Sebel-Sebel Juga Cinta Tuh!! Part 3



                Sebel-Sebel Juga Cinta Tuh!! Part 3



Awalnya sumpah Ify senang sekali  bahkan hampir meloncat-loncat saat ia mendapatkan kabar dari Mamanya kalau mereka akan mempunyai tetangga baru. Tetangga baru mereka itu akan menempati rumah Pak De Jarwi yang sudah kosong sejak sebulan yang lalu.

Sebenarnya Ify sempat sedih saat Pak De Jarwi memtutuskan untuk kembali ke kampung halamannya di Desa Garut. Alasannya sih masuk akal dan bisa di terima, soalnya Pak De Jarwi ingin menikmati masa tuanya di tempat yang tenang dan menyenangkan, tentunya saja sehat. Dan kampung halaman merupakan tempat yang paling tepat untuk alasan yang telah diajukan.

Mengingat Pak De Jarwi yang begitu baik dan sangat menyenangkan, juga ramah. Ify membayangkan kalau  tetangga barunya itu nanti adalah orang yang ramah, baik dan tentu saja menyenangkan. Ify berharap kalau dia akan bisa akrab dengan tetangganya itu nanti. Di tambah lagi kalau tetagganya nanti memiliki anak. Kalau bisa sih yang masih kecil, Ify kan ingin punya teman. Tapi, yang seumuran juga nggak apa-apa deh.

Ify berharap kalau anak tetangganya itu nanti menyenangkan, baik dan lucu tentunya. Kan Ify suka sama yang lucu-lucu. Bayangkan saat bermain bersama anak tetangga barunya itu sudah terangan jelas di otak Ify. Wajahnya pun berseri-seri. Senyum manis tak ketinggalan untuk terbentuk di wajahnya.

“IFY…….cepetan. Kita bantu-bantu dulu tetangga baru  itu. Mereka lagi angkat-angkat barang,” panggil Tante Nina, Mama Ify.

“IYA MAMA…..IFY TURUN NIH,” balas Ify dengan teriakan. Tak lama kemudian terdengar bunyi sepatu yang menyentuh lantai dan menimbulkan suara tuk….tuk…tukk…. tentu saja itu berasal dari sepatu Ify.

Tante Nina memperhatikan penampilan putri tunggalnya itu. Selalu saja, memkai baju kaos –seperti kelonggaran– dan celana jeans panjang serta sepatu kets. Padahal Cuma ke tetangga sebelah.
“Kenapa pakai sepatu, Fy?” tanya sang Mama heran.

Ify nyengir kuda. Menampilkan sederet gigi putihnya yang dilapisi behel. “Ify cuma nemu sepatu di kamar sih, Ma,” jawab Ify.

Mama geleng-geleng kepala. Ini nih tingkah Ify yang sulit sekali untuk diubah. Sering kali meletakan barang di sembarangan tempat. “Cepet ganti jadi sandal aja. Sendal kamu di garasi. Cepet ambil,” perintah Tante Nina pada putrinya itu. Ify langsung berlari ke belakang menuju garasi rumahnya. Ia bermaksud menuju garasi melalui pintu belakang.

Ternyata mamanya sudah menunggu di teras rumah. “Ayo kita berangkat, Ma,” ajak Ify yang sudah mengenakan sandal. Tante Nina tersenyum dan segera berjalan keluar rumah menuju rumah tetangga baru mereka dengan menggandeng tangan sang Buah Hati.

***********************

“Sore, Jeng,” sapa Mama Ify saat tiba di halaman rumah tetangga baru mereka itu. Kedua ibu-ibu itu sudah sibuk cipika-cipiki.

“Sore juga, Jeng,” balas Tante pemilik rumah baru itu.

“Saya Nina, ini anak saya Ify,” ujar Mama Ify memperkenalkan diri. Ify mengangguk dan tersenyum dan kemudian menyalami Tante tersebut.

