suka dengan ruangan berwarna putih apalagi berbaun obat-obatan. Ia tidak suka.
Cukup sekali ia pergi ke tempat yang seperti itu, cukup sepuluh bulan lalu. Ya
cukup segitu. Tidak mau lagi. Tapi kini??? Ia mencari-cari dia berada di mana.
Ditemukannya lebel UKS Global Nusantara International Senior High School. Ify
bernafas lega. Ia hanya masuk UKS.
Alasannya??? Ah iya, ia sedang
menonton basket. Tapi….. Mata Ify melotot. Ya ampun!!! Dia baru sadar kalau
mukanya kena tiban bola basket yang beratnya, gila!!! Berat gitu. Gimana bentuk
mukanya sekarang???!!! Ify bergerak-gerak gelisah. Ia mencari-cari kaca untuk
melihat bentuk mukanya sekarang. Apa hidungnya jadi jalan tol yang super mulus
tanpa tanjakan lagi?? Ini berarti ia jadi pesek dong!!
Sibuk mencari kaca, Ify melihat
kepala seseorang di sebelahnya. Ia mendekati kepala itu dan mengangkatnya. Ify
terkejut. Rio? Kenapa Rio ada di sini? Perasaan berbunga-bunga mengisi hatinya.
Sejak Rio kembali pindah ke rumah lamanya dan bersekolah di sini lagi, baru
kali ini Rio dekat dengannya lagi. Benar. Baru kali ini. Tanpa sadar Ify
mengelus kepala Rio. Melihat Rio yang tertidur, Ify jadi ingat dia sudah
lumayan lama pingsan. Kalau Rio tertidur di sini, ini artinya Rio yang
menolongnya dan menunggui dirinya. Ify jadi mengutuk dirinya sendiri, kenapa
bisa pingsan lama banget??!! Padahal dia mau berbicara banyak dengan Rio.
Banyak sekali. Kemarin-kemarin, waktu Rio menolongnya Ify tak bisa berbicara
apa-apa, soalnya Rio keburu pergi. Bilang makasih aja nggak sempat. Padahalkan,
Ify mau-nya bilang makasih sama Rio. Ngucapin selamat datang kembali sama Rio.
Masih banyak lagi. Tapi boro-boro deh, natap Ify aja nggak si Rio-nya. Malah
membuat Ify terkesan seperti orang yang tidak tahu terima kasih karena sudah
ditolong.
“Rio,” panggil Ify dan
menggoyang-goyangkan tangan Rio yang tergeletak lemas di kasurnya. Membangunkan
Rio tak seperti membangunkan gajah tidur!! Kalo belum dilecut dengan rotan,
kagak bangun-bangun. Membangunkan Rio hanya perlu digoyangkan tangannya. Kalo
belum bangun juga, cubit tangannya. Nggak bangun juga, tenang aja masih ada
jurus lain, siram pakai air. Beres!!! Rio langsung bangun.
“Ify? Udah sadar? Lo nggak
apa-apa?” tanya Rio bak kereta apa jurusan Malang-Jakarta kelas exsekutif
dengan kecepatan super super.
Ify tertawa kecil. Ini Rio. Ini
sahabatnya. Rio udah balik. “Makasih, Rio. Udah nolongin gue. Udah jagaiin
gue,” ucap Ify dan tersenyum manis banget. “Dan terima kasih lagi udah kembali
buat gue. Lo kembali untuk gue kan?”
Rio tertegun. Ify tidak marah
padanya karena waktu itu. Ify tidak marah-marah. Ia tidak memaki Rio karena
telah mengecewakannya. Ify ya Ify. Ify memang sederhana, sesederhana yang
membuatnya bisa bahagia. Senyum itu, senyum Ify sebenenarnya. “Gue kembali
karena elo, Ify. Untuk elo. Gue nggak bakalan pergi lagi,” jawab Rio. “Kita
masih seperti dulu. Rio dan Ify. Mario dan Alyssa. Stevano dan Saufika. Aditya
dan Umari. Masih sama,” tambah Rio.
