"MAAAAAARRRIIIIOOOOOOOOOO....................." teriak cewek berdagu tirus dengan suara toa-nya, udah ngalahin toa masjid. ok ini lebay .Wajahnya merah padam menahan amarah yang udah nyampai di ubun-ubun. menatap cowok tinggi tapi item di depannya itu dengan tatapan seolah-olAh "kalo ini bukan di sekolah, lo udah tinggal tulang". wuih....sadisnya....
"Kenapa lo natap gue gitu ? ganteng? udah lama kali," narsis Mario alias Rio.
"Pede hidung lo pesek. Ganteng dari Hongkong. Balikin sepatu gue," balas Ify tajem. Ify cewek berdagu tirus tadi.
"Ambil sendiri noh," balas Rio sambil menunjuk atap kelas, tempat sepatu Ify.
"Huaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhh Riiiiiiioooooooooooo.........elo yang ngelempar sepatu gue. Ya jelas lo yang ngambil itu sepatu. Tanggung jawab dong."
"Lo tanggung, gue jawab," ujar Rio santai.
"Lo rese banget sih, ngeselin lagi. udah item, pesek, cungkring, idup pula," ledek Ify habis-habisan.
"Ipy, lo kagak nyadar apa. Lo itu cungkring juga. Udah cungkring, je...."
"Tapi cantik, manis," potong Ify langsung. Rio berlagak mau muntah.
"Iddddiiiiiiih......lo cantik? cacar berbintik ada. Manis? manusia sinis kali," balas Rio dan tertawa. Ify mencibir.
"Lo ambil sepatu gue, titik. kalo nggak gue laporin elo sama Bu Winda," ancam Ify.
"Emang gue takut ?? Nggak lagi. Good luck for your sepatu. wleeeeekkkk........" ujar Rio dan pergi berlari meninggalkan Ify yang udah berasap-asap. emang daging asap?? *plakk,...
"RIIIIIIOOOOO MAAALLLINNGGGG......," teriak Ify kesal.
"RIIIIIIOOOOO MAAALLLINNGGGG......," teriak Ify kesal.
******
@Kantin SMA Global Bangsa
"Shill, Ify mana sih?" tanya Via khawatir.
"Tadi dia mau ke toilet, tapi kok lama ya," jawab Shilla dan ujung-ujungnya ikutan bingung.
"Aduh.... kemana sih bikin khawatir aja," ucap Via dan ia sibuk melihat sekeliling kantin. Kali-kali aja Ify udah datang.
"Santai dong, Vi. Ify tuh udah gede, nggak akan ilang juga kali," saran Shilla. "Nah, Agni juga ngilang. Kemana sih mereka berdua, bikin repot," tambahnya. Via hanya menggeleng lemah, nggak tahu harus mengucapkan apa.Dari mulut kantin, Ify datang dengan wajah kesal. Sepatunya cuma sebelah dan penghuni kantin lainnya tertawa geli melihat penampilan Ify. Ify cuek bebek, dalam hati ia tak berhenti-henti mencaci Rio dari tempat dia dan Rio bertengkar sampai ke kantin. Lama banget ya.
"Aghrrrrr.......guee keeeeseeeeelllllllll," teriak Ify ketika ia sudah mengambil tempat duduk di sebelah Via.
"Yaampunielgantengbanget," latah Via. Lalu ia menutup mulutnya cepat. Via terkejut.
"Eh cieeeeee, Viaaaaaaaaaaa. Naksir Ieeeeell ya?" goda Shilla yang mendengar latahan Via. Pipi Via bersemu merah.
"Jangan godain dong, Shill. Malu tau," ucap Via.
"Ehehemm.... jadi lo naksir Iel? Anggotanya the Viper itu?" introgasi Ify.
"Hehehehe," Via malah cengengesan.
"Via jawab dong!" paksa Ify.
"Iya, Fy. Udah lama kok," akhirnya Via menjawab. Kini tatapan Ify beralih pada Shilla. "Dan lo juga naksir sama Alvin, Shill?"