“Saya Manda, Jeng,” balas Tante Manda.

“Ngomong-ngomong, Jeng. Ini baru angkat barang ya? Suaminya mana nih?” tanya Mama.

“Dasar kepo banget nih, Mama,” rutuk Ify dalam hati. Kesel juga dong. Kok mamanya jadi kepo gini, baru juga kenal.

“Suami saya masih dinas di luar kota, Jeng. Kita ngobrol ke dalem aja. Biar petugas aja yang angkutin barang-barangnya,” ajak Tante Manda ramah.

Ify seneng banget. Ternyata tetangganya ini ramah. Wah, coba ada anaknya. Kan bisa main bareng, pikir Ify.

“Duh jadi ganggu nih, Jeng Manda. Kita bantu-bantu dulu baru ngobrol,” tolak Mama Ify sambil tersenyum.

“Nggak apa-apa kok, Jeng,” balas Tante Manda.

“Aduh…..nggak enak, Jeng. Biar saya sama Ify angkat barang satu kardus  dulu baru kita ngobrol,” ucap Tante Nina yang kemudian menghampiri mobil yang berisi barang-barang dan mengangkut kardus berwarna coklat berukuran sedang dan diikuti oleh Tante Manda. Saat melihat Ify yang hanya menonton saja, Tante Nina melotot kepada anaknya itu. “Ify…..cepet angkat kardus yang tinggal satu itu,” perintah Mamanya.

Ify mengangguk pasrah. Tidak mungkinkan dia bisa menolak?? Lagian ia juga ingin menampilkan sosok postifnya, biar dibilang anak yang berbakti dan memenuhi butir-butir Pancasila. “Iya, Ma,” jawab Ify patuh dan segera menuju ke mobil.

“Tante duluan ya, Fy. Nanti kamu masuk saja. Ada anak tante juga, lho. Dia seumuran kamu, sedang ada di lantai atas. Katanya milih-milih kamar sih, tapi nggak balik-balik,” ucap Tante Manda sebelum ia berjalan bersama mamanya menuju bagian dalam rumah.

Ify mengangguk. Bayangan memiliki teman yang menyenangkan memenuhi otak dan hatinya. Kesenangan yang sudah di depan mata membuat Ify semakin berbunga-bunga. Kali-kali aja tetangga barunya ini nanti akan membawa pencerahan bagi Ify dari kesebelannya pada teman sekelasnya yang sableng itu. Yang setiap hari tak pernah absen menganggu ketenangannya. Di sekolah aja Ify selalu bertanya-tanya. Berapa sih harga ketenangan??

Saat melihat kardus yang berada di dalam mobil pengangkut itu mata Ify kontan melebar dan terakhir melotot. Dua gerakan refleks bergantian. Melebar dan melotot. Yang benar saja, kardus itu ukurannya besar. Sebesar ukuran kardus tivi 29 ins. Yang benar saja coba?? Masa dirinya yang langsing ini mengangkut kardus yang beratnya bisa melebih berat tubuhnya sendiri. Bagaimana bisa??

Dengan wajah kesal dan bibirnya manyun, Ify mengakut kardus tersebut. Ia berjuang langkah demi langkah untuk membawa kardus yang sungguh menyialkan tersebut. Jarak dari gerbang menuju dalam rumah tidak begitu jauh. Belum sampai satu kilometer kok, tapi Ify berhenti sebanyak sepuluh kali.

“Lama banget bawa kardusnya,Fy,” tegur Mama Ify saat menyadari kedatangan anaknya itu.

Ify menunjuk kardus yang ia bawa dengan dagunya. “Berat sih, Ma. Beratan itu kardus deh daripada Ify,” sungut Ify. Tante Nina segera melemparkan tatapan menegurnya pada Ify.

“Maaf ya, Fy. Berat ya??  Habis itu barangnya anak Tante nggak tahu deh apa isinya,” ucap Tante Manda sambil menuangkan orange juice ke dalam gelas dan melemparkan senyum maklum kepada Ify.