Ify mengangguk. Ini yang dia tunggu. Rio yang kembali padanya. Rio yang
selalu ada untuknya dan dia juga bakalan ada untuk Rio. Ify untuk Rio dan Rio
untuk Ify. Mereka memang paket komplit seperti yang dibilang Alvin.
“Gue minta maaf karena waktu itu,
gue nggak ada. Gue nggak bisa nemenin lo lewati itu semua. Maafin gue,” ucap
Rio lemah.
“Nggak, Rio. Lo nggak pernah
ngecewain gue. Waktu itu kejadiannya memang harus gitu. Gue harus ngelewati itu
sendirian. Tapi, gue yakin elo selalu dihati gue bantu gue untuk tetap kuat
dalam menghadapi kenyataaan kalau –….” Ucapan Ify tak bisa melanjutkan
kata-katanya. Ia tidak sanggup mengucapkan, kalau dia sudah menjadi anak yatim
piatu. Ya, Ify membenci rumah sakit karena kedua orang tuanya meninggal di
rumah sakit ini. Kecelakaan maut di tol Cililitan. Setiap mengingat itu semua,
Ify jadi teringat jenazah kedua orang tuanya yang hampir tidak berbentuk. Dia
histeris, begitu juga dengan Mbak Zahra, kakaknya. Kedua gadis manis itu
menangis sambil berpelukan. Hingga pada akhirnya kedua orang tuanya dimakamkan,
tapi kedua kakak beradik itu masih menangis. Tidak pernah menyangka akan
ditinggal secepat ini.
Waktu itu mbak Zahra menangis
hebat, untung saja Mas Dayat, tunangannya Mbak Zahra datang dan mencoba
menenangkan kakaknya itu. Saat itu Ify sendiri, ia bingung. Dia masih sock saat
mendapati orang tuanya telah tiada. Ify menangis, ia menangis. Tapi dia tidak
ada teman yang menemaninya. Ia memeluk foto Rio dalam dekapannya. Terus
menangis sambil memanggil nama sahabatnya itu. Selalu. Ify juga nekat, ia
berlari ke rumah Rio dan menunggu Rio di teras, walaupun Ify sadar kalau Rio
memang tidak akan pernah datang. Ia terus menyebut nama Rio, satu-satunya orang
yang mampu membuatnya tenang selama ini. Sahabatnya. Suka duka dilalui bersama-sama.
Rio.
“Nggak usah diucapin, Fy. Gue
nggak bakal ninggalin elo,” ucap Rio dan memeluk sahabatnya itu. Ify
sesenggukan. Ia menangis. Bayangan mengenaskan itu terputar dalam benaknya.
“Sekarang kita udah sama-sama lagi. Maafin gue pernah ngecewain elo,” ujar Rio
dan menghapus air mata Ify dengan jempolnya.
Ify menggeleng. “Lo nggak pernah
ngecewain gue, tapi hampir pernah. Saat lo kembali tapi menganggap gue kayak
orang lain aja,” ujar Ify lemah.
Rio menunduk. Dia memang bego.
Berbulan-bulan ia menjauhi Ify dan menatap sahabatnya itu dari jauh. Payah.
Benar-benar payah. Bodoh dia tidak menuruti kata-kata Alvin. Dan Alvin ternyata
benar dan dia salah. Alvin sahabatnya itu memberikan solusi yang terbaik. Rio
dapat pelajaran dari ini, harusnya dia percaya pada sahabatnya, karena sahabat
yang benar-benar sahabat akan memberikan yang terbaik. Tidak akan
menjerumuskan. Karena sahabat yang sebenarnya telah menganggap kita sebagai
dirinya sendiri.
“Gue minta maaf. Gue takut kalo
gue udah ngecewain lo. Gue nggak berani, ngadepin kalo nanti lo jadi benci
banget sama lo karena udah ngingkarin janji itu. Janji waktu tahun baru
kemarin,” ucap Rio.
“Bodoh!! Mana mungkin gue marah
sama elo karena itu,” sewot Ify.
