Ini cerpen yang gue tulis waktu gue liburan
di Bandung, waktu bulan Maret lalu. Udah lama banget ya? Ini cerpen yang di
buku tulis itu, lho, hehhe… Makasih banget buat Yulia Damayanti yang
udah mau ngetikin cerpen ini. Kalau nggak dibantu, nggak akan selesai. Kan gue
ini termasuk orang yang nggak mau kerja dua kali, hehehe… Makasih banyak lho, Dek.
Seperti biasa, gue tulis tentang Rio Ify.
Ini RiFy lagi. Oh iya, untuk cerbung gue Sebel-Sebel Juga Cinta sama Lovely
Maid sedang proses pengetikan. Gue lagi berjuang ngetik. Nanti, cerbung gue
sama cerpen yang lain, di post waktu post besar-besaran(?) J.
Tertarik untuk baca?? Silakan kok. Happy
Reading aja!!!!
Kusimpan dalam Mimpi
Aku bukan tak mengenalnya, bukan pula tidak mengetahuinya. Kau boleh bertanya padaku tentang dia. Pasti aku bisa menjawabnya dengan lengkap dan lugas. Kau juga boleh bertanya padaku berbagai macam ekspresi yg ia punya. Kau boleh! Berani taruhan, kalau aku nggak bisa memberikan jawaban, kau bisa meminta apa saja padaku. Aku berjanji! Dan kau boleh pegang janjiku!
Pasti kau bertanya-tanya. Kau bingung dan heran tentunya.
Kenapa aku bisa mengetahui secara lengkap tentang dia. Kau pasti
bertanya-tanya. Kau penasaran bukan? Sungguh, alasannya sangat simple dan klasik. Dan kau pasti tahu
jawabannya. Ya kau benar. Aku mencintainya. Mempunyai rasa yang spesial untuk
dirinya. Dan ini adalah benar.
Apa?? Kau biang aku secret
admirer-nya?? No… no… tidak!!! Aku memperhatikannya secara terang-terangan,
jelas di depan amtanya secar langsung. Tetapi, seperti yang kau ketahui, dia
sepertinya tidka menyadari atau berpura-pura untuk tidak mengetahui atau yang
lebih parahnya lagi, dia memang sengaja berusaha dan tega untuk tidak perduli
padaku. Entahlah, aku tidak tahu….
Tetapi satu hal, aku tidak berjauhan dengannya. Tidak pula
tidak mengenalnya. Ia mengenalku dan aku mengenalnya. Namun, sepertinya
perasaanu hanya dapat kusimpan dalam mimpi. Ya, sepertinya benar. Haya di dalam
mimpi.
*****************
"Ya
ampun Rio!!!! Lo!" tunjuk seorang gadis manis tepat di depan hidung
seorang siswa dengan wajah yang ga bisa dibilang standar dan dikenal dengan
nama Rio, "berani beraninya lo ngelempar tugas gue ke dalam ring! Lo pikir
tugas PKn gue bola basket!" lanjut gadis itu. Wajahnya memerah seperti menahan
amarah, tetapi pemuda itu hanya menampilkan cengiran khasnya.
"Hehe tugas lo ya, Py? Gue kira bola basket habis ada
bulatnya sih," balas Rio dengan wajah polosnya sembari memperlihatkan
suatu ukiran pena di buku yang ia lempar tadi.
Ify benar-benar tidak tahan. Bagaimana bisa pemuda menjengkelkan
bak iblis titisan Roro Kidul binti Genderuwo itu berwajah malaikat super tampan
?? Bagaimana bisa ?? Apalagi dengan tampang sok tidak merasa bersalah padahal
sumber masalah, memperlihatkan nilai telur bebek dibuku tugas Ify!!
"Rioo..!! Lo ngeselin bgt sih, gue kan belum buat nama
makannya nilainya bulet gitu. Sekarang gue baru mau ngumpul ulang, lha?? Tugasnya
malah elo lempar lempar gimana sih ??!!" ujar Ify keki dengan bibir manyun
ala bimoli,bibir monyong lima senti. Sialan kan tuh Rio, ngeselin!!
Rio membulatkan bibirnya memberntuk huruf "o".
"Ohh…," ucap Rio beroh-oh ria, "Gue kira elo bego banget sampai
PKn aja dapet jendol" tambah Rio sadis.
Mencibir.Itulah satusatunya yang dilakukan Ify. "Mana
mungkin sih PKn gue dapet nol, ulang gue aja dapet Sembilan," Ify
memperlihatkan kesembilan jari tangannya, "lagian kan gue generasi muda
penerus bangsa yang berbakti pada negara, hormat pada orang tua, guru, bendera,
dan setiap upacara selalu ngikutin dengan............."
"Dengan ngerepotin orang. Pasti tiap upacara elo selalu
pingsan. Demen banget sih lo pingsan," potong Rio dan menutup buku tugas Ify.
Tiba-tiba lagu soundtrack
film Naruto terdengar, Ify mengangkat alisnya, ia kenal sekali lagu ini. Gadis
itu melihat lawan di hadapannya ini, kini telah asyik berkutat dengan blackberry putih milik pemuda itu dan
seluas senyum menawan penuh pesona Rio perlihatkan secara gratis dan live di depan mata Ify.
"Nih buku lo," ucap Rio sambil memberikan buku
tulis bersampul coklat bergambar winnie
the pooh kepada Ify, dengan cepat Ify mengambil buku itu sebelum Rio kumat
lagi dan mengambil kembali bukunya
"Lain kali buat nama, Fy! Biar tuh nilai nggak bulet,
enak kalo lo yang bulet, kan berisi tuh, lah ini ??!"