“Hehehehe…..nggak apa-apa kok, Tan. Kan udah berhasil Ify bawa. Jadi itu membuktikan kalau Ify itu kuat,” balas Ify sambil tersenyum. Ia juga jadi nggak enak dengan Tante Manda. Masa dirinya sudah membuat ilfeel tetangga barunya yang ketemu sejak tiga puluh menit yang lalu. “Ngomong-ngomong anak tante cewek apa cowok, Te?” tanya Ify dan tetap berdiri diam di tempatnya.

“Nanti kamu ketemu kok, Fy. Bentar lagi dia turun. Tadi udah Tante panggil,” ucap Tante Manda dan kini sudah membawa empat gelas berisi orang juice ke meja tempat mama Ify duduk.

Ify mengangguk paham. Mungkin saja Tante Manda akan memberinya kejutan. Seorang anaknya yang nanti bisa menjadi temannya, kalau bisa sahabat sih. Orang yang dapat memberikan keceriaan untuk dirinya setelah makan hati dan kesal terhadap si Rio Pesek. Musuh bebuyutannya sekaligus partner hukumannya.

Sambil menunggu ‘calon’ sahabat barunya, Ify menatap sekeliling rumah baru tetangganya ini. Ternyata tidak banyak yang berubah, hanya warna rumah ini dan perabotannya saja yang berganti. Ify mengangguk-ngangguk sok paham. Saat melihat ke arah tangga, mata Ify terbelalak kaget. Ia mengucek-ngucek matanya empat kali, namun sosok yang ia lihat di tangga itu benar-benar nyata. Ia pasti salah lihat. Tapi…….kok kayak sungguhan.

Ify memajukan langkahnya untuk melihat siapa yang berdiri di anak tangga terakhir itu. Ternyata memang benar. Tapi…..ihh…..kok bisa sih dia?? Masa dia yang tinggal di sini?? Nggak mungkin deh……nggak…..pasti nggak…..kali-kali aja dia melamar jadi tukang angkut barang, makanya bisa ada di sini. Tapi…..Ify kembali melihat ke arah tangga.

Ya ampun…..memang benar dia. Senyum menyebalkan itu cuih……nggak….nggak….nggakk……batin Ify sambil geleng-geleng kepala. Ia ingin sekali kalau sosok yang ia lihat di anak tangga itu. Yang sedang berdiri dengan gaya –berdiri tegap, kedua tangan dimasukan ke dalam saku jeans-nya, yang nggak nahan itu lho, kemeja birunya yang digulung hingga siku dan senyum yang tersetel di wajahnya yang asli, Ify akui memang tampan, tapi tak pernah ia ucapkan di depan umum dan sorot matanya itu seperti biasa sungguh tajam– hanya halusinasinya saja atau nggak Cuma fatamorgana di padang pasir.

Aduh….masa sih dia. Nggak mungkin deh, nggak, bantah Ify dalam hati. Kebodohan terulang kembali, ia mengucek-ngucek matanya dan menatap sosok itu lagi. Tidak ada yang berubah, sosok itu masih tetap ada di sana. Kemudian Ify melihat sosok itu tersenyum kepadanya. “IHYAAAAAAAAAAA……..” jerit Ify dalam hati. Ia paling tidak suka melihat senyum itu. Sebel!!!

“NGGAK MUNGKIN,” tanpa sadar Ify mengucapkan apa yang ada dibenaknya dengan suara yang lumayan keras.

“Mungkin kok. Gue memang Rio, Ify tersayang,” ucap Rio. Ternyata sosok yang Ify lihat di anak tangga terakhir itu adalah Rio. Orang yang paling menyebalkan se dunia Ify. Kenapa se-dunia Ify?? Soalnya kalau dunia orang lain, Rio belum tentu menyebalkan bahkan bisa dikatakan tidak menyebalkan. Buktinya, Rio itu punya banyak fans-nya di sekolah.