“Iya-iya. Gue bodoh. Jadi yang
penting, kita udah sama-sama lagi,” ucap Rio dan mengulurkan tangannya.
“Sahabat,” ucap Ify dan menyambut
uluran tangan Rio.
“Sahabat doang, Fy? Gue mau
lebih,” rajuk Rio.
“Ya udah, sahabat sama teman.
Lebih kan?”
“Bukan itu. Tingkatan di atas
sahabat. Masa nggak tahu sih.”
“Oke. Sahabat plus-plus.”
“Dasar IFYYYY!!!!” seru Rio
geregetan.
Ify cengengesan. Ia tahu maksud
Rio dan harusnya Rio itu nggak perlu tanya-tanya lagi. Memang siapa yang Ify
datangin waktu dia sedih sama senang? Yang berhasil membuat Ify tertawa siapa?
Yang membuat Ify terus berkhayal sebelum tidur siapa? Dan yang paling penting,
siapa yang membuat Ify tahan nge-jomblo hampir seluruh hidupnya? Jawabannya
hanya satu, Rio!! Tapi kenapa cowok itu nggak peka juga???!!!
“Harusnya lo nggak perlu nanya
lagi, jelek!!” balas Ify. “Muka gue?” gumam Ify histeris. Ia baru ingat. Apa
kabar dengan wajahnya? “Gue nggak jadi pesek kayak lo kan, Yo?” tanya Ify panic
dan mencari-cari cermin.
Rio mendengus kesal. “Nih lihat
muka lo,” ucap Rio jutek. Iya-lah Rio jutek, dibilangin pesek. Padahal Ify udah
janji di tahun 2011 kemarin nggak ada kata pesek di kamusnya.
“Alhamdulilah. Masih mancung.
Nggak pesek kayak lo,” ucap Ify penuh syukur dan melirik Rio saat mengatakan
kata pesek. Rio pura-pura nggak lihat. Ify mengerti, Rio kesal dengannya.
“Pesek-pesek lo tetap sahabat gue. Tetap orang yang paling gue sayang,” tambah
Ify dan segera menutup wajahnya dengan bantal. Takut Rio melihat wajahnya yang
memerah.
“Bilang lagi dong, Fy,” pinta
Rio.
“Oghhggaahhhh,” tolak Ify dari
bantalnya.
“Ayo dong, Fy,” pinta Rio melas.
Ify diam saja dan tidak perduli dengan Rio yang terus merayunya agar
mengucapkan kata itu sekali lagi.
Ify sadar sekarang. Kalau sahabat
itu akan selalu ada kalau dia memang sahabat sejati kita. Bila persahabatan
antara seorang laki-laki dan perempuan, ternyata bisa menjadikan cinta.
Walaupun salah satunya kadang telat menyadarinya. Itu tidak bisa dipungkiri,
karena kebersamaan yang terjadi. Sahabat memang bisa jadi cinta. Seperti dia,
yang diam-diam menganggap Rio bukan hanya sekedar sahabatnya, tapi memang orang
yang sangat berarti untuknya. Ya, Rio untuk Ify dan Ify untuknya.
*****************
Malam ini malam yang sangat
ditunggu-tunggu oleh seluruh penduduk di dunia. Tepat, 31 Desember 2012
pergantian tahun akan dimulai. 2012 berakhir. Semua menunggu pergantian tahun,
momen yang terjadi setahun sekali setiap tahunnya. Malam sudah menunjukan
pekatnya dan bintang menjalankan tugasnya. Berkelap-kelip menghiasi langit.
Namun, tugas bintang kalah karena sendari tadi sejak pukul sebelas malam hingga
setengah jam ke depan, langit seperti meledak. Berjuta-juta kembang api meledak
di langit. Seperti memecah bumi.