Ify cemberut. Ia kesal . Dasar gila!! Batin Ify
"Gue duluan, Fy," pamit Rio santai seperti tidak
terjadi apa-apa, Ia pergi begitu saja meninggalkan Ify yang menatapnya
terbengong-bengong.
Ada apa dengan Rio?!! Biasanya pemuda itu belum berhenti
sebelum Ify benar benar merengek-rengek, lebaynya sampai Ify berguling guling.
Namun sayangnya, Ify berani jamin itu hanya terjadi di dalam mimpi Rio!!
Saat sosok Rio benar-benar menghilang, Ify bergumam “Dia
aneh.”
****************
Suasana
sore ini benar-benar menyejukkan. Angin bertipu sepoi-sepoi dan pepohonan di pinggiran
jalan seakan melambai lambai indah seolah hendak mengajak untuk berkenalan,
jalan raya juga tak mau kalah, jalanan itu tak pernah sepi. Terlihat dari
banyaknya mobil dan motor yang berderet rapi karena macet.
Namun, gadis manis ini terlihat biasa saja dan menikmati
perjalanan sorenya hari ini. Gadis itu masih lengkap dengan seragam SMA-nya rok
diatas lutut berwarna biru muda kotak kotak, kemeja putih dan dasi silang yang
bertengger di lehernya, tak lupa juga blazernya, namun blazernya tak dipakai
hanya dilipat dua dan disampirkan di tangan kirinya.
Tap....tap....tap.... Bunyi sepatu gadis itu menepaki jalan.
Ia benar-benar menikmati perjalanan sorenya hari ini. Berjalan kaki dari
sekolah sampai rumah. Lelah ? Pasti! Tetapi ia tak menyesal, senyum ceria
terukir diwajah manisnya tanda ia sedang bahagia.
Bahagia??
Ify P.O.V
Aku benar benar bahagia hari ini, walaupun harus kena semprotan
ala Ibu Uci mengenai tugas PKn yang aku kumpul ulang. Ibu muda binti cakep bin
gahoel itu menceramahiku tentang pentinganya menuliskan nama di buku maupun
ditempat lainnya. Masih terekam dengan jelas olehku tentang nasihat Ibu Uci.
"Di mana-mana, nama itu penting Ify. Apalagi tugas, masa
kamu yang cantik ini mau dibilang monyet ?? Nggak mau kan? Bila perlu kamu tempel lebel
nama kamu di dahi lebarmu itu."
Begitulah yang
dibilang Ibu Uci dan masih terekam jelas dibenakku, asyik tuh dibilang cantik
tapi jleb banget waktu dibilang dahi lebar kan dahiku nggak lebar. Dasar ibu
sok tau, sebel!! Untung si Kutu Kumpret
itu a.k.a Rio tidak mendengar sebutan baruku dari Ibu Uci, kalau iyaa?? Bisa-bisa
Rio menambah daftar panggilan khusus untukku. Dulu behel, cungkring, nenek
sihir, bawel, ratu pingsan, cerewet, banyak kan ??
Masa mau ditambahin jidat lebar?!! Yang bener aja dong,
ogah!! Ngga mau!! Ngomong ngomong tentang Rio aku jadi keinget dia , hari ini
laki laki tampan itu masih seperti biasa. Tetep nyebelin, ngeselin, nyakitin
hati dan......ehem.......menarik.
Hari ini saja penampilannya luar biasa dan tidak bisa dipungkiri
kalau dia memang tampan. Tampannya itu dari samudra antartika menuju kutub
utara menyebrangi samudra atlantik tersedot segitiga bermuda muncul disamudra
hindia dan terdampar dimanado serta terukir dihatiku......tssahh....jadi malu.
Kan sudah aku bilang dulu kalau aku menyukai Rio dan sering
memperhatikan pemuda itu secara langsung. Hari ini dia tetap mempesona dan aku
masih saja berada dalam jeratan pesonanya.
Oh iya, ekspresi wajah Rio hari ini banyak sekali yang
kulihat ia senyum -itu biasa- ketawa -masih biasa- wajah polos bak kucing
maling ikan tapi pura-pura enggak -udah terlalu sering-, namun yang terakhir
tadi , ia tiba-tiba menasehatiku. Ia seperti kakek-kakek bijaksana, dan kau tau
?? Kharisma dan sikap laki lakinya benar-benar terlihat tidak seperti biasanya Rio
terlihat pecicilan.
Duh...duhh....Rio....Rio.. semakin hari kamu semakin ngebuat
aku jatuh cinta. Tau gak sih?!! Kita temen berantem, yang lo tau gue benci sama
lo, tapi lo gatau yang sebenernya kan ?!
Aku
jadi semakin yakin kalo kamu dan harapan tentang kamu hanya bisa kusimpan dalam
mimpi, senyum kamu, Yo, hanya bisa terekam dalam ingatanku dan aku hanya bisa
berdoa agar aku nggak lupa akan ingatanku. Terkadang disaat aku sedih dan aku
mengingat senyummu, tanpa aku ketahui alasannya, sedih itu menghilang.
Satu lagi, Yo, tatapan kamu kalo lagi ngeliat aku itu...
membuat aku jadi berangan-angan, kapan tatapan itu hanya sepenuhnya menjadi
milikku? Tidak kamu bagi dengan yang lain, termasuk dia, kapan Ya ?? Atau
nantinya tatapan itu hanya jadi milik dia, Yo? Milik Zahra-kah ? Huft...
......you are making my eyes blinking.......my heart
shining.....drrt.....drrt....
kurasa
ku jatuh cinta........My eyes blinkin......my heart...drrt...drtt...