"HAH?! Kok lo tau, Fy?" Shilla malah tercengang.
"Gue tau dari......."
"Gue," jawab seseorang yaitu Agni. Agni udah datang ke kantin dan ia menyeruput jus jeruknya Via. "Sorry, Shill," ucap Agni. Shilla manyun abis.
"Oh gitu. Pokoknya nggak tau gimana, kita berempat nggak ada yang boleh pacaran sama anggota the Viper. Titik. Nggak," ultimatum Ify.
"Setuju, Fy. Setuju. Gue dukung banget," seru Agni. Ia memang sebel banget sama anggota the Viper, terutama Cakka. Si Kaca rusak pemandangan, julukan Agni untuk Cakka.
"Tapi, Fy...." ujar Via takut-takut.
"Nggak ada tapi-tapian. Pokoknya nggak. Gue sebel banget sama ketua mereka. Si Rio pesek, item, cungkring dan sok banget itu. Sebel................." ujar Ify. Ia sungguh kesal, terlihat dari ekpresi mukanya dan gayanya berbicara. Ify mengepal jari-jarinya dan memukul ke permukaan meja.
"Lo cuma benci sama Rio, Fy. Kok kita kena imbas juga?" tanya Shilla yang nggak terima.
"Cuma lo sama Via, Shilla. Gue nggak. Gue setuju-setuju aja sama usul Ify. Gue juga sebel sama si Cicak itu,"Agni membela usul Ify.
"Fine, elo berdua boleh naksir, suka, sayang dan sejenisnya sama Iel dan Alvin. But, nggak ada kata pacaran di antara lo berdua sama mereka, sebelum Rio minta maaf sama gue di seluruh depan anak-anak," Ify menjawab pertanyaan Shilla.
Shilla dan Via menelan saliva mereka. Bingung. Mereka sudah tahu dengan jelas, kalau Rio Ify baikan pasti dunia kiamat dan otomtis impian mereka menjadi kekasih Iel dan Alvin pupus sudah.
"Itu nggak mungkin kali, Fy. Judulnya akhir dunia kalo Rio minta maaf sama lo," kata Via.
Ify melotot tajam. "Gue nggak perduli. Gue udah kesel banget sama Rio itu. Udah setahun setengah dia ngerjain gue mulu. Gue kesel. Setiap hari dia kagak absen gangguin gue. Sebel tahu. Hari ini aja, sepatu gue yang kanan dibuat Rio nangkring di atap kelas," curhat Ify.
"Hahhahha......," tawa Agni pecah. Ternyata Agni telah duluan melihat sepatu Ify dan cerita Ify memang benar apa adanya. "Jadi, dari kelas ke sini lo cuma pake sepatu sebelah?" tanya Agni.
"IYA," tandas Ify. "Gue malu. Kesel. Sumpah Rio itu ngeselin banget," ujar Ify dan ia menenggelamkan kepalanya dalam lipatan tangannya.
"Ify-Ify. Kasian banget ya. Parah banget Rio," kata Via yang kini menatap Ify yang begitu kelelahan.
"Ya udah deh, kita ikutin aja usul Ify, Vi," ujar Shilla. Via mengangguk.
@Gerbang Sekolah
Saat ini Ify tengah berdiri sendirian di gerbang sekolah. Hari sudah sore dan jarum jam tangannya sudah menunjukan pukul lima lewat sepuluh sore. Kendaraan sudah semakin sepi dan sekolah pun hanya dihuni oleh beberapa siswa saja.
"Ck....Pak Pri mana sih?" tanya Ify untuk kedua puluh kalinya. Ia sudah menunggu sopirnya itu selama satu jam.
Angin sepoi-sepoi sore menerpa rambut Ify dan menusuk tulang rusuknya. Dingin, tentu saja. Rambutnya yang biarkan terurai melayang-layang dan mengenai wajahnya. Ify pun melihat ke arah kanan jalan raya depan sekolahnya, belum ada tanda-tanda mobilnya datang. Ia pun memilih untuk melamun.
Karena asyik melamun, Ify tidak menyadari kedatangan seseorang. "Woi nenek rombeng, elo belom pulang?" tanya Rio seenak udelnya dari motor cagiva birunya.
Ify menoleh ke arah sumber suara, ditatapnya Rio dengan tampang Singa kelaparan.
"Ngapain elo di sini?" tanya Ify sinis.
"Yeee, adanya gue nanya. Kenapa jam segini lo belom pulang? Kalo gue sih nggak perlu lo tanya, gue latihan basket kali," jawab Rio tak kalah sinisnya.
"Nggak perduli. Elo mau latihan basket kek. Nyekek orang kek. Jadi satpam sekolah kek dan kek-kek-kek-nya lagi. Nggak perduli. I don't care," balas Ify dan terakhirnya pake acara melet-melet.
"Iddiiiiihhhhhh nggak banget. Cewek kok melet-melet. Emang benar kali ya, lo itu bukan cewek tulen, tapi setengah mak lampir, seperempat nenek sihir."
"Mak lampir dan nenek sihir itu sama-sama cewek. Jadi gue itu cewek."
Rio bukannya membalas ucapan Ify malah tertawa ngakak. Ify pun bingung. "Kenapa lo ketawa?" tanya Ify pada akhirnya. Daripada ia penasaran. Namun, Ify sudah merasakan hawa-hawa yang nggak enak.
"Lucu aja dong, ternyata akhirnya dan pada akhirnya elo mengakui, kalo diri elo itu percampuran Nenek sihir sama Mak Lampir. Akhirnya elo mengklarifikasinya, Fy. Di depan gue lagi, gue tersanjung banget," jawab Rio panjang lebar dan berbelit-belit.
Ify bingung dengan jawaban yang diberikan Rio. Ia sibuk berpikir dan tak lebih dari setengah menit ia sudah menangkap apa yang dimaksud Rio.
Alih-alihnya, Ify langsung manghadapakan wajahnya ke arah Rio dan matanya melotot tajam serta aura kemarahan sudah mengalir pada dirinya.
"RRIIIIIIOOOOOOOOOOO...................ELO KOK NYEBELIN BANGET. DASAR SETAN POCONG, GENDERUWO, CUNGKRING, MALING, STRESS," teriak Ify kencang dan tepat di depan Rio.
Rio merasa takut juga melihat Ify yang berteriak kalap gitu. Takut dituduh gangguin anak gadis orang. Ify tampaknya tak mau berhenti dan akhirnya........ cup, Rio mengecup pipi kanan Ify dan membuat Ify berhenti berteriak.
"Nah, akhirnya lo diem juga," ujar Rio.
"Aarrrrghhhhh, elo nyebelin banget. Gue benci. Benci sama lo," ujar Ify tapi kali ini tanpa teriakan dan dia memukuli bahu Rio dengan kedua tangannya bertubi-tubi.
"Sakit Ipong," seru Rio. Ify tak perduli. "Noh, jemputan lo datang," tambahnya. Pukulan Ify berhenti dan ia melihat ke arah yang ditunjukan Rio. Ternyata Rio tidak bohong.
"Gue pulang deluan ya, titisan nenek sihir sama mak lampir," pamit Rio ke Ify. Sebelum teriakan Ify meledak Rio pun menarik gas motornya dan ia melaju kencang meninggalkan Ify.
"DASAR MANUSIA PESEK, ITEM NGGAK KETULANGAN, CUNGKRING KAYAK TRIPLEK. NYEBELIN SETENGAH HIDUP. RESE SETENGAH MAMPUS, " teriak Ify. Kini di kamus Ify yang terkhusus buat Rio dipenuhi dengan kata-kata nyebeli, item dan pesek. Menyadari kalau Rio tak akan mendengar terikannya, Ify pun memilih balik badan dan menunggu beberapa detik mobil jemputannya tiba di tempat ia berdiri.
******
0 comments:
Posting Komentar