Rio sendiri menunggu pergantian
malam ini. Ia duduk di taman kompleks, tepat di tempat ia dan Ify biasa duduk menunggu
pergantian tahun. Dinginnya malam ia lawan dengan mengenakan jaket hitamnya
yang cukup tebal. Lumayan. Sebenarnya, sebelum ke sini tadi ia ingin mengajak
sohibnya itu ke sini, tapi ia ragu. Apa Ify masih ingat dengan janjinya? Karena
moment hari ini adalah hadiah tahun baru 2012 untuk Ify. Apa Ify masih menagih
janji itu? Ia tidak tahu dan memilih untuk pergi ke taman ini sendirian.
Menikmati langit yang penuh dengan kembang api. Berbeda dengan tahun lalu yang
sepi senyap. Mungkin penduduk kompleks ini mulai modern. Mulai mengerti
fungsinya kembang api di tahun baru, makanya banyak penjual kembang api. Dia
sendiri membeli beberapa.
Rio melirik jam tangannya. Masih sepuluh
menit lagi tahun baru. Sepertinya Ify lupa. Rio menghela nafas lelah. Kalau seperti
ini, lebih baik ia menarik Ify secara paksa dan membawanya ke sini. Huh!!
“Bego!! Tahun baru sendiri deh,”
rutuk Rio dan menengadahkan kepalanya ke langit. Menikmati malam tahun baru,
sendiri. Biasanya dari tahun ke tahun pasti selalu bersama sahabatnya yang
super bawel itu.
“Nggak sendiri kok. Gue di sini
nemenin elo,” ucap Ify yang entah kapan datangnya. Mata Rio menoleh ke Ify yang
berada di sebelah kanannya. Gadis itu tersenyum manis dan memakai jaket biru
doraemonnya.
“Lo dateng? Lo masih ingat?”
tanya Rio tak percaya.
Ify mengambil posisi duduk di
sebelah Rio. “Masa gue lupa sama hadiah elo. Gue seneng tahu. Gue kira tahun
baru ini gue sendirian. Lo tahu-kan Mbak Zahra pasti sama Mas Dayat,” ucap Ify
dan ujung-ujungnya mengeluh.
Rio mengangguk paham. “Jadi kalo
Mbak Zahra nggak sama Mas Dayat, lo lupa sama gue?” selidik Rio.
“Ya nggak dong, Rio. Lo gimana
sih?” ucap Ify sewot. Rio tersenyum mendengarnya. “Oh iya, berhubung Mbak Zahra
sibuk melototin langit sama Mas Dayat, gue ngebat jagung bakarnya sama
sate-nya, hehehe,” ucap Ify cengengesan dan menunjukan kotak makanan yang ia
bawa secara diam-diam. “Jadi kita nggak kelaperan lagi di tahun baru ini,”
tambah Ify dan membuka kotak makannya.
“Asyik dong, gue juga beli
kembang api, nih,” timpal Rio dan menunjukan dua kembang api.
Mata Ify berkilat-kilat senang.
Ini tahun baru impiannya. Bersama Rio dengan kembang api yang menyempurnakan
malam tahun barunya. “Huaaa….gue sayang sama lo. Tahu aja apa yang gue suka,”
ucap Ify histeris.
Rio tersenyum senang. Ify bilang
sayang sama dia??!! Ini yang kedua kalinya. Asyik!!! Malam tahun baru dapat
kata sayang dari Ify. Huhu….asyik, Bro….. “Jadi?”
“Mulai hidupin kembang apinya,
Yo. Tinggal satu menit lagi tanggal 1 Januari 2013,” jawab Ify dan mengambil
satu kembang api dan memaksa Rio segera menghidupkannya.
“Enam….”
“Lima….”
“Empat….”
“Tiga…..”
“Dua….”
Duuaarrr…..kembang api keduanya
meluncur ke angkasa luas dan mulai bercahaya. Tidak membutuhkan hitungan satu
lagi.
“Selamat tahun baru, Ify!!!” ucap
Rio dan menatap Ify dalam. Tangan kanannya masih memegang kembang api yang
terus meluncur ke angkasa.
“Happy new year, Rio!!! Ini tahun
baru yang sangat mengesankan,” ucap Ify pula dan tersenyum manis ke Rio.