Dia Rio?? Ya ampun…..dosa apa hambamu ini, Ya Tuhan…….. eh…..tapi memang ada dosa sih, nggak banyak lho. Pupus sudah punya sahabat yang bakal menghilangkan kekesalannya dari sekolah. Pupus dah….pupus…nggak bisa ngapa-ngapain lagi. Masa ia punya ‘calon’ sahabat yang akan membuat hari-harinya di rumah menjadi ceria, sementara ‘calon’ sahabatnya itu adalah orang yang membuat dia kesal di sekolah. Nggak mungkin kan??

Adanya kenyataan bahwa ia bakalan ketemu dengan Mario Bross hitam, pesek, cungkirng, stress, sedeng, ngeselin di rumah dan di sekolah. Itu artinya 24 jam. Masa 24 jam?? Selama di sekolah aja, Ify udah nggak tahan. Kok bisa-bisanya di rumah juga ketemu??

Aish…..Ify bodoh….bodoh….masa di lupa kalau Mamanya si Tengil Rio itu bernama Manda dan jelas-jelas Tante yang menyambut kedatangan dirinya dan mamanya tadi adalah Tante Manda. Dan memang benar, dia benar-benar bakalan bertemu Rio selama 24 jam.

“NGGAK MAAAAAAU…..” pekik Ify histeris.

“Ify……ada apa?” tanya mamanya dengan suara yang keras.

“Nggak apa-apa kok, Tante. Ify kaget aja, soalnya Rio sama Ify-kan satu kelas tante,” Rio yang menjawab. Ia segera turun dari anak tangga dan menghampiri Ify, lalu membekap mulut gadis manis itu dengan telapak tangan kanannya.

“RIO….kamu jangan nakal….” Peringat Tante Manda.

“Yah…..Mama….Rio anak baik-baik gini dibilang nakal. Ify sama Rio ke taman belakang ya, mau ngobrol-ngobrol. Teman sekelas nih,” ucap Rio dan tanpa menunggu respon dari mamanya, ia menyeret Ify ke taman belakang.

***************

“Humphh….humphh…….” Ify berusaha untuk bersuara. Ia menghentak-hentakan kakinya. Rio menyadari kalau Ify hampir kehabisan nafas. Ia segera melepaskan bekapannya.
“Gila lo???!!! Mau bunuh gue. Gue nggak bisa nafas, Item,” sergah Ify.

Rio cekikikan. “Nggak mungkin dong gue bunuh, pacar tersayang gue,” balas Rio dan mengedipkan sebelah matanya.

“IHYAAAA……JIJIK…..,” pekik Ify.

Bukannya marah Rio malah tertawa ngakak. Tidak ia sangka kalau dia bakalan tetanggaan dengan Ify. Gadis yang ia jahili selama ini. Selama masa SMA-nya.

“Puas ketawanya?? Perasaan nggak ada yang lucu deh,” ucap Ify ketus.

Rio berhenti tertawa dan menatap Ify. “Kenapa lo bilang nggak mau tadi?? Terus ngucek-ngucek mata waktu ngeliat gue?” tanya Rio to the point. Saat ini mereka duduk di teras belakang yang menghadap ke taman belakang. Taman yang masih sama seperti dulu, saat Ify masih sering mengunjungi Pak De Jarwi.

“Nggak ada kok,” jawab Ify pendek.

“Bohong ya lo?? Bohong?? Nggak mau pisah dari gue ya?? Tenang aja kok, Fy. Kita udah tetanggan ini, nggak bakalan pisah kok. Terus lo kaget ya ngeliat kadar kegantengan gue makin bertambah, makanya lo ngucek-ngucek mata itu,” ucap Rio lalu menatap Ify dalam. Ify sendiri jadi salah tingkah dibuat Rio. “Tenang aja kok, Fy, lo nggak salah lihat. Itu memang gue, gue memang makin ganteng sih,” lanjut Rio dan membuat Ify langsung buang muka.

