ANDAIKAN 5
Kamu buat gue
khawatir lagi!
Ify tergesa-gesa
pulang ke rumah. Jarum jam telah menunjukkan pukul setengah tujuh malam.
Gara-gara sibuk mencari benda itu. Ify jadi lupa kalo ada orang terkapar di
rumahnya. Dengan tergesa-gesa Ify berlari ke rumahnya. “Huft..” keluh Ify. Dia
membuka pintu rumah yang sendari tadi terkunci (Ternyata Rio dikurung dari luar
oleh Ify. J). Setelah terbuka Ify segera berlari
menuju kamarnya.
“Rio?” panggil Ify.
Dan dia terkejut karena Rio nggak ada. Buburnya pun masih utuh. Ify khawatir.
Dia mencari di kamar Deva dan Ozy tapi hasilnya nihil. Lagi-lagi Ify menuju
belakang rumah, kali aja Rio ada di sana. “Lo kemana sih, Yo?” tanya Ify
bingung. Ternyata lagi-lagi nihil. Setengah jam Ify bolak-balik rumahnya. Kamar
dia, Deva dan Ozy udah lima kali dia bolak-balik tapi nggak ada hasil. Terakhir
Ify mencari Rio di taman belakang.
“YOOOOOOOOOO,
LLOOOOOO DI MANAAAAAA?? GUE KHAWATIRRRR.” Teriak Ify tercekat. Air mata udah
dipelupuk mata dan tumpah juga.
“Lo di mana Rio? Lo
itu belum sembuh. Seenggaknya kalo nggak mau gue rawat, lo tunggu sampai gue
pulang. Biar gue anter lo ke rumah Dea. Jangan ngilang gini. Hiks…hiks….hiks…”
isak Ify dan memandangi wallpaper handphone Rio yang tak lain adalah foto Rio.
Ceritanya, Ify
pulang telat karena sibuk mencari ponsel Rio di tempat kecelakaan dan
memperbaikinya langsung ke counter. Makanya, itu ponsel bisa ditangan Ify.
“Gue tahu Io, kalo
gue nggak pantes ngerawat elo. Gue sadar kok. Tapi gue nemuin loe wajar kalo
gue ngerawat elo. Lo di mana?? Jangan buat gue khawatir. Hiks…hiks…hiks…. Gue
harus bilang apa io ke Ray tentang lo?? Apa?? Hiks..hiks.. lo dimana sih?” ujar
Ify di sela tangisnya.
“Gue di sini.” Ucap
seseorang.
@Ruang Tamu
Kepala Rio terasa
berat, perutnya lapar. Rio pun terbangun dari tidurnya. “Huaaaahhhh…..” gumam
Rio dan menggerakan tangannya. “Aaaaawwwww” seru Rio kesakitan. Dia lupa kalo
tangannya juga babak belur. “Dia belum pulang?” batin Rio. Rio terduduk diam,
kemudian dia mendengar suara orang menangis. Ya iyalah, masa iya tembok nangis
(?). Rio mengikuti sumber suara tangis itu dan membawanya ke taman belakang.
@Taman Belakang
“Gue tahu Io, kalo
gue nggak pantes ngerawat elo. Gue sadar kok. Tapi gue nemuin loe, wajar kalo
gue ngerawat elo. Lo di mana?? Jangan buat gue khawatir. Hiks…hiks…hiks…. Gue
harus bilang apa io ke Ray tentang lo?? Apa?? Hiks..hiks.. lo dimana sih?” ujar
Ify di sela tangisnya.
“Gue di sini.” Ucap
seseorang.
Ify kaget dan
kepalanya dengan liar menyapu taman belakang yang hanya di terangi lampu taman
itu. Tatapannya berhenti pada sosok tegap yang berdiri tepat dua meter di
belakangnya. “Rio.” Gumam Ify pelan. Tapi Rio mendengarnya.
“Iya, gue di sini.”
Balas Rio. Ify yang masih menangis jadi semakin menangis dan menatap sosok Rio
itu. Rio bingung, dia harus gimana. Kenapa pula Ify masih nangis dan dia tidak
bisa melihat wajah menangis itu. Dia teringat pertama kali dia melihat Ify
menangis dan Rio pun perlahan mendekati Ify.
“Jangan nangis
dong, Fy. Gue di sini kok. Nggak ngilang.” Ujar Rio yang kini jongkok di depan
Ify yang duduk di rerumputan.
“Tapi lo buat gue
khawatir. Lo belum sembuh. Luka lo belum kering, Io. Lo belum makan, gue lihat
bubur itu….” Ucap Ify yang langsung berhenti karena Rio memeluknya. Bayangkan
Rio meluk dirinya dan Ify langsung kicep.
“Maaf udah buat lo
khawatir. Gue tadi tidur di sofa ruang tamu.” Bisik Rio tepat di telinga Ify.
Ify Cuma bisa diam dan tangisnya mulai mereda. Namun, Rio masih memeluk Ify.
Lumayan lama Rio
meluk Ify, akhirnya Rio lepaskan juga. “Nah, gini dong. Kan enak kalo lo nggak
nangis lagi.” ucap Rio tersenyum dan
menghapus air mata yang tersisa di wajah Ify dengan kedua tangannya. Ify
tertegun dan cepat-cepat sadar.
“Ini handphone lo.
Gue temuin di tempat lo kecelakaan.” Ujar Ify dan memberikan handphone itu ke
sang Empunya. Rio tidak ngomong apa-apa.