DUAAARRR…… kembang api terakhir Ify meledak begitu kuat dan membuat gadis itu
terlonjak kaget dan langsung melompat ke Rio. Dia memeluk lengan Rio. Kaget.
“Gila!! Tobat dah tobat. Kembang api lo kejam, Yo,” gerutu Ify dalam
pelukannya.
“Biarin ah. Yang penting 1
Januari 2013, Ify memeluk Rio. Asyik, tahun baru di peluk Ify,” goda Rio dan
membuang bekas kembang apinya.
“Yeeee….. mana hadiah tahun baru
gue?” pinta Ify dan melepaskan pelukannya di lengan Rio.
Rio mencibir. Masih aja minta
hadiah. “Dari lo dan gue masih kecil, gue mulu yang lo pintain hadiah. Sekarang
gantian, gue yang minta hadiah. Sekali-sekali kek. Masa gue mulu,” ucap Rio.
Ify berpikir sejenak. Nggak apa
kali dia sekali-kali ngasih Rio hadiah kan selama ini dia terus yang dikasih
hadiah. “Ya udah, lo mau apa?”
“Lo mau ngasih apa?”
“Apa aja yang lo mau deh.”
“Bener?”
“Iya.”
Rio mengangguk. “Kalo gitu gue
mau lo cium gue di sini dan bilang selamat tahun baru Rio sayang,” pinta Rio
dan menunjuk pipi kanannya.
Muka Ify merah. Ogah bana dah.
Walaupun ia sangat dekat dengan Rio, tidak pernah mereka bahas tentang
kiss…kiss…nggak….
“Yang lain deh,” tawar Ify melas.
“Oke. Pipi kiri deh.”
Mata Ify melotot. “Itu sama aja,
bego!”
Rio mengangguk sok paham gitu.
“Kalau gitu di sini aja,” ucap Rio menunjuk bibirnya.
Ify menjerit tertahan. Itu mah
lebih parah lagi. Masa Ify main nyosor aja. Nggak….Nggak…..Nggakk….pokoknya
nggak.
“Ogah!!!”
“Gue merajuk.”
“Iya deh yang pertama. Lo merem,”
ucap Ify.
Bak anak balita di beri permen
lollipop, Rio langsung merem. Ify tersenyum licik, diambilnya jagung bakar dan
menempelkannya pada bibir Rio. Lalu, “Selamat tahun baru ya, Rio sayang,” bisik
Ify di telinga Rio. “Gimana rasanya?”
“Manis,” jawab Rio seperti
terhipnotis.
“Buka matanya dong,” ucap Ify.
Rio membuka matanya dan menemukan
sebuah jagung menempel di bibirnya. “IFY!!!!! LO NGERJAIN GUE YA!!!!” seru Rio.
Ify nyengir kuda. “Tapi kan
manis, Yo,” bela Ify.
“Jelas manis, itu jagung memang
manis!” balas Rio. “Tadi lo bilang di pipi-kan? Mana?” tagih Rio.
“Bodoh!!! Kita itu masih kecil,
main cium-cium aja. Tuh lo minta cium sama si Titin, pasti langsung deh lo di
kasih. Eklusif. Live. Langsung di tempatnya,” ujar Ify dan menjauhi Rio.
Soalnya Rio mulai mendekatinya.
“Lo pikir acara tivi, pake live
segala. Pokoknya, nggak mau gimana. Lo gue tangkep, lo harus kasih gue hadiah
tahun baru,” ujar Rio ngotot.
“Coba aja!!” balas Ify dan segera
melesat pergi. Ia berlari meniggalkan Rio yang tertinggal lumayan jauh. Empat
meter. Nggak percuma, waktu dulu ia sering kejar-kejaran dengan Rio. Lari-nya
jadi cepat.
Tahun baru ini memang penuh
kejutan. Rio yang sudah kembali dan mereka bersama-sama lagi. Ify berharap
semoga hari-hari di tahun 2013-nya selalu ada Rio di sisinya. Ada Rio dalam
hidupnya. Semoga saja mereka selalu bersama. Semoga….semoga….
***********************END*******************
0 comments:
Posting Komentar