“Geer aja lo. Lo itu jelek pesek!!!” tuding Ify sarkasme. “Gue bilang nggak mau itu, karena gue nggak mau ketemu sama lo ya…. Masa gue harus ngadepin lo di sekolah juga di rumah. Adanya gue makin sebel sama lo,” lanjut Ify dan memasang wajah cemberutnya.

“Sayangnya lo bakalan ketemu gue terus, Fy,” timpal Rio dengan evilsmile-nya.

“Nggak mau!! Gue bakal minta pindah rumah, wek,” balas Ify.

Rio mencodongkan badanya mendekati Ify yang berdiri tegak tak jauh dari posisinya berdiri. Rio dengan curangnya menggunakan tatapan mematikannya –tatapan yang membuat cewek-cewek yang melihatnya tidak bisa berkedip sekaligus terhipnotis dan hanya merasa Rio-lah yang dapat dilihat, sangking tatapan itu begitu mempesona– untuk menatap Ify yang kini –mungkin– sepertinya terkena pesona tatapan Rio yang mematikan.

Padahal…..gadis manis itu mati-matian mencaci dirinya sendiri yang tadi bisa-bisa membayangkan bersahabat dengan tetangga barunya itu. Tetangga baru sih tetangga baru, tapi tetangga barunya itu bukan orang yang baru ia kenal, bukan pula orang yang baru ia lihat dan bukan pula orang yang baru ia ketahui berada di dunia ini. Tapi, tetangga barunya itu orang yang sudah dikenal sejak satu setengah tahun yang lalu, yang sudah lama ia ketahui kalau orang itu bernafas dan hidup di dunia yang sama dengannya. Bahkan kini satu sekolah dan sekelas.

Bersahabat dengan Rio Pesek?? Menceritakan apa yang terjadi dengan dirinya kepada Rio?? Mengadu kepada Rio terhadap perbuatan yang mengesalkan yang dibuat sendiri oleh Rio?? Memangnya Ify sudah gila???!!!! Nggak akan pernah dan nggak akan mungkin. Memangnya Ify mau cari mati. Keluar kandang buaya, masuk kandang harimau. Sama saja!! Cari mati namanya.

Dua puluh empat jam setiap hari, dalam sebulan ada tiga puluh hari. Jadi, tujuh ratus dua puluh jam Ify akan bertatap muka dengan Mario Stevano Aditya Haling yang super nyebelin bagi dirinya. Orang yang mampu membuat dirinya, sering bertanya-tanya. Yang gila itu dirinya atau Rio sih??

“NGGAK AKAN……NGGAK…..NGGAK AKAN PERNAH…..NGGAK MAU…….,” teriak Ify refleks dan dia mencengkram jaket yang ia gunakan. Lalu menggeleng-gelengkan kepalanya.

Rio yang berdiri tak jauh dari Ify jadi kaget setengah hidup. Apa sih yang terjadi dengan Ify?? Rio sendiri saja bingung. Gadis di depannya ini memang memiliki syndrome aneh yang akut. “Lo kenapa sih, Fy?? Kalo memang sakit jiwa, gih ke RSJ banyak kok yang bakalan nerima elo,” tanya Rio dan menatap Ify seolah-olah benar-benar khawatir, padahal cowok tampan dan manis itu ingin menggoda gadis di dekatnya ini.

“HUUUUAAAAA………LO NGAPAIN??” tanya Ify histeris. Dia sepertinya benar-benar tidak mau bertetanggaan dengan Rio sableng itu.

“Gue nggak ngapa-ngapain lo, Bego,” balas Rio dan menoyor kepala Ify.

“Apaan sih, Lo. MAMA…………..IFY MAU PINDAH RUMAH AJA,” teriak Ify dan menatap Rio tidak suka.