Yaa ampun handphone-ku
bunyi…
"Ify!! Kamu di mana, Nak?" tanya suara bunda di seberang
sana.
"Ify lagi dijalan ini, Bunn," jawab Ify
"Cepetan pulang!! Udah jam enem sore kamu mau ketemu
Tante Kunti?!"
"Tante Kunti?! Huaah........ Iya, Bun. Ify lari sekarang,"
ucapku cepat dan mematikan handphone lalu berlari secepatnya menuju rumah.
*********
Lapangan
olahraga sekaligus lapan yang rutin dijadikan tempat upacara tampak ramai. Siang
ini jadwal anak kelas XI IPA 3 yang menggunakan lapangan tersebut dan artinya kelas XI IPA 3 sedang mengikuti
pelajaran olahraga.
Gluk....gluk...gluk....
"Semangat amat minumnya, Fy!" ucap Zahra dan mengambil posisi duduk sebelah Ify.
"Semangat amat minumnya, Fy!" ucap Zahra dan mengambil posisi duduk sebelah Ify.
"Mau minum juga, Ra?" tawar Ify setelah ia minum.
Zahra menggeleng lemah. "Lo kenapa sih, Fy? Dua hari
yang lalu lo baik-baik aja. Kemaren sama hari ini lo jadi nggak baik. Aneh,”
ucap Zahra dan memperhatikan Ify dengan seksama matanya memperhatikan Ify dari
ujung kaki hingga ujung rambut. Tampaknya belum puas, lalu Zahra mengubah sudut
pandang cara ia melihat Ify. Dari posisi menunduk, duduk, dan jongkok sudah
Zahra lakonin hanya untuk meneliti keadaan sohibnya ini.
"Ra!!! Apa-apaansih! Gue kan nggak kenapa-kenapa. Huh!"
Rutuk Ify gemes
"Habis lo jadi diem. Kemana Ify yang dulu?? Ify yang
bawel, cerewet, tengil, hhmmpp@##$$%%!!!!" Ify langsung membekep Zahra
sebelum sahabatnya itu membuka lebih lanjut tentang dirinya atau membuka aibnya.
"Hmmpptt..... Phy.... Phy...."
"Aww..!" Jerit Ify kesakitan ia langsung menarik
tangannya. "Zahra Damariva!!! Sakit
taahu!!!!" dumel Ify.
Zahra nyengir
"Hehe abis elo ngebekep gue. Sesek tau," ucap Zahra membela diri.
Ify menghela nafas sejenak. "Ya..ya...ya.... Nona Zahraa," ujar Ify.
Ify menghela nafas sejenak. "Ya..ya...ya.... Nona Zahraa," ujar Ify.
"Nah gitu kan manis.. Bagus Ify!!"
"LO PIKIR GUE DOGGY???!!" Jerit Ify kesel.
Zahra bener-bener deh masa memperlakukan zahra seperti itu!
Yang bener saja dong ya! Huh!
"Ini baru Ify Alyssa Saufika Umari sahabatnya Zahra
Damariva," ucap Zahra ceria dan memeluk Ify penuh sayang.
"Hehe… lo perhatian banget sih."
"Sekarang lo cerita ada apa sama lo?" Ucap Zahra
dengan tampang seriusnya. "Terus kenapa gaada lagi suara berantem ala RiFy?"
Tambah Zahra dengan mata menyipit mencoba mencari jawaban dari raut wajah sahabatnya
itu. Bukannya menjawab Ify malah membelokan matanya .
"Apaa? RiFy?"
"Heh RiFy itukan Rio Ify, berarti lo sama partner
berantem lo itu kan?"
"RiFy ya? Oh…" respon Ify biasa aja malah dia tidak
begitu perduli dengan hal seperti itu.
"Kok biasa aja sih, Fy? Biasanya elo meledak-ledak tuh,”
tanya Zahra heran tidak biasanya Ify datar-datar saja seperti ini. Tidak
biasanya. Bahkan Zahra pernah mendnegar ketika Rio dan Ify asyik beraguman
tidak penting.
Zahra memperhatikan Ify yang memandang tajam ke suatu tempat.
Zahra mengulas senyum ketika menyadari kalau Ify menghela napas.
“Gue tahu… gue tahu… elo jealous
sama itu kan, Fy?” bisik Zahra pelan dan menunjuk arah pandang Ify tadi.
Terlihatlah dua sosok, yaitu perempuan dan laki-laki yang sedang asyik bercanda
dan er… terliat akrab.
Kalau kedua sosok itu bukan Rio dan Sivia, Zahra ebrani yakin
kalau Ify tidak akan jadi seperti ini. Tidak akan. Sebenarnya ia sudah lama
menyadari hal ini. Terlihat dari tatapan sahabatnya sendiri saat bersama dengan
Rio, dalam keadaan damai ataupun tidak sama sekali alias dalam keadaan angkat
senjata perang. Terkadang ia mendapati mata Ify yang melihat Rio dalam radius
keterpurukan karena pemuda itu sedang bersama Sivia, gadis yang selalu dekat
dengan Rio dalam istilah ‘dekat sangat dekat’.
“Hmm…”
“Yeah… ternyata gue bener kalau lo
suka sama Rio.”
“Nggak usah ember, Ra. Please deh!”
ucap Ify keki.
“Oke… oke… jadi lo benci kalau Sivia
dekat sama Rio dan lo seperti dilupakan?”
Ify menggeleng. “Gue nggak punya
alasan untuk membenci Via, Ra. Nggak ada. DIa baik, manis, dan tidak pernah
nyelakain gue,” Ify menghirup oksigen dan perlahan-lahan mengembuskannya, “dia
nggak salah, bila Rio suka sama dia dan dia juga suka sama Rio. Dan perasaan
gue… itu juga nggak salah. Cuma waktunya aja yang nggak tepat, Ra. Saat ini
rasa itu hanya seperti permen kapas, yang terus mengembang dan mengembang. Dan
ketika di tekan akan mudah mengerut. Seperti itulah gue, yang merasakan sakit
bila Rio dekat dnega orang lain. Tapi, Sivia nggak salah. Dia nggak salah kalau
Rio suka sama dia.”
Zahra mengangguk-ngangguk paha. Yang
semua Ify bilang adalah benar. Tidak ada yang keliru sedikitpun. “Nggak usah
dipikirin lagi, Fy. Sellow aja!”
“Hmm… tapi… gue kangen, Ra!” ucap
Ify lirih.
Zahra berdiri dari posisi duduknya.
Ia meraih tangan Ify dan meminta Ify untuk berdiri. “Udah ah! Ayo kita olahraga
lagi! Lo mau di suruh Pak Dave lari sepuluh keliling,” ajak Zahra dan Ify
mengikutinya.
Boleh sja hari ini ia cemburu dan
kesal. Tetapi tidak boleh Pak Dave sampai menghukumnya lari keliling lapangan.
Nggak boleh! Big no... no!!! Dan Ify berterima kasih dengan Zahra yang sudah
mengingatkannya. Prinsip Ify, bagaimanapun cinta yang begitu menyesakkan, dia
tidak akan pernah mengorbankan sekolahnya.
*************
“Woi behel cungkring, bawel,
tirusan!!!” sapa Rio santai dan mengambil tempat duduk tepat di depan Ify.
Mendengar suara sapaan itu, Ify tahu
siapa yang menaypanya ditambah lagi mengingat panggilan ‘spesial’ itu hanya Rio
yang berani memanggilnya. Namun, Ify diam saja. Ia tidak berminat untuk
merespon sama sekali.
“Hei Behel! Kok diam aja sih? Lagi
sakit gigi ya, lo? Makanya kalo habis makan dan sebelum tidur itu sikat gigi
biar tuh gigi nggak didatangin bakteri,” cerocos Rio panjang lebar.
Ify mengangkat wajahnya dan menatap
Rio malas. “Udah ceramahnya?” Tanya Ify datar.
Dahi Rio berlipat. Heran. Itulah
yang Rio rasakan saat mendengar pertanyaan Ify. Gadis itu tidak memberikan
reaksi seperti biasanya. Tidak. Ia tidak meledak-leda. Tidak histeris. Tidak
pula berceloteh panjang lebar. Dan tidak pula mengumpat dirinya. Gadis itu
hanya diam dan menatapnya datar. Aneh!
Tanpa pikir panjang, Rio mengangkat
kedua tangannya dan menempelkan kedua telapak tangannya di kedua pelipis Ify.
“Lo kenapa sih, Fy?” Tanya Rio lembut dan menatap Ify tajam namun penuh
keteduhan.
Deg… mata itu menembus bola mata
bening yang berada di hadapannya. Ify terdiam dan hanya mampu membalas tatapan
Rio dengan kehampaan yang merasuki dirinya. Mata itu sungguh menyejukkan. Bila
dipandang seperti menyelam dalam lautan biru bening dan sangat menentramkan.
Namun sayangnya, Ify tak bisa
membalas tatapan itu dengan santainya. Karena ia tahu tatapan itu bukan
untuknya. Ia tidak akan pernah –munkin- menjadi pemilik mata itu. Dan untuk apa
ia menatap mata itu dengan sebaik-baiknya bila nantinya ia juga yang akan
terpuruk. Untuk apa? Bila kita tahu porsi kebahagiaan kita seberapa bila
dengannya. Bila kita tahu dia bukan untuk kita, kenapa kita mati-matian mencoba
untuk bertahan dan merampas milik orang lain. Toh juga nggak ada gunanya.
“Fy, lo kenapa sih?” Tanya Rio
ulang. Ify sungguh berbeda hari ini. Rio menggeraka ekdua tangannya dan
menyentuh pipi Ify. “Fy…” panggil Rio.
Ify sadar kalau Rio masih memandang
dirinya. Baru saja ia akan menjawab, terdengar….
“RIO…!!!!” panggil Sivia.
**************
“Fy…,” ucap Rio. “Lo….”
“RIO!!!!” panggil Sivia.
Ify melihat kalau Rio menoleh ke
arah pintu. “Fy, gue pergi dulu. Gue harap, lo baik-baik aja.” Tanpa menunggu
Ify membalas ucapannya, Rio langsung pergi meninggalkan Ify.
“Lo ninggalin gue,” batin Ify. Rio
pergi meninggalkannya tepat saat Sivia memanggil Rio. Rio meninggalkan
dirinya?????!!!! Dan ify hanya memandangi sosok Rio yang semakin mendekat ke
arah Sivia dan pergi keluar kelas dengan…. Ehem… menggenggam tangan Sivia.
Ify tertohok. Sakit. Dulu… saat
Sivia tidka begitu dekat dengan Rio, ia tidak seperti ini. Saat Sivia mulai
lengket dengan Rio, ia tidak seperti ini. Saat Sivia mulai lengket dengan Rio,
ia mulai nyerih dan sekarang???!!! Dia sudah sangat sakit.
“Segitunya, Yo,” gumam Ify dan
menenggelamkan wajahnay di atas meja dalam lipatan kedua tangannya.
**************
“Hahaha…,”
tawa Zahra meledak karena menertawai Ify yang hampir tertelan bakso
bulat-bulat.
“Ish… dah, Ra. Lo segitunya,” ucap
Ify keki.
“Kan yang melawak siapa? Emang ada
yang sanggup memakan bakso bulet-bulet gitu?” timpal Zahra.
Ify mencibir lalu menyeruput Ice
Teh-nya. “Iya… iya… gue yang salah. Puas lo!” ujar Ify kesal.
“Duileeh… segitunya! Lama nggak
berantem ya?” Tanya Zahra jahil sambil mengedipkan matanya sekilas.
Ify tahu maksudnya ini. “Zahra!!!!”
geram Ify.
“Peace Ify cantik!” seru Zahra dan
memamerkan jari telunjuk dan engahnya membentuk huruf ‘v’.
Ify mencibir lagii. Tidka merespin
Zahra sama sekali.
Tiba-tiba….
“Hai, Fy. Hai Zahra!!” sapa Sivia
yang telah duduk di sebelah Zahra.
“Eh… Sivia… tumben lo gabung sam
akita?” Tanya Zahra dan mengedipkan mata kirinya kepada Ify. Ify mencibir.
“Oh… Agni lagi latihan basket,” ucap
Sivia.
“Maksud gue Rio,” jelas Zahra
sekenannya dan pura-uera tidka peduli. Padahal…
“Zahra benar tuh, Vi. Biasanya lo
sama dia lengket banget kayak perangko,” timpal Ify.
Sivia tersenyum lalu menunduk ke
bawah mengetik sesuatu di handphone-nya. “Rio lagi mau jalan ke sini kok.”
Zahra dan Ify mengangguk-ngangguk
sok mengerti dan paham. Memang apa sih yang harus dipahami? “Tuh kan nggak
pernah lepas,” goda Zahra.
“Kasihan Via-nya, Ra, kalo lo godain
mulu. Makan gih sioma lo, Ra. Keburu dingin,” ucap If dna kembali menikmati
baksonya.
Tidak sampai sepuluh menit, dengan
santainya Rio berjalan menuju meja yang dihuni Sivia dan setelah sampai dia
duduk di sebelah Ify. “Hai Ify Behel!” sapa Rio.
Uhuk…uhuk…uhuk….
Ify kaget dan tersedak. Tangannya
menggapai-gapai meja untuk mencari Ice Teh-nya.
“Hati-hati dong, Fy. Ini minum,”
ujar Rio dan menyodorkan jus jeruk miliknya, yang ia beli sebelum menuju ke
sini.
“Makasih lho, Ra,” ucap Ify.
Zahra bingung terhadap Ify. Ia tidak
memebrikan Ify minum kok. “Eh… gue nggak ngasih lo minum, Fy,” ujar Zahra.
Mata Ify melebar. Masa nggak? Lalu
ia menatap Sivia dan hanya gelengan kepala yang ia dapatkan. Hmm… tadi gue
tersedak karena adayang bilang ‘hai Ify behel’. Itu kan… itu panggilan Rio dan
berarti…. Batin Ify.
Ify memang benar. Tepat saat ia
menoleh ke kanan didapatinay sosok Rio yang lagi menikmati jus jerus. Jus
jeruk? Pikir Ify. Bukannya itu tadi minuman yang gue minum. Jadi….
“Makasih kali, Hel,” ujar Rio
santai.
“Eh! Ah! Elo!” Ify memandang Rio
tajam, “Gue bilang makasih sama lo?” Ify menyipitkan matanya, “NO!!! Nggak
mau!!!” seru Ify ketus.
“Dasar behel tititsan cungkring
tirusan. Lo nggak tau banget terima kasih ye!! Klo nggak ad ague, lo gimana?
Hayo… hayo…??”
Ify mendnegus kesal dan memalingkan
wajahnya dari Rio. “Bodoh!!!” ucap Ify ketus.
“Marah, Neng? Tumben?” Tanya Rio
dengan ledekan dan dia menatap Ify.
“Da……..”
“Ehem…. Pesenin gue makanan dong,
Yo,” pinta Sivia memotong ucapan Ify. Ify sendiri terdiam dan menatap Rio sayu.
Sedangkan Rio sendiri sudah mengalihkan pandanganya dari Ify ganti memandang
Sivia.
“Oke, Via manis,” ujar Rio.
Zahra cengo dibuat oleh dua sejoli
ini. Bisa-bisanya membuat adegan norak di depan matanya secara langsung. Live
di depan mata tanpa jeda iklan.
Dunia yang awalnya kaya dan penuh
oksigen tiba-tiba membuat Ify sesak. Drama kacangan di depannya ini membuat ia
sesak. Membenci Sivia ia tidak bisa. Sumpah. Ify benari sumpah kalau dia tidka
akan pernah membenci Sivia. Sungguh. Sivia sangat baik dan tidak seharusnya
menyakiti Sivia. Tidak pantas gadis sebaik Sivia disakiti. Dan dia harusnya
memahami itu.
“Memang lo mau makan apa, Vi?” Tanya
Rio.
“Bakso/Siomay,” jawab Ify dan Sivia
serentak.
Rio menatap Ify dan Ify tertegun.
Kenapa dia sampai seceroboh ini? Dia harusnya ingat kalau Rio bertanya kepada
Sivia. ‘Vi’ tadi itu jelas ‘Vi’ untuk Via bukan Ify. Aish….
“Bakso gue lo yang bayar ya, Ra?”
tambah Ify cepat dan menggerakan gelas Ice Teh-nya ke arah Zahra. Maksudnya
kode. Wah, ternyata Ify mengeles.
“Oohh… Okee…,” ujar Zahra cepat.
Ify segera bangkit dari duduknya,
bersama Zahra ia pergi meninggalkan kantin. Untuk apa dia di sini? Menjadi
kambing congek?? Harusnya dari awal ia membuang perasaannya kearena
bagaimanapun ia hanya musuh dan lebih halusnya teman berantem Rio. Harusnya ia
sadar. Tapi…
Ya sudahlah. Ify hanya perlu
merelakan keduanya. Membayangkan kenangan tentang ia dan Rio hanya di dalam
mimpi. Menyimpannya agar mimpi itu kekal.
**************
Sungguh ia mulai mepukan Rio.
Menghilangkan semua yang ada pada dirinya yang masih merekam dan mengingat
tentang Rio. Sungguh ia telah mencoba untuk berusaha. Memendam rasa yang ia
punya. Ia kira dia sudah berhasil. Namun……
Prang….. bunyi tempat Ice Cream dan
paping block bersentuha. Gadis itu terkejut dan segera mengambil es krim
miliknya dan berlari sejauh menungkin membawa kesedihan di dalam hatinya.
Ia bodoh!!! Pertahanan yang ia
bangun selama ini hncur sudah. Sia-sia dan mengenaskan. Memang salah kalau ia
jatuh cinta pada Rio?? Salahkah??? Sepertinya salah karena Rio tidak pernah
memandang dirinya. Tidak pernah. Ia dan Rio hanya sekedar teman berantem, nggak
lebih.
“Hiks…hiks….” Tangis Ify. Saat ini
dia duudk di bawah pohon mahoni di halaman belakang sekolahnya tadi tiu sungguh
menyakitkan. Tanpa sengaja, tadi ia melihat Rio sedang… mencium Sivia.
Menyakitkan!!!
“Nggak ada yang bisa gue lakuin lagi
Rio… lo cuma ada di dalam mimpi gue,” gumam Ify.
*****************
Jatuh cinta mungkin perkara yang mudah. Hal
biasa dan bisa tanpa senaja terjadi. Terjerat dalam pesona adalah hukumpaten
jatuh cinta. Karena, pesoan adalah penjerat cinta. Namun, melupakan merupakan
perkara yang sulit. Sulit untuk melepaskan. Menghilangkan dan memudarakan
perasaan yang ada sangatlah sulit. Apalagi membubuh perasaan yang belum
tersampaian dan bahkan masih tersimpan di dalam hati. Dan seperti itulah
dirinya!! Mencoba merelakan, namun ia tidak bisa.
“IFY!!!!” teriak Zahra dna
beralri-lari menghampiri sahabatnya uamh sedamh duduk-duduk bersama teman-teman
sekelas lainnya.
“Gue duluan ya? Itu Zahra
manggil-manggil gue,” pamit Ify.
“Apaan sih, Ra?” Tanya Ify setelah
ia bertemu dengan Zahra.
“Duh… gue punya kabar bagus tahu.
Duduk di sana dulu deh,” ajak Zahra. ify hanya meurut saja.
“Jadi…”
“Ada kompetisi music, Fy!!” seru
Zahra. “Di sekolah dua hari lagi. Bebas pendaftaran, Fy. Gratis. Asyik tahu!!!
Ikutan, yuk,” tambah Zahra.
Kompetisi music?? Wow… hal yang
sangat Ify sukai dan Zahra juga menyukai hal tersebut. “Ah…. Gue mau. Daftar
yuk daftar!!!” seru Ify semangat.
“Lo mau ikutan ya, Fy?” Tanya Rio
yang datang tiba-tiba seperti jelangkung saja.
“Bener,” jawab Ify pendek. “Yuk, Ra.
Kita daftar. Duluan ya, Rio,” pamit Ify dan pergi.
Sementara Rio hanya memandangi sosok
Ify yang semakin menjauh.
***************
Kehilangan sesuatu itu hal yang menyakitkan.
Sangat menyakitkan. Ia berusaha untuk membuktikan sesuatu. Tetapi… apa langkah
yang ia ambil salah?? Hingga kini ia merasa kehilangan. Ia tidak tahu. Terus
bagaimana?? Apa yang harus ia lakukan agar sesuatu yang hilang itu kembali.
Kembali kepada dirinya.
Plok… plok… buny tepuk tanga
menggema di aula SMA Global Nusantara Senior High School.
”Kyaa…. Keren banget si, Ra. Lagu Keajaiban Cinta itu sungguh
menghipnotis,” puji Ify tulus kepada Zahra yang telah duduk di sebelahnya.
“Makasih, Fy. Tuh nama lo udah dipanggil,” ucap Zahra
menginagtkan. Ify mengangguk dan mulai berjalan menuju panggung.
Saat ini, Ify sedang duduk di depan grand piano putih.
Penampilannya sungguh sederhana, namun sanagt menarik. Ia memaki dress berwarna
putih dan flatshoes berwarna senada sebagai alas kakinya. Lalu, rambutnya ia
biarkan tergurai begitu saja.
Alunan melodi yang harmonis mulai terdengar dan Ify mulai
bernyanyi.
Senyumanmu sinari…
Setiap kesedihan di hati…
Tatapanmu hiasi….
Setiap sudut angan-anganku…
Mungkinkahku jadi pilihan hatimu…
Tiada henti ku selalu berangan………….
Ify memejamkan amtanya sejanak. Lagu ini… lagu ini
mengingatkan mimpi-mimpinya selama ini.
Andai dirimu memilih hatiku
Kan kuserahkan cinta tulus dihatiku
Meski kau takkan pernah tahu ketulusan h atiku ini
Biarku simpan dalam mimpi………
Setitik air mata jatuh di pipi putih Ify. Lirik ini sanagt
persis dengan yang terjadi pada dirinya. Hanya bisa bermimpi dan terus
berangan-angan agar mimpinya menjadi nyata. Namun yang terjadi, mimpi tidak
akan pernah menjadi nyata. Tidak akan pernah menjadi nyata.
**********
Rio
segera mengambil tempat duduk yang sedikti di depan saat nama dia yang disebut.
Matanya focus menatap dia yang menjadi objek utama perhatian saat ini.
Biar kusimpan dalam mimpi……
“Air amta,” batin Rio. Jelas itu air mata Ify. Gadis itu
menangis saat bernyanyi. “Apa ini dibalik semuanya?” batin Rio lagi.
Sungguh ia penasaran. Bila benar, bearti Ify jatuh cinta sama
seseorang. Dan orang itu tidak menyukai Ify yang jadi pertanyaan, siapa Mr. X
itu?
Rio mengubah arah pandanganya sejenak dan mendapati Zara yang
menujuk Ify lalu dirinya. Rio bingung. Apa maksudnya??
Andai dirimu memilih hatiku
Kan kuserahkan cinta tulus dihatiku
Meski kau takkan pernah tahu ketulusan h atiku ini
Biar kusimpan dalam mimpi
Biar kusimpan dalam mimpi…
Deg… mata Rio bertemu dengan Ify. Hingga melodi terakhir lagu
itu berdenting, dua pasang mata itu masih saling menata. Terlihat jelas. Sangat
jelas. Bila ada cinta di ekdua bola mata itu. Hanya tinggal kesadaran
masing-masing.
**************
Plok… plok… plok…
Suara tepuk tangan kembali terdengar memenuhi aula. Ify
membungkuk sejenak sebagai tanda terima kasih. Lalu, gadis manis itu turun dari
panggung.
“Kyaaaaa…. Keren banget sih, Fy. Dalem!!!” sambut Zahra
dengan pujian saat Ify duduk di sebelahnya.
“Thanks, Ra. Lega rasanya,” ucap Ify dan tersenyum senang.
Zahra dan Ify iba0tiba mengangguk bersamaan. Ini artinya,
emreka berdua memilih untuk menonton penampilan berikutnya.
Setelah dua jalm lebih meringkup di aula, acara kompetisi
music selesai. Sorakan ‘huuuu….’ Tedegar karena pengumuman pemenang akan
dilakukan pada hari Senin saat upacar. Lama banget!!!
Ify dan Zahra tidak ambil pusing siapa yang menang. Bagi
mereka, sudah tampil sebaik-baiknya adalah hal yang luar biasa.
“Gue pikir Sivia yang bakalan menang,” ucap Ify saat keluar
dari aula. Ia masih terbayang penampilan Sivia yang sangat luar biasa. Apalagi
suara yang sangat enak untuk di dengar.
“Maybe, Fy. Tapi… gue kir aelo jua bisa, hahah….” Timpal
Zahra.
“Dasar!!! Mana mungkin!!” balas Ify.
“Mungkin aja, Fy. Penampilan lo luar biasa tadi,” ucap Rio
dan sudah berdiri di sebelah Ify.
“Rio?” ucap Ify saat menyadari kehadirnn Rio yang datang
begitu saja.
“Hehe… iya, Fy. Lo keren banget,” ucap Rio.
“Gue duluan ya, Fy. Iel udah miscall gue nih,” pamit Zahra
berusaha kabur. Ify mengangguk.
“Boleh gue ngomong empat mata sama lo nggak?” Tanya Rio
hati-hati saat Zahra sudah menghilang.
“Ngng…”
“Please, Fy!”
“Hmm… oke deh,” ucap Ify akhirnya.
***************
Saat ini, Rio da Ify duduk di taan kota yang tidak jauh dari
sekolah mereka. Emreka belum juga memulai pembicaraan. Hingga, keheningan yang
menemani keduanya.
“Fy… gue kangen sama lo,” ucap Rio tiba-tiba.
Mata Ify membelo. Bagaimana bisa Rio mengatakan hal tersebut
kepada dirinya?? Ada apa dengan Rio???
“Kenapa?” Tanya Ify pelan.
Rio menatap bola mata Ify. “Karena sudah sebulan ini lo nggak
pernah ngomong sama gue,” jawab Rio.
Dahi Ify berlipat. Jawaban apaan itu, rutuk Ify kesal.
“Kan memang nggak ada yang harus diomongin sama lo. So, untuk
apa ngomong sama lo.”
“Bukan cuma itu, Fy. Lo ngehindar dari gue. Kenapa?”
“Gue biasa aja tuh,” ucap Ify ketus. Ada apa dengan Rio
sekarang???!!!!
Sdar kalau Ify tidak begitu mennaggapi apa yang ia katakana
membuat Rio sedikit kesal. “Biasa bagaimana? Gue panggil elo, elo nggak nyahut.
Gue duduk di depan lo, lo pergi. Gimana nggak ngehindari????!!!” ucap Rio tak
sabar.
“Kalau gue emang sengaja ngehindari lo, kenapa? Nggak ngaruh
juga sama lo,” ujar Ify ikutan emosi.
“ggak ngaruh gimana? Gue ngerasa kehilangan. Gue kangen elo.
Gue suka sama lo dari dulu,” ucap Rio dan memandangi wajah Ify lekat-lekat lalu
ia menarik Ify ke dalam dekapannya. “Gue kangen sama lo. Kangen dekat sama lo.
Kangen saat-saat kita berantem,” tambah Rio pelan.
Jantung Ify berdesir cepat. Ia benar-benar tidak menyangka
kalau Rio menyukai dirinya dari dulu. Jadi, arti kedekatan Rio dengan Sivia
apa? Ify berasumsi sendiri.
“Lo bohong!!! Lo bilang kangen sama gue. Suka sama gue. Tapi,
lo selalu dekat sama Sivia. Lo lebih dengerin Sivia daripada gue. Lo ngacangin
gue kalau Sivia ada. Itu maksudnya apa Rio? Gue sakit hati. Gue sayang sama lo,”
ucap Ify panjang lebar.
Rio melepaskan pelukannya. Jadi… selama ini Ify juga menyukai
dirinya. Ify menghindar karena cemburu ia dekat dengan Sivia. Rio jadi
tersenyum.
“Kenapa lo senyum-senyum?? Puas lo???”
“Fy… Sivia itu sepupu gue,” ujar Rio tenang.
“Sepupu??? Bohong lo!!!” tuding Ify.
Rio mengambil dompetnya dan menunjukan foto yang ada di sana.
Pipi Ify memerah saat melihat ada fotonya. “Ini foto keluarga besar gue. Itu
gue dan itu Sivia,” jelas Rio dan menunjukan foto gadis perempuan kecil berpipi
chubby dan memang mirip sama Sivia.
“Jadi… selama ini gue…”
“Ya, lo selama ini cemburu sama sepupu gue,” sambar Rio. “Itu
berarti lo sayang sama gue. Hmm…,” tambah Rio.
Pipi Ify mengembung. Ia cemebrut. “Nggak!! Lo duluan yang
bilang suka sama gue!”
“Lo!”
“Lo!”
“Lo Rio item!!”
“Lo Ify behel!”
“Ya udah gue pergi,” ucap Ify merajuk.
Rio segera menahan langkah Ify. “Jangan, Fy. Gue suka sama
lo. Sayang sama lo. Would you be Mario’s girlfriend?”
“Hah?” Ify cengo. “Lo nembak gue? Kok nggak ada
romantic-romantisnya sih?” protes Ify.
“Rewel banget sih lo, Fy. Untung gue
nembak elo. Mau ya, Fy? Gue kan ganteg nih,” rayu Rio.
Ify mencibir. “OGAH!!!!”
“Beneran?”
Ify mengangguk yakin. “Ya dong!!!
Gue ogah sama lo!!!”
“Ya udah, gue sama Zahra aja!” ujar
Rio.
“Zahra udah ama Iel kok.
Wleeekkkk!!!!”
“Sama Angel aja. Dia naksir gue
berat,” ujar Rio lagi.
Mata Ify melebar. Angel?? Angel yang
itu?? Jangan dong ya. “Eh…. Jangan dong, Yo. Gue mau kok jadi pacarnya Rio item
cungkring kangkung dekil pesek jelek lagi,” ujr Ify dengan tamoang polosnya.
Tentu saja dibuat-buat.
“IFY!!!!!” seru Rio geram.
“Hehe… peace, Yo!”
“Dasar behel!”
“Item!”
“Kangkung!”
“Cungkring!”
“Elo!”
“Elo!”
“Lo pesek gue mancung!”
“Tirusan!!”
Hahahah…. Tawa Rio dan Ify meledak.
“Kangen berantem!” ucap Rio dan Ify kompakan. Lalu keduanya terawa bersama.
“Stop… stop… stop ketawanya!” seru
Ify tiba-tiba.
“Kenapa, Fy?”
“Gue mau Tanya waktu itu elo nyium
Sivia ya?” Tanya Ify penuh selidik lengkap dengan matanya yang menyipit.
“Kapan?” Tanya Rio bingung.
“Waktu di tamans sekolah.”
Rio mengingat-ingat. “Oh… waktu itu
Sivia kelilipan. Gue cuma ngebantu niupin mata sepupu gue. Masa iya gue nyium
sepupu gue sendiir. Lo cemburu ya?” goda Rio dan mengerling nakal ke arah Ify.
Ify bergidik dan diam-diam lega.
Ternyata dulu itu dia salah sangkah. “Ihhh…. Sorry-sorry aja ya!!!”
“Mau gue cium??”
“OGAH!!! Sorry ya!!! wleek….. dasar
item!!!” ledek Ify llau kabaru.
“Awas ya lo, Fy. Dapet, gue cium
lo!!” balas Rio dengan teriakan.
“Nggak!!! Ogah!!!” balas Ify dan
berlari sekencang-kencangnya. Rugi dong dicum Rio. Enak aja amin sosor.
Ify terus berlari. Tangannya
terbentang bebas. Ias enang hari ini. Karena apa yang ia mimpikan jadi
kenyataan. Ia senang kalau dia bukan Putri si Pemimpi ia senang karena Rio ada
untuknya. Dan karena terlalu senang……..
“Ify awas!!!!” teriak Rio.
Jedug….. Ify sukses menubruk pohon
manga. “Aduh!!!” rintih Ify. “Tambah lebar nih jidat gue,” ucap Ify. “Bisa-bisa
Ibu Uci bilang gue jidat lebar lagi,” dumel Ify.
“Apa?? Jidat lebar??? Panggilan baru
yayang gue jidat lebar!!!” ujar Rio.
Ify menoleh ke belakang dan di
dapatinya Rio yang sudah berdiri di dekatnya. “Apa lo?? Nggak ada Ify si Jidat
Lebar!!!”
“Jidat Lebar!!! Yayang gue jidat
lebar!!!!” ledek Rio.
“RIO!!!!!” seru Ify kesal.
Rio tertawa-tawa.
“The End”
Gimana cerpennya?? Aneh (lagi)?? Maaf ya…
Terima kasih udah baca. Di koment ya?? Kalau typo maaf ya…
1 comments:
Bagus banget tapi Typo-nya banyak o.O
Posting Komentar