“Jadi lo yang
ngerawat gue??” tanya Rio. Ify mengangguk namun Rio masih mentapnya.
“Gue nggak bilang
sama siapa-siapa kok. Tenang aja. Sama sahabat gue juga nggak, apalagi sahabat
elo. Sama Ray juga nggak. Pokoknya nggak ada yang tahu kalo gue ngerawat elo,
apalagi Dea. Gue juga tahu diri kok, gue nggak sesumbar.” Ujar Ify. Kening Rio
mengerenyit, berlipat, atau apa deh. aku nggak tahu istilahnya. Rio memikirkan
kata-kata Ify jadi dia tahu apa maksudnya.
Rio tersenyum dan
mengacak puncak rambut Ify. “Makasih karena udah ngerawat gue. Kalo loe nggak
nolong gue, gue nggak tahu jadi gimana.” Ujar Rio lembut lagi-lagi membuat Ify
terkejut. Ify menatap kedua mata Rio, tapi nggak berani lama-lama. Nggak tahan.
Tiba-tiba perut Rio keroncongan.
“Lo laper. Yuk,
masuk. Sekalian lo ganti perban.” Ujar Ify dan berdiri diikuti Rio. Keduanya
berjalan masuk ke rumah.
Ada apa denganmu, Rio??
@Ruang Tv
Rio menatap gadis
yang tengah mengganti perban di kepalanya dengan saksama. Air muka serius, bola
mata beningnya yang memantau pekerjaan sang Gadis dengan tajam dan teliti.
Sekali-kali tercipta senyum dari kedua sudut bibir sang Gadis manakala ia
berhasil memasang perban dengan baik.
“Gue salah nilai
elo, Fy.” Batin Rio. Ify masih meneruskan pekerjaannya. Melilitkan kasa ke
kepala Rio.
Gadis ini, Ify.
Gadis yang telah menolongnya, menemukan handphone-nya, membawa motornya dan
khawati dengannya yang tiba-tiba “menghilang” menurut gadis itu. Padahal Rio
sendiri berada di ruang tamunya. Tertidur di sofa. Mengingat itu semua, membuat
Rio ingat dengan Mamanya. Mama yang selalu khawatir dengan dirinya dan juga
Ray. Ingat Ify, jadi kangen Mamanya yang kini sibuk menemani Papanya mengurus
perusahaan keluarga.
Tanpa sadar Rio menghela
nafas berat. Ray benar dan Rio mengakui itu sekarang. Ify memang gadis yang
baik dan tulus. Zaman kini mana ada orang yang mau menolong orang yang udah
menyakiti dirinya sendiri. Justru Ify kebalikannya. Gadis itu tetap menolong
dirinya. Rio merasa Ify adalah orang yang terlalu memahami dirinya. Bayangkan
saja, Ify mengerti apa yang diminta atau yang dimaksud dirinya hanya lewat
tatapan mata Rio.
Rio masih ingat
denga jelas, bagaimana sikapnya terhadap Ify. Sangat buruk. Itulah nilai yang
tepat buat sikapnya selama ini. Bagaimana perasaan Ify saat Rio mengatai Ify
dengan kata-kata yang tidak pantas itu? Membayangkan itu semua membuat Rio
merenung dan sangat merasa bersalah.
Ditatapnya bola mata Ify. Bola mata yang harus terpaksa mengeluarkan air mata
bening kepedihan akibat perbuatannya. Berapa banyakkah yang harus keluar? Rio
tidak bisa membayangkannya.
Rio mendesah berat.
Ify. Gadis yang pertama kali dipeluknya serta gadis yang selalu ia kasari. Rio
bingung dengan dirinya, kenapa bisa memeluk Ify ketika melihat gadis itu
menangis. Suatu hal yang tidak lazim dilakukan oleh Rio. Namun, Rio tidak dapat
menyangkal bahwa dirinya menemukan rasa nyaman dan tenang ketika Ify berada dalam
lingkaran kedua tangannya.
Ify P.O.V
Aku bukannya tidak
mengetahui kalo mata elang Rio terus menatap diriku. Aku bingung dan risih
sekali. Karena mataku tak sanggup menatap mata Rio, aku kembali fokus dengan
pekerjaanku. Mengganti perban. Tapi, aku tidak bisa mendapatkan fokus itu.
Jantungku berdegup nggak berirama.
Ok. Aku kesal
sekali dengan sang Waktu. Kenapa juga dia seenaknya membiarkan ini terjadi
sekarang? Kenapa nggak dari dulu? Apa dia memang mau mempermainkanku.
Seharusnya waktu nggak perlu membuat ini terjadi, karena sekarang aku sedang
proses melupakan rasaku untuk pemuda tampan dihadapanku ini.
Wait..tapi, tadi
Rio memelukku? Apa ini memang dari hati Rio atau dia memang selalu memeluk
gadis lain? Tapi, nyaman banget dipeluk sama Rio. Semua kesusahan dan keresahan
hatiku hilang begitu saja. Gini ya yang dirasain Dea? Huft…beruntungnya jadi
Dea. Punya seorang Mario. Hah? Apa sih yang aku pikirkan. Nggak Ify. Nggak
boleh mikir kayak gitu. Lo harus fokus buat ngelupain Rio.
Aku melirik sosok
Rio dari ekor mataku. Mata itu masih saja menatap diriku. Ada yang salah ya?
Aku bingung sendiri. “Ada apa denganmu, Rio??”
BERSAMBUNG......
1 comments:
lanjut donkk
penasaran banget ni. .
Posting Komentar