Kedua wanita yang berusia sekitar tiga puluh lima tahun berderap mendekati putra-putri mereka. “Rio, kamu apakan Ify sampai mau pindah rumah gitu?” tanya Tante Manda galak kepada putranya sendiri itu.

Sedangkan Ify?? Ia langsung berlari mendekati mamanya. Tante Nina saja heran dengan apa yang terjadi terhadap dua remaja SMA ini.

“Nggak Rio apa-apakan, Ma. Dia-nya aja yang histeris gitu,” jawab Rio.

“Mungkin memang Ify-nya, Jeng Manda. Maaf ya, Nak Rio,” ucap Tante Nina.

“Aduh…..Ify….Memang kenapa Ify mau pindah rumah? Tante aja yang baru pertama kali pindah ke sini langsung jatuh cinta sama perumahan di sini. Habis masih hijau sih. Lagian di sini lengkap lho, Fy. Ada minimarketnya, ada taman kompleksnya lagi,” ucap Tante Manda.

“Tuh yang dibilang Tante Manda bener. Kenapa juga kamu minta yang aneh-aneh, mau pindah segala. Dulu siapa yang bilang, nggak akan mau pindah lagi,” timpal Mama Ify.

Ify manyun habis. “Habis…..Rio itu, Ma, Tante.”

“Memang Rio kenapa, Fy?” tanya Tante Manda langsung dan memberikan tatapan tajamnya pada putra semata wayangnya itu. Rio sudah memberi ancaman kepada Ify agar tutup mulut.

“Rio itu yang selalu gangguin Ify di sekolah. Ify kan sebel sama Rio, Te, Ma,” jawab Ify. “Mama inget nggak, waktu Ify pulang sambil cemberut itu. Itu gara-gara Rio. Masa Rio gangguin Ify mulu. Ngerjain lagi. Sepatu Ify dibuat nangkring sama Rio di atap kelas. Kan Ify kesal,” cerita Ify.

Tante Manda sudah menatap Rio begitu tajam dan siap memarahi putra kebanggaannya itu. Setahu Manda putra-nya itu tak pernah menganggu orang lain. Tapi kenyataannya sekarang?? Malah Rio suka menganggu orang lain. Sungguh mengecewakan.

“Tapi, Tan,Ma. Rio nggak pernah ganggu cewek lain kok, cuma Ify doang. Kan…..Rio sama Ify sudah pacaran. Lagian Rio suka ganggu Ify itu dulu, sebelum pacaran,” kilah Rio dan ia memberikan senyum meremehkan kepada Ify. Biar satu sama. Melihat Mama Ify dan Mamanya tidak percaya, Rio menghampiri Ify dan menarik Ify ke sampingnya. “Mama nggak percaya nih kalo Rio sama Ify sudah pacaran?” tanya Rio dan mengulum senyum. Tetapi, kedua orang tua itu tidak juga memberi respon. Dengan cekatan, Rio menarik Ify agar semakin dekat dengan dirinya dan terjadilah……………cup……..sebuah kecupan singkat diberikan Rio di pipi putih Ify. Kontan Ify ternganga.

“Rio….kamu bandel sekali,” tegur Mama Manda dan menjewer telinga putra-nya itu.

“ADAWWW……SAKIT, MA,” rintih Rio nggak nyatai. “Rio kan Cuma buktiin kalau Rio sama Ify memang pacaran kok,” tambah Rio lagi.

“Tapi nggak perlu cium-ciuman segala. Kamu itu masih kecil. Baru kelas sebelas SMA,” ucap Mama Manda galak.

“Ify beneran pacaran sama Rio?” tanya Mamanya. Ify mengerejap dan baru saja mau menggeleng. Namun, Rio yang berada di sebelahnya langsung mencubit lengan kanan Ify dan memberikan kode samar melalui matanya.

Dengan terpaksa Ify mengangguk malas. Dalam hati ia terus mencaci Rio. Mulai dari mengatakan Rio pesek, lha. Item….dan semua deh……semua yang buruk-buruk tentang Rio. Mana sudi Ify bilangin Rio yang baik-baik. Tidak akan pernah. Sorry dong!!!

“Beneran kan, Tan, Ma,” celetuk Rio seolah-olah dia begitu bangga.

“Jadi…..Ify sebel-sebel juga cinta tuh sama Rio,” goda Mamanya.

Ify yang mendengar mamanya menggoda dirinya jadi cengo. Kok mamanya bisa bilang gitu?? Maaf banget nih ya, Ma. Sorry-sorry aja Ify sebel-sebel juga cinta sama itu kunyuk jelek. Kagak sudi deh, Ma. Mending jomblo seumur hidup deh, batin Ify.

“Jeng Nina….Jeng Nina. Ya udah, Rio jangan lagi buat Ify jadi teriak-teriak gitu. Rio-kan pacarnya Ify, jadi harus jagain Ify-nya. Jangan dibuat kesel mulu,” nasihat Manda. Ify yang mendengarnya, menjadi mual sendiri. Enek aja gitu dengerinnya.

“Tentu dong, Ma. Ify-kan pacar tersayang Rio,” ucap Rio dengan suara begitu merdu dan senyum yang begitu manis. Sangking merdu dan manisnya membuat Ify yang tadi merasa mual, sekarang benar-benar pengen muntah. Kalau bisa muntah di muka Rio. Biar si Pesek itu tahu, betapa kesalnya Ify dengan laki-laki sok manis itu. Padahal sumpah, pecicilan banget. Terus  ngesil kuadarat bin kubik binti pangkat seratus!!!!

“Nah…Tante punya ide. Gini, Nak Rio. Berhubung Tante sering pulangnya malem, Tante nitip Ify sama Nak Rio ya. Tolong dijagain. Tante sering khawatir sama Ify, kalau Tante pulangnya malem. Habis papanya Ify sudah berada bersama Tuhan. Nak Rio bisa?”

Rio tertegun. Dia baru tahu kalau Ify adalah anak yatim. Memang tidak ada yang tahu kecuali teman SD-nya Ify. Soalnya, Papanya meninggal saat Ify kelas enam SD. Waktu itu ia akan mengikuti ujian. Padahal Ify mau mempersembahkan nilai ujiannya pada Papanya.

“Iya, Tante. Rio bakalan jagain Ify. Tante tenang saja,” ucap Rio menerima permintaan Mamanya Ify.

Ify yang tadi hampir tidak bisa bernafas mendengar permintaan mamanya pada Rio Item Pesek Sialan itu. Meminta kepada Rio untuk menjaga dirinya. Memangnya Ify anak kecil?? Lagian, menitipkan Ify dengan Rio sama saja menyatukan Tom and Jerry. Pasti keduanya akan ribut besar. Jelas-jelas Ify tahu kalau Rio tidak akan benar-benar menjaga dirinya. “Dasar sok manis,” batin Ify dan ia mencibir ke Rio.

“Terima kasih, Nak Rio,” ucap Mama Ify tulus dan kini ia menatap Ify. “Jadi, Ify harus patuh dengan apa yang Rio katakan. Karena tidak mudah menjaga orang itu, Ify. Tidak ada protes.”

Ify menelan saliva-nya. Dilihatnya Rio yang menyeringai mengerikan kepada dirinya. Sialan banget tuh orang, batin Ify. Kalau begini ceritanya Ify bisa-bisa jadi bahan kejahilan Rio setiap hari. Selama 24 jam pun bisa.

“Iya, Tante. Sama-sama. Sudah kewajiban Rio kok menjaga Ify,” ucap Rio tulus dan lembut sekali. Membuat Ify menjerit dalam hati sangking kekesalnya.

“Ya udah. Rio baik-baik sama Ify. Ayo Jeng kita ngobrol ke depan lagi aja,” ajak Mama Rio yang disetujui langsung oleh Mamanya Ify.

Setelah kedua Mama-Mama Rio dan Ify pergi. Ify langsung menoyor kepala Rio dan kemudian menarik Rio menuju taman belakang itu. Taman belakang dekat kolam ikan. Ia benar-benar mau membuat perhitungan pada devil satu ini. Berani-beraninya membuat dirinya sengsara.

“Denger ya lo, Item. Gara-gara lo semua Mama gue ngira kalo gue pacaran sama lo. Gue ogah gila sama lo. Kagak sudi gue sama lo. Nggak akan pernah gue mau jadi pacar lo itu. Jadi, Cuma di depan Mama gue aja lo bilang kita pacaran. Kalau diluar ogah banget gue,” omel Ify.

Rio menyeringai. “Bukannya waktu dihukum kemarin lo bilang sama gue, lo suka sama gue. Dan gue udah terima lo, Ify sayang-ku,” ucap Rio genit dan Ya ampun, norak banget.

“Lo itu geer!!!”

“Terserah lo, deh. Yang penting Mama lo udah nyerahin lo sama gue. Sesuka gue dong,” ucap Rio dengan evilsmile-nya. Ify merinding.

“Awas aja ya lo. Gue masih sebel sama lo!!”

“Sebel?? Senang betulan ya?? Wajar kok Ify. Gue memang menyenangkan kok,” ucap Rio kalem. Dan pastinya membuat Ify menjerit dalam hati sangking kesalnya.

“Apanya yang mau disenengin sama lo, Pesek. Gue itu ogah sama lo!” seru Ify sarkatis.

“Jangan gitu dong, Fy. Ntar nyari-nyari gue lagi,” balas Rio kagak nyambung dan mengedipkan mata kirinya kepada Ify.

“Ya ampun. Gue kagak tahan lihat playboy kacangan kayak Rio!!!” seru Ify tertahan dan membuat tawa Rio pecah. Ify benar-benar mampu membuat Rio tertawa lepas seperti ini.

“Jangan teriak-teriak gitu, Fy. Ntar gue kena jewer Mama gue lagi.”

“ITU DERITA LO, PESEK!!” balas Ify dan kemudian melengos. Lalu meninggalkan Rio yang asyik tertawa cekikian mendapati respon Ify yang menurutnya begitu menarik.

Menurut Ify hanya satu kata untuk Rio. DASARNYEBELINKURANGAJARNGESELINPADAHALITEMPESEKCUNGKRINGPECICILANSOKMANISSEMUAYANGJELEK-JELEKBIKINKESELARGGGGGGHHHHHHH…………………Satu kata kan?? Kepanjangan?? Bodoh!!!! Yang jelas Ify sebel  banget sama Rio. Mengingat apa yang telah Mama Ify harapkan kepada Rio tentang dirinya, membuat Ify yakin kalau dia benar-benar kembali pada zaman Belanda. Itu berarti penjajahan. Tapi, mending dulu penjajahnya orang Belanda, kan termasuk bangsa kulit putih. Lha, dia?? Dijajah monyet Sulawesi Utara yang udah item, cungkring pesek pula. Nggak banget. Terjajah!!!

Ify tidak mau membayangkan hari-harinya selanjutnya. Lagi-lagi hanya satu kata SURAM. Suram itu sudah mewakili semua hal yang membuat dirinya gondok setengah mati dan bakalan menjadi orang yang suka mengumpat. Siapa lagi yang bakal dia umpat kalau bukan RIO. Arrghhh…….. Ify benar-benar tidak ‘sabar’ menantikan hari besok. Sabarnya harus pakai tanda kutip karena dia benar-benar tidak sabar akan berhadapan dengan si Nyebelin Kuadrat bin Desil binti Persentil!!!!!

*************

BERSAMBUNG....

2 comments:

Anonim mengatakan...

bagus bangett :)

Randy Frasta mengatakan...

hahhahahaha, lanjutannya di tunggu ni...

Posting Komentar