Cinta Gue itu, Elo! Part 1



 Cinta Gue itu, Elo! 1



Biarkanlah kurasakan
Hangatnya sentuhan hatimu
Bawa daku penuhiku
Berilah diriku kasih putih dihatiku……

                Lagu Kasih Putih berakhir dibawakan oleh pemuda yang kini tengah berdiri di tengah panggung yang megah. Ya, dia adalah penyanyi dalam konser ini. Para penonton sekaligus menyandeng lebel fans berat si Pemuda berteriak histeris. Mereka terpukau akan kepiawai pemuda berkulit hitam namun manis itu bernyanyi. Suaranya sungguh lembut dan sangat menenangkan. Apalagi ketika bernyanyi ia sangat menghayati lagu yang ia bawakan sehingga memberikan kesan yang sungguh mendalam. Tidak heran kalau dia memiliki berjuta-juta fans yang dikenal dengan RISE. Rio Fans Site. Jadi, penyanyi itu bernama Rio. Lengkapnya Mario Stevano Aditya Haling.
                Rio itu masih remaja, ia baru saja duduk di bangku pendidikan kelas XI SMA. Tepatnya, ia kini menuntut ilmu di sekolah Internasional yaitu Global Nusantara International School. GNIS. Sekolah yang memang dipenuhi oleh anak-anak artis walaupun tidak semuanya.
                “Terima kasih,” ucap Rio diakhir lagunya. Ia menatap fans-fans-nya dengan mata berbinar dan tidak lupa dengan senyum khasnya. Senyum termanis yang pernah ada. Sepertinya, ia sangat menikmati dunianya. Menjadi artis terkenal dan mempunyai penggemar yang begitu membeludak. Rio sesungguhnya bukanlah sosok yang sempurna. Ia tampan? Benar. Pinter? Selalu lima besar di sekolahnya. Itu cukup menunjukan ia memang memilki IQ yang oke dalam akademiknya. Suara? Jangan ditanya lagi. Suara adalah modal ia menjadi artis, tentu suaranya bagus dan memiliki ciri khas tersendiri. Yang membuat Rio tidak bisa dibilang sempurna hanya karena ia cungkring dan nose-nya sedikit mancung tapi ke dalem. Namun, itu semua mampu ia tutupi hingga menjadi keunikan baginya sendiri. Dan orang-orang di sekitarnya bahkan fans-nya tidak mempermasalahkan itu. Ditambah lagi, kekurangannya memberikan point tersendiri bagi Rio sehingga sampai saat ini fans-fans-nya tidak berkurang malah semakin berkembang biak. Sungguh luar biasa.
                “KYAAAAAAAAAAAAAAAAAA………………… RIIIIIIOOOOOOOOOO……..”
                “HUUUUUUUUAAAAAA…………RIIIIIIIIIIIOOOOOOOOOOOOOOOOOOOO….”
                “RIIIIIIIIIIIIOOOOOOOOO………..RIIIIIIIIIIIIIOOOOOOOO………………...,” teriakan fans-fans-nya yang memunuhi tempat konser bergema. Rio hanya menatap mereka dengan senang dan ceria. Rio mengangguk sopan dan tersenyum manis. Memang benar, ia sungguh menikmati kehidupannya sekarang. Memiliki banyak penggemar, masuk trend topic utama dan walaupun terkadang ia kesal lantaran digosipin dengan sesama artis muda seumuran dengannya.
                “Tenang, guys. Gue akan bawain satu lagu lagi,” ucap Rio. Suasana menjadi hening dan intro lagu Rindukan Dirimu terdengar mulai mengalun.

**************

                Di sebuah rumah yang tidak begitu luas dan sederhana, tepatnya di ruang keluarga sebuah televisi berukuran 29 ins dibiarkan hidup begitu saja tanpa ada satu pun yang menontonnya. Ruangan itu juga agak gelap. Cahaya mentari samar-samar berhasil menembus ruang keluarga. Cahaya yang ada juga berasal dari televisi yang memberikan cahaya warna-warni tak menentu.
                Tiba-tiba suara langkah kaki terdengar semakin mendekat. Ah, rupanya seorang gadis kecil dengan pipi tembem dan rambut dikuncir dua tampak tergesa-gesa menuju ruang keluarga. Matanya melebar ketika mendengar suara yang bersumber dari televisi. Ia semakin mempercepat langkahnya dan kemudian menghempaskan tubuhnya ke sofa yang berada di depan televisi. Matanya semakin melebar dan aura kegembiraan terpancar dari wajahnya. Gadis kecil berusia lima tahun itu fokus menatap objek yang tengah menyanyi dari layar kaca. Tiba-tiba, si Gadis kecil tersentak. Sepertinya ia baru saja teringat akan seseuatu. Telapak tangan kecilnya menepuk keningnya pelan. Lalu ia terkekeh kecil. Sungguh menggemaskan. “KAK IFY, CEPETAN. ACALANYA UDAH MULAI. KAK LIO-NYA UDAH NYANYI TUH,” teriak si Gadis kecil dan matanya tak lepas dari idola favoritnya. Penyanyi muda, Mario Stevano. Namun, sang Kakak tak kunjung merespon.
                “YA AMPUN, KAK IFY. KAK LIO-NYA UDAH NYANYI SETENGAH TUH. NTAL KETINGGALAN LHO. ACHA UDAH INGETIN KAKAK, AWAS AJA KALO KAKAK NGOMEL-NGOMEL SAMA ACHA LAGI,” teriak Acha si Gadis kecil untuk kedua kalinya. Kini tampangnya cemberut. Acha kesal sama sang Kakak. Pasalnya Acha pernah lupa ngasih tahu kakaknya ketika idola mereka berdua muncul di televisi. Ketika acaranya udah selesai Acha baru cerita sama kakaknya dan kakaknya ngambek serta tak lupa ngomelin Acha.
                Lima menit Acha tidak memanggil kakaknya lagi. Kini Rio akan membawakan lagu terkahirnya pada acara ini. Judulnya Rindukan Dirimu. Acha tahu kalau Ify, kakaknya itu sangat menyukai lagu Rio yang ini lantas otak polosnya memikirkan sesuatu agar kakaknya cepat menonton.
                “KAK LIO NALIK FANS-NYA. NGAJAK NYANYI BALENG,” teriak Acha lagi. Ia tak mendengar tanda-tanda kalau kakaknya akan keluar dari tempat persemediaannya alias kamarnya. “KYAAA…………KAK LIO MELUK FANS-NYA,” jerit Acha histeris. Ia mendengar dari kamar kakaknya suara gerasak-gerusuk, ia tersenyum bangga dan kembali menonton.

*****************

                Ify bukannya tidak mendengar kalau adik kesayangannya itu memanggilnya dari tadi. Mengingatkan ia untuk menonton idola mereka bersama-sama. Sesungguhnya Ify ingin sekali bilang iya, tetapi lidahnya tiba-tiba kelu dan pikirnya tak mau berhenti melahirkan ide-ide. Ya, kini Ify tengah asyik mengetik sesuatu. Jemarinya dengan lincah menari-nari ditombol keypad laptop-nya. Wajahnya tersenyum senang dan terkadang muram. Lantas gadis remaja yang baru berusia 16 tahun itu tak memperdulikan panggilan adiknya.
                Tiba-tiba kegiatan Ify terhenti begitu saja ketika ia mendengar jeritan Acha kalau idola-nya, Mario Stevano memeluk salah seorang fans-nya. Seperti terhipnotis Ify segera bangun dari ranjanganya. Membiarkan laptop-nya hidup dan bergegas menuju ruang keluarga.
                Brak…. Suara pintu dibuka dengan kasar. Ify segera mengambil tempat duduk di sebelah Acha. Acha kaget dan kemudian tersenyum senang mendapati kakaknya sedang duduk bersebelahan dengannya dan juga menatap layar kaca.
                Ify menatap sosok Rio yang kini sedang bernyanyi membawakan lagu Rindukan Dirimu. Ify mendelik kesal ke Acha. “Hehe… maafin Acha ya Kak Ify. Acha Cuma mau Kak Ify liat Kak Lio. Acha baca tulisan kakak, kalo kakak kangen kak Lio,” ujar Acha polos. Ia tersenyum penuh harap ke Ify. Ify tertegun. Dimana Acha nemuin tulisan itu, batin Ify. Ify melamun memikirkan kemungkinan yang ada. Sebenarnya, Ify sendiri bingung dengan perasaannya terhadap Rio. Apa hanya sekedar idola atau memiliki rasa yang special kepada sosok tampan itu. Ify bingung. Terkadang ada perasaan yang begitu menyakitkan menyelinap ketika ia melihat Rio dengan gadis lain. Perasaan berbeda yang ia pernah rasakan, bahkan mampu membuat air matanya berlinang walau hanya sedikit. Jika ia seorang fans tidak mungkin ia sampai segitunya. Tapi apakah mungkin ia memang benar-benar menyukai pemuda itu??
                “Kak Ify….,” panggil Acha dan menggoyang-goyangkan tubuh Ify. “Kak Lio-nya benal-benal nyanyi sama fans-nya,” lanjut Acha lirih. Tapi itu bagai halilintar untuk Ify. Ia kaget dan segera membiarkan kedua bola matanya menatap Rio dan ntah siapa namanya bernyanyi bersama. Ify menatap mereka fokus. Ia melihat kalau Rio menatap fans-nya dengan tatapan teduhnya. Perasaan itu kembali menyelinap di relung hati Ify. Ify benar-benar sadar kalau gadis yang bersama Rio itu hanya sekedar fans-nya. Tetapi hatinya terasa sakit. Ia tak rela melihatnya.
                “Gue kenapa??” gumam Ify. Acha yang mendengarnya hanya menatap kakaknya dengan bingung. Ia tak tahu harus berbuat apa. Gadis kecil berusia lima tahun itu tak mengerti apa yang dipikirkan kakaknya. Tapi ia tahu kalau kakaknya tengah merasa tidak enak.
                “Terima kasih Rio udah ngajakin aku nyanyi,” ucap fans-nya Rio itu. Lalu ia tanpa rasa malu memeluk Rio sekilas. Rio sendiri tidak menolak sama sekali. Ia bahkan membalasnya. Kemudian Rio melepaskan pelukannya dan meminta fans-nya itu kembali ke tempatnya.
                Ify melihat kejadian itu tersentak. Ia merasa nyilu di hatinya. Tanpa ia sadari air matanya tumpah. Ia menangis. Hatinya terasa sakit melihat adegan kecil itu. Padahal wajar saja kalau Rio berduet dengan salah satu fans-nya. Bahkan hal itu akan memberikan dampak yang baik bagi karier Rio. Ia akan terkenal dengan artis yang ramah.
                “Jangan nangis, Kak Ify. Maafin Acha. Acha nggak tahu,” ucap Acha lembut. Ify tersadar dan menatap adiknya itu.
                “Kak Ify nggak apa-apa kok, Cha. Kakak cuma kelilipan doang kok,” ucap Ify dan ia menyetel senyumnya.
                “Nggak. Acha melasa kalo kakak sedih liat kak Lio meluk fans-nya itu,” bantah Acha.
                “Nggak lah, Cha. Emang kakak siapanya Rio? Ada-ada aja kamu,” sela Ify dan tertawa hambar. Jemari tangannya menghapus sisa air mata yang tersisa di pipinya. “Ayo kita tidur siang dulu. Acaranya udah habis tuh,” ajak Ify. Acha mengangguk patuh dan keduanya beranjak dari sofa. Sebelum menuju kamarnya, Ify terlebih dahulu mematikan televisi. “Hari ini, hari terburuk gue nonton konser Rio,” batin Ify. Ia lantas menghela nafas berat.

*******************

                “IFY, CEPETAN DONG. KITA KE KANTIN SEKARANG,” teriak sohib Ify. Via, Shilla dan Agni serempak. Ify kaget dan menutup telinganya. Ia melotot kesal kepada ketiga sohibnya yang tega banget neriakin dirinya, padahal jarak mereka hanya dua meter.
                “Nggak pake teriak berapa sih?” tanya Ify kesal. Ketiga sohibnya tertawa dan menarik dirinya menuju keluar kelas.
                “Ipong-Ipong, makanya jangan ngelamun mulu. Lo ngelamunin apaan sih?” tanya Agni yang berjalan di sebelah Ify.
                “Siapa bilang gue melamun? Nggak kali. Sok tahu jangan dipelihara deh,” jawab Ify santai. Via mendelik.
                “Nggak melamun apaan. Jelas lo melamun,” Via mendukung Agni. Ify mencibir.
                “Lo bertiga tahu nggak, kalo Rio meluk fans-nya kemarin. Namanya Dira. Gila…. Beruntung banget. Coba gue,” ucap Shilla tiba-tiba. Ketiga sohibnya menoleh ke arah Shilla. Tepatnya Agni dan Via, sementara Ify hanya ikut-ikutan saja.
                “Boong lu, Shill. Nggak mungkin kali,” seru Via.
                “Lo kagak up date, Vi. Jangan bilang lo nggak liat konser Rio kemarin,” sergah Shilla. Via menyengir kuda yang menunjukan jawaban kalau ia nggak menonton konser itu sama sekali.
                “Emang lo nonton, Shill?” tanya Agni.
                Shilla mengangguk. “Di tivi, kemarin sore. Gue kan suka sama Rio. Lagian gue juga udah kenal lama sama Rio, sekarang sekelas lagi,” jawab Shilla. Ia senang sekali. Ify menatap Shilla mencari kata bercanda di dalam mata gadis cantik itu. Namun sia-sia, Ify tak menemukannya sama sekali. “Apa gue harus relain Rio buat Shilla?” tanya Ify pada hatinya sendiri.
                “Tuh kan, Fy. Lo melamun lagi, ada apa sih? Lo kena virus cemburu kayak fans-fans-nya Rio itu?” tanya Via.
                Ify langsung menggeleng. “Gue kagak ngefans sama Rio,” ucap Ify tegas dan keras. Ketiga sohibnya menatap Ify aneh. Ify sadar ia terlalu keras berbicara. “Kok lo bertiga nggak percaya gitu? Gue emang nggak nge-fans sama dia.”
                “Bukannya lo nge-follow dia, Fy?” tanya Agni.
                “Nggak nge-fans banget, biasa aja. Gue juga nggak pernah mention dia apalagi nge-DM dia sampe lima puluh kali lebih tapi kagak di tanggapi,” ujar Ify dan ia nyengir ke Shilla.
                “Ah lo, Fy. Nyindir gue segitunya,” Shilla ngambek. Ify tertawa. “Tapi mention gue di bales tahu, lima kali,” tambah Shilla bangga dan menunjukkan lima jemarinya.
                “Iya dibales lima kali. Dua Rio cuma bilang ‘iya makasih’. Dua-nya lagi, ‘pagi juga’ dan yang terakhir, maaf ya jangan nge-DM gue mulu. Sorry kalo nggak bisa bales’”, bales Agni dan ia tersenyum penuh kemenangan dan membuat Shilla makin manyun.
                “Udah deh, yuk kita ke kantin. Gue laper,” ajak Via dan menarik ketiga sohibnya.

*******************
               
Rio sedang berkumpul dengan ketiga sohibnya di tempat biasa mereka ngumpul. Di sebuah ruangan yang memang khusus buat mereka berempat. Mereka berempat sibuk dengan aktivitas masing-masing tepatnya aktivitas bersama Blackberry masing-masing.
Rio menatap Blackberry yang selalu tak pernah berhenti menerima berbagai pemberitahuan dari twitter-nya dan BBM-nya. Angka 1050 terpampang di sebelah icon twitter, menunjukkan bahwa ada 1050 pemberitahuan masuk. Rio membuka twitter-nya dan memang semua dari fans-fans-nya. Kebanyakan mereka meminta follow back dan bales mention. Sebenarnya Rio mulai bosan dengan aktivitas ke-artis-annya. Semenjak konser terakhirnya kemarin tepatnya saat terjadi adegan-adegan pelukan itu, Rio jadi males membalas mention fans-fans-nya. Kebanyakan ia meminta salah satu sahabatnya dengan suka rela untuk membalas mention itu. Bahkan sejak seminggu yang lalu, Rio sudah males dengan mention fans-nya. Rio hanya membalas mention fans-nya yang menyakan perihal gadis yang ia peluk kemarin dan membalasnya pun hanya singkat. ‘Dia fans gue kok’.
“Yo, lu kenapa?” tanya Iel, sohib Rio yang sama memiliki kulit hitam manis seperti Rio. Rio diem saja.
“Biasa, Yel. Ngedepin fans-fans-nya yang makin banyak itu,” Cakka yang menjawab. “Aha, jangan-jangan tentang fans yang ia peluk kemarin,” lanjut Cakka. Rio menatap Cakka tajam. “Piss, Yo. Canda, Bro.”
Rio mendengus kesal. “Gue bosen, lo bertiga ada yang mau balesin semua mention ini nggak? Gue kasih apa yang lo mau dah,” tanya Rio. Ketiga sohibnya saling nyengir. Cakka dan Gabriel kompak menggeleng.
Alvin, sahabat Rio yang bermata sipit karena ada darah China-nya mengangguk pasrah. Lantaran Cakka dan Gabriel menatap dirinya dengan penuh rasa melas. “Ya udah, gue aja Yo. Siniin hape lo,” ucap Alvin pada akhirnya. Rio tersenyum senang dan menyerahkan hape-nya kepada Alvin.
Sementara Rio asyik mengobrol dengan Cakka dan Iel, Alvin terus berkutat dengan Blackberry Rio. Ia sibuk membalas dan membalas mention-mention yang sungguh banyak itu. Apalagi kebanyakan semua isi mention itu  mirip-mirip semua. Nge-betein banget. Untung saja Rio itu sahabatnya, kalau nggak pasti Alvin udah nolak walaupun dikasih imbalan berupa apapun.
                Seulas senyum tergambar di wajah oriental Alvin. “Yo, gue nemu penemuan nih,” seru Alvin girang. Rio, Cakka dan Alvin sontak menghentikan obrolan mereka dan menatap Alvin penuh tanda tanya. Emang penemuan apa sih yang ada dari twitter.
                “Apaan, Vin?” tanya Cakka tak sabaran.
                “Denger gue, ‘Hai, Rio. Moga lo sehat selalu. Take rest and take care ya. Be the best selalu. Jangan lupa buat peer’,” ucap Alvin. Tawa Cakka dan Gabriel meledak. Mereka berdua tertawa tanpa henti. Rio sendiri diam terpaku.
                “Huahahaahhaa…. Lucu amat. Mention siapa tuh, Vin? Gila fans atau emaknya Rio tuh,” seru Cakka di sela-sela tawanya. Gabriel mengangguk setuju. Alvin malah bengong.
                “Lo berdua kenapa ketawa? Ini mah penemuan, satu-satunya fans Rio yang nggak bilang ‘Yo, bales mention gue dong’, ‘folback gue dong, Yo’, ‘bales DM gue’. Bukankah itu penemuan?” tanya Alvin bingung.
                “Langkah sih langkah, tapi lucu aja. Masa mention jangan lupa buat peer. Gila aja, emang emak Rio,” ucap Gabriel. Ia melirik ke Rio yang diam terpaku. “Lo kenapa, Yo?”
                Rio tersadar. “Nggak kenapa-kenapa. Jangan di bales, Vin mention-nya. Siapa  user-nya?”
                Alvin mengangguk. “@sasari2406,” ucap Alvin pendek. Rio mengangguk. Rio menatap Cakka dan Gabriel dari ekor matanya yang tengah asyik berkodean mengansumsi tentang dirinya. Rio tak perduli. Yang jelas, karena mention itu ia ingat kalau dirinya belum sama sekali mengerjakan peer Kimia dan Fisikanya.

********************


@sasari2406 sore, Rio. Take care and rest ya!

Pemuda hitam manis yang akrab dipanggil Rio itu senyum-senyum membaca ulang mention dari salah seorang fans-nya yang belakangan ini membuat perasaannya nyaman. Awalnya Rio tidak suka dengan mention fans-nya itu. Mention tersebut berkesan sok akrab banget dengan dirinya. Tetapi, setelah dua minggu berlalu dan tepatnya mention itu selalu nangkring di time line twitternya saat sekitar jam lima sore setiap harinya, perasaan nyaman yang dipancarkan mention sederhana itu menyelimuti hatinya. Sampai saat ini pun, Rio tak pernah membalas mention-mention itu. Dirinya bimbang dan bingung. Soalnya di setiap mention itu tak pernah ada kata 'Yo, bales mention-ku dong' atau 'Yo, please mention-ku di bales' dan sejenisnya. Karena itulah ia ragu untuk membalas mention tersebut.
Rio sendiri sangat penasaran siapa gerangan fans-nya itu. Dia sudah mencari profil fans-nya itu. Tapi yang ia dapat hanya :

RA@sasari2406
mulai bergabung di twitter 24 Juli 2012
following 32
followers 31

Hanya sekedar itu. Orang-orang yang nge-follow 'sasari' semuanya berlebel rise dan nggak ada satupun tweet 'sasari' yang menunjukan siapa dirinya dan di mana ia bersekolah. Yang anehnya lagi, si 'sasari' selalu mengingatkan Rio untuk mengerjakan peer tepat saat Rio memang mempunyai peer. Kalau ini tak disengaja, sungguh kebetulan yang luar biasa.
Rio berpikir, nggak mungkin ada kebetulan sampai seginimya. Pasalnya kebetulan itu sudah terjadi lebih dari sepuluh kali.
"Astaga, gue kok bisa sampai bego begini sih. Dia itu pasti anak sekolahan gue dan jika memang benar, dia sekelas sama gue," ucap Rio girang. "Tapi siapa?" tanya Rio pada dirinya sendiri.
Ting...ting...
Blackberry Rio berbunyi menandakan sebuah pemberitahuan masuk. Senyum merekah di bibir Rio. Dengan semangat Rio membuka pemberitahuan yang ternyata berasal dari twitter-nya. Setelah melihat apa isinya, Rio melengos.

@shillashilla sore, Yo. Udah maem belom? Kapan lagi nih konser? Balas mention-ku ya dan kalo bisa folback.

"Ada yang bisa buat gue senangan dikitan nggak?" Rio membatin. Setelah mention dari Shilla, Blackberry Rio terus berbunyi dan Rio tak perduli lagi.
Tiba-tiba lagu I'm Yours berbunyi, ini berarti ada panggilan masuk. Malas dan ogah-ogahan Rio meraih Blackberry-nya. Ditekannya tombol hijau dan suara dari seberang terdengar. Rio hanya mengangguk dan kadang-kadang bilang iya dan oke untuk merespon pertanyaan dari sang Penelpon.
"Ok, Om. Kalo waktunya, Om telpon Rio lagi aja. Siip, Om," ucap Rio diakhir panggilan. Lalu ia membanting Blackberry-nya asal. Tadi telpon dari manager-nya, menanyakan pada Rio apakah dia mau memenuhi undangan untuk show di cafe RiFy. Cafe yang baru-baru ini membuka cabangnya lagi.
Ting...ting...drrtt...drtt...
Lagi dan lagi Blackberry-nya berbunyi. Rio males mengambilnya. Tetapi, hatinya mendorong untuk Rio meraih Blackberry-nya dan melihat pemberitahuan apa yang masuk. Akhirnya Rio mengalah dan mengambil Blackberry-nya. Mata Rio terbelalak kaget dan senyum bahagia tercetak di wajah manisnya.

@sasari2406 hey sore, Rio. Badmood?? Moga aja nggak ya. Hehe... Take care and rest ya! Maaf kalo selama ini terkesan sok care :(.

Kali ini Rio benar-benar menyakinkan dirinya untuk membalas mention tersebut.

Hey sore juga! Gue panggil siapa nih? Sasa atau sari apa sasar aja :)? Iya lagi badmood, tapi udah nggak. Nggak sok care kok. Thanks untuk perhatiannya :) @sasari2406 hey sore, Rio. Badmood ya?? Moga aja nggak ya. Hehe... Take care and rest ya! Maaf kalo selama ini terkesan sok care :(.

Setelah membalas mention tersebut, hati Rio seakan baru ditumbuhi bunga-bunga. Ia sungguh senang. Sekarang ntah mengapa, dirinya berasa deg-deg-an dan grogi menunggu balasan mention-nya.

0 comments:

Posting Komentar