A Promise




Udah lama nggak posting yak? Makasih buat yang udah ngunjungin blog aneh ini. Makasih jg buat  yg udah do'a-in gue *pede amat*. Karena berkat do'a itu jg, gue masih ditempat yg sama untk ketiga kalinya. Walaupun udah nggak paralel lagi. Makasih banget, lho.
Sipp. Silakan baca cerpen ini bila kamu tertarik :D

                     A Promise


"Huaaaaaa Rio..... Udah 2012 tahu. Happy new year ya!!" ucap Ify riang. Gadis manis berdagu tirus ini begitu senang menyambut pergantian tahun. Matanya berbinar-binar menatap langit malam yang hanya dihiasi kelap-kelip bintang-bintang. Tidak ada kembang api yang menghiasi langit malam. Tidak ada bunyi terompet yang terdengar. Semua tampak biasa-biasa saja, tetapi mengapa gadis ini menyambutnya dengan luar biasa??
Rio -pemuda hitam manis- yang duduk di sebelah gadis berdagu tirus tadi menatap gadis itu dengan sorot mata heran. Wajar saja kalau dia heran. Apa sih yang luar biasa di malam ini? Padahal dia sedikit kecewa. Rencananya ia tadi mau mengajak sahabatnya itu pergi untuk menyambut tahun baru di Pantai Ancol. Tetapi tidak jadi, karena mobil Rio dipakai Papanya. Sementara motornya, Rio tak berani mengendarainya malam ini. Karena dia tahu bahaya apa yang menanti dia dan sahabatnya ini bila pergi malam-malam dengan mengendarai motor. Dia takut Ify terluka. Takut kalau terjadi apa-apa dengan Ify karena baginya Ify adalah permata berlian. Dalam hidupnya, Ify adalah satu-satunya seseorang yang tak ingin disakiti maupun tersakiti, baik oleh orang lain. Tetapi, terutama olehnya. Rio tidak tahu bagaimana rasa kecewanya terhadap dirinya sendiri bila ia sampai menyakiti Ify.
"Ih...Rio. Gue kan ngucapin selamat tahun baru sama lo. Kenapa elo diam aja sih, Iiiyooo?" tanya Ify sebel. Wajahnya cemberut. Kedua pipinya mengembung.
Rio benar-benar tidak bisa menahan ketawanya saat ia melihat wajah cemberut Ify. Itu sungguh menggemaskan.
Kedua pipi mengembung dan bibirnya sedikit manyun. Kedua bola matanya memancarkan sorotan 'lo nyebelin' yang membuat kedua bibirmu melengkung membentuk senyuman. Yah karena sorot matanya itu mendukung kesan menggemaskan yang terlihat di wajah manisnya. Tak kuasa menahan tawa, maka meledaklah suara tawa Rio.
"Nah kan. Kok ketawa sih? Gue kan lagi sebel sama lo. Apa lo nggak lihat wajah marah gue ini? Ini udah marah tingkat dewa tau," sungut Ify kesal. Kenapa orang-orang termasuk sahabatnya ini, nggak ada yang pernah menyadari kalau dia sedang marah? Ify selalu heran akan hal tersebut.
Rio cengo dan melongo dalam waktu bersamaan. Dia dengar tadi apa?? Marah tingkat dewa?? Ify-Ify. Marah tingkat dewa apanya. Dia marah saja begitu menggemaskan. Tidak terlihat sama sekali aura merah di sekitarnya. Nggak bisa marah, sok-sok mau marah.
"Lo bilang lagi marah, Fy? Nggak salah. Bukannya lagi ngelawak?" tanya Rio setelah tawanya menghilang.
Ify makin cemberut. Tapi tunggu...sekarang gadis tirus itu bukan hanya cemberut tapi sudah menenggelamkan kepalanya pada lipatan kakinya. Kalau sudah seperti ini, Rio tahu Ify sudah sangat kesal. Bila Ify tak memandang wajahnya, berarti Ify sudah naik darah. Ya pasti dan Rio juga sadar, ia harus meminta maaf sekarang juga. Kalau tidak, maka ia akan didiamkan Ify sampai mood gadis itu kembali lagi jadi baik.
"Ify....." panggil Rio dan mengangkat kepala Ify yang tertunduk tadi.
"Gue minta maaf. Tadi gue cuma canda doang kok," ucap Rio serius.
Wajah Ify langsung terangkat dan kini kedua matanya menatap sahabatnya itu. "Happy new year, ya!" tambah Rio lagi.
Maka sumringahlah wajah Ify yang langsung disambut senyum manis Rio.
"Senang banget tahun baru kali ini," ucap Ify tulus.
Alis Rio terangkat sebelah. Ify bilang senang? Malam tahun baru ini menyenangkan? Dia tidak salah dengar (lagi).
"Kenapa lo bilang senang?" tanya Rio dan tersadar akan sesuatu. "Lo bukan nyindir gue karena rencana gagalkan?" tambah Rio cepat.
Ify tersenyum malas dan memajukan bibirnya beberapa centi. Ia manyun. "Jelas nggaklah cuma gara-gara rencana itu gagal gue nyindir elo. Gue benar-benar senang tahu," jawab Ify.
"Terus?"
"Gue senang karena sampai tahun 2012 kita masih sama-sama. Kita masih bersahabat. Kita masih tetanggaan. Yang terpenting, lo masih duduk di samping gue untuk menyambut tahun 2012. Gue seneng banget tahu," jawab Ify.
"Hanya karena itu lo udah seneng? Beneran, Fy?"
Ify mengangguk. "Gue seneng banget. Belum tentu tahun depan kita akan sama-sama gini. Kita nggak tahu jalan hidup kita-kan? Gue sama lo juga nggak tahu apa masih bisa menjalani 2012 bersama-sama. Nggak ada yang tahu."
Rio berhasil dibuat Ify takjub. Rio harusnya sudah menyadari kalau Ify nggak segampang itu untuk mudah kecewa karena hal yang tidak terlalu penting. Ify itu sederhana, sesederhana akan hal-hal yang membuat dirinya senang. Rio harusnya tahu itu. Ify adalah seseorang yang bila ditawarkan berlian atau emas, maka ia akan hanya memilih emas. Sehingga ia tampak seperti berlian.
“Iya juga ya, Fy. Tapi gue senang deh kalo lo nggak kecewa karena rencana itu gagal,” ucap Rio. Ify mengangguk paham.
“Jadi, apa hadiah tahun baru 2012 untuk gue?” pinta Ify menagih janji. Seperti kebiasaan tahun-tahun lalu, pasti Rio akan memberikannya hadiah. Tahun 2011 saja Rio menghadiahkan Ify sebuah buku diary yang super cute. So cute. Buku diary dengan gambar stitch berwarna biru dan sebuah pena berhiaskan stitch pula. Yang membuat hadiah itu tampak istimewa karena di dalamnya ada tulisan yang khusus Rio tulis untuknya. Waktu Ify tanyakan, Rio bilang tulisan yang ia tulis itu adalah hadiah yang sesungguhnya dan buku diary itu tempat Ify menuliskan semua apa yang telah mereka lakukan bersama-sama. Karena tulisan tersebut berupa janji ataupun bisa dibilang jadwal kegiatan mereka bersama-sama. Sewaktu mendengar hal tersebut, Ify menjerit senang. Karena pada intinya tulisan itu mengatakan kalau mereka berdua akan selalu bersama. Salah satu janji Rio yaitu merayakan tahun baru bersama-sama. Dan itu sudah terjadi tepat sekarang.
“Hadiah? Yah, sebenernya hadiah gue untuk lo tahun ini rencana itu tadi. Berhubung gagal, gue kasihnya besok-besok aja ya. Lagi bokek nih,” jawab Rio dan menggaruk rambutnya yang tidak gatal sama sekali itu.
Ify seperti sedikit cemberut. “Tenang aja kok, Fy. Nanti gue bakal beliin apa aja deh buat elo,” tambah Rio cepat. Sebelum Ify benar-benar berdrama berlebihan. Berdrama dengan tema ‘Rio adalah seseorang yang paling mengecewakan di dunia ini’ plus air mata berlinang yang mengalahkan derasnya aliran sungai Kapuas.
Sahabatnya itu masih diam saja dan menatap dirinya datar. Rio memperhatikan sudut mata Ify mulai menitik. Berarti drama tangisan Bombay itu akan segera dimulai. “Gue janji, Ify sayang. Besok gue beliin. Lo mau apa? Gue beliin besok. Bila perlu kita beli penjualnya juga,” ucap Rio. Penjualnya?? Lo emang baik deh, Yo. Tapi nggak usah deh!!! Kalo penjualnya giginya boneng?? Tampangnya sangar?? Lebay?? Kriminal?? Pereman pasar?? Yaikksssss……OGAH!!!!
Ify tertawa terbahak-bahak. Membuat Rio melongo dan kemudian tersadar kalau dia sudah dikerjain Ify. “Aduh…..Rio….Rio…..masih aja lo ketipu sama gue,” ucap Ify disela-sela tawanya. Ify masih cekikikan karena tidak sanggup menahan rasa gelinya melihat tampang Rio yang penuh rasa bersalah itu. “Ngomong-ngomong tampang lo oke banget tadi, Yo. Melas-melas gimana gitu. Takut banget ya kalo gue kecewa?” ledek Ify dan menujulurkan lidahnya. Melet.
“Siapa juga yang nggak cemas kalo lo kecewa ujung-ujungnya nangis Bombay. Gue masih ingat tahu. Dulu ada gadis kecil yang nangis histeris karena nggak ditemenin beli permen yupi di warungnya Bu Uci. Padahal anak laki-laki yang dimintai tolong itu benar-benar nggak bisa karena sedang sakit perut,” ucap Rio membela diri dan mengancungkan kedua jari telunjuknya yang berarti satu sama.
Ify melengos. Rio menyidirnya. “Ya, ya. Gue akuin itu,” ujar Ify. “Masalah hadiah tahun baru kali ini gue nggak minta apa-apa, Yo. Gue udah seneng banget dari awal januari tahun lalu sampai januari tahun ini, lo masih ada untuk gue. Duduk sama gue di sini, menunggu pergantian tahun. Ini udah hadiah banget untuk gue tau. Jadi lo nggak usah ngasih apa-apa lagi,” lanjut Ify dan melemparkan senyum manisnya pada Rio.
“Untunglah, nggak ada acara nangis Bombay lagi. Lo memang semakin jadi lebih baik,” tanggap Rio dan mengacak-acak rambut Ify.
“Ya dong. Kita itu harus berubah menjadi semakin baik, bukan semakin buruk. Dan gue harus seperti itu,” balas Ify. Lalu Ify mengubah posisi duduknya dan menghadap Rio. “Jadi, kita masih sahabatkan, Yo? Apa lo udah bosan sahabatan sama gue?” tanya Ify hati-hati.
“Berapa lama kita udah sahabatan, Fy?” tanya Rio dengan senyumannya.
Ify seolah berpikir. Telunjuknya sibuk menyentuh jari kelingkingnya. Kemudian pindah ke jari manisnya selanjutnya jari tengahnya dan lanjut lagi ke jari telunjuknya dan kemudian menunjuk ibu jarinya. Dan terakhir kembali lagi pada jari kelingkingnya. Ternyata Ify lagi asyik menghitung. “Enam tahun, Yo,” jawab Ify seperti anak SD yang sedang ditanyain soal matematika ‘empat tambah dua hasilnya berapa?’
“Nah itu lo udah tahu. Gue nggak pernah ngeluhkan selama itu?? Pernah nggak gue bilang kalo gue nyesel sahabatan sama lo??” Ify mengangguk-angguk yakin. Emang nggak ada kok. “Nah, jadi jangan lo tanya lagi kalau gue bosan sahabatan sama lo. Karena gue sama lo akan selalu sama-sama. Ify dan Rio. Alyssa dan Mario. Saufika dan Stevano. Umari dan Aditya,” ucap Rio dan mencubit kedua pipi menggemaskan Ify.
Ify cemberut dan mengelus kedua pipinya yang dicubit Rio setelah tangan Rio berhasil ia singkirkan di pipi mulusnya. “Sakit, dodol!! Lo kira pipi gue bakpau,” gerutu Ify dan sialnya Rio hanya menanggapinya dengan cengiran khas ala Rio. Yang membuat otak benar-benar mendidih sangking emosinya karena hal itu. Siapa sih yang nggak kesal kalau diberi cengiran Rio yang terlihat seperti cengiran ‘anak kucing yang ketahuan maling ikan tapi nggak mau ngaku’. Bukannya minta maaf tapi malah sok merasa nggak melakukan suatu kesalahanpun dan tampang melasnya yang membuat ketipu. Berhubung Ify biasa menghadapi kucing, eh salah Rio maksudnya jadi Ify sudah hapal bertul tabiat sahabatnya itu. Maka karena itu otak Ify mendidih, sangking geregetannya.
“Tapi ada yang kurang tadi, Yo. Nama lo-kan ada Halingnya kenapa nggak lo bilang, Haling dan…..” ucapan Ify terhenti. Jelaslah emang nama Ify sampai empat kata. Cuma tiga kali….
“Sama siapa hayo?” tantang Rio.
“Hehehe….nama gue Cuma tiga kata ya, Yo?” cengir Ify.
Rio mendengus sedikit kesal lantaran tulalitnya Ify kambuh. “Lagian Haling itu nama marga gue. Nggak usah disatuin sama nama lo. Nanti semua yang bermarga Haling pada mau dekat sama lo. Nggak boleh. Cuma berlaku untuk Mario Stevano Aditya. Kagak yang lain,” ujar Rio.
Ify mengangguk paham. Dia juga sayang Rio. Ia hanya mau Rio yang menjaganya. Perduli dengannya dan segala-galanya. Karena Rio adalah sahabatnya yang paling berharga. Susah, senang, sedih, kesal, sebel, gondok selalu mereka lewati bersama. Tidak pernah dengan orang lain.
Angin malam semakin berhembus. Rio melirik jam yang melekat dipergelangan tangannya. “Udah jam setengah satu malam, Fy. Pulang yuk?” ajak Rio.
Ify mengangguk. “Ayo,” setuju Ify.
Kemudian kedua sahabat itu meninggalkan tempat ritual tahun baru mereka. Taman kompleks. Sebelum benar-benar berpisah, Rio menarik tangan Ify agar berdiri di depannya. Ia ingin mengucapkan sesuatu. “Tahun baru nanti, gue janji. Gue akan sama-sama dengan lo lagi. Di taman itu. Gue janji,” ucap Rio. “Ini kado tahun baru gue untuk elo, Ify,” tambah Rio.
“Huaaa…makasih Rio. Gue juga janji, nanti gue akan selalu sama elo. Kita akan selalu bersama,” balas Ify.
“Nah, gitu. Sekarang cepat lo masuk  rumah lo. Gue mau lihat kalo lo benar-benar pulang dan tidur. Bukannya loncat-loncat kegirangan karena bakal menjalani 2012 sama gue,” ledek Rio.
“Nyebelin banget lo!!! Tapi bagaimanapun elo yang terbaik. Lo sahabat gue yang terbaik,” ucap Ify. “Dadah Rio. Met malem ya,” pamit Ify dan berjalan menuju rumahnya. Saat pintu rumah itu sudah tertutup. Rio masuk ke dalam rumahnya.
**************
"Lo tetap diam gini aja, Yo?" tanya Alvin sambil menyeruput es tehnya tanpa memandang wajah sahabatnya yang duduk tepat di sebelahnya.
Rio yang ditanyai tidak menjawab sama sekali. Menghela nafas pun tidak. Bahkan bersusah-susah untuk mengeluarkan bunyi dehaman 'hn'.
"Gimana sih, lo. Maju, Bro. Maju. Dua hari lagi udah mau 2013. Lo masih aja diam di tempat. Apa sih yang lo tunggu?" tanya Alvin sedikit kesal. Siapa juga yang tidak prihatin -kata yang pantas mungkin- terhadap sahabat sendiri kalau sahabatnya tidak maju-maju. Pahit manis bersama dilalui dengan sahabat dong.
"Gue belum siap, Vin," jawab Rio akhirnya.
Alvin mendengus kesal. "Apa lagi yang lo tunggu. Udah setahun lo sama dia pisah gini. Diam-diaman. Dia sahabat lo, Rio. Kalian itu sahabat," ujar Alvin gusar.
"Gue udah ngecewain dia. Terlalu ngecewain."
Alvin menggeleng frustasi. Rio ini benar-benar deh. Saat Rio terpaksa pindah dengan keluarganya ke Manado, Rio sudah meminta Alvin agar menjaga Ify untuknya. Alvin menyanggupinya sampai pada akhirnya Alvin tak mampu menjaga Ify karena pada waktu itu hanya Rio yang mampu. Karena itu memang perannya Rio. Tetapi, saat Rio sudah kembali. Rio menjalankan tugasnya lagi. Ia menjaga Ify. Ia melindungi gadis itu. Namun dalam diam, tak ada satupun kata yang keluar dari bibirnya. Bahkan ia sering menolong Ify -mungkin- tanpa sepengetahuan Ify sendiri.
“Waktu itu elo nggak ada, Rio. Lo memang nggak ada di sana waktu Ify sangat membutuhkan elo. Ini bukan salah elo. Hanya saja Ify memang dicoba kekuatannya. Apa dia bisa melewati suatu masalah tanpa elo. Itu juga bisa membuktikan, artinya elo di mata dia, Yo. Sisi positifnya, Rio adalah seseorang yang paling berharga untuk dia. Lo orang yang dicarinya pertama kali. Cuma elo. Tiap malam dia manggil elo. Hingga apa akhirnya dia berhasil yakini dirinya, kalo elo memang nggak di sisinya waktu itu. Tapi elo selalu ada di dalam hatinya.”
Rio mengusap rambutnya dengan jemarinya. “Itu salah gue, Alvin. Di sana. Gue nggak ada waktu dia butuh gue. Gue nggak ada, Vin. Dia ngelewati itu sendirian. Gue nggak bisa bayangin berapa banyak air mata yang keluar. Berapa banyak, Vin? Dan bodohnya lagi gue nggak bisa nenanginnya. Gue salah Alvin. Gue udah ngecewainnya,” ucap Rio frustasi.
“Terserah elo, Yo. Lo belom tanya ke dia, apa dia kecewa sama lo atau nggak. Gue kira, Ify masih butuh elo. Karena Cuma hanya elo untuknya. Gue juga tahu, elo bukan hanya menganggap Ify sahabat, tapi lebih dan Ify juga sepertinya begitu. Dia nunggu elo, Rio. Cuma elo yang bisa jagainnya. Ngelindunginya,” ujar Alvin dan melemparkan botol teh-nya yang telah kosong ke tempat sampah yang tak begitu jauh dari tempat mereka.
“Gitu ya, Vin? Terus itu siapanya Ify?” tanya Rio sinis sambil menunjuk dua orang yang sedang bercengkrama hangat di pinggir lapangan. Ya tentu saja Ify dengan Gabriel. Ify yang sedang tertawa lepas dengan Gabriel yang berada di sebelahnya. Gabriel yang mendapatkan senyum Ify. Gabriel yang membuat Ify tertawa. Semua Gabriel. Tidak ada lagi Rio. Tidak ada nama Rio. Dan sepertinya Rio salah kalau dia kembali ke sekolah ini.
Alvin berdecak kesal. Sulit baginya untuk menyakinkan sahabatnya satu ini. “Gabriel Cuma ada saat Ify lagi senang aja. Kemarin siapa yang nolong Ify waktu ditodong preman di ujung gang sekolah? Siapa yang menyelamatkan Ify dari tragedy kecelakaan?? Bulan lalu, siapa yang nyelamatin Ify dari jurang waktu camping?? Terus, siapa yang membopong Ify saat dia pingsan?? Siapa yang menyelamatkan Ify dari amukan mantannya Gabriel?? Siapa, Yo?? Lo udah tahu jawabannya,” ujar Alvin membuka kilasan flash back lama.
Rio tidak mampu menjawab pertanyaan Alvin. Memang benar. Jawabannya hanya satu. Dirinya. Rio. Semua pertanyaan yang diucapkan Alvin memang hanya memiliki satu jawaban, yaitu dirinya. Tak bisa Rio pungkiri hal tersebut. Karena dia-lah yang menolong Ify setelah ia bersekolah kembali di Global Nusantara International Senior High School ini. Rio ibarat belahan jiwa Ify karena setiap sesuatu yang berhubungan dengan Ify apa itu musibah atau sekedar rasa sakit, Rio langsung menyadarinya. Ify yang hampir terluka, pasti Rio segera menolongnya. Ntah ini permainan takdir atau bukan, Rio selalu berada di dekat Ify. Bahkan saat Ify pingsan ketika upacara, Rio merasakan sesuatu yang tidak beres dengan dirinya dan ternyata benar. Ify pingsan karena sakit demam. Ify yang keras kepala ngotot untuk tetap upacara dan karena itu-lah dia jatuh pingsan.
“Harusnya lo perjuangin apa yang seharusnya milik lo Rio. Lo sama Ify itu ibarat satu paket komplit. Bila kalian pisah, di antara lo berdua pasti ada yang kurang. Perhatikan baik-baik senyum Ify, Yo. Perhatikan,” ucap Alvin dengan nada yang terdengar seperti memberi perintah.
**************
“Nggak lucu, Iel. Udah ah, males,” ucap Ify sedikit merajuk dan menampakan wajah kesalnya dengan jelas di depan Gabriel.
Bukannya merasa bersalah Gabriel malah membuat kelucuan yang nyarisnya sangat tidak lucu. Garing abis!!!! Ify hanya tertawa kecil menanggapinya. Tidak tertawa tidak enak rasanya, kurang sopan gitu. Tapi, mau tertawa itu bukanlah hal yang lucu. Semua tampak biasa saja. Yang ada Ify yakin kalau dirinya tampak aneh saat tertawa  kali ini.
“Tuh kan, lo aja ketawa. Memang lucu-kan?” tanya Gabriel dengan pede-nya. Kalau jadi Gabriel mah, enakan kabur. Malu….malu!!!
“Ya….ya serah elo deh, Yel. Gue balik ke kelas dulu yak,” jawab Ify malas-malasan dan segera pergi dari pinggir lapangan. Gabriel yang tidak mau ditinggal oleh Ify malah menarik pergelangan tangan Ify agar tidak ke mana-mana.
“Apaan sih, Yel?”
“Jangan tinggalin Abang Iyel dong, Neng Ify,” ucap Gabriel dengan suara manjanya dan kontan membuat Ify tertawa.  “Istirahat masih lama, Fy, lo di sini aja. Bentar lagi gue main basket nih sama anak-anak,” tambah Gabriel.
Ify langsung mengangguk setuju. Basket? Pikirnya. Satu-satunya jalan yang tepat untuk memperhatikan dia. Mencari tahu apa penyebab dia sedikit berubah. Yah lewat jalan ini-lah, agar Ify dapat dengan segera mengetahuinya.
“Nah gitu dong, Fy. Kan ntar gue masukin point yang paling banyak untuk lo deh. Jadi lo duduk di sini dan nonton gue baik-baik,” ucap Gabriel.
Ify mengangguk doang. Ya….ya…..serah lo deh, Yel, batin Ify. Mau lo nyiptain point kek nyiptain apa aja kek, terserah elo. Gue nggak perduli. Kalo lo nyiptain pesawat baru gue perduli soalnya kalo orang nanya ntar kan gue bisa jawab ‘yang nyiptain itu pesawat temen sekolah gue dulu yang pernah naksir sama gue’, lanjut batin Ify. Ia tersenyum-senyum sendiri membayangkan hal tersebut. Bukannya Ify tak tahu kalau Gabriel menyukai dirinya. Ify tahu itu kok. Sangat tahu malah.
Nonton basket sendirian dengan dikerumunin orang-orang yang nggak ia kenal mana enak. Dengan segera Ify mengambil handphone-nya yang tersimpan dalam saku kemejanya dan langsung mengetik SMS. Tentu saja kepada Via, sahabat ceweknya sejak masuk SMA.
Tak lama kemudian, Ify mendengar suara Via yang memanggil dirinya. Gadis berpipi chubby dan bermata agak sipit itu melambaikan tangan. Langsung Ify membalas lambaian tangan Via dan tak butuh waktu lama Via sudah duduk di sebelah Ify.
“Untung aja lo nge-SMS gue kalo anak-anak bakal basketan. Bisa-bisa gue ditonjok Alvin Kodok itu kalo nggak nonton,” cerocos Via setelah duduk di sebelah Ify.
“Memang apa hubungannya, Vi?” tanya Ify bingung. Tentu saja Ify bingung, soalnya Via bilang mereka nggak pacaran. Terus, kenapa Alvin sepertinya memaksa Via untuk menonton mereka.
“Ih….Ify. Nggak friend banget dah,” jawab Via sok kesal. Ify tahu kalau Via pura-pura kesal, Nampak dari kilatan jenaka di matanya. “gue udah jadian sama Alvin kodok itu. Baru kemarin sih,” lanjut Via cenge-ngesan.
Ify mencibir, Ya-lah mana Ify tahu kalau Alvin dan Via pacaran kalau baru kemarin jadiannya. Dasar….nenek-nenek…. Umpatan Ify untuk Via yang kadang-kadang sering mendadak tulalit. “Yeee….itu mah baru. Mana gue tahu,” timpal Ify.
“Sorry deh, Fy. Biasa gue lupa,” balas Via plus dengan cengirannya. Ify mengangguk paham. Lalu kedua memperhatikan lapangan yang mulai diisi oleh anak-anak basket.
****************************
Rio bersama Alvin telah bergabung di antara anak-anak basket tersebut. Keduanya tampak dingin dan diam saja saat Sion memberikan mereka arahan. Ntahlah, Rio dan Alvin juga tidak begitu perduli. Mereka berdua juga tidak begitu terkenal di antara anak basket. Jadi, kalau dipilih alhamdulilah. Nggak dipilih, masih ada kesempatan kok. Lagian ini juga cuma iseng-iseng diistirahat. Tapi mau iseng-iseng atau nggak pasti selalu ramai yang menonton. Soalnya sih ada………..
“GABRIEL……GABRIEL…..GABRIEL!!!!!
“KAK IYEL!!! SEMANGAT YA!!! KAK IYEL!!!!”
Belum lagi yang ini. Norak dan lebay banget.
“WE LOVEEE YOUUU GABRIEEELLLLL!!!!” Yaiks…. Ini udah terlalu berlebihan. Biasa aja kali. Cuma Gabriel. Tapi kalau ada yang bilang seperti itu di depan orang-orang udik tersebut, jangan kaget aja kalau balik-balik udah nggak utuh. Salah sendiri, padahal anak ayam cari makannya di kandang harimau. Jelas dong keot.
Wajar sih mereka pada histeris karena Gabriel. Siapa yang nggak kenal sama Gabriel?  Bintang basket yang baru dinobatkan beberapa bulan lalu. Wajah tampan serta senyum mempesona sebagai nilai plus-nya. Tapi satu, sedikit sombong yang melahirkan sikap yang terlalu percaya diri.
“Oke…..kita mainnya two by two. Waktunya sepuluh menit untuk setiap battle, okey,” ucap Sion. “Yang pertama, Riko dan Lintar lawan Goldi sama Rizky. Yang kedua, Alvin dan Rio, lawan Gabriel dan Cakka, yang ketiga……..dan terkahir gue sama Irsyad lawab Kiky sama Debo,” lanjut Sion. “Langsung aja deh,” tambahnya lagi.
Battle pertama sudah berlalu sejak dua menit yang lalu. Tidak terlalu menggemparkan. Biasa saja. Ternyata tujuan Sion itu baik untuk bermain dua lawan dua. Karena dengan cara tersebut akan terlihat kemampuan yang sesungguhnya. Dan karena itu juga mudah ditemukan letak kekukarangan sehingga mudah untuk diperbaiki. Seperti, Rizky. Dia sedikit salah dalam melakukan shooting. Selebihnya oke-oke saja, hanya kelincahan dan kecepatan yang belum terlalu maksimal.
“Langsung yang kedua,” seru Sion dari pinggir lapangan.
Jadilah Alvin dan Rio masuk ke lapangan. Semua penonton biasa saja. Hanya sedikit yang berteriak. Memang sih, Rio dan Alvin tidak memilki fans yang begitu banyak seperti Gabriel. Ibaratnya, bila fans Gabriel lima belas, maka fans Rio dan Alvin hanya lima. Tiga berbanding satu. Tapi, Rio dan Alvin tidak begitu perduli. Alvin hanya tersenyum saat mendapati Via dengan semangatnya berteriak menyebut namanya.
Rio sebenarnya juga ikut-ikutan Alvin, menoleh ke arah Sivia dan matanya bertemu dengan Ify yang ternyata diam-diam mencuri pandang ke arah dirinya pula. Tak bisa dipungkiri, kedua-nya saling terpaku. Sahabat yang sudah lama tak ‘bersahabat’, tentu saja rindu yang menyergap. Dalam benak masing-masingnya terputar dengan jelas kenangan-kenangan yang dilalui bersama. Namanya sahabat, tentu memiliki kisah tersendiri yang menjadi memori bersama. Memang seperti itulah kodrat sahabat. Namun, mencari dan menjadi sahabat itu tidak-lah mudah. Banyak tipu daya-nya. Terkadang kita menganggap seseorang adalah sahabat, ternyata ia hanya teman. Dan sebaliknya, kita menganggapnya teman dan ternyata dia adalah sahabat buat kita. Karena itulah, banyak terjadi sesuatu dalam persahabatan. Memang sulit mencari orang yang benar-benar bisa klop dengan kita.
"KYA..... GABRIEL.... IEL... IEL!!!"
"SEMANGAT IEL....!!"
Pemuda bernama Gabriel hanya tersenyum menanggapi itu semua. Lalu bola matanya menangkap sosok seorang gadis yang membuatnya mabuk kepayang bahasa lebay-nya jatuh cinta. "Gue bakal masukin point yang banyak untuk elo, Fy!!" seru Gabriel dengan noraknya. Ify tak berkomentar apa-apa, dia hanya tersenyum. Tapi aslinya sumfeh merinding. Cowok keren, ganteng dan macho tiba-tiba jadi norak??!! Huaaaa.... Mama.... Ogah bener!! Tapi Gabriel bertingkah norak gini baru-baru ini saja. Tepatnya sejak mulai menaksir Ify. Makanya, Ify jadi tersangka utama oleh fans-nya Gabriel itu karena membuat pangeran mereka sedikit berubah ke jalan yang salah. Memang Ify pembawa ajaran sesat???!!!
"Point buat Ify? Mimpi kali lo! Gue nggak bakalan ngalah lagi sama lo."
"Kenapa lo, Yo?" bisik Alvin. Rio hanya menunjuk Gabriel dengan matanya. Alvin mengangguk paham. "Jadi?"
"Lo main baik-baik. Gue juga. Gue nggak mau dia ngegantiin gue," ucap Rio.
"Oke deh, Bro. Taktik biasa," balas Alvin setuju sambil menunjuk jam yang melekat di pergelangan tangannya. Rio mengangguk.
PRIIITTT.... Pertandingan di mulai.
***********
Lima menit pertandingan telah berlalu. Point masih di pimpin oleh Gabriel dan Cakka. 21-15. Penonton pun sibuk meneriaki nama Cakka dan Gabriel.
Di tengah lapangan Alvin melihat jam di tangannya. Ia mengangguk-ngangguk. Dicarinya sosok Rio yang juga melihat ke arahnya. Keduanya mengangguk bersamaan.
Kini bola berada di tangan Cakka, Alvin mendekati Cakka dan berusaha merebut bola yang berada di tangan pemuda itu. Dengan cekatan bola berhasil berada di tangan Alvin. Kini ia segera balik badan dan coba mengoperkan bola pada Rio yang kini berdiri tepat di sebelah Gabriel. Rio memberikan isyarat kepada Alvin agar mengoper bola itu sekarang. Dengan cepat Alvin mengoper bola.
Fans setia Gabriel dan beberapa penonton cowok sibuk mengomentari Alvin yang tidak-tidak. Alvin bego-lah karena mengoper bola nggak tepat sekali. Tidak mungkin Rio dapat menangkap bola tersebut.
Bola orange itu masih meluncur, Rio sadar Gabriel mulai mengambil ancang-ancang untuk merebut bola tersebut. Namun, sayang sekali. Ya sayang sekali untuk Gabriel. Karena saat baru merasakan gelagat Gabriel, Rio segera maju dan seperti hampir terbang untuk merebut bola tersebut. Saat kedua tangannya berhasil memenjarakan bola di tangannya. Rio yang tepat berada di garis three point segera melakukan shooting. Whuuuusss....si Bulat Orange langsung menerjang angin dengan kekuatan penuh dan akhirnya masuk ke ring dengan mulus. Tanpa menyentuh bibir sang Ring.
Tepuk tangan menggema. Fans-fans Rio berteriak heboh walaupun tak begitu terdengar.
"Tuh kan, nggak salah kami sukanya sama Rio. Lihatkan dia hebat banget," ucap salah satu fans Rio dengan pamernya.
Permainan masih terus berlanjut. Kalau tadi Cakka dan Gabriel yang tampak menguasai permainan. Tapi kini kebalikannya, Alvin dan Rio yang sangat menguasai lapangan dan pertandingan ini. Rio dan Alvin bergantian mencetak angka. Kalau Rio yang mencetak three point itu karena operan bola yang Alvin berikan. Kalau Alvin yang mencetak angka karena Rio yang mengoper bola. Kerja sama mereka benar-benar dan betul-betul hebat. Tak disangka sama sekali karena selama ini Rio dan Alvin tampak biasa-biasa saja. Taktik yang diperlihatkan mereka berdua benar-benar oke punya. Sampai-sampai Gabriel dan Cakka hanya mampu menambah 3 point angka, hasil three point Gabriel. Sedangkan Rio dan Alvin berhasil melakukan three point enam kali dan shotting biasa empat kali.
PRIIIITTTTT..... Pertandiangan untuk battle yang kedua ini benar-benar seperti serasa nonton pertandingan sesungguhnya dan tentu saja dimenangkan oleh Rio dan Alvin dengan skor 24-41. Benar-benar spektakuler.
Di akhir pertandingan, Rio dan Alvin berjabat tangan dengan Gabriel dan Cakka. Untung saja selama pertandingan aura wajah Rio biasa saja. Sehingga tidak menimbulkan rasa dongkol untuk orang lain. Mereka hanya menganggap kalau Alvin dan Rio lagi mengasah kemampuan mereka dengan bintang basket itu.
"Selamat ya. Keren banget lo berdua. Waktu latihan ajarin gue taktik lo berdua. Keren, Man," ucap Cakka kagum dan menjabat tangan Rio dan Alvin bergantian.
"Okelah itu, Man. Bisa diatur," balas Rio disertai anggukan Alvin.
***************
Di bangku penonton, Ify masih saja melamun walaupun kini sudah battle yang keempat. Berhubung Sion yang bertanding, jadi Gabriel berdiri di pinggir lapangan sebagai wasit. Tadi Ify kembali melihat Rio sebagai sahabatnya dulu. Ify masih ingat dengan jelas tentang impian sobatnya itu. Rio pernah bilang kalau dia ingin jadi pemain basket terkenal dengan jumlah fans yang membeludak dan terus berkembang. Dia benar-benar menginginkan hal itu dan Ify jelas masih ingat. Tadi, Rio sudah hampir menggapai mimpinya walaupun belum menjadi seperti yang diinginkannya. Soalnya Ify berani taruhan kalau Rio bakalan ogah dikelilingi cewek-cewek buta tentang basket itu. Yang hanya sekedar mendadak jadi candu basket gara-gara pemainnya. Ogah deh!! Bisa-bisa disindir 'jadi artis aja lo!' Di basket mah nggak dibutuhkan tampang doang, skill yang diutamakan.
Ify jadi terkikik sendiri membayangkan Rio dengan wajah lusuh dan garang namun tetap cakep yang sibuk menghalau cewek-cewek nggak guna itu.
Asyik terkikik, Ify tak menyadari si Bulat Orange meluncur tepat ke arah wajah manisnya. Ya ampun!! Gadis itu tak mengedipkan matanya saat bola itu terus meluncur. Malah terpaku seperti sedang melihat 'meteor jatuh'. Berabe deh!!
"IFYY AWAASSS!!!"
Plak…. terlambat... Dengan suksesnya serasa memenangkan piala oscar si Bola nggak bertanggung jawab itu langsung menimpuk wajah Ify tepat sasaran. Hidung Ify? Jangan ditanya!! Berdarah!! Mimisan!! Ya dong, jelas sakitnya. Dihajar si Berat itu siapa juga yang nggak sakit.
"AADDAWWW!!" teriak Ify sebelum jatuh pingsan dan ambruk ke lantai.
Rio yang melihat Ify terkapar langsung menghampiri sahabat tersayangnya itu. Raut wajah cemas menghiasi wajah cakep Rio. Dengan cekatan ia menggendong Ify dan membawanya berlari ke UKS tidak perduli Dengan sekitar mereka yang menjadi heboh. Via sendiri melongo melihat kejadian tersebut, hanya Alvin yang menganggap hal itu biasa saja.
Sementara Gabriel, dia langsung hendak berlari menyusul Rio dan Ify ke UKS, namun Alvin langsung mencegatnya.
"Mau apa lo?" tanya Alvin.
"Lihat Ify lah. Dia pasti butuh gue," jawab Gabriel.
Alvin melengos sekilas. "Lebih baik lo mundur. Dia udah balik dan Ify nggak mungkin bisa lepas darinya. Rio itu orang yang Ify tunggu. Pilihan lo satu doang, mundur. Betapapun lo melangkah maju, Ify udah berlari secepatnya untuk mencapai finish. Dan pasti, finish-nya itu adalah Rio dan perlu elo tahu, Rio bakalan menyambut Ify dengan kedua lengannya saat Ify sampai finish. Bahkan, Rio bakal menjemputnya sebelum Ify di finish," ujar Alvin dan meninggalkan Gabriel yang terdiam terpaku. Sebelum benar-benar pergi, Alvin meraih Via dan menggandengnya.
*****************************
Rio membaringkan Ify di ranjang UKS. Dia sungguh khawatir melihat kondisi Ify yang masih saja pingsan. Aliran darah masih keluar dari hidung Ify. Petugas UKS mana???!!! Mana???!! Rio sebodoh amat. Dia mengambil kain bersih yang berada di lemari UKS dan menuangkan air hangat di wadah yang telah tersedia. Jadi, dengan cekatan ia membersihkan darah di hidung Ify hingga darah itu benar-benar bersih.
“Lagi-lagi lo tersakiti. Gue bodoh,” gumam Rio sambil mengompres wajah Ify yang habis terkena bola basket. “Tapi, kali ini gue ada di samping elo nggak kayak dulu. Gue janji, gue selalu ada buat elo. Nggak bakalan pergi lagi,” lanjut Rio dan mengompres Ify dengan sayangnya.
Ify masih saja berbaring dan Rio masih setia menunggunya. Rio hanya mau Ify segera sadar. Ia tidak sanggup untuk melihat Ify menderita. Saking lamanya menunggu Ify sadar Rio terjatuh tidur di sebelah ranjang Ify. Kepalanya terkulai lemas di samping Ify. Ternyata menunggu orang sakit itu, membosankan.
Ify mengerjap-ngerjapkan matanya. Ia mulai sadar dari pingsannya. Saat ia berhasil membuka mata, yang pertama kali ia temukan adalah nuansa putih. Ify merinding. Ia membenci ini. Ia tidak suka dengan ruangan berwarna putih apalagi berbaun obat-obatan. Ia tidak suka. Cukup sekali ia pergi ke tempat yang seperti itu, cukup sepuluh bulan lalu. Ya cukup segitu. Tidak mau lagi. Tapi kini??? Ia mencari-cari dia berada di mana. Ditemukannya lebel UKS Global Nusantara International Senior High School. Ify bernafas lega. Ia hanya masuk UKS.
Alasannya??? Ah iya, ia sedang menonton basket. Tapi….. Mata Ify melotot. Ya ampun!!! Dia baru sadar kalau mukanya kena tiban bola basket yang beratnya, gila!!! Berat gitu. Gimana bentuk mukanya sekarang???!!! Ify bergerak-gerak gelisah. Ia mencari-cari kaca untuk melihat bentuk mukanya sekarang. Apa hidungnya jadi jalan tol yang super mulus tanpa tanjakan lagi?? Ini berarti ia jadi pesek dong!!
Sibuk mencari kaca, Ify melihat kepala seseorang di sebelahnya. Ia mendekati kepala itu dan mengangkatnya. Ify terkejut. Rio? Kenapa Rio ada di sini? Perasaan berbunga-bunga mengisi hatinya. Sejak Rio kembali pindah ke rumah lamanya dan bersekolah di sini lagi, baru kali ini Rio dekat dengannya lagi. Benar. Baru kali ini. Tanpa sadar Ify mengelus kepala Rio. Melihat Rio yang tertidur, Ify jadi ingat dia sudah lumayan lama pingsan. Kalau Rio tertidur di sini, ini artinya Rio yang menolongnya dan menunggui dirinya. Ify jadi mengutuk dirinya sendiri, kenapa bisa pingsan lama banget??!! Padahal dia mau berbicara banyak dengan Rio. Banyak sekali. Kemarin-kemarin, waktu Rio menolongnya Ify tak bisa berbicara apa-apa, soalnya Rio keburu pergi. Bilang makasih aja nggak sempat. Padahalkan, Ify mau-nya bilang makasih sama Rio. Ngucapin selamat datang kembali sama Rio. Masih banyak lagi. Tapi boro-boro deh, natap Ify aja nggak si Rio-nya. Malah membuat Ify terkesan seperti orang yang tidak tahu terima kasih karena sudah ditolong.
“Rio,” panggil Ify dan menggoyang-goyangkan tangan Rio yang tergeletak lemas di kasurnya. Membangunkan Rio tak seperti membangunkan gajah tidur!! Kalo belum dilecut dengan rotan, kagak bangun-bangun. Membangunkan Rio hanya perlu digoyangkan tangannya. Kalo belum bangun juga, cubit tangannya. Nggak bangun juga, tenang aja masih ada jurus lain, siram pakai air. Beres!!! Rio langsung bangun.
“Ify? Udah sadar? Lo nggak apa-apa?” tanya Rio bak kereta apa jurusan Malang-Jakarta kelas exsekutif dengan kecepatan super super.
Ify tertawa kecil. Ini Rio. Ini sahabatnya. Rio udah balik. “Makasih, Rio. Udah nolongin gue. Udah jagaiin gue,” ucap Ify dan tersenyum manis banget. “Dan terima kasih lagi udah kembali buat gue. Lo kembali untuk gue kan?”
Rio tertegun. Ify tidak marah padanya karena waktu itu. Ify tidak marah-marah. Ia tidak memaki Rio karena telah mengecewakannya. Ify ya Ify. Ify memang sederhana, sesederhana yang membuatnya bisa bahagia. Senyum itu, senyum Ify sebenenarnya. “Gue kembali karena elo, Ify. Untuk elo. Gue nggak bakalan pergi lagi,” jawab Rio. “Kita masih seperti dulu. Rio dan Ify. Mario dan Alyssa. Stevano dan Saufika. Aditya dan Umari. Masih sama,” tambah Rio.
Ify mengangguk. Ini yang dia  tunggu. Rio yang kembali padanya. Rio yang selalu ada untuknya dan dia juga bakalan ada untuk Rio. Ify untuk Rio dan Rio untuk Ify. Mereka memang paket komplit seperti yang dibilang Alvin.
“Gue minta maaf karena waktu itu, gue nggak ada. Gue nggak bisa nemenin lo lewati itu semua. Maafin gue,” ucap Rio lemah.
“Nggak, Rio. Lo nggak pernah ngecewain gue. Waktu itu kejadiannya memang harus gitu. Gue harus ngelewati itu sendirian. Tapi, gue yakin elo selalu dihati gue bantu gue untuk tetap kuat dalam menghadapi kenyataaan kalau –….” Ucapan Ify tak bisa melanjutkan kata-katanya. Ia tidak sanggup mengucapkan, kalau dia sudah menjadi anak yatim piatu. Ya, Ify membenci rumah sakit karena kedua orang tuanya meninggal di rumah sakit ini. Kecelakaan maut di tol Cililitan. Setiap mengingat itu semua, Ify jadi teringat jenazah kedua orang tuanya yang hampir tidak berbentuk. Dia histeris, begitu juga dengan Mbak Zahra, kakaknya. Kedua gadis manis itu menangis sambil berpelukan. Hingga pada akhirnya kedua orang tuanya dimakamkan, tapi kedua kakak beradik itu masih menangis. Tidak pernah menyangka akan ditinggal secepat ini.
Waktu itu mbak Zahra menangis hebat, untung saja Mas Dayat, tunangannya Mbak Zahra datang dan mencoba menenangkan kakaknya itu. Saat itu Ify sendiri, ia bingung. Dia masih sock saat mendapati orang tuanya telah tiada. Ify menangis, ia menangis. Tapi dia tidak ada teman yang menemaninya. Ia memeluk foto Rio dalam dekapannya. Terus menangis sambil memanggil nama sahabatnya itu. Selalu. Ify juga nekat, ia berlari ke rumah Rio dan menunggu Rio di teras, walaupun Ify sadar kalau Rio memang tidak akan pernah datang. Ia terus menyebut nama Rio, satu-satunya orang yang mampu membuatnya tenang selama ini. Sahabatnya. Suka duka dilalui bersama-sama. Rio.
“Nggak usah diucapin, Fy. Gue nggak bakal ninggalin elo,” ucap Rio dan memeluk sahabatnya itu. Ify sesenggukan. Ia menangis. Bayangan mengenaskan itu terputar dalam benaknya. “Sekarang kita udah sama-sama lagi. Maafin gue pernah ngecewain elo,” ujar Rio dan menghapus air mata Ify dengan jempolnya.
Ify menggeleng. “Lo nggak pernah ngecewain gue, tapi hampir pernah. Saat lo kembali tapi menganggap gue kayak orang lain aja,” ujar Ify lemah.
Rio menunduk. Dia memang bego. Berbulan-bulan ia menjauhi Ify dan menatap sahabatnya itu dari jauh. Payah. Benar-benar payah. Bodoh dia tidak menuruti kata-kata Alvin. Dan Alvin ternyata benar dan dia salah. Alvin sahabatnya itu memberikan solusi yang terbaik. Rio dapat pelajaran dari ini, harusnya dia percaya pada sahabatnya, karena sahabat yang benar-benar sahabat akan memberikan yang terbaik. Tidak akan menjerumuskan. Karena sahabat yang sebenarnya telah menganggap kita sebagai dirinya sendiri.
“Gue minta maaf. Gue takut kalo gue udah ngecewain lo. Gue nggak berani, ngadepin kalo nanti lo jadi benci banget sama lo karena udah ngingkarin janji itu. Janji waktu tahun baru kemarin,” ucap Rio.
“Bodoh!! Mana mungkin gue marah sama elo karena itu,” sewot Ify.
“Iya-iya. Gue bodoh. Jadi yang penting, kita udah sama-sama lagi,” ucap Rio dan mengulurkan tangannya.
“Sahabat,” ucap Ify dan menyambut uluran tangan Rio.
“Sahabat doang, Fy? Gue mau lebih,” rajuk Rio.
“Ya udah, sahabat sama teman. Lebih kan?”
“Bukan itu. Tingkatan di atas sahabat. Masa nggak tahu sih.”
“Oke. Sahabat plus-plus.”
“Dasar IFYYYY!!!!” seru Rio geregetan.
Ify cengengesan. Ia tahu maksud Rio dan harusnya Rio itu nggak perlu tanya-tanya lagi. Memang siapa yang Ify datangin waktu dia sedih sama senang? Yang berhasil membuat Ify tertawa siapa? Yang membuat Ify terus berkhayal sebelum tidur siapa? Dan yang paling penting, siapa yang membuat Ify tahan nge-jomblo hampir seluruh hidupnya? Jawabannya hanya satu, Rio!! Tapi kenapa cowok itu nggak peka juga???!!!
“Harusnya lo nggak perlu nanya lagi, jelek!!” balas Ify. “Muka gue?” gumam Ify histeris. Ia baru ingat. Apa kabar dengan wajahnya? “Gue nggak jadi pesek kayak lo kan, Yo?” tanya Ify panic dan mencari-cari cermin.
Rio mendengus kesal. “Nih lihat muka lo,” ucap Rio jutek. Iya-lah Rio jutek, dibilangin pesek. Padahal Ify udah janji di tahun 2011 kemarin nggak ada kata pesek di kamusnya.
“Alhamdulilah. Masih mancung. Nggak pesek kayak lo,” ucap Ify penuh syukur dan melirik Rio saat mengatakan kata pesek. Rio pura-pura nggak lihat. Ify mengerti, Rio kesal dengannya. “Pesek-pesek lo tetap sahabat gue. Tetap orang yang paling gue sayang,” tambah Ify dan segera menutup wajahnya dengan bantal. Takut Rio melihat wajahnya yang memerah.
“Bilang lagi dong, Fy,” pinta Rio.
“Oghhggaahhhh,” tolak Ify dari bantalnya.
“Ayo dong, Fy,” pinta Rio melas. Ify diam saja dan tidak perduli dengan Rio yang terus merayunya agar mengucapkan kata itu sekali lagi.
Ify sadar sekarang. Kalau sahabat itu akan selalu ada kalau dia memang sahabat sejati kita. Bila persahabatan antara seorang laki-laki dan perempuan, ternyata bisa menjadikan cinta. Walaupun salah satunya kadang telat menyadarinya. Itu tidak bisa dipungkiri, karena kebersamaan yang terjadi. Sahabat memang bisa jadi cinta. Seperti dia, yang diam-diam menganggap Rio bukan hanya sekedar sahabatnya, tapi memang orang yang sangat berarti untuknya. Ya, Rio untuk Ify dan Ify untuknya.
*****************
Malam ini malam yang sangat ditunggu-tunggu oleh seluruh penduduk di dunia. Tepat, 31 Desember 2012 pergantian tahun akan dimulai. 2012 berakhir. Semua menunggu pergantian tahun, momen yang terjadi setahun sekali setiap tahunnya. Malam sudah menunjukan pekatnya dan bintang menjalankan tugasnya. Berkelap-kelip menghiasi langit. Namun, tugas bintang kalah karena sendari tadi sejak pukul sebelas malam hingga setengah jam ke depan, langit seperti meledak. Berjuta-juta kembang api meledak di langit. Seperti memecah bumi.
Rio sendiri menunggu pergantian malam ini. Ia duduk di taman kompleks, tepat di tempat ia dan Ify biasa duduk menunggu pergantian tahun. Dinginnya malam ia lawan dengan mengenakan jaket hitamnya yang cukup tebal. Lumayan. Sebenarnya, sebelum ke sini tadi ia ingin mengajak sohibnya itu ke sini, tapi ia ragu. Apa Ify masih ingat dengan janjinya? Karena moment hari ini adalah hadiah tahun baru 2012 untuk Ify. Apa Ify masih menagih janji itu? Ia tidak tahu dan memilih untuk pergi ke taman ini sendirian. Menikmati langit yang penuh dengan kembang api. Berbeda dengan tahun lalu yang sepi senyap. Mungkin penduduk kompleks ini mulai modern. Mulai mengerti fungsinya kembang api di tahun baru, makanya banyak penjual kembang api. Dia sendiri membeli beberapa.
Rio melirik jam tangannya. Masih sepuluh menit lagi tahun baru. Sepertinya Ify lupa. Rio menghela nafas lelah. Kalau seperti ini, lebih baik ia menarik Ify secara paksa dan membawanya ke sini. Huh!!
“Bego!! Tahun baru sendiri deh,” rutuk Rio dan menengadahkan kepalanya ke langit. Menikmati malam tahun baru, sendiri. Biasanya dari tahun ke tahun pasti selalu bersama sahabatnya yang super bawel itu.
“Nggak sendiri kok. Gue di sini nemenin elo,” ucap Ify yang entah kapan datangnya. Mata Rio menoleh ke Ify yang berada di sebelah kanannya. Gadis itu tersenyum manis dan memakai jaket biru doraemonnya.
“Lo dateng? Lo masih ingat?” tanya Rio tak percaya.
Ify mengambil posisi duduk di sebelah Rio. “Masa gue lupa sama hadiah elo. Gue seneng tahu. Gue kira tahun baru ini gue sendirian. Lo tahu-kan Mbak Zahra pasti sama Mas Dayat,” ucap Ify dan ujung-ujungnya mengeluh.
Rio mengangguk paham. “Jadi kalo Mbak Zahra nggak sama Mas Dayat, lo lupa sama gue?” selidik Rio.
“Ya nggak dong, Rio. Lo gimana sih?” ucap Ify sewot. Rio tersenyum mendengarnya. “Oh iya, berhubung Mbak Zahra sibuk melototin langit sama Mas Dayat, gue ngebat jagung bakarnya sama sate-nya, hehehe,” ucap Ify cengengesan dan menunjukan kotak makanan yang ia bawa secara diam-diam. “Jadi kita nggak kelaperan lagi di tahun baru ini,” tambah Ify dan membuka kotak makannya.
“Asyik dong, gue juga beli kembang api, nih,” timpal Rio dan menunjukan dua kembang api.
Mata Ify berkilat-kilat senang. Ini tahun baru impiannya. Bersama Rio dengan kembang api yang menyempurnakan malam tahun barunya. “Huaaa….gue sayang sama lo. Tahu aja apa yang gue suka,” ucap Ify histeris.
Rio tersenyum senang. Ify bilang sayang sama dia??!! Ini yang kedua kalinya. Asyik!!! Malam tahun baru dapat kata sayang dari Ify. Huhu….asyik, Bro….. “Jadi?”
“Mulai hidupin kembang apinya, Yo. Tinggal satu menit lagi tanggal 1 Januari 2013,” jawab Ify dan mengambil satu kembang api dan memaksa Rio segera menghidupkannya.
“Enam….”
“Lima….”
“Empat….”
“Tiga…..”
“Dua….”
Duuaarrr…..kembang api keduanya meluncur ke angkasa luas dan mulai bercahaya. Tidak membutuhkan hitungan satu lagi.
“Selamat tahun baru, Ify!!!” ucap Rio dan menatap Ify dalam. Tangan kanannya masih memegang kembang api yang terus meluncur ke angkasa.
“Happy new year, Rio!!! Ini tahun baru yang sangat mengesankan,” ucap Ify pula dan tersenyum manis ke Rio. DUAAARRR…… kembang api terakhir Ify meledak begitu kuat dan membuat gadis itu terlonjak kaget dan langsung melompat ke Rio. Dia memeluk lengan Rio. Kaget. “Gila!! Tobat dah tobat. Kembang api lo kejam, Yo,” gerutu Ify dalam pelukannya.
“Biarin ah. Yang penting 1 Januari 2013, Ify memeluk Rio. Asyik, tahun baru di peluk Ify,” goda Rio dan membuang bekas kembang apinya.
“Yeeee….. mana hadiah tahun baru gue?” pinta Ify dan melepaskan pelukannya di lengan Rio.
Rio mencibir. Masih aja minta hadiah. “Dari lo dan gue masih kecil, gue mulu yang lo pintain hadiah. Sekarang gantian, gue yang minta hadiah. Sekali-sekali kek. Masa gue mulu,” ucap Rio.
Ify berpikir sejenak. Nggak apa kali dia sekali-kali ngasih Rio hadiah kan selama ini dia terus yang dikasih hadiah. “Ya udah, lo mau apa?”
“Lo mau ngasih apa?”
“Apa aja yang lo mau deh.”
“Bener?”
“Iya.”
Rio mengangguk. “Kalo gitu gue mau lo cium gue di sini dan bilang selamat tahun baru Rio sayang,” pinta Rio dan menunjuk pipi kanannya.
Muka Ify merah. Ogah bana dah. Walaupun ia sangat dekat dengan Rio, tidak pernah mereka bahas tentang kiss…kiss…nggak….
“Yang lain deh,” tawar Ify melas.
“Oke. Pipi kiri deh.”
Mata Ify melotot. “Itu sama aja, bego!”
Rio mengangguk sok paham gitu. “Kalau gitu di sini aja,” ucap Rio menunjuk bibirnya.
Ify menjerit tertahan. Itu mah lebih parah lagi. Masa Ify main nyosor aja. Nggak….Nggak…..Nggakk….pokoknya nggak.
“Ogah!!!”
“Gue merajuk.”
“Iya deh yang pertama. Lo merem,” ucap Ify.
Bak anak balita di beri permen lollipop, Rio langsung merem. Ify tersenyum licik, diambilnya jagung bakar dan menempelkannya pada bibir Rio. Lalu, “Selamat tahun baru ya, Rio sayang,” bisik Ify di telinga Rio. “Gimana rasanya?”
“Manis,” jawab Rio seperti terhipnotis.
“Buka matanya dong,” ucap Ify.
Rio membuka matanya dan menemukan sebuah jagung menempel di bibirnya. “IFY!!!!! LO NGERJAIN GUE YA!!!!” seru Rio.
Ify nyengir kuda. “Tapi kan manis, Yo,” bela Ify.
“Jelas manis, itu jagung memang manis!” balas Rio. “Tadi lo bilang di pipi-kan? Mana?” tagih Rio.
“Bodoh!!! Kita itu masih kecil, main cium-cium aja. Tuh lo minta cium sama si Titin, pasti langsung deh lo di kasih. Eklusif. Live. Langsung di tempatnya,” ujar Ify dan menjauhi Rio. Soalnya Rio mulai mendekatinya.
“Lo pikir acara tivi, pake live segala. Pokoknya, nggak mau gimana. Lo gue tangkep, lo harus kasih gue hadiah tahun baru,” ujar Rio ngotot.
“Coba aja!!” balas Ify dan segera melesat pergi. Ia berlari meniggalkan Rio yang tertinggal lumayan jauh. Empat meter. Nggak percuma, waktu dulu ia sering kejar-kejaran dengan Rio. Lari-nya jadi cepat.
Tahun baru ini memang penuh kejutan. Rio yang sudah kembali dan mereka bersama-sama lagi. Ify berharap semoga hari-hari di tahun 2013-nya selalu ada Rio di sisinya. Ada Rio dalam hidupnya. Semoga saja mereka selalu bersama. Semoga….semoga….

***********************END*******************



0 comments:

Posting